Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TUJUAN, KONSEP, DAN STRATEGI


PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH

2.1. Tujuan
Tujuan penataan ruang wilayah Propinsi Kalimantan Barat untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, memacu pertumbuhan,
mewujudkan pemerataan, dan meningkatkan stabilitas dalam kondisi alam yang
lestari ditetapkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan keseimbangan perkembangan antarkawasan melalui pemanfaatan ruang secara optimal (efisien dan efektif), serasi, selaras, seimbang,
serta menjamin pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempercepat pertumbuhan
kawasan tertinggal, dan meningkatkan daya dukung lingkungan.
b. Pemanfaatan sumber daya yang optimal dengan:
tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
pengaturan lokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan sinergi
keterkaitan

sektor

antar

daerah

otonom

dalam

wilayah

propinsi

Kalimantan Barat.
penetapan kebijaksanaan pokok pengelolaan kawasan budidaya.
c. Mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup melalui:
peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, keanekaragaman
hayati, tumbuhan, satwa, serta nilai sejarah dan budaya.
konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan keanekaragaman
hayati, ekosistem, dan keunikan alam.
penetapan kebijaksanaan pokok pengelolaan kawasan lindung.
d. Meningkatkan kemampuan memelihara pertahanan keamanan yang dinamis
dan memperkuat integrasi nasional.

RTRWP KALIMANTAN BARAT ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

14

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

2.2. Konsepsi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Propinsi


Penataan Ruang Wilayah Kalimantan Barat pada dasarnya mengakomodasi
tujuan dan sasaran pembangunan daerah, dikaitkan dengan potensi, serta
kendala dan limitasi pengembangan yang dihadapi. Konsep penataannya tidak
terlepas dari tujuan pengembangan wilayah yang pada dasarnya selaras dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Konsep pengembangan tata
ruang wilayah propinsi Kalimantan Barat merupakan struktur umum ruang
wilayah propinsi dalam kerangka pengembangan potensi dan mengatasi
permasalahan

pokok

wilayah

untuk

mendorong

perwujudan

tujuan

pengembangan tata ruang, yang memperlihatkan garis besar kondisi sistem


kegiatan sosial-ekonomi berupa:

pusat-pusat permukiman utama,

lokasi pengembangan kegiatan-kegiatan utama pembentuk ruang,

keterkaitan antarkawasan, dan

orientasi ekspor.

2.2.1. Pertimbangan Eksternal


Perkembangan Kalimantan Barat tidak terlepas dari pengaruh luar baik karena
interaksinya dengan wilayah lain di Indonesia dan negara yang berdekatan
dengannya, maupun karena interaksi antar wilayah yang melaluinya (termasuk
hubungan antar ibukota negara). Karena itu, dalam merumuskan arahan
pengembangannya perlu dipertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan
pengaruh luar yang relatif besar dampaknya bagi perkembangan wilayah ini
dimasa mendatang. Pertimbangan dasar yang sangat diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a. Kota Pontianak ditetapkan sebagai salah satu PKN (pusat kegiatan nasional)
dari dua PKN yang ditetapkan di Pulau Kalimantan (PKN lainnya adalah
Balikpapan). PKN lain yang relatif dekat di sekeliling Kota Pontianak adalah
Batam, Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, dan
Surabaya (lihat Gambar 2.1).

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

15

PEMERINTAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

2.1

HANOI

PETA
PUSAT KEGIATAN NASIONAL

VIENTIANE
RANGOON

Ke te rang an :
Batas Negara
MANILA

BANGKOK

Batas Propinsi
Ibukota Negara
PHNOM
PENH

S
C
Banda Aceh

I N

Ibukota Propinsi

PAC I FI C

Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

O C E A N

H
Kinabalu
BANDAR SERI
BEGAWAN

P. Natuna

Medan

KUALA
LUMPUR

Kuching

Pakanbaru

Manado

Batam
Samarinda

Pontianak

Padang

Palu
Palangkaraya

Jambi

Balikpapan
Jaya Pura

Palembang

Bengkulu

Banjarmas in

Bandar Lampung

Kendari
Ambon

J a v a

Se a

Ujungpandang

JAKARTA

N
O

Bandung

Semarang
Surabaya
Yogyakarta

L a u t

F l o r e s

Mataram
Denpas ar

Kupang

Skala 1 : 2.000.000
Km

40

80

120

WILAYAH PROPINSI
KALIMANTAN BARAT

160

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

b.

Kalimantan Barat memiliki gerbang yang potensial dikembangkan sebagai


berikut :

Tiga gerbang udara yaitu Pontianak, Ketapang, dan Sintang.

Enam gerbang darat internasional (ke Sarawak) yaitu Temajuk, Aruk,


Jagoi Babang, Entikong, Jasa, dan Nanga Badau.

Tiga gerbang darat interregional yaitu Nanga Melaban Ella dan


Kudangan dengan Prop. Kalteng serta Bungan (Kedamin) dengan
Prop. Kaltim.

Lima gerbang laut yaitu Pontianak, Ketapang, Kendawangan, Sintete


(Pemangkat), dan Pulau Temajo (rencana).

c.

Hubungan (perdagangan) Kalimantan Barat dengan wilayah luar dalam


volume yang relatif tinggi terutama dengan Jakarta, Batam, Singapura, dan
Sarawak.

d. Perbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) di sepanjang


bagian utara propinsi dan kecenderungan interaksi penduduk perbatasan ke
wilayah Sarawak dapat saja menjadikan Kalimantan Barat sebagai
hinterland Sarawak.
e. Eksploitasi sumberdaya alam di daerah perbatasan bagian wilayah Sarawak,
perlu diantisipasi sedini mungkin karena dikhawatirkan akan dapat
membahayakan kelestarian lingkungan wilayah Kalimantan Barat, selain
dapat menjadi sumber konflik yang dapat membahayakan keamanan
nasional kedua negara. Demikian pula dengan eksploitasi sumberdaya alam
di daerah perbatasan dengan propinsi lain (Kalteng dan Kaltim), dibutuhkan
kerjasama penanganan yang serasi.
f.

Secara politis, penduduk di kawasan perbatasan perlu diberikan pelayanan


sebaik mungkin.

g. Kerjasama pembangunan sosial ekonomi Malaysia Indonesia (SOSEK


MALINDO), yang mana ini dapat saja dikaitkan dengan meningkatkan
hubungan kerjasama pengembangan wilayah perbatasan secara terpadu
dengan rencana tata ruang perbatasan sebagai payungnya.
h. Perlunya memprioritaskan pengembangan sumber daya yang sifatnya
generatif baik untuk masa sekarang maupun mendatang. Generatif

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

17

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

berarti komoditas yang dihasilkan merupakan komoditas khas Kalimantan


Barat. Komoditas yang dimaksud seperti kayu olahan, karet, kelapa sawit,
dan bauksit.
i.

Perlunya memanfaatkan lahan subur secara intensif untuk memproduksi


komoditas

yang

sifat

pemasarannya

kompetitif,

khususnya

untuk

mengurangi impor atau memperkecil ketergantungan terhadap wilayah lain,


seperti beras dan jagung.
j.

Terjadinya perdagangan bebas yang dampaknya jelas akan mempengaruhi


ekonomi produksi dan perdagangan. Kalimantan Barat berpeluang besar
untuk bersaing khususnya dalam hal mengekspor produk dari kayu dan
rotan, produk hasil karet, minyak nabati, perhiasan dan permata, serta
keramik dan gelas. Selanjutnya, komoditas yang ditimbulkan akan
berimplikasi terhadap keterkaitan antar wilayah yang telah ada. Kemunduran
akan mengancam pihak yang kalah bersaing. Sebagai salah satu propinsi
yang berbatasan langsung dengan negara ASEAN lain, Kalimantan Barat
dapat terkena dampak dari kebijaksanaan tersebut, terutama apabila
produksi dari komoditas komoditas perdaganan bebas dari dalam negeri
kurang / tidak mampu berkompetisi dengan produk produk dari luar.
Dampak lanjutnya adalah, wilayah Kalimantan Barat potensial sebagai
pasar.

k. Munculnya Newly Industrialized Countries di antaranya Korea Selatan,


Taiwan, Hongkong, dan Singapura; adalah negara-negara yang sangat
tinggi pertumbuhan ekonominya. Negara-negara ini bersama dengan
Jepang (yang sudah berkembang lebih dahulu) berpotensi mempengaruhi
konstelasi perekonomian regional pada wilayah-wilayah yang termasuk
dalam sabuk pasifik (pasific rim). Posisi Kalimantan Barat yang berada pada
jalur sabuk pasifik ini dapat terkena dampak perubahan.

2.2.2 Pertimbangan Internal


Pertimbangan internal erat kaitannya dengan upaya mengejar pemerataan untuk
mencapai pertumbuhan yang berimbang dan terpeliharanya daya dukung

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

18

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

lingkungan serta stabilitas internal wilayah. Pertimbangan yang sangat


diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan Kota Pontianak didukung oleh empat pusat permukiman
(kota) yang sangat potensial menjadi PKW (pusat kegiatan wilayah) yaitu
Singkawang, Sanggau, Sintang, dan Ketapang.
b. Dampak dari pemanasan global yang mengakibatkan muka air laut semakin
tinggi (rata-rata 0,5-1 cm/tahun pada kurun waktu 2000-2050) sehingga
jangkauan intrusi pada musim kemarau yang semakin jauh perlu diantisipasi
dengan mempertahankan kawasan hutan baik yang berfungsi lindung
maupun berfungsi produksi, khususnya berkenaan dengan pengaruhnya
dengan tata air wilayah. Selanjutnya, perlu pengembangan sesegera
mungkin wilayah pantai lapis kedua yaitu pada koridor jalan regional Jagoi
BabangBengkayangNgabang TayanSimpang DuaTumbang Titi
Manismata dalam kerangka membangun perekonomian pedesaan yang
berdaya tahan tinggi.
c. Propinsi Kalimantan Barat memiliki potensi wilayah cukup besar. Dalam
usaha pemanfaatannya, belum diimbangi dengan ketersediaan sumber daya
manusia dan teknologi yang memadai. Sementara itu, pembangunan
dituntut bergerak cepat dan sebanyak mungkin menyerap tenaga kerja dari
penduduk setempat.
d. Perlunya pemanfaatan lahan subur secara intensif untuk swasembada
pangan. Diupayakan terjadi pergeseran dari pertanian subsisten ke
pertanian komersial.
e. Perlunya memperlancar pemasaran produksi, khususnya produksi khas
Kalimantan Barat dan hasil pertanian daerah pedalaman, terutama untuk
meminimalkan ongkos transpor dan waktu tempuh.
f.

Perlunya

peningkatan

spesialisasi

wilayah

dalam

produksi

untuk

menumbuhkan interaksi intra dan inter-regional, terutama sumber daya yang


sifat pengembangannya generatif. Daerah pantai diupayakan untuk
memproduksi komoditas ekspor dan substitusinya yang bersifat kompetitif
dengan

wilayah luar. Sedang daerah pedalaman diarahkan untuk

memproduksi komoditas ekspor. Hal ini dikarenakan dukungan wilayah

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

19

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

pantai yang relatif subur, ketersediaan sarana dan prasarana produksi yang
lebih memadai. Sementara daerah pedalaman mempunyai kendala yang
cukup serius akan sarana dan prasarana pendukung serta ketersedian
sumberdaya manusia, baik kuantitas maupun kualitas.
g. Kabupaten Ketapang yang terletak di bagian selatan propinsi karena tidak
terhubungkan oleh sistem transportasi darat, cenderung lepas dari pengaruh
Kota Pontianak sebagai pusat pengembangan wilayah propinsi.
h. Kejenuhan daerah pantai menyebabkan investor khususnya di bidang
perkebunan mulai mengarahkan kegiatan usahanya ke daerah pedalaman,
dalam intensitas yang cukup tinggi.
i.

Efisiensi dan keefektifan pelayanan pada akhir tahun rencana, terutama


dalam rangka pemerataan pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta
penyebaran pembangunan. Keefektifan perlu ditekankan untuk kotakota di
kawasan perbatasan, sedangkan efesiensi perlu ditekankan untuk kotakota
di daerah pantai (sesuai dengan hasil analisis batas ambang).

j.

Dalam merencanakan jaringan jalan, perlu mempertimbangkan badan jalan


yang telah ada, distribusi pusatpusat pelayanan utama dan kotakota yang
berpotensi tumbuh pesat sebagai pusat pelayanan. Khusus untuk pusat
pelayanan

untuk

orde

terendah,

pembangunan

jalan

juga

perlu

mempertimbangkan kawasan budidaya di sekitarnya yang strategis untuk


dikembangkan.
k. Dalam pengembangan pusatpusat permukiman perlu mengintegrasikan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan dalam RTRWK setiap
daerah otonom di wilayah propinsi Kalimantan Barat.

2.2.3. Konsep Struktur Tata Ruang


Berdasarkan tujuan penataan ruang, potensi yang dimiliki dan kendala yang
dihadapi, serta pertimbangan-pertimbangan di atas, konsep pengembangan
wilayah Kalimantan Barat dirumuskan sebagai berikut:

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

20

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

a. Pengembangan yang didasarkan atas lima pola pengembangan wilayah,


yaitu:
1. Pengembangan wilayah inti (core region) beserta wilayah sekitarnya
(upward

transitional

areas;

wilayah

yang

cenderung

cepat

pertumbuhannya), yaitu Wilayah Pokusikarang yang terdiri dari:


Kawasan Metropolitan Pontianak (KMP) yang meliputi Kota Pontianak
dan

Kota

Ambaya

(Sungai

Ambawang

dan

Sungai

Raya).

Pengembangan wilayah ini lebih ditekankan pada sektor tersier dan


sekunder.
Kawasan Andalan KUSIKARANG yang wilayahnya meliputi enam
kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Pontianak di luar
KMP yang terdiri dari Kecamatan Kuala Mandor, Siantan, Sungai
Kakap,

Rasau

Jaya,

Sungai

Raya,

dan

Sungai

Ambawang.

Pengembangan wilayah ini lebih ditekankan pada sektor sekunder dan


primer.
2. Pengembangan wilayah yang pertumbuhannya cenderung menjadi
lamban

(down

ward

transitional

areas)

sebagai

akibat

semakin

terkonsentrasinya kegiatan industri di KMP, yaitu Kabupaten Sambas,


Bengkayang beserta Kota Singkawang. Wilayah ini sangat subur dan
memiliki sumber daya potensial serta dilengkapi dengan pelabuhan laut.
Kota Singkawang memiliki potensi di sektor pariwisata, perdagangan, dan
industri.
3. Pengembangan wilayah pedalaman (resource frontier region), yaitu
Kabupaten Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu. Kegiatan di wilayah ini
didominasi oleh kegiatan pertanian. Dalam pengembangannya lebih
ditekankan pada aspek pemerataan (keefektifan) pelayanan sosial dan
ekonomi. Pengembangan wilayah ini ditujukan untuk meningkatkan
pemanfaatan secara optimal sumber daya yang ada serta meningkatkan
kelancaran pemasaran hasil produksi penduduk setempat.
4. Pengembangan wilayah selatan yang relatif terlepas, yaitu Kabupaten
Ketapang. Dikatakan terlepas karena keterkaitan perekonomian wilayah
tersebut relatif seimbang antara ke Kota Pontianak, Jakarta, dan

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

21

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

Semarang. Kota Ketapang memiliki potensi sebagai kota industri,


perdagangan dan sebagai kota pelabuhan. Sementara itu, kota-kota
lainnya yang memiliki potensi untuk berkembang pesat adalah Telok
Melano, Sukadana, Sandai, Nanga Tayap, Tumbang Titi, Marau, dan
Kendawangan. Meskipun Sukadana dan Kendawangan menghadapi
kendala dalam perkembangannya (dibatasi taman nasional dan cagar
alam), namun kedua kota ini dapat terus berkembang dengan
kekhasannya sebagai tujuan wisata.
5. Pengembangan kawasan tertentu, baik menyangkut pemanfaatan sumber
daya alam (tambang, hutan, dan potensi pariwisata), untuk mencegah
terjadinya konflik kepentingan antar sektor, maupun menjaga kelestarian
alam pada perbatasan wilayah (antarpropinsi maupun antar negara).
Kawasan tertentu yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :

Kawasan perbatasan dengan Negeri Serawak (Malaysia): Paloh


Sajingan Besar Jagoi Babang Entikong Sekayam Ketungau
Hulu Ketungau Tengah Empanang Puring Kencana Badau
Batang Lupar Embaloh Hulu Putussibau.

Kawasan kritis lingkungan Taman Nasional Gunung Palung, Betung


Kerihun, Danau Sentarum, dan kawasan yang direncanakan menjadi
taman nasional yaitu Gunung Niut Penrissen (sekarang masih
berstatus cagar alam).

b. Berdasarkan

pendekatan

pola

pengembangan

wilayah

di

atas

dan

perkembangan kota-kota eksisting, penataan ruang Kalimantan Barat


didasarkan atas struktur pusat-pusat permukiman utama yang terdiri dari:
1. PKN (pusat kegiatan nasional), yaitu Kawasan Metropolitan Pontianak,
serta PKN di perbatasan, yaitu Aruk, Jagoi Babang, Entikong, Jasa, dan
Nanga Badau.
2. empat PKL (pusat kegiatan lokal) yang diarahkan menjadi PKW (pusat
kegiatan wilayah) dalam masa rencana, yaitu: Kota Singkawang, Sintang,
Sanggau, dan Ketapang.
c. Pola jaringan prasarana transportasi dikembangkan dengan konsep sebagai
berikut:

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

22

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

c. Pola jaringan prasarana transportasi dikembangkan dengan konsep sebagai


berikut:
1. Pengembangan

jaringan

jalan

arteri

primer

yaitu

jalan

yang

menghubungkan kota antar-PKN, PKN dengan PKW, dan antargerbang


utama

(internasional

dan

interregional

serta

jalan

di

sepanjang

perbatasan Negara).
2. Pengembangan jaringan jalan kolektor primer :
a. Singkawang Bengkayang;
b. Sambas Ledo;
c. Sidas Simpang Tiga;
d. Tayan Sosok;
e. Nanga Pinoh Kotabaru Nanga Sokan Sandai;
f. Sekadau Rawak Ng. Taman Ng Mahap Balai Kerkuak;
g. Siduk Teluk Melano Teluk Batang;
h. Ketapang Pelang Pesaguan Sei Gantang Kendawangan;
i. Pontianak Sei Durian Rasau Jaya.
3. Pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan ibukota-ibukota
kecamatan di kawasan perbatasan yakni Liku, Kaliau, Jagoi Babang,
Entikong, Balai Karangan, Noyan, Senaning, Nanga Merakai, Puring
Kencana,

Nanga

Kantuk,

Badau,

Lanjak,

Benua

Martinus,

dan

Putussibau.
4. Pengembangan enam Gerbang Darat internasional yakni di Temajuk,
Aruk, Jagoi Babang, Entikong, Jasa, dan Nanga Badau.
5. Pengembangan tiga Gerbang Darat interregional yakni di Nanga Melaban
Ella (Kecamatan Menukung) dan di Kudangan dengan Propinsi Kalteng,
serta di Bungan (Kedamin) dengan Propinsi Kaltim.
6. Pengembangan lima gerbang udara yaitu Supadio (Pontianak), Rahadi
Usman (Ketapang), Pangsuma (Putussibau), Susilo (Sintang), dan di
Paloh (Kab. Sambas).
7. Pengembangan delapan gerbang laut yaitu Pontianak, Pulau Temajo,
Sintete, Ketapang, Sambas, Paloh/Sekura, Telok Air, dan Kendawangan.

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

23

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

2.3.1 Strategi Pengembangan Sistem Pusat-pusat Permukiman


1. Memacu perkembangan KMP (Kawasan Metropolitan Pontianak; meliputi
Kota Pontianak, Kota Ambaya (Ambawang-Sungai Raya), Kawasan Industri
Wajok, dan Kawasan Industri Tebang Kacang Selatan) sebagai Pusat
Kegiatan Nasianal (PKN) dengan fungsi sebagai simpul utama transportasi
regional, pusat kegiatan ekonomi regional, pusat permukiman utama, pusat
pelayanan fasilitas sosial skala regional, dan pusat kegiatan pemerintahan
propinsi.
2. Memacu perkembangan kota-kota di perbatasan, yaitu Aruk, Jagoi Babang,
Entikong, Jasa, dan Nanga Badau sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
yang berperan sebagai pusat-pusat pertumbuhan wilayah perbatasan dan
pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional.
3. Memacu perkembangan Kota Singkawang, Sanggau, Sintang, dan Ketapang
hingga berperan efektif sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan
fungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan atau pusat kegiatan
ekonomi subregional. Pengembangan kotakota tersebut sebagai PKW perlu
didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana pelayanan yang
berskala subregional. Dalam masa rencana, keempat kota tersebut
dihubungkan dengan jalan arteri primer menuju KMP.
4. Memacu perkembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan fungsi sebagai
pusat kegiatan ekonomi, simpul transportasi, dan pusat pelayanan sosial
untuk beberapa kecamatan atau hampir satu kabupaten. Dalam upaya
meningkatkan peran kotakota tersebut sebagai pusat kegiatan lokal, maka
dalam pengembangannya perlu didukung dengan pengembangan sarana
dan prasarana yang berskala pelayanan lokal (beberapa kecamatan).

2.3.2 Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung


Penetapan kawasan lindung di Kalimantan Barat didasarkan pada kriteria
kriteria sebagaimana dimuat dalam Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Strategi pengelolaannya mencakup halhal sebagai berikut :
Pemeliharaan kelestarian lingkungan;

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

24

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

Penanganan kegiatan budidaya (termasuk kawasan permukiman) yang telah


ada di dalam kawasan lindung; dan
Pengaturan prasarana dasar di kawasan lindung.

Untuk memelihara kelestarian lingkungan, ditetapkan strategi sebagai berikut:


a. melarang semua kegiatan budidaya dalam kawasang lindung, kecuali jika
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; seperti
diatur dalam Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (pada pasal 17), dan Keppres
No.32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (pada pasal 37 dan pasal
38 ***).
b. mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah terganggu secara
bertahap.
c. mengupayakan agar kawasan lindung yang berada di daerah perbatasan
wilayah kabupaten/kota membentuk suatu kesatuan yang serasi dan terpadu.
d. melaksanakan berbagai kegiatan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan
(diantaranya berupa menipisnya kawasan penambat air, rusaknya kawasan
hutan lindung, berkurangnya luas hutan lindung bakau) terutama yang dapat
mengakibatkan bencana alam (longsor, banjir, dan abrasi pantai).
e. Luas kawasan hutan yang harus dipertahankan pada setiap wilayah
kabupaten minimal 30 % dari luas daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau
dengan sebaran yang proporsional.
f. pada setiap wilayah kota, dialokasikan ruang terbuka hijau (RTH) berupa
hutan kota, jalur hijau, taman kota, rekreasi, lapangan olahraga, pemakaman
umum, dan pertanian dengan luas keseluruhan minimal 30% dari luas
wilayah kota yang bersangkutan, dengan sebaran yang proporsional.
g. Pengembangan kerjasama regional penanganan dampak lingkungan.

Terhadap kegiatan budidaya yang telah ada di dalam kawasan lindung,


ditetapkan strategi sebagai berikut:
a. mengeluarkan kegiatan budidaya dari kawasan lindung secara bertahap
melalui program pembangunan terpadu. Kegiatan budidaya yang sudah ada

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

25

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan


hidup dikenakan ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup, bersamaan dengan diundangkannya Peraturan
Daerah ini.
b. membatasi perkembangan kegiatan budidaya yang telah ada di dalam
kawasan lindung dengan memperkenankan pengimplementasian konsepkonsep ekonomi lingkungan;
c. Menata batas kawasan permukiman perdesaan yang berada dalam kawasan
lindung untuk dikeluarkan (enclave) dari kawasan lindung, jika kawasan
permukiman perdesaan tersebut tidak memungkinkan untuk dipindahkan
secara terpadu dengan program transmigrasi.

Untuk pengaturan keberadaan prasarana dasar di kawasan lindung, ditetapkan


strategi sebagai berikut:
a. Apabila dibutuhkan, jaringan prasarana dasar seperti jaringan transportasi,
jaringan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, prasarana dan sarana
distribusi air bersih, pos keamanan (termasuk pos jagawana), serta
bangunan pengendali bencana alam dapat dibangun di kawasan lindung
dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan lindung;
b. Untuk pembangunan prasarana tersebut di atas di kawasan lindung,
diperbolehkan

melakukan

penelitian

pendahuluan

dengan

tetap

mempertahankan fungsi kawasan lindung.


c. Terhadap bangunan prasarana umum yang telah dibangun pemerintah di
dalam kawasang lindung, dapat dipertahankan tanpa mengubah fungsi
kawasan lindung tersebut.

2.3.3 Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya


Untuk memantapkan keterkaitan potensi wilayah, daya dukung wilayah dan
keterpaduan pengembangan kawasan budidaya, maka strategi pengembangan
kawasan budidaya adalah :

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

26

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

a. Kawasan

budidaya

dikembangkan

secara

terpadu

dengan

upaya

meningkatkan daya dukung lingkungan dan pengembangan wilayah.


b. Restrukturisasi, relokasi, reduksi dan atau revisi arahan-arahan lahan yang
telah diberikan dikaitkan dengan tujuan dan sasaran pembangunan Daerah
dengan RTRWP sebagai landasan, dalam rangka menyelesaikan kasuskasus tumpang tindih dan konflik pemanfaatan lahan.
c. Pengembangan pariwisata dilakukan secara terpadu sehingga terbentuk
paket-paket wisata sesuai dengan keunggulan, kekhasan, dan kelengkapan
jenis wisata dengan prioritas pengembangan pada obyek-obyek wisata di
kawasan-kawasan

pariwisata

potensial

yang

telah

ditunjang

dengan

keberadaan prasarana dan sarana pendukung yang memadai dan merupakan


kekhasan Kalimantan Barat.
d. Pengembangan kegiatan pertambangan melalui eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya mineral untuk memacu tumbuhnya industri yang berorientasi
ekspor dan substitusi impor dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan.
e. Pembangunan

kehutanan

dilakukan

melalui

pendekatan

pemanfaatan

sumberdaya hutan dalam tiga sisi manfaat secara berimbang, meliputi aspek
ekonomi, sosial, dan ekologi dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi,
keseimbangan lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan.
f. Pengembangan pembangunan hutan tanaman pada kawasan hutan produksi
yang tidak berhutan atau merupakan lahan kritis.
g. Pengembangan kegiatan perkebunan dan agroindustri sesuai dengan potensi
wilayah

dan

prospek

pemasaran,

melalui

intensifikasi,

ekstensifikasi,

peremajaan, rehabilitasi, dan optimalisasi lahan bagi lahan lahan yang telah
diarahkan.
h. Rehabilitasi kawasan pertambakan dan optimalisasi pengembangannya
secara terpadu dengan pemantapan pengelolaan kawasan.
i. Optimalisasi dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan pertanian tanaman
padi, palawija, hortikultura dalam rangka menunjang swasembada pangan
daerah.
j. Mempertahankan keberadaan penggunaan lahan sawah beririgasi teknis.

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

27

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

k. Pengembangan kawasan industri manufaktur, pengolahan hasil hutan, hasil


pertanian, perkebunan, hortikultura, perikanan, perternakan, serta pengolahan
bahan tambang dan galian.
l. Pengembangan kawasan permukiman didasarkan pada pertimbangan kondisi
sebaran

pusat-pusat

pengembangan

permukiman

struktur

tata

yang

ruang,

telah

rencana

ada,

strategi

dasar

pengembangan

sistem

transportasi (jalur lintas sentra produksi dan lintas pusat-pusat permukiman


utama), serta kawasan yang potensial berkembang menjadi kawasan
permukiman baru atas dasar rencana pengembangan kawasan lindung dan
budidaya.
m. Pusat-pusat permukiman yang dikembangkan diutamakan pada pusat-pusat
permukiman yang dilintasi jalur antarsentra produksi dan antarpusat
permukiman utama dan PKL dalam rangka penyelarasan upaya peningkatan
produksi dan produktivitas serta upaya memperlancar pemasaran.

2.3.4 Strategi Pengembangan Kawasan Perkotaan, Kawasan Perdesaan,


dan Kawasan Tertentu
a. Kawasan perkotaan yang dikembangkan dalam masa rencana adalah
Kawasan Metropolitan Pontianak, Kota Singkawang, semua wilayah ibukota
kabupaten, semua wilayah ibukota kecamatan, serta semua wilayah kota
yang direncanakan ditetapkan batasnya atau kawasan permukiman dengan
luasan tertentu yang dalam waktu 15 tahun jumlah penduduknya mencapai
10.000 jiwa dimana penduduknya dominan bekerja di sektor nonpertanian
dan pemanfaatan lahannya dominan untuk kegiatan nonpertanian.
b. Kawasan perdesaan yang diprioritaskan pengembangannya adalah:

kawasan pusat desa yang berperan sebagai PKL yang belum memenuhi
kriteria perkotaan.

kawasan perdesaan yang pusat desanya berjarak tempuh lebih 40 km


dari pusat-PKN dan 30 km dari pusat-PKW dan 20 km dari pusat-PKL
dan 10 km dari pusat ibukota kecamatan non-PKL yang memiliki desa
hinterland serta berpenduduk di atas 2.000 orang.

c. Pada Kawasan Tertentu (dapat memiliki kawasan budidaya dan lindung):

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

28

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

1. Pengembangan kawasan

tertinggal dan atau terpencil terutama di

perbatasan dalam rangka menunjang penguatan pertahanan keamanan


negara.
2. Peningkatan kualitas kawasan lindung yang memiliki lingkungan kritis.
3. Pengembangan kawasan cepat tumbuh dan potensial berkembang cepat
terutama yang berperan menunjang sektor strategis, melalui optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya yang ada yang berorientasi substitusi impor
dan atau peningkatan ekspor.
4. Pengembangan kawasan yang potensial untuk dikembangkan sebagai
pendorong pemerataan agar dapat memacu pertumbuhan kawasan yang
tertinggal dan atau terpencil di sekitarnya. Pengembangannya dilakukan
secara

terpadu

dengan

kegiatan

pengisian

penduduk

melalui

pengembangan kegiatan skala besar dan pembangunan infrastruktur


wilayah.

2.3.5 Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah


A. Prasarana Transportasi:
a. Peningkatan kapasitas pelayanan Bandara Supadio sebagai bandara
pusat penyebaran dengan skala pelayanan primer dan bandara
pendukungnya di Ketapang, Sintang, Putussibau, Nanga Pinoh, dan
Paloh.
b. Pembangunan

pelabuhan

di

Pulau

Temajo

sebagai

pelabuhan

internasional dan peningkatan kapasitas pelayanan Pelabuhan Pontianak


sebagai pelabuhan internasional, serta peningkatan kapasitas pelayanan
pelabuhan di Ketapang, Kendawangan, Sintete, Sambas, Paloh/Sekura,
dan Teluk Air sebagai pelabuhan nasional.
c. Peningkatan kerjasama regional untuk peningkatan interaksi antar
wilayah, yaitu :

dengan Sarawak melalui pemantapan kondisi jalan dan jembatan di


sepanjang daerah perbatasan.

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

29

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

dengan Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dalam


rangka

pengembangan

lintas

batas

propinsi

disertai

dengan

pemantapan kondisi jalan dan jembatan.


d. Pemantapan jaringan jalan PKN-PKW, antar-PKW, jalan trans-Kalimantan
serta jalan antar negara untuk terciptanya keterkaitan internal yang kuat
antar pusat pengembangan utama dengan subpusat pengembangannya.
e. Optimalisasi pemanfaatan jaringan jalan regional, terutama pada wilayahwilayah yang potensial berkembang untuk memacu perkembangan
wilayah secara menyeluruh.
f. Memantapkan upaya peningkatan pengembangan sistem jaringan jalan
secara terpadu antara jalan umum dan jalan khusus.
g. Pengembangan dan pemantapan prasarana jalan pada sentra-sentra
pengembangan pertanian / perkebunan untuk mendukung kegiatan
agrobisnis dan agroindustri.
h. Peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana penyeberangan
untuk memperlancar hubungan Rasau Jaya - Teluk

Batang Teluk

Melano, Sungai Sumpik Ceremai, Teluk Kalong Tanjung Harapan,


dan ManismataSukamara.
i. Pengembangan sarana dan prasarana perhubungan sungai bagi wilayahwilayah yang belum terjangkau pelayanan moda transportasi darat.

B. Prasarana Wilayah Lainnya:


a. Pengembangan sumberdaya energi listrik dengan pemanfaatan sumber
daya mineral batubara dan sumber daya air.
b. Pengadaan dan atau peningkatan pelayanan telekomunikasi pada pusat
permukiman yang berperan sebagai PKN, PKW, dan PKL.
c. Pengadaan dan atau peningkatan pelayanan air bersih pada pusat-pusat
permukiman yang berperan sebagai PKN, PKW, dan PKL dan pusatpusat desa.

2.3.6 Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

30

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

Kawasan prioritas adalah kawasan fungsional yang dianggap perlu diprioritaskan


pengembangan atau penanganannya serta memerlukan dukungan penataan
ruang segera dalam kurun waktu rencana. Strategi pengembangan kawasan
prioritas adalah :
a. Pengembangan kawasan tertentu, kawasan andalan, dan atau kawasan
pengembangan ekonomi terpadu yang telah ditetapkan secara nasional.
b. Pengembangan kawasan tertentu dan kawasan andalan baru yang strategis
dalam pengembangan propinsi.
c. Pengembangan kawasan sentra-sentra produksi yang bersifat lintas
kabupaten/kota.

2.3.7 Strategi

Penatagunaan Tanah, Penatagunaan Air, Penatagunaan

Udara, dan Penatagunaan Sumberdaya Alam Lainnya


a. Penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan arahan fungsi ruang
berdasarkan rencana tata ruang wilayah propinsi (RTRWP) tidak dapat
diperluas dan atau dikembangkan penggunaannya.
b. Memprioritaskan

pemantapan

kawasan

lindung,

dan

pengembangan

kegiatan pariwisata dan pertambangan.


c. Untuk kawasan permukiman perdesaan yang terletak dalam kawasan hutan,
secara bertahap harus dikeluarkan atau apabila tidak memungkinkan harus
dienclave.
d. Perluasan kawasan permukiman perkotaan dapat dilakukan dengan
mengkonversi lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertanian lahan kering
(PLK) dan sedapat mungkin tidak mengkonversi kawasan pertanian yang
telah beririgasi teknis serta tidak mengkonversi kawasan lindung.

*** Keterangan :
Pada Pasal 37 Kepres No. 32/1990 disebutkan bahwa:
1)

Di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budi daya, kecuali yang
tidak mengganggu fungsi lindung.

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

31

--------------------------------------------------------------------------------- Bab 2 : Tujuan, Konsep, dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah

2)

Di dalam kawasan suaka alam dan kawasan cagar budaya dilarang melakukan
kegiatan budi daya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya
dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem
alami yang ada.

3)

Kegiatan budi daya yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-ketentuan yang berlaku
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (sebagai pengganti PP No.
29/86 tentang AMDAL; terlebih dahulu diganti dengan PP No. 51/93 tentang
AMDAL).

4)

Apabila menurut Analisis Mengenai Dampak Lingkungan kegiatan budi daya


mengganggu fungsi lindung harus dicegah perkembangan-nya, dan fungsi
sebagai kawasan lindung dikembalikan secara bertahap.

Sementara itu, pada Pasal 38 Kepres No. 32/1990 disebutkan bahwa:


1)

Dengan tetap memperhatikan fungsi lindung kawasan yang bersang-kutan, di


kawasan lindung dapat dilakukan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah,
serta kegiatan lain yang berkaitan dengan bencana alam.

2)

Apabila ternyata di kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


terdapat indikasi adanya deposit mineral atau air tanah atau kekayaan alam
lainnya yang bila diusahakan dinilai amat berharga bagi Negara, maka kegiatan
budi daya di kawasan lindung tersebut dapat diizinkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3)

Pengelolaan kegiatan budi daya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan
dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang bersangkutan.

4)

Apabila penambangan bahan galian dilakukan, penambang bahan galian tersebut


wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan
melaksanakan rehabilitasi daerah bekas penambangannya, sehingga kawasan
lindung dapat berfungsi kembali.

RTRWP KALIMANTAN BARAT ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

32

Anda mungkin juga menyukai