TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pencarian putri sang raja suku bajau/bajo mumutuskan tinggal dan
menetap di nusantara sampai saat ini, sehingga sering kita jumpai begitu banyak
suku bajau/bajo terdapat di nusantara indonesia.
Boalemo Desa Bajau/Bajo merupakan sebuah perkampungan yang yang
terletak di Provinsi Gorontalo, kabupaten Boalemo, kecamatan Tilamuta,
indonesia. Secara administratif kabupaten Boalemo memiliki 7 kecamatan, yaitu:
Botumoito, Dulupi, Managgu, Paguyaman, paguyaman Pantai, Tilamuta , dan
Wonosari, desa Bajau/Bajo memiliki luasan 7km dengan jumlah penduduk 325
jiwa. Perlu adanya penataan agar desa Bajau/bajo menjadi desa yang teratur
bentuk massa bangunan, sarana dan prasarana yang tertata, menjadikan desa yang
sehat, dan layak huni.
Desa Bajo merupakan desa /perkampungan nelayan, mayoritas masyarakat
yang tinggal didalamnya berprovesi sebagai nelayan. Berikut pengertian
permukiman nelayan/pesisir menurut ahli:
Pada dasarnya wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda
atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses
kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih
mempengaruhi proses dan fungsi kelautan (Kay dan Alder, 1999).
Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah
pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang
masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin
laut, dan perembesan air asin.
Menurut Satria (2004) dalam Ikhsani (2011), masyarakat pesisir
adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami
wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas
yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan
sumberdaya pesisir.
2.1.2 Unsur-Unsur Permukiman
a. Fungsi
b. Tujuan
1. Budaya
Gambar 2.
Sumber: https://www.infopresiden.com/2017/12/inilah-rumah-nelayan-yang-
dibangun.html
permukiman nelayan Kampung Bahari Tambaklorok di Semarang,
Jawa Tengah
Gambar 2.
Sumber: https://www.antarafoto.com/seni-budaya/v1552302311/proyek-
pengembangan-kwwwung-bahari-tambaklorok