Keberadaan bentuk muka bumi yang beragam dapt menimbulkan keragaman corak kehidupan penduduk yang ada. Namun juga bisa terjadi
pada suatu bentuk muka bumi yang sama, namun faktor-faktor fisik yang lain berbeda, corak kehidupan penduduknya pun jadi berbeda pula.
Sebagai gambaran adanya keragaman corak kehidupan yang timbul akibat adanya pengaruh bentuk muka bumi yang berbeda, yaitu sebagai
berikut.
Kehidupan penduduk di kawasan dataran pantai meskipun sama-sama tinggal di tepi pantai pun akan berbeda-beda. Sebagai contoh, corak
kehidupan penduduk yang tinggal di tepi pantai yang curam dan berombak besar akan berbeda dengan corak kehidupan penduduk di tepi
Oleh sebab itu kawasan pantai utara Jawa yang relatif landai dan ombaknya tenang relatif dikembangkan sebagai sawah pasang surut,
tambak ikan dan udang, juga berkembang dermaga-dermaga baik kecil dan sedang, bahkan berkembang pelabuhanpelabuhan besar
(Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Mas). Sedangkan di kawasan Pantai Selatan Jawa dengan kondisi ombak yang besar dan kawasan
pantai yang berdinding terjal sulit dikembangkan sebagai kawasan pelabuahn atau dermaga.
Kondisi laut dan perairan yang relatif lebih menantang di kawasan pantai Jawa bagian utara juga membawa konsekuensi sebagai berikut.
a) Rata-rata para nelayan di Jawa selatan memiliki keberanian yang tinggi dalam mengarungi samudra yang lebih berbahaya daripada laut
b) Perahu-perahu nelayan di kawasan pantai selatan Jawa rata-rata baknya lebih lancip dan panjang, bercadik, dan dilengkapi dengan layar
yang relatif lebih kecil. Sedangkan perahu-perahu nelayan di kawasan pantai utara Jawa ukuranya relatif besar, tanpa cadik, dan ukuran
kawasan konsentrasi penduduk, hal ini diakibatkan sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan bisa dimaksimalkan untuk
Bentuk wilayah yang relatif datar juga dimungkinkan untuk pengemban prasarana transportasi berupa jalan raya dan jalan kereta api secara
optimal, sehingga di kawasan dataran rendah aktivitas perekonomian penduduk dapat berjalan lancar. Oleh karena itu kota-kota yang ada di
Indonesia lengkap dengan segala fasilitas sosial seperti pusat perbelanjaan, pusat pemerintahan sarana pendidikan yang lebih banyak di
dataran rendah.
Wilayah dataran rendah cukup potensial dilihat dari sektor pertanian, transportasi, pemukiman, dan perindustrian. Tentu saja potensi ini akan
lebih baik jika diikuti kondisi cuaca dan iklim serta kualitas tanah yang baik. Corak kehidupan penduduk (pemukiman) adalah bercorak
memusat.
Dataran tinggi umumnya merupakan wialayah yang beriklim sejuk dengan cadangan air yang sudah banyak berkurang. Rumah-rumah
terbuat dari kayu-kayu keras, bambu, ataupun batu-bata. Dipakai bahan-bahan tersebut adalah untuk menghindari pengaruh iklim yang
perbedaannya sangat menyolok terutama pada kawasan pedalaman. Namun pada dataran tinggi tanaman budidayanya akan berbeda-beda
tergantung pada iklim, cuaca setempat, jenis tanaman setempat, dan ketersediaan transportasi. Corak pemukiman di dataran tinggi tidak lagi
memusat seperti dataran rendah, tetapi sudah mulai terpencar mendekati lahan-lahan pertanian mereka. Metode terasering sering diterapkan
oleh penduduk untuk menghindari kerusakan lahan pertanian akibat erosi, sehingga laju aliran air yang dapat mengikis lapisan tanah dapat
dikurangi.
Daerah pegunungan mempunyai corak kehidupan penduduknya yang khas. Persediaan air yang relatif sedikit membuat terjadinya
konsentrasi pemukiman penduduk pada lembah-lembah dan alur sungai. Hal ini terjadi karena penduduk berusaha agar memperoleh sumber
air yang relatif lebih mudah didapat di daerah tersebut. Ladang ladang yang diusahakan penduduk biasanya terletak di daerah lembah
pegunungan.
Sungai-sungai yang ada dipergunakan untuk keperluan sehari-hari (MCK) dan tidak dipergunakan untuk budidaya karena arusnya deras dan
erosinya berkembang secara intensif. Kesulitan yang paling berpengaruh di kawasan ini adalah dari segi transportasi, keadaan jalan yang
tidak rata, naik turun, dan sempit yang menyebabkan hubungan antara dua buah desa jadi terhambat.
Tidak hanya corak kehidupan penduduk saja yang dipengaruhi oleh bentuk muka bumi namun juga meliputi kegiatan ekonomi penduduknya.
Untuk lebih jelasnya akan diterangkan keterkaitan kegiatan ekonomi penduduk dengan bentuk muka bumi berikut.
Untuk kawasan pantai dengan ombak dan arus yang besar (kawasan pantai selatan Jawa) serta pantai yang berdinding curam menyebabkan
aktivitas perikanan dan melaut tidak berkembang seperti di kawasan pantai yang landai dengan gelombang yang relative tenag (kawasan
pantai utara Jawa). Oleh karena itu di kawasan pantai dengan ombak dan arus yang besar mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan
hanya untuk pekerjaan sampingan, sedangkan pekerjaan utamanya adalah bertani dan berkebun. Mereka hanya melaut pada saat-saat
Sedangkan di kawasan pantai dengan relief landai dan gelombang yang tenang, mata pencaharian nelayan adalah merupakan pekerjaan
utama. Pekerjaan sampingan mereka adalah sebagai petani garam dan perikanan tambak (udang dan bandeng). Kawasan dataran pantai
juga merupakan kawasan yang cocok untuk dijadikan areal perkebunan kelapa serta pisang, sebab tanaman tersebut dapat tumbuh subur
Kawasan pantai biasanya memiliki pemandangan yang indah dan dapat dikembangkan untuk pariwisata bahari. Contoh wilayah dataran
Di wilayah kawasan wisata bahari inilah penduduk setempat seringkali mengembangkan industri kerajinan rakyat sebagai cindera mata bagi
Daerah dataran rendah memiliki cadangan air yang cukup serta didukung oleh iklim yang cocok adalah merupakan potensi alam yang sangat
membantu untuk dapat dikembangkan menjadi kawasan pertanian, khussunya sawah dengan irigasi teknis. Kondisi semacam ini sesuai
dengan kondisi penduduk Indonesia yang agraris, contohnya di daerah Cikampek, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Subang, dan Indramayu
yang merupakan kawasan lumbung padi di Pulau Jawa yang terdapat di dataran rendah. Selain dikembangkan sebagai pertanian (khususnya
padi) kawasan dataran rendah juga dikembangkan sebagai kawasan perkebunan tebu (bahan utama untuk membuat gula pasir) yang
diusahakan dalam jumlah besar. Contoh perkebunan tebu yang ada di Jawa Tengah (Pemalang, Brebes, Tegal, Pekalongan), di Jawa Timur di
Dengan mengandalkan iklim sejuk dan memperhatikan jumlah cadangan air yang semakin berkurang, maka sistem pertanian yang
diusahakan adalah sistem pertanian lahan kering dan hortikultura, seperti buah-buahan, sayur mayur, dan tanaman hias. Budidaya
perkebunan khas di dataran tinggi adalah tanaman karet dan kopi. Karena keterbatasan air, maka areal sawah yang diusahakan adalah jenis
sawah tadah hujan yang penggarapannya tergantung dari curah hujan atau pun sistem ladang (huma) dengan jenis padi gebug/padi gogo.
Pemerintah memanfaatkan kawasan pegunungan ini untuk areal hutan (baik hutan lindung maupun hutan produksi). Hutan produksi adalah
jenis hutan yang dibudidayakan untuk keperluan-keperluan ekonomis dan sekaligus menjaga kelestarian hidup. Sedangkan hutan lindung
adalah jenis hutan yang berfungsi untuk menjaga kelestarian hidup saja. Di Indonesia jenis kayu yang ditanam pada kawasan hutan lindung
adalah pinus, meranti, dan albozia (sengon). Sedangkan untuk kawasan perkebunan kawasan pegunungan dibudidayakan tanaman teh dan
kina. Banyak penduduk di kawasan-kawasan perkebunan bekerja sebagai buruh perkebunan. Contoh: perkebunan teh di kawasan puncak di
daerah Bogor, Jawa Barat yang buruh pemetiknya adalah penduduk di sekitar perkebunan teh tersebut.