Anda di halaman 1dari 3

1.

Potensi energi gelombang laut di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera, Indonesia:
Rata-rata energi gelombang 25 tahun (1991-2015) menunjukkan beberapa hotspot
yang terlihat di daerah tertentu yang memiliki nilai tinggi gelombang signifikan
hingga 2,33 m dan energi gelombang 67,29 kW/m. Kejadian hotspot ini memiliki pola
yang sama dengan statistik yang dikumpulkan untuk karakteristik musim yang
berasosiasi dengan monsun tropis dengan nilai rata-rata energi gelombang mencapai
puncaknya pada musim monsun timur sebesar 98,21 kW/m, dan nilai rata-rata
terendah terjadi pada musim musim monsun barat, berlangsung dari Desember hingga
Februari, dengan nilai umum 10 kW/m. Secara umum pantai barat Sumatera
menunjukkan energi gelombang tinggi yang potensial, dengan SWH antara 1 dan 2 m
dan energi gelombang 20–25 kW/m (Rizal dan Ningsih, 2020).

2. Dinamika Pendapatan Nelayan dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh di Pesisir Barat


dan Timur Pulau Sumatera: Pendapatan nelayan di kedua pesisir didominasi oleh
pendapatan dari perikanan tangkap yang berfluktuasi sepanjang tahun. Pendapatan
nelayan pesisir timur lebih tinggi dan bervariasi dibandingkan dengan nelayan pesisir
barat. Makalah ini mengidentifikasi tiga faktor yang mempengaruhi perbedaan: 1)
kapasitas teknologi armada dan alat tangkap nelayan, 2) pemasaran ikan dan variasi
musim sepanjang tahun, seiring dengan degradasi sumber daya pesisir, dan 3)
kebijakan dan program untuk nelayan pemberdayaan dan pembangunan di wilayah
pesisir.

3. Pendapatan nelayan di Laut Barat Sumatera lebih rendah dibandingkan dengan


nelayan pada wilayah timur. Nelayan di Pesisir Barat umumnya menangkap ikan di
perairan desa dan sekitarnya. Nelayan Mentawai melaut di wilayah kurang dari 10 mil
dengan alasan keamanan, mengingat kapasitas armada penangkap ikan yang terbatas.
Daerah penangkapan ikan di Nias Utara bahkan lebih terbatas, hanya di perairan desa,
sedangkan nelayan Tapanuli Tengah menangkap ikan di sekitar Teluk Tapian, 1–2 mil
dari bibir pantai. Persaingan menangkap ikan di perairan desa cukup tinggi karena
semakin banyaknya nelayan aktif. Persaingan nelayan semakin sengit di Nias Utara
dan Tapanuli Tengah karena mereka juga bersaing dengan nelayan dari luar daerah
dengan menggunakan armada dan peralatan yang lebih baik.
4. Daya tangkap nelayan di Pantai Barat sangat terbatas, hal ini menjadi kendala bagi
mereka karena hanya menggunakan armada dan alat tangkap yang sederhana.
Nelayan hanya melaut di dekat desa dan perairan sekitarnya; mereka menangkap ikan
pelagis kecil (kembung, selar/trout dan ikan teri) yang nilai jualnya relatif murah,
terutama pada musim ombak tenang saat hasil tangkapan melimpah. Sementara itu
nelayan di Tapanuli Tengah yang kapasitas armada penangkapannya lebih baik dari
kabupaten lain, memiliki penghasilan tertinggi dari pemasaran hasil tangkapannya,
terutama dari cumi dan udang. Nelayan di kabupaten ini selain menjual ikan segar
juga mengolah hasil tangkapannya menjadi ikan asin dan teri, sehingga memberikan
nilai tambah bagi pendapatan mereka.

Pemasaran ikan di semua kabupaten di Pesisir Barat masih terbatas di kota-kota


sekitarnya, terutama di Nias Utara yang pemasarannya hanya terkonsentrasi di Pulau
Nias. Hal ini berkaitan erat dengan letaknya yang berbatasan langsung dengan laut
lepas, serta jarak Nias Utara dengan kota yang cukup jauh, sehingga pemasaran tidak
menguntungkan karena mahalnya biaya transportasi.

Variasi pendapatan nelayan juga terkait dengan degradasi sumber daya pesisir,
khususnya terumbu karang, yang terjadi di semua kabupaten/kota. Degradasi tersebut
terutama disebabkan oleh penggunaan alat tangkap ilegal, seperti racun (kalium
sianida dan tuba), bom, dan pukat. Penggunaan bahan dan alat tangkap tersebut telah
dilarang oleh pemerintah dan telah disosialisasikan secara masif melalui program
pengelolaan terumbu karang (COREMAP), namun kegiatan tersebut masih terus
berlangsung.

References:
Astina, C., & Abubakar Hamzah, M. N. (2013). Pengaruh Pariwisata Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Di Provinsi Aceh. Jurnal Ilmu Ekonomi: Program Pascasarjana Unsyiah, 1(3).

Rizal, A. M., & Ningsih, N. S. (2020). Ocean wave energy potential along the west
coast of the Sumatra island, Indonesia. Journal of Ocean Engineering and Marine
Energy, 6(2), 137-154.
SAPUTRA, I. (2020). Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Aceh Dalam Upaya Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara
(Doctoral dissertation).

Anda mungkin juga menyukai