Anda di halaman 1dari 8

POTENSI EKONOMI DI PESISIR LAUT

PANTAI AMAL BARU TARAKAN

Abstrak : Dua pertiga bagian wilayah Indonesia adalah lautan, Indonesia dianugrahi bentang garis
pantai yang sangat panjang, berbagai potensi ekonomi baik itu dalam bentuk objek wisata maupun
hasil laut dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia.

Kalimantan Utara merupakan Provinsi Ke 34 melalui rapat paripurna tanggal 25 Oktober tahun 2012
sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2012 dimana Kalimantan Utara memiliki 4
Kabupaten dan 1 Kota Administratif. Tarakan merupakan sebuah pulau yang menjadi pusat Industri,
bisnis dan juga hiburan. Pantai amal baru berada pada pesisir timut pulau Tarakan yang masuk
dalam wilayah administratif Kecamatan Tarakan Timur.

Pantai amal baru merupakan ikon wisata bahari kota Tarakan yang biasa ramai dikunjungi oleh
wisatawan lokal khusunya pada waktu akhir pekan. Dengan mulai ditata kembali fasilitas –fasilitas
penunjang di pantai amal, maka semakin menambah indah visualisasi pesisir timur Tarakan itu.

PENDAHULUAN :

Dimanapun dibelahan bumi ini, ketika kita berbicara tentang laut apakah itu tentang pesisir atau pun
lautnya itu sendiri, maka kita pasti akan berbicara tentang kegiatan masyarakat di sekitarnya,
tentunya memanfaatkan sumber daya laut itu yang menjadi pekerjaan pokok dari masyarakat pesisir
itu sendiri. Pada penelitian kali ini saya tidak membahas secara spesifik tentang komoditas apa yang
menjadi andalan oleh masyarakat pesisir di sekitar pantai amal baru, tetapi lebih umum sehingga
nanti ada sebuah komparasi yang bisa kita munculkan, guna membandingkan dampak ekonomi dan
juga terkait dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh aktifitas masyarakat pesisir pantai amal baru
Tarakan.

Jika dilihat dari keseharian masyarakat pantai amal baru maka didominasi oleh para nelayan yang
membudidayakan rumput laut dan juga nelayan tangkap dengan menggunakan berbagai metode
dalam memangkap ikan.
Menurut informasi masyarakat setempat pemasaran rumput laut sendiri agak sulit. Biasanya yang
memasarkan komoditi ini adalah pemborong/tengkulak. Mereka membeli dan kemudian
mengekspornya secara domestik de daerah lain di Indonesia seperti Surabaya, Sulawesi, dan Jakarta.

Pasar komoditi ini di luar Kota Tarakan sangat tinggi. Tenaga kerja yang dapat diserap dari usaha ini
juga sangat besar, khususnya dalam memberdayakan masyarakat setempat yang tinggal di wilayah
pesisir laut.

Berbicara kualitas rumput laut di Tarakan jauh lebih baik daripada di Sulawesi, bahkan yang terbaik
di Indonesia. Prospek komoditi rumput laut di Tarakan jika dikembangkan dengan standar kualitas
yang baik dan manajemen kerja yang profesional akan berpeluang untuk mengisi pasar ekspor luar
negeri. Produk rumput laut sangat dibutuhkan sebagai bahan baku utama untuk produk pangan,
kosmetik, farmasi/obatan, dan industri pesawat terbang.

Total produk turunan yang dapat dibuat dari rumput laut mencapai 500-an jenis. Beberapa industri
rumput laut besar ada di Perancis dan Jerman. Mengacu pada prospek permintaan dan semakin
tingginya kesadaran konsumen akan makanan sehat, membuat prospek rumput laut ini dalam
memberdayakan perekonomian Kota Tarakan.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN :

1. Objek Penelitian
Tentunya yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat yang berkecimpung dalam
kegiatan ekonomi pengolahan hasil laut, baik itu sebagai nelayan rumput laut maupun
nelayan tangkap.
2. Data penelitian
- Data Primer yakni data yang didaptkan langsung dari sumber data
- Data sekunder adalah data yang diperoleh dari mempelajari beberapa referensi
3. Metode Penelitian
- Penelitian kepustakaan
- Observasi
- Wawancara
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan yang mengambil lokasi di
sepanjang pesisir pantai amal baru Tarakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN :

Kota Tarakan terletak antara 117°34’ Bujur Barat dan 117°38’ Bujur Timur serta diantara 3°20’
Lintang Selatan dan Kota Tarakan mempunyai luas 245,18 km2 dimana 98,22% nya atau 294,65 km2
berupa daratan yang sisanya sebanyak 1,78% atau 4,53 km2 berupa lautan.

Perkembangan dan pemekaran wilayah sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 23
Tahun 1999, maka kota Tarakan yang sebelumnya terdiri dari 3 kecamatan dimekarkan menjadi 4
kecamatan dan 20 kelurahan. Keempat kecamatan tersebut adalah Tarakan Timur, Tarakan Tengah,
Tarakan Barat dan Tarakan Utara. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah,
status desa yang ada di Kota Tarakan seluruhnya berubah menjadi kelurahan. Undang-undang
tersebut juga mengubah penyebutan “kotamadya Tarakan” menjadi “Kota Tarakan”.

Letak Kota Tarakan terpisah dari pulau induk Kalimantan yang dimana merupakan salah satu pintu
gerbang pembangunan di wilayah Kalimantan Utara. Di bagian utara berbatasan dengan pesisir
pantai Kecamatan Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan dan di sebelah selatan berbatasan dengan
pesisir pantai Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. Sedangkan di sebelah timur juga
berbatasan dengan Kecamatan Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan dan Laut Sulawesi. Selain itu di
sebelah barat berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung.
Kecamatan Tarakan Timur merupakan satu diantara kecamatan di wilayah Kota Tarakan yang secara
geografis terletak antara 117°37’48” BT dan diantara 3°17’51” LU dengan ketinggian 12 m di atas
permukaan laut. Luas wilayah kecamatan Tarakan Timur adalah 59,23 km2 terdiri dari 7 kelurahan
dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 54.269 jiwa, untuk laki-laki terdapat 28.496 jiwa
dan perempuan terdapat 25.773 jiwa. Kota Tarakan yang beriklim tropis mempunyai musim yang
hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April
sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Oktober. Keadaan ini terus
berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Namun,
dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Utara termasuk Kota Tarakan kadang
tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataanya tidak turun hujan
sama sekali, begitu juga sebaliknya. Suhu udara disuatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi
rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum
Tarakan beriklim panas dengan rata-rata suhu udara sepanjang Tahun 2015 berkisar 24,8°C hingga
31,3°C. selain itu, sebagai daerah beriklim tropis, Kota Tarakan mempunyai rata-rata kelembapan
udara relatif tinggi, berkisar antara 56,0 persen sampai dengan 98,0 persen sepanjang tahun 2015.
Kelembapan udara paling rendah terjadi pada bulan Maret yang hanya mencapai 47,0 persen.
Sedangkan kelembapan udara tertinggi terjadi pada bulan Juni yang mencapai 100 persen. Untuk
rata-rata kelembapan udara sepanjang tahun 2015 tercatat sebesar 84,0 persen. Curah hujan di
suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografis dan
perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan
letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 375,1
mm dan rata-rata curah hujan terendah sebesar 197,4 mm yang terjadi pada bulan Januari.
Sedangkan rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2014 tercatat sebesar 264,5 mm dengan hari
hujan ratarata sebanyak 20 hari per bulan.

Pantai Amal Lama dan Baru merupakan kawasan yang direncanakan sebagai salah satu Pusat Kota
Tarakan atau Pusat Kawasan untuk seluruh wilayah Kecamatan Tarakan Timur. Di kawasan Pantai
Amal Lama sudah terbangun beberapa fasilitas penunjang sebagai Pusat Kawasan meskipun
kuantitas dan kualitasnya masih minim dan cenderung persebarannya terpusat di Pantai Amal Lama.
Sehingga masih banyak area di kawasan perencanaan (pantai bagian utara dan pantai bagian
selatan) yang kurang terintegrasi dan kurang terlayani dengan sistem pelayanan dan infrastruktur
kota yang ada.

Kondisi Pantai Amal termasuk bagian dari wilayah Kecamatan Tarakan Timur yang terdiri dari 5
kelurahan yaitu Kelurahan Pantai Amal, Kelurahan Kampung Enam, Kelurahan Kampung Empat dan
Kelurahan Mamburungan. Lokasi kawasan Obyek Wisata Pantai Amal ialah Pantai Amal Lama, Pantai
Amal Baru dan Binalatung yang termasuk juga di dalamnya ialah Wisata Binalatung Beach yang
dikelola oleh Swasta. Lokasi kawasan perencanaan pengembagan pantai amal meliputi wilayah
pantai dari Tanjung Binalatung – Kelurahan Pantai Amal, Kampung Enam, Kampung Empat sampai
Tanjung Batu di Kelurahan Mamburungan dengan jarak sekitar 8 KM. Perjalanan menuju Pantai Amal
dapat di lalui dengan dua akses yaitu akses laut dan akses darat untuk menuju kawasan perencanaan
saat ini jika melalui akses darat hanya mengandalkan Jalan Poros Pantai Amal yaitu Jl.S.Berantas dan
Jl.S.Kayan, dengan kondisi fisik jalan cukup lebar dan terlapis hotmix dengan kondisi baik. Jalan
menuju pantai amal cenderung berkelok-kelok mengikuti bentuk kontur tanah yang ada (berbukit)
dengan pemandangan yang sangat baik di sepanjang jalan (lembah, perbukitan, perkebunan,
kawasan hijau, dan hutan). Akses melalui laut cenderung sangat mudah dicapai karena hampir
seluruh pantai yang ada dapat dilalui dan disandari oleh kapal ataupun perahu dengan bobot/tonase
yang ringan. Pemukiman nelayan yang ada di kawasan perencanaan lebih mengandalkan akses laut
ini untuk dapat menuju ke kawasan lain di Tarakan. Secara umum, kawasan pengembangan Pantai
Amal cenderung kurang akses terhadap wilayah sekitarnya karena hanya dilayani oleh satu jalan
darat yaitu Barat Timur, sehingga untuk pengembangan kedepan perlu dan harus dibuat pembukaan
akses baru (Utara Selatan) melalui jalan alternatif dan pembukaan wilayah lain yang dapat di capai
melalui Pantai Amal. Tata guna lahan terbagi menjadi dua yaitu lingkungan budidaya (Build
Environment budidaya) dan bukan lingkungan budidaya (Unbuild Environment non-budidaya).
Lingkungan budidaya sebagian besar wilayah perencanaan belum banyak dikembangkan dan
cenderung pembangunan fisik yang ada terpusat dikawasan Pantai Amal Lama. Kondisi eksisting
kawasan terbangun antara lain permukiman nelayan, permukiman darat, fasilitas pendidikan,
komersial, industri, wisata, dan kebun anggrek, adapun yang termasuk dalam lingkungan non-
budidaya antara lain hutan lindung, kawasan hutan lindung yang ada terletak di wilayah di bagian
barat kelurahan pantai amal tetapi tidak berhubungan langsung dengan kawasan pantai, kondisinya
relatif masih baik/lebat vegetasinya. Selanjutnya yang termasuk dalam lingkungan non-budidaya
ialah hutan kota, kawasan hutan kota terdapat di tepi jalan poros Pantai Amal, di sebelah barat
kawasan perencanaan dan terdapat di tiga tempat yaitu hutan kota gunung amal I seluas 105 Ha,
hutan kota gunung amal II seluas 50 Ha dan hutan kota wisata pantai amal seluas 51,5 Ha (Bappeda
2015). Secara umum kawasan pengembangan pantai amal ditutupi oleh vegetasi yang masih dalam
kondisi baik/tidak gundul, bahkan pada beberapa area tertentu dipenuhi dengan vegetasi yang
heterogen dengan kondisi vegetasi yang besar dan rapat/rimbun. Vegetasi yang ada antara lain
adalah pohon kelapa, cemara laut, heterogen dan mangrove/bakau.
KESIMPULAN DAN SARAN :

Kesimpulan : Dari hasil pembahasan dengan menggunakan beberapa pendakatan ataupun metode
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari pemanfaatan komoditas laut yang selama ini
digeluti oleh masyarakat pesisir pantai amal baru, belum memberikan dampak yang signifikan
terhadap tumbuhnya perekonomian masyarakat di sekitar pantai amal baru Tarakan. Hal ini
disebakakan karena masih rendahnya distribusi hasil laut dan juga oleh faktor harga beli yang tidak
seimbang dengan biaya yang di keluarkan.

Saran : Sebaiknya peran serta dari pemerintah dalam hal pendampingan untuk mendistribusikan
ataupun menampung hasil laut baik itu rumput laut maupun hasil laut lainnya. Sehingga terjadi
perputaran ekonomi yang sehat baik itu antara nelayan langsung maupun pihak-pihak yang terlibat
dalam kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA :

Annisa Merryna. 2009. Analisis Willingness To Pay masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan
mata air Cirahab (Desa Curung Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Skripsi.
Fak. Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anonim. 2007. Pemahaman tentang Kota Tarakan.

Badan Pusat Statistik Kota Tarakan, 2019.

Rini Pratiwi. 2014. Valuasi nilai ekonomi wisata Pantai Amal : Aplikasi Travel Cost Method (TCM).
Artikel. Fak. Ekonomi Univ. Borneo Tarakan. Tarakan (tidak dipublikasikan).

Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H dan Istini, S. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya.
Jakarta. 147 hlm.
DOKUMENTASI :

Anda mungkin juga menyukai