TEMA :
PERENCANAAN TATA RUANG SEBAGAI BASIS
DALAM UPAYA PENGEMBANGAN WILAYAH
PESISIR DAN PULAU KECIL
TOPIK :
PENGEMBANGAN KEGIATAN MINA INDUSTRI DI WILAYAH
PESISIR BENGKOROK KECAMATAN WATULIMO
KABUPATEN TRENGGALEK PROP JAWA TIMUR
R muh.Adamsyach Adikara
Nim.
adam 13.70.251.018
[Type the company name]
Magister
kajian pembangunan
[Pick the date]
wilayah dan perkotaaan
Univ.krisna dwipayana
BAGIAN A
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zona pesisir dan laut di Indonesia menyimpan kekayaan alam yang melimpah dan mempunyai potensi ekonomi
yang cukup besar, dan merupakan modal dalam membangun bangsa Indonesia. Sehingga dalam memanfaatkannya
harus dikelola dengan baik, yaitu terpadu, berkelanjutan, dan berkesinambungan. Pada saat ini, pengelolaan sumber daya
alam cenderung dititik beratkan pada pengolahan tanah, sedangkan potensi pesisir dan lautan masih sangat luas dan
belum optimal pengelolaanya. Pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir dan kelautan antara lain untuk kepentingan
pariwisata, perikanan, hankam, pertambangan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), kewenangan Indonesia untuk mengelola wilayah kelautan adalah
sejauh 200 mill, sedangkan berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 1999 menjelaskan bahwa kewenangan
pengelolaan wilayah kelautan bagi propinsi adalah 12 mill, dan bagi Kabupaten/Kota kewenangan pengelolaan wilayah
kelautannya adalah 4 mill. Berdasarkan ZEE tersebut, maka kewenangan Kabupaten Trenggalek dalam pengelolaan
wilayah kelautan adalah 4 mill.
Ditinjau dari sumber dayanya, potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan secara garis
besar terdiri dari tiga kelompok, yaitu : sumber daya dapat pulih (renewable resoursces), sumber daya tak dapat pulih
(non renewable resoursces) dan jasa-jasa lingkungan (environmental services). Sumber daya dapat pulih yang dimaksud
yaitu : hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, sumber daya perikanan laut. Sumber daya tak
dapat pulih yang dimaksud antara lain : minyak bumi, gas alam, timah, mineral dan sebagainya. Sedangkan jasa-jasa
lingkungan yang dimaksud adalah fungsi kawasan pesisir dan kelautan yang dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan
pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi, saran pendidikan dan penelitian, pertahanan dan
keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim, kawasan perlindungan (konservasi dan preservasi).
Pada masa yang akan datang, peranan sumberdaya pesisir dan lautan diperkirakan akan semakin meningkat
dalam menunjang pembangunan ekonomi. Potensi sumber daya pesisir dan kelautan di Kabupaten Trenggalek
Pengembangan Mina Industri di Bengkorok | 1
merupakan salah satu potensi alam yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan akan menjadi sumber pertumbuhan
baru serta tumpuan utama dalam pembangunan daerah pada masa yang akan mendatang, sehingga akan sangat
menguntungkan untuk meningkatkan produk domestik bruto dan kesejahteraan rakyat. Pemanfaatan sumber daya pesisir
dan kelautan tersebut harus dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup
sebagai dasar untuk pembangunan berkelanjutan.
Potensi sumber daya pesisir dan kelautan di kabupaten ini dikembangkan dengan menggunakan beberapa
lokasi wilayah dengan potensi tinggi untuk sektor pesisir sebagai titik akumulasi kegiatan pengembangan kegiatan
pesisir. Lokasi yang menjadi bahasan dalam pekerjaan ini adalah pada kawasan Bengkorok dan sekitarnya yang
merupakan modal dalam pembangunan Kabupaten Trenggalek dalam pengembangan kegiatan di kawasan peisisrnya.
Dengan melaksanakan pekerjaan ini diharapkan dalam pemanfaatannya kawasan pesisir di kawasan bengkorok dan
sekitanya dikelola dengan baik dan terpadu. Pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan secara terpadu tersebut
memerlukan informasi tentang potensi pembangunan yang dapat dikembangkan di suatu wilayah pesisir dan kelautan.
Pemanfaatan potensi pesisir dan kelautan di kawasan bengkorok dan sekitarnya di Kabupaten Trenggalek lebih banyak
dititik beratkan untuk kegiatan pariwisata, permukiman nelayan, pertambakan, kawasan hutan dan kawasan lindung.
Sebagian besar kegiatan tersebut masih dikelola secara tradisional dan belum menampakkan hasil yang optimum.
Sehingga dibutuhkan pengembangan dan pengelolaan kawasan pesisir dan kelautan Kabupaten Trenggalek.
1.2. Perumusan Permasalahan
Permasalahan yang terjadi pada kawasan bengkorok secara garis besar dapat di disimpulkan karena belum ada nya
upaya penataan kawasan pesisir yang dapat mengarahkan optimalisasi potensi ke pesisiran kawasan bengkorok.
Permasalahan permasalahan yang terdapat kawasan pesisir Bengkorok dapat di deskripsikan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Kurangnya upaya penataan kawasan pesisir bengkorok sesuai dengan potensi yang ada
Ketiadaan sarana dan prasaran yang memadai untuk mengoptimalkan potensi yang ada
Lemahnya sumber daya manusia yang memadai untuk mengola sumber daya pesisir yang ada
Dan rendah nya upaya mendiversifikasi hasil komoditi dari sumber daya pesisir yang berlimpah di kawasan ini
BAGIAN B
Kondisi Kawasan Pesisir Bengkorok
2.1. Kondisi Geografis dan Batas Administratif
Kawasan Bengkorok terletak pada wilayah pesisir Pantai Prigi Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo dengan
luas wilayah 17, 98 Ha, yang terletak diantara 7 - 8 Lintang Selatan dan 111 - 112 Bujur Timur, dengan batas-batas
sebagai berikut:
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Kawasan ini terletak pada wilayah pesisir dari teluk Prigi dan berada dalam wilayah administrasi desa Tasikmadu.
Lokasi kawasan ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 3.1. Lokasi kawasan Bengkorok
Jenis tanah
Kecamatan Watulimo didominasi oleh lapisan mediteran yang tercampur dengan lapisan grumosol dan latosol. Lapisan
tanah ini memiliki tingkat permeabilitas tanah terhadap air yang rendah. Jenis tanah ini juga tergolong kurang subur.
Sedangkan untuk jenis tanah kawasan Bengkorok, sebagian besar merupakan batu kapur dan sirtu, terutama di bagian
selatan kawasan Bengkorok, pesisir pantai. Ada sebagian lapisan mediteran yang dapat ditemukan di bagian utara
kawasan Bengkorok, yang didominasi oleh daerah permukiman dan perkebunan.
Iklim ( Klimatologi )
Kecamatan Watulimo mempunyai tipe iklim agak basah (Tipe C) khususnya tipe C2 dan C3 juga pada tipe D, Tipe iklim
C dengan jumlah bulan kering rata-rata 5 bulan setahun yaitu terjadi pada bulan Juni sampai Oktober, sedangkan bulan
basah rata-rata 7 bulan (Nopember sampai Mei).
Iklim di kawasan Bengkorok merupakan iklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 29 - 32 C. Jumlah curah hujan
rata-rata selama 1 tahun antara 2.500 3.000 mm, dengan curah hujan terbesar mencapai 522 mm dan curah hujan
terkecil 10 mm dengan jumlah hari hujan 141 hari.
Hidrologi
Kondisi kawasan Bengkorok dipengaruhi oleh adanya sungai-sungai. Pada catchment area dari beberapa sungai tersebut
banyak dimanfaatkan sebagai sumber air oleh penduduk, karena sumber-sumber tersebut merupakan sumber yang
mengalir sepanjang tahun. Keadaan daerah aliran sungai dipengaruhi oleh unsur hidrologi, aliran sungai,
evapotranspirasi dan unsur lainnya yang mempengaruhi neraca air DAS. Akan tetapi, pada umumnya sungai-sungai
tersebut hanya berfungsi sebagai saluran pembuangan saja, terutama limbah industri pengolahan ikan dan limbah rumah
tangga.
Pengembangan Mina Industri di Bengkorok | 5
Areal yang dimaksud adalah areal berupa tanah kosong, jalan, dan sungai. Areal ini sebagian besar berada di sebelah
utara kawasan Bengkorok dengan luasan sekitar 60.440 m2 atau 70,03 % dari luas kawasan Bengkorok.
Bagan 3.2
Persentase Guna Lahan di Kawasan Bengkorok
Pemukiman
Perdagangan Jasa
Industri
Pelabuhan
Kaw. Wisata
Hutan
Perkebunan
Lain-lain
1. Peribadatan
Sarana peribadatan di Desa Tasikmadu terdiri dari 10 (sepuluh) Masjid dan 21 musollah, sedangkan untuk kawasan
Bengkorok terdiri dari 1 (satu) Masjid dan 1 (satu) musollah, sementara untuk sarana ibadah untuk non muslim tidak
ada.
2. Pendidikan
Sarana pendidikan di Desa Tasikmadu terdiri dari 4 (empat) TK (Taman Kanak-kanak) dan 7 (tujuh) SD,
sedangkan untuk kawasan Bengkorok hanya terdapat 1 (satu) SD Negeri dan 1 (satu) SD Inpres.
3. Kesehatan
Sarana kesehatan di Desa Tasikmadu terdiri dari 1 (satu) puskesmas pembantu dan 4 (empat) toko obat. Satusatunya puskesmas pembantu Desa Tasikmadu berada di kawasan Bengkorok, ditambah 1 (satu) toko obat.
Titik akumulasi
Sarana perikanan
6. Pabrik Es
7. Pelabuhan rakyat ( untuk nelayan lokal )
Prasarana
Kondisi jaringan jalan di kawasan Bengkorok pada umumnya adalah jalan aspal meskipun terdapat beberapa
yang rusak, ini dikarenakan terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, yang membutuhkan akses yang baik untuk
memperlancar arus distribusi komoditi perikanan laut. Ada beberapa jalan makadam dan jalan tanah di kawasan
Bengkorok yang rencananya akan dilakukan pengaspalan untuk meningkatkan aksesibilitas kendaraan. Dimensi jalan di
kawasan Bengkorok berkisar antara 3 10 m, dimana dimensi jalan yang lebih besar pada umumnya adalah jalan dari
kecamatan lain menuju ke kawasan Bengkorok atau sebaliknya, dan jalan dengan dimensi yang lebih kecil merupakan
akses antar daerah/desa sekitar.
Sumber air bersih di kawasan Bengkorok didapatkan dari catchment area di sekitar Sungai Wancir dan juga mata air
sekitar, selain itu beberapa penduduk juga menggunakan sumur bor.
Untuk jaringan listrik dan telepon di Desa Tasikmadu terdapat 1.598 pelanggan PLN dan 335 pelanggan
telepon, dimana sebagian besar pelanggan adalah penduduk di kawasan Bengkorok.
Untuk mendukung kegiatan perikanan terdapat beberapa fasilitas seperti cold storage, TPI, pelabuhan,
dermaga, parkir, IPAL, dan pasar ikan. Begitu juga untuk fasilitas lainnya (fasilitas umum dan pariwisata) tersedia di
sekitar dermaga. Akan tetapi, banyak dari fasilitas tersebut yang tidak termanfaatkan, salah satunya IPAL (Instalasi
Pengolah Air Limbah) yang terdapat di sekitar dermaga. Masyarakat cenderung mengolah ikan di rumah dan membuang
limbah (padat atau cair) di sekitar rumah mereka.
BAGIAN C
Kajian analisis optimalisasi potensi
pesisir bengkorok dalam pengembangan
mina industry
3.1. Peranan Kawasan Bengkorok di wilayah sekitarnya
Kawasan Bengkorok terdapat di bagian selatan Kecamatan Watulimo. Wilayah ini terdapat pada Teluk Prigi yang
menjadi lokasi berlabuhnya perahu nelayan di wilayah ini. Kawasan ini merupakan wilayah pesisir dari Kecamatan
Watulimo yang berada dalam wilayah administratif Desa Tasikmadu.
Luas wilayah Kawasan bengkorok adalah seluas 17,98 Ha. Sesuai dengan pola guna lahan didalamnya yang terbentuk
dari beberapa kawasan pemukiman pesisir dan beberapa fasilitas untuk kegiatan pesisir , kawasan ini memiliki peranan
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kawasan dengan kegiatan utama untuk kegiatan pengolahan hasil budidaya perikanan yang meliputi Kegiatan
Pemindangan ikan dan kegiatan agroindustri perikanan lainya
2. Kawasan ini memiliki fungsi sebagai kawasan wisata pesisir pada Pantai Prigi dan Karanggongso yang berada
di bagian selatan.
3. Kawasan ini merupakan salah satu bagian kawasan sentra produksi di kawasan Agropolitan Watulimo
khususnya untuk komoditi unggulan ikan
Gelombang
Lautan Hindia pada umumnya memiliki tinggi gelombang antara 0,50 1,00 meter dalam periode 10 12
detik dan tinggi gelombang tersebut dapat dikatakan moderat. Arah gelombang dominan pada saat pengamatan (musim
timur) berasal dari pantai selatan (laut lepas) dan menuju ke pantai. Dari data angin yang direkam di wilayah kawasan
pesisir selayan jawa Timur ( stasiun Banyuwangi ) dapat dibuat ramalan tinggi gelombang yang akan ditimbulkan oleh
angin tersebut sebagai berikut:
Periode ulang 5 tahunan
Periode ulang 10 tahunan
= 2,20 2,40 m
= 2,40 2,55 m
= 2,55 2,70 m
= 2,70 2,80 m
Wilayah pesisir Selatan Kabupaten Trenggalek termasuk wilayah dari kawasan Bengkorok merupakan
wilayah yang termasuk beresiko terkena Tsunami. Gejala alam luar biasa berupa hempasan gelombang Tsunami pernah
menghantam seluruh pesisir pantai selatan Pulau Jawa. Pada pesisir pantai selatan umumnya, gelombang tsunami
menghantam pemukiman nelayan dengan ketinggian gelombang lebih dari 10 meter. Pada saat tersebut banyak
perumahan nelayan yang hilang dalam sekejap terseret ke laut, termasuk kapal-kapal nelayan yang habis.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur mengenai penanganan wilayah rawan
bencana Tsunami, ditetapkan sebagai daerah bahaya 1 dengan jarak 3500 m dari garis pasang tertinggi. Permukiman
dikembangkan berada di belakang daerah bahaya 1. Penataan ruang pantai khususnya di kawasan rawan tsunami (daerah
bahaya I) terdiri dari beberapa zona yang berfungsi untuk memecah gelombang tsunami, memperlambat kecepatan
gelombang serta revitalisasi ekosistem pesisir. Zona-zona ini terdiri sebagai berikut:
Zona Mangrove
Zona perkebunan
Zona permukiman/wisata bahari. Berada minimal 3500 dari garis pasang tertinggi
Arus di Pantai
Arus di Pantai di kawasan bengkorok dikenal dengan nama Arus Khatulitiwa Selatan (South Equatorial
Current) yang sepanjang tahun bergerak menuju ke arah Barat. Akan tetapi pada musim Barat terdapat jalur sempit yang
menyusur Pantai Selatan Jawa dengan arus menuju Timur, berlawanan dengan arus khatulistiwa Selatan.
Pada musim Timur, arus dipengaruhi oleh angin Tenggara yang membuat arus khatulistiwa semakin
melebar ke arah Utara. Pada saat ini arus permukaan menunjukkan pola sirkulasi anti siklonik atau berputar ke kiri,
sehingga terjadi kekosongan yang berakibat naiknya air dari bawah (Upwelling).
Air naik ini terjadi kira-kira menghampar dari Selatan Jawa hingga ke sebelah Selatan Sumbawa, terjadi
dalam kurun bulan Mei sampai dengan September. Kecepatan air naik mencapai 0,0005 cm/detik. Jenisnya adalah
jenis berkala (Periodic type) dan terjadi di musim Timur.
ini. Analisa ini berfungsi untuk memberikan gambaran yang jelas latar belakang jenis jenis sarana dan prasarana yang
akan direncanakan dan ditata di kawasan ini.
Metode analisa yang digunakan adalah analisa location quotient yang merupakan manivestasi dari kemampuan eksport
wilayah kawasan Bengkorok menuju wilayah lainya. Metode ini dapat dilihat dibawah ini
Dalam penentuan ekonomi basis terdapat beberapa poin yang harus dipenuhi oleh sektor yang akan ditetapkan
sebagai unggulan yaitu
Mempunyai karakter yang eksotik agroekologi-tropika
Merupakan sektor ekonomi dominan
Analisa Location Quotient (LQ) merupakan metode statistik yang menggunakan karakteristik ketenagakerjaan
untuk menganalisis dan menentukan perbedaan basis ekonomi masyarakat suatu daerah yang bermanfaat untuk
menentukan Exsport/Import Employment dalam Local Government guna penentuan Policy dan Constraint. Dalam
identifikasi unggulan sebagai basis atau non basis. Analisis situasi internal (Agroklimatologi dan LQ) dan analisis
eksternal (daya saing pemasaran komoditas) dilakukan dengan Scoring dan pembobotan/rating untuk memperoleh nilai
ranking komoditas.
Formula perhitungan LQ dalam proses penentuan sektor ekonomi basis adalah sebagai berikut :
LQ
= Si/ N i = Si/ S
S/ N
N i/ N
Dimana :
Si = sektor ekonomi tertentu ( i ) di Kecamatan ( i )
S = Jumlah sektor ekonomi total komoditas di Kecamatan ( i )
Ni = Jumlah sektor ekonomi tertentu ( i ) di Kabupaten / kota
wilayah rencana
N = Jumlah sektor ekonomi total di Kabupaten / kota wilayah
rencana
Pengembangan Mina Industri di Bengkorok | 22
Model ini dilakukan dengan kondisi satuan jumlah tiap sektor ekonomi tertentu harus sama
Indikasi sektor ekonomi pada tiap kecamatan untuk nilai LQ ini apabila :
Nilai LQ sektor tertentu ( i ) > 1 maka sektor tertentu ( i ) tersebut merupakan sektor unggulan pada Kecamatan
( i ) tersebut begitu pula sebaliknya
apabila Nilai LQ sektor tertentu ( i ) < atau = 1 maka sektor tertentu ( i ) tersebut BUKAN merupakan sektor
unggulan pada Kecamatan ( i ) tersebut
Konklusi yang didapatkan dari model analisa ini ialah :
Sektor ekonomi perikanan merupakan sektor ekonomi basis dari wilayah Kecamatan Watulimo daripada Kecamatan
lainya di Kabupaten Trenggalek . Hal ini bisa dilihat dari besarnya nilai LQ di kecamatan ini yang lebih besar dari angka
1 pada sektor perikanan. Kawasan Bengkorok sebagai wilayah sektor ekonomi basis perikanan di Kecamatan Watulimo
tentunya juga memiliki kondisi yang sama dengan kondisi global kecamatan Watulimo. Berdasar atas analisa pula ini
pula dapat diketahui bahwa pada sektor pariwisata juga memiliki potensi dan kontribusi ekonom yang besar pada
Kecamatan Watulimo dan Kawasan Bengkorok. Hal ni bisa ditinjau pada nilai LQ yang memiliki nilai lebih dari 1 dan
memiliki kemampuan untuk melayani kebutuhan kegiatan wisata bagi pengunjung di luar kecamatan ini .
Analisa Pengembangan ekonomi basis perikanan
Hampir sebagian besar hasil tangkapan ikan laut di kawasan pesisir Bengkorok dijual langsung dalam bentuk segar
untuk diolah di tempat lain. Hanya sebagian kecil ikan hasil tangkapan yang dilakukan pengolahan seperti: pemindangan
dan pengasinan. Jenis ikan yang diolah ini pun merupakan ikan yang nilai jualnya tidak begitu tinggi atau ikan yang
merupakan hasil sampingan dari target penangkapan seperti: ikan sisik, layang dan sebagainya.
Dengan tersedianya potensi ikan laut di wilayah pantai Selatan Kabupaten Trenggalek yang belum dimanfaatkan secara
optimal, maka di masa mendatang produksi tangkapan ikan laut tentunya dapat ditingkatan semaksimal mungkin.
Meningkatnya hasil tangkapan ikan laut ini harus disertai adanya kegiatan penanganan dan pengolahan ikan yang secara
keseluruhan diharapkan dapat memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian wilayah
Kabupaten Trenggalek umumnya. Secara lebih rinci perlunya kegiatan pengolahan ikan ini tujuannya adalah:
- Mengawetkan ikan hasil tangkapan, sehingga jangkauan pemasaran dapat diperluas. Hal ini dilakukan karena
karakter hasil tangkapan ikan laut yang harus segera ditangani agar kualitasnya tetap dapat dipertahankan (tidak
rusak), yakni mulai dari penanganan pada waktu masih di laut, pada saat pembongkaran, pada saat di darat, serta
selama pengangkutan dan distribusi. Semakin lama kualitas ikan dapat dipertahankan, maka semakin luas
pemasaran yang dapat dilakukan khususnya untuk ikan segar.
- Memanfaatkan atau mengolah ikan hasil sampingan maupun limbah ikan hasil olahan sebelumnya menjadi produk
yang mempunyai nilai jual,
- Menyerap tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran, serta memberdayakan masyarakat di kawasan pesisir
Bengkorok terutama kaum perempuan dan masyarakat di wilayah sekitar Bengkorok dengan adanya kegiatan
pengolahan ikan ini,
- Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar pesisir Bengkorok dengan adanya kegiatan pengolahan ikan ini.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat memungkinkan adanya bermacam kegiatan pengolahan ikan
tergantung dari hasil tangkapan ikan yang diperoleh. Dengan adanya pengolahan ikan ini, maka penjualan ikan tidak
hanya dalam bentuk ikan segar akan tetapi juga ikan kemasan siap saji yang lebih tahan lama sampai ke tujuan atau
produk ikan olahan. Dengan demikian, selain pemanfaatan hasil tangkapan menjadi lebih optimal, pendapatan
masyarakat juga semakin meningkat.
Berdasarkan perkiraan hasil tangkapan ikan di masa mendatang hingga mencapai 50 ton per hari, yang dijual
langsung dalam kondisi segar yaitu sekitar
sekitar Bengkorok dan Kabupaten Trenggalek (skala lokal dan regional). Selain itu sebagian ikan segar ini dijual ke
tempat-tempat pengolahan ikan yang sudah ada saat ini dan tentunya sampai dengan tahun perencanaan masih
membutuhkan supplai ikan yang berasal dari Bengkorok. Jenis ikan segar untuk kebutuhan masyarakat lokal dan
regional adalah semua jenis ikan hasil tangkap, sedangkan jenis ikan untuk supplai ke tempat-tempat pengolahan ikan
adalah jenis ikan tuna, cakalang, bengkunis dan tuna mata besar. Biasanya ikan yang langsung dijual segar ini dari TPI
(setelah ditimbang dan dilelang) langsung dimasukkan ke mobil pengangkut ikan untuk kemudian diangkut ke tujuan
penjualan. Ikan-ikan tersebut diberi es batu yang dihancurkan dan garam untuk tetap menjaga kualitas ikan tetap baik
dan segar sampai ke tujuan.
Terkait dengan pengembangan kawasan pesisir Bengkorok di masa mendatang, hasil tangkapan ikan laut yang
didaratkan di Bengkorok lebih diorientasikan untuk diolah di kawasan Bengkorok. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa adanya kegiatan pengolahan ikan di kawasan perencanaan akan memberikan multiplier effect bagi
masyarakat pesisir Bengkorok dan sekitarnya. Dengan adanya multiplier effect ini diharapkan akan menjadi generator
bagi perkembangan wilayah sekitarnya.
Kegiatan sekunder
Kegiatan primer
Kegiatan primer
Pembagian wilayah atas zona tertentu juga hendaknya memperhatikan kawasan-kawasan fungsional yang ada
untuk menghindari adanya overlapping dalam sistem pelayanan dalam tiap-tiap bagian wilayah. Untuk itu hal yang perlu
dijadikan bahan pertimbangan adalah bahwa umumnya pusat pelayanan yang ada dan memiliki potensi untuk
berkembang terletak di sepanjang jalan-jalan utama atau paling tidak setingkat jalan kolektor. Dengan demikian,
pembagian sistem perwilayahan tersebut hendaknya tidak terlalu berpaku pada kenampakan-kenampakan alam yang ada
seperti jalan misalnya.
Berdasar atas hasil identifikasi dua faktor diatas maka dapat diketahui terdapat beberapa zona yang saling berinteraksi di
Kawasan Bengkorok. Zona zona tersebut adalah sebagai berikut :
1. Zona 1 : Agroindustri perikanan dengan luas sebesar 2,32 Ha
2. Zona 2 : Perikanan hasil laut dengan luas sebesar 1,51 Ha
3. Zona 3 : wisata dan komersial dengan luas sebesar 2,11 Ha
4. Zona 4 : pemukiman dengan luas 1,51 Ha
5. dan Zona pendukung pengembangan dengan luas 10,34 Ha
4
3
2
1
BAGIAN D
PENATAAN LAHAN PADA KAWASAN
PESISIR BENGKOROK MELALUI
OPTIMALISASI POTENSI MINA
INDUSTRI
4.1. Arahan Dasar Penataan Kawasan Bengkorok dan sekitarnya
Berdasarkan atas hasil analisa yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya maka dapat diketahui perlu adanya rencana
yang dapat memberikan arahan penataan pada bangunan bangunan yang direncanakan dibangun di kawasan ini.
Perencanaan bangunan bangunan fasilitas ini direncanakan untuk dapat dikembangkan sesuai dengan pemilahan zona
yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya yaitu :
1. Zona Perikanan , yang mencakup
a. Subzona perikanan tangkapan hasil laut
b. Subzona perikanan pengolaha hasil laut
2. Zona wisata dan komersiil , yang mencakup
a. Subzona wisata pesisir
b. Subzona perdagangan pendukung wisata
3. Zona pemukiman dan pendukung kegiatan utama
Konsep dasar dari rencana penataan Kawasan bengkorok berdasar atas analisa yang dilakukan sebelumnya dapat dilihat
melalui bagan dibawah ini
Konsep penataan Kawasan bengkorok dan sekitarnya ini didasarkan pada fungsi dan peranan kawasan baik dalam
lingkup kawasan maupun regional (Kabupaten Trenggalek ). Adapun fungsi dan peranan Kawasan Bengkorok ini
meliputi:
Sebagai pusat pelayanan dengan skala pelayanan kawasan dan sekitarnya,
Sebagai pusat pendaratan ikan dalam wilayah Kabupaten Trenggalek,
Sebagai pusat pengolahan ikan laut,
Kegiatan wisata alam dan kegiatan wisata penunjang kegiatan perikanan tangkap,
Pemukiman nelayan
Selain itu, konsep pengembangan penataan Kawasan bengkorok dan sekitarnya ini juga disesuaikan dengan tujuan dan
sasaran yang diinginkan, berdasarkan kajian terhadap potensi, masalah dan prospek pengembangan kawasan, serta
kajian terhadap adanya perubahan kebijaksanaan pembangunan saat ini dan isu-isu yang berkembang saat ini.
Batas wilayah darat: batas administrasi desa (Tasikmadu) sebagai daerah hulu (upstream) dan mempunyai
wilayah pesisir dan laut,
Batas wilayah laut: batas wewenang pengelolaan sumberdaya alam di wilayah laut untuk kabupaten yaitu sejauh
1/3 dari wilayah kewenangan propinsi atau 4 mil ke arah laut lepas dihitung dari garis pantai tertinggi
(berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).
Dalam menentukan batas wilayah pesisir dan laut ini, harus mempertimbangkan faktor pengaruh ekosistem,
yakni:
Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan darat maupun laut yang masih dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang terjadi di darat maupun di laut, pada wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau tidak
tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut (pasang-surut, angin laut dan intrusi garam) dan pada
wilayah laut mencakup perairan yang dipengaruhi oleh prosesproses alami daratan (sedimentasi dan aliran air
tawar ke laut) dan perairan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia di darat.
Wilayah yang termasuk dalam kawasan konservasi pantai, yaitu wilayah di pantai/daratan sejauh 100 meter ke
arah darat dari titik pasang tertinggi.
Sedangkan untuk wilayah pengelolaan lebih detil, penetapan zona Kawasan Pesisir Bengkorok berdasarkan
adanya jenis kegiatan yang dominan pada kawasan tersebut, sehingga memerlukan pengaturan dan pengelolaan secara
lebih rinci. Adapun kegiatan dominan yang dimaksud yakni kegiatan perikanan tangkap beserta kegiatan penunjang
lainnya seperti: kegiatan pengolahan ikan, kegiatan wisata dan pemukiman nelayan. Oleh karena itu, penetapan zonanya
sebatas kawasan yang didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan diatas.
Berdasar atas konsep rencana diatas mala pembagan zona di kawasan Bengkorok dan sekitarnya dapat dilihat
dibawah ini
1. Zona 1 : Agroindustri perikanan dengan luas sebesar 2,32 Ha
2. Zona 2 : Perikanan hasil laut dengan luas sebesar 1,51 Ha
3. Zona 3 : wisata dan komersial dengan luas sebesar 2,11 Ha
4. Zona 4 : pemukiman dengan luas 1,51 Ha
UNIT
SARANA
PENDUKUNG
PRASARANA
PENDUKUNG
PENGOLAHAN
TPI
UTILITAS
LAINNYA
PELABUHAN
PACKING
TERMINAL
PROCESSING
COLD
STORAGE
JARINGAN
JALAN
SELLING
LEMBAGA PENGEMBANGAN
KAWASAN :
Puslitbang Perikanan
Paguyuban Nelayan
Koperasi Usaha Nelayan
Zona Wisata
Potensi wisata di Kawasan Pesisir Bengkorok adalah wisata alam dengan daya tarik utamanya adalah keindahan dan
keaslian alamnya. Adapun potensi obyek wisata yang terdapat di kawasan ini dan dapat dikembangkan untuk kegiatan
wisata skala regional (Kabupaten Trenggalek) yaitu Pantai Wisata Prigi dan sekitarnya ( Karanggongso dan pantai
lainya ) . Berdasarkan rencana pengembangan atraksi wisata pada Kawasan Pesisir Bengkorok tersebut, serta berdasarkan
prioritas pengembangan kegiatan di tiap zona perencanaan, maka untuk pengembangan kegiatan wisata di Kawasan Pesisir
Bengkorok lebih diprioritaskan pada Pantai Prigi .
Konsep penataan zona wisata di kawasan Bengkorok ini dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Kawasan Wisata
Bengkorok
OTW Pantai
- Penataan estetika
- Pengembangan jasa
wisata suplemen
(pengembangan
Cottage, Penataan
taman bermain ,dan
kolam renang
- Pengembangan
sirkulasi pengunjung
Pengembangan
pusat informasi
wisata
Pengembangan
kegiatan jasa
maritim
Pengembangan
akses antar
zona
Penataan
estetika
Pengembangan
jasa wisata
suplemen
Pengembangan
sirkulasi
pergerakan
pengunjung
Lereng (%)
11
12
10
17
20
24
20
24
29
35
30
32
38
46
o Mengembangkan industri pengelolaan ikan pada pusat pengumpulan untuk menampung hasil tangkapan dan budi
daya ikan yang disesuaikan dengan kebijaksanaan industri tentang penetapan zona industri dan aglomerasi industri
dalam kawasan pertumbuhan ekonomi;
o Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi penangkapan dan budi daya ikan, udang, rumput laut, mutiara serta
teknologi eksploitasi dan eksplorasi potensi dasar laut secara efektif, efisien dan yang ramah lingkungan;
o Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia untuk merencanakan, mengelola, dan memanfaatkan
sumber daya laut secara lintas sektoral dan multidisiplin di tingkat nasional dan daerah;
o Menggali, mengumpulkan, mengolah data dan informasi mengenai cekungan minyak dengan memperhatikan batasbatas eksploitasi sesuai potensi lestari;
o Mendorong pemanfaatan dan pengembangan IPTEK kelautan untuk meningkatkan kemampuan mengolah potensi
air laut menjadi air bersih dan energi alternatif bagi kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil, dan mendorong
penyelenggaraan survai, inventarisasi, dan evaluasi agar sejauh mungkin menggunakan kemampuan nasional dalam
rangka penyediaan data hasil survey dan penelitian kelautan.
Beberapa kebijaksanaan yang ditempuh untuk mengembangkan potensi industri kelautan adalah:
o Mengembangkan industri kelautan secara bertahap dan terpadu melalui keterkaitan antara industri kelautan dan
sektor industri (pembangunan) lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang memasok bahan baku industri;
o Mendorong iklim yang kondusif bagi penanaman modal untuk penyebaran pembangunan industri kelautan di
berbagai daerah terutama KTI, sesuai dengan potensi masing-masing dan pola tata ruang nasional dan mendorong
pengembangannya agar lebih efisien dan mampu bersaing, baik di tingkat regional maupun global;
o Mendorong peningkatan kapasitas produksi galangan kapal kayu dan fiber glass untuk menunjang pemenuhan
kebutuhan armada pelayaran rakyat, perikanan, dan wisata;
o Mewujudkan pola pengembangan industri kelautan melalui kebijaksanaan wilayah terpadu dan kebijaksanaan
pengembangan aglomerasi industri dan zona industri;
o Mengembangkan sistem transportasi laut nasional untuk meningkatkan aksesibilitas dengan pusat-pusat
pengembangan ekonomi regional dan nasional serta mengembangkan jalur lalu lintas antarsamudera, seperti jalur
Singapura-Biak, Laut Cina Selatan-Australia, dan mengupayakan akses jalur lintas tersebut ke pelabuhan samudera
lokal dan mengembangkan jalur pelayaran antar pulau yang berdekatan;
o Meningkatkan kapasitas daya tampung pelabuhan, pergudangan, dan lapangan penumpukan serta meningkatkan
mutu pelayanan jasa kepelabuhan;
o Mengembangkan potensi kawasan yang cepat tumbuh yang dapat mempercepat pembangunan ekonomi, seperti
pembentukan kawasan segitiga pertumbuhan dengan negara tetangga khususnya di KTI;
o Meningkatkan keselamatan pelayaran melalui peningkatan pelayanan navigasi dan kegiatan pemetaan laut di lokasi
yang padat lalu lintas pelayarannya