Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Sebagai Negara kepulauan dengan wilayah laut territorial seluas 3,1 juta
km2 dan 2,7 juta km2  wilayah zona Ekonomi Ekslusif serta dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km, Indonesia memiliki peluang sekaligus tantangan yang besar
dalam mengembangkan dan mengelola potensi sumberdaya laut yang dimiliki.
Wilayah laut Indonesia memiliki kekayaan alam yang kaya serta menyediakan
jasa- jasa lingkungan yang beragam, seperti miyak dan gas, mineral, perikanan,
ekosistem terumbu karang dan mangrove, maupun pariwisata.
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan
daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air
laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari
atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam
ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam
ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan
tubuh organisme laut. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan
di abad dua puluh ini, maka fungsi laut telah meningkat dengan ditemukannya
bahan-bahan tambang dan galian terutama mineral, minyak dan gas bumi serta
dimungkinkannya usaha-usaha untuk mengambil kekayaan laut tersebut, baik
kekayaan di airnya maupun di dasar laut dan tanah dibawah dasar laut.
Dengan adanya kegiatan tersebut, akan menimbulkan berbagai persoalan
yang menyangkut dengan masalah pencemaran di perairan laut dan pesisir, dan
pencemaran terhadap biota laut yang lainnya. Pencemaran air laut dan pesisir
harus dapat dikendalikan, karena apabila tidak dilakukan sejak dini akan
menimbulkan permasalahan yang serius bagi kesehatan manusia, terganggunya
ekosistem dan rusaknya sumberdaya alam.
1.2    Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pencemaran?
2. Apa pengertian perairan laut dan kawasan pesisir ?
2.  Apa sumber-sumber dan jenis pencemaran di perairan laut dan kawasan
pesisir?
3.  Apa saja dampak pencemaran air laut dan kawasan pesisir terhadap
lingkungan?
4.  Bagaimana cara untuk mencegah dan mengatasi pencemaran air laut dan
kawasan pesisir?

1.3  Tujuan
1.    Mengetahui pengertian pencemaran
2. Mengetahui pengertian perairan laut dan kawasan pesisir
3.    Mengetahui sumber dan jenis pencemaran di perairan laut dan kawasan
pesisir
4.    Mengetahui dampak pencemaran air laut dan kawasan pesisir terhadap
lingkungan
5.    Mengetahui upaya mitigasi atau pengendalian pencemaran di perairan laut
dan kawasan pesisir

1.4 Batasan Masalah


Makalah ini hanya membahas mengenai pencemaran yang ada di perairan
laut dan kawasan pesisir
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Pencemaran


Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti
berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses
alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap
lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka
diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan
baku mutu lingkungan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja
dengan laju yang sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat
limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran lingkungan mempunyai berbagai macam arti dan definisi,
menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1998,
pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya zat, makhluk hidup,
energi ke dalam air, tanah dan udara atau berubahnya tatanan komposisi air,
udara, tanah akibat dari berbagai macam pengaruh kegiatan manusia dan proses
alam, sehingga kualitas air, udara dan tanah menjadi kurang atau tidak sesuai lagi
dengan fungsi awalnya. Sedangkan menurut MONKARIS (2008), pencemaran
lingkungan dapat diartikan sebagai penambahan atau masuknya zat-zat asing
dalam jumlah tertentu, sehingga dapat menyebabkan ancaman bagi kesehatan
manusia, terganggunya kehidupan, terganggunya ekosistem dan rusaknya
sumberdaya alam dalam suatu ekosistem.
2.2 Pengertian Perairan Laut dan Pesisir
Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik
yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun
statis (tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat merupakan perairan tawar,
payau, maupun asin (laut).
Perairan Laut adalah wilayah permukaan bumi yang tertutup oleh air asin.
Perairan laut dari pantai sampai ke dasar laut. Ilmu yang mempelajari tentang
keadaan lautan disebut oceanografi. Luas laut dibandingkan dengan daratan
adalah 7 : 3.
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Definisi kawasan pesisir adalah: “wilayah daratan dan wilayah laut yang
bertemu di garis pantai dimana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang
atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang
surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut mencakup perairan
yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti sedimentasi dan aliran
air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia di darat”
(Bengen, 2000:3). Sedangkan menurut Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah
Pesisir (2001), pengertian dari kawasan  pesisir adalah wilayah pesisir tertentu
yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu,
seperti karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan
keberadaannya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir
Terpadu, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem
darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis
pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi)
untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

2.3 Klasifikasi Laut


Laut dapat di klasifikasikan berdasarkan :
 Menurut terjadinya
Laut menurut terjadinya dibedakan menjadi :
1. Laut Transgresi
Laut yang meluas, terjadi karena daratan rendah yang tergenang oleh air
laut. Pada perairan Indonesia terdapat dua wilayah yang merupakan termasuk
laut transgresi yakni Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul.
2. Laut Ingresi
Laut yang dalam, terjadinya karena dasar laut mengalami penurunan. Pada
perairan Indonesia laut - laut yang merupakan jenis laut ingresi adalah: Laut
Banda (kedalaman 7.440 meter), Laut Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi. Di
luar Indonesia perairan laut yang merupakan jenis laut ingresi adalah: Laut
Jepang (kedalaman 4.000 meter), Laut Karibia (kedalaman 5.505 meter).
3. Laut Regresi
Laut yang menyempit, terjadinya karena menyempitnya luas permukaan laut
karena kegiatan erosi dan sedimentasi yang tiada henti-hentinya serta
berlangsung selama berabad-abad mengakibatkan semakin meluasnya dataran
pantai. Pada perairan Indonesia

 Menurut kedalamannya
Laut menurut kedalamannyanya dapat dibedakan menjadi beberapa zona :
1. Zona pesisir (littoral zone)
Wilayah laut antara garis batas air pasang naik dengan garis batas air
pasang surut. Wilayah ini tergenang pada saat pasang naik sedangkan pada surut
wilayah ini tidak tergenang air laut.
2. Zona laut dangkal (neuritic zone)
Wilayah laut yang dangkal antara batas pasang surut sampai kedalaman 200
meter. Zona ini kaya akan ikan dan tumbuh-tumbuhan laut, karena masih
terdapat sinar matahari yang menyebabkan fotosintesis dapat berjalan baik
(matahari dapat menembus air laut hingga kedalaman 90 meter). Pada zona ini
pula plankton dapat tumbuh dengan subur karena terdapat banyak oksigen, dan
masih terdapat ombak yang menyebabkan tersebarnya plankton sebagai
makanan utama ikan.
3. Zona laut dalam (bathyal zone)
Wilayah laut yang dalam dengan kedalamannya antara 200 meter hingga
kedalaman 1.000 meter. Karena sinar matahari sudah tidak dapat menembus
zona ini maka tumbuhan mulai berkurang namun binatang masih banyak
terdapat di wilayah laut ini.
4. Zona laut sangat dalam (abyssal zone)
Wilayah laut yang kedalamannya lebih dari 1.000 meter, zona ini
merupakan zona yang sangat gelap sehingga sudah tidak terdapat lagi tumbuh-
tumbuhan yang dapat hidup, namun masih ada binatang - binatang yang dapat
hidup pada wilayah yang memiliki organ yang dapat menimbulkan cahaya
sendiri.

2.4 Macam-macam Bentuk Pesisir


1. Estuaria, yaitu pesisir yang terjadi karena daerah dengan tanah yang tinggi yang
berbatasan dengan pantai yang mengalami pemerosotan.
2. Fjord, yaitu pesisir yang berupa teluk sempit yang panjang dan dalam tebing
yang curam.
3. Delta, yaitu pesisir yang berupa endapan lumpur, pasir dan kerikil di muara
sungai.
4. Sand dune, yaitu pesisir yang berupa bukit pasir.
5. Pesisir dan gunung berapi pantai
6. Pesisir berbentuk tebing
7. Pesisir berbentuk karang
8. Pesisir dengan karang penghalang (barrier coast)
9. Pesisir yang berupa tumbuhan mangrove

2.5 Pencemaran Perairan Laut dan Pesisir


2.5.1 Pencemaran Perairan Laut
Belakangan kita sering membaca kejadian pencemaran laut. Berbagai pihak
mengeluhkan salah satu ancaman terhadap lingkungan ini. Beberapa menyalahkan
industri besar yang kurang peduli, lainnya menyebutkan hanya kesalahan
prosedur, lainnya beranggapan semua punya potensi untuk mencemari laut.
Berikut lebih jauh dibahas tentang seluk beluk pencemaran laut.
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia,
limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Pencemaran laut menurut PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut adalah mempunyai pengertian atau definisi
sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut
tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.
Komponen-komponen yang menyebabkan pencemaran laut seperti partikel
kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah pertanian dan perumahan,
kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) di dalam laut yang
berpotensi memberi
Beberapa contoh pencemaran laut yang terjadi di Indonesia seperti
penangkapan ikan dengan cara pengeboman dan trawl, peluruhan potasium yang
dilakukan nelayan asal dalam maupun luar negeri yang selalu meninggalkan
kerusakan dan pencemaran di lautan Indonesia. Belum lagi pencemaran minyak
dan pembuangan limbah berbahaya jenis lainnya.
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya
berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar,
yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder(menyaring air). Dengan
cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan,
semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula
kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel
kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic.
2.5.1.1 Klasifikasi Bahan-bahan Pencemar
a) Golongan non-konservatif , yaitu :
1. Buangan yang dapat terurai
2. Pupuk
b) Golongan konservatif terbagi dalam dua bentuk yaitu :
1. Partikulat, seperti buangan dari penambangan
1) Buangan yang terus-menerus (persistent waste) yaitu
Logam-logam berat

Sumber-sumber Polutan
 Aktivitas di darat
1. bahan-bahan radioaktif.
2. Penebangan hutan
3. Buangan limbah industri,limbah pertanian, limbah cair
domestik, limbah padat
4. Konversi lahan mangrove dan lamun (mangrove and swamp
conversion).
 Aktivitas di laut
1. Perkapalan
2. Pertambangan
3. Eksplorasi dan eksploitasi minyak
4. Budidaya laut
5. Perikanan
 Salah satu sumber utama pencemaran minyak di laut:
1. kebocoran kapal
2. supertanker minyak
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup
angin, terhanyut maupun melalui tumpahan. Berikut beberapa sumber polutan
yang masuk ke laut.
1.     Buangan Kapal
Kapal dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Antara
lain melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari
kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi
suara yang mengganggu kehidupan liar alam, dan air dari balast tank dapat
menyebarkan ganggang/alga berbahaya dan spesies asing yang dapat
mempengaruhi ekosistem lokal.
Salah satu kasus terburuk dari satu spesies invasif menyebabkan kerugian
bagi suatu ekosistem, yang tampaknya tidak berbahaya salah satunya adalah ubur-
ubur. Mnemiopsis leidyi, suatu spesies ubur-ubur yang tersebar, sehingga
sekarang mendiami muara di banyak bagian dunia.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1982, dan diduga telah dibawa ke Laut
Hitam dalam air pemberat kapal. Populasi ubur-ubur melonjak secara
eksponensial dan pada tahun 1988, hal tersebut mendatangkan malapetaka atas
industri perikanan lokal.
2.     Plastik
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang,
terapung dan terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut
adalah plastik,  sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak
akhir Perang Dunia II.  Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk
hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya
untuk satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit,
sesak napas, maupun termakan. Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik,
kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu jala  sangat
membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan
makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka
dan infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan
untuk bernapas.
3.     Racun
Selain plastik, ada masalah-masalah tertentu dengan racun yang tidak
hancur dengan cepat di lingkungan laut. Terbagi dua, pertama kelompok racun
yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan
fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki
kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi
rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari  adalah air raksa, timah, nikel,
arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke
dalam jaring makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini dapat
menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut ,
seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.
Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai jenis
kehidupan air dalam proses yang disebut bioakumulasi. Racun ini juga diketahui
terakumulasi dalam  dasar perairan, seperti muara dan teluk berlumpur. Bahan-
bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar
serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang
terjadi di Teluk Minamata.
4.     Eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi,
biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal
ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan
pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek
lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta
tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain. Muara merupakan
wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan
dari tanah akan terkonsentrasi.  Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk
ke lingkungan laut , dan cenderung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia
(kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan
kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai
Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu
contohnya adalah meningkatnya alga merah secara signifikan (red tide) yang
membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada
manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme
mendekati ke arah pantai.
5.     Peningkatan keasaman
Lautan biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Karena kadar
karbon dioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam. Potensi
peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan
bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka.
6.     Polusi Kebisingan
Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara
dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan
frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di
udara. Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan
hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini
berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan.
Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik
sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat).
Jelas sekarang bahwa sumber pencemaran sangat bervariasi. Tidak hanya
dari hal-hal yang menurut kita hanya bisa dilakukan oleh industri besar, namun
juga bisa disebabkan oleh aktiftas harian kita.
Tingkat pencemaran laut di Indonesia masih sangat tinggi. Pencemaran
berat terutama terjadi di kawasan laut sekitar dekat muara sungai dan kota-kota
besar. Tingkat pencemaran laut ini telah menjadi ancaman serius bagi laut
Indonesia dengan segala potensinya.
2.5.1.2 Contoh Pencemaran Perairan Laut
1. Pencemaran Akibat Sampah

Gambar 1.1 Laut di Muncar yang Tercemar oleh Sampah


2. Pencemaran Akibat Zat Kimia

Gambar 1.2 Laut di Muncar yang Tercemar oleh Kaporit/Tawas


3. Pencemaran Akibat Menangkap Ikan dengan cara Mengebom

Gambar 1.3 Banyak Bangkai Ikan di Laut Akibat


Cara Penangkapan Ikan yang Salah
4. Pencemaran Akibat Tumpahan Minyak

Gambar 1.4 Laut Tercemar Akibat Tumpahan Minyak


5. Pencemaran Akibat Eutrofikasi

Gambar 1.4 Laut Tercemar Akibat Eutrofikasi

2.5.1.3 Dampak Pencemaran Perairan Laut


Secara umum, dampak pencemaran laut dapat berpengaruh terhadap :
1.    Organisme Laut
Adanya pencemaran akan berdampak terhadap penurunan kualitas
perairan, sehingga akan mengganggu berlangsungnya proses biologi
maupun fisiologi organisme laut. Dan dengan demikian akan menyebabkan
kematian yang pada akhirnya menurunkan populasi dan keanekaragaman
hayati.
2.    Terhadap ekosistem laut
Masuknya sisa-sisa pupuk dan bahan pencemar organik ke laut akan
menyebabkan terjadinya “eutrofikasi’’ sehingga terjadi peledakan populasi
organisme tertentu. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan
keseimbangan dalam ekosistem laut.
3.    Manusia
Pencemaran oleh logam-logam berat seperti Hg (Merkuri) dan Cd
(Kadmium), dapat menyebabkan penyakit minimata seperti kasus di
Jepang yang menyebabkan kematian dan cacat tubuh.
4.    Kegiatan pariwisata dan industri
Perusakan kawasan wisata bahari dan ketersedian air untuk industri
dan pertanian.
Dampak dari beberapa jenis bahan pencemar yang sering menyebabkan
terjadinya pencemaran di laut :
a.    Dampak Dari Limbah Industri
Logam Pb (Timbal) dan Hg (Merkuri) yang merupakan jenis bahan
pencemar di laut, selain dapat menurunkan kualitas dan produktivitas
perairan laut, juga dapat menimbulkan keracunan, karena unsur Hg dan Pb
merupakan unsur logam berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit
pada manusia apabila terakumulasi pada organisme perairan yang dimakan
manusia. Limbah industri lainnya yang umumnya terbuang ke badan
sungai dan dialirkan ke laut atau yang langsung terbuang ke laut akan
terakumulasi. Dalam jumlah tertentu yang melebihi kapasitas daya
asimilatif perairan, bahan pencemar ini akan menjadi sludge yang
menimbulkan bau busuk. Kandungan kimia sludge dapat menurunkan DO
dan BOD serta meningkatkan COD. Disamping itu sludge mengeluarkan
pula bahan beracun berbahaya seperti sulfida, fenol, Cr (Heksavalen),
Pb(Timbal), dan Cd (Cadmium) yang dapat terakumulasi dalam organisme
perairan tertentu dan secara tidak langsung merupakan acaman bagi
kehidupan manusia (Suratmo, 1990). Untuk itu limbah industri harus
diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut melalui badan sungai.
b.    Dampak Dari Limbah Domestik dan Pertanian
Limbah domestik berupa limbah rumah tangga dan kotoran manusia
yang terbuang ke perairan apabila melebihi kemampuan asimilasi perairan
sungai dan terbawa ke laut dapat mencemari perairan dan menimbulkan
penyuburan berlebihan (eutrofikasi). Gejala ini akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut akibat meledaknya populasi organisme
tertentu sehingga dapat menimbulkan kematian beberapa organisme
perairan. Nybakken (1992) mengemukakan bahwa pada kondisi perairan
yang mengalami “eutrofikasi”, organisme makro-zoobenthos yang menjadi
indikator lingkungan jarang sekali ditemukan. Sedangkan kadar NH3
perairan meningkat dan pH-nya menjadi rendah (asam). Keadaan ini
menunjukan kondisi perairan yang tidak stabil dimana terjadi penurunan
kualitas perairan sehingga organisme laut akan mati atau tidak dapat
melangsungkan aktivitas hidupnya untuk proses pertumbuhan dan
perkembangbiakan. Sedangkan limbah pertanian selain dapat
menimbulkan eutrofikasi yang disebabkan akumulasi bahan-bahan organik
sisa tumbuhan yang membusuk, akumulasi residu dari pestisida terutama
bahan kimia beracun chlorine dan organo-chlorine juga dapat
menimbulkan keracunan bagi organisme perairan yang pada akhirnya akan
membawa kematian. Keadaan ini tidak hanya mengancam kehidupan
organisme yang hidup di habitat yang terkena kontaminasi bahan beracun
saja, tetapi dapat mengancam kehidupan organisme lain yang secara
ekologis mempunyai kaitan erat dengan organisme tersebut melalui aliran
rantai makanan. Akibat tidak langsung dari kegiatan pertanian berupa
perladangan berpindah dan penebangan hutan secara serampangan juga
dapat menimbulkan pencemaran berupa sedimentasi dan pendangkalan
sungai yang disebabkan oleh erosi. Proses kekeruhan dan sedimentasi ini
bisa mencapai perairan estuaria dan perairan pantai. Secara ekologis proses
kekeruhan karena sedimentasi dapat menyebabkan terganggunya penetrasi
cahaya matahari ke dalam perairan, sehingga kegiatan fotosintesa plankton
maupun organisme laut lainnya menjadi terhenti.
c. Dampak Dari Buangan/Tumpahan Minyak.
Buangan dan tumpahan minyak bumi akibat kegiatan penambangan
dan pengangkutannya dapat menimbulkan pencemaran laut yang lebih luas
karena terbawa arus dan gelombang laut. Pengaruh buangan/tumpahan
minyak terhadap ekosistem perairan laut adalah dapat menurunkan kualitas
air laut secara fisik, kimia dan biologis. Secara fisik dengan adanya
tumpahan/buangan minyak maka permukaan air laut akan tertutup oleh
minyak. Secara kimia, karena minyak bumi tergolong senyawa aromatik
hidrokarbon maka dapat bersifat racun. Sedangkan secara biologi adanya
buangan atau tumpahan minyak dapat mempengaruhi kehidupan
organisme laut. Tumpahan minyak bumi pada perairan laut akan
membentuk lapisan filem pada permukaan laut, emulsi atau mengendap
dan diabsorbsi oleh sedimen-sedimen yang berada di dasar perairan laut.
Minyak yang membentuk lapisan filem pada permukaan laut akan
menyebabkan terganggunya proses fotosintesa dan respirasi organisme
laut. Sementara minyak yang teremulsi dalam air akan mempengaruhi
epitel insang ikan sehingga mengganggu proses respirasi. Sedangkan
minyak yang terabsorbsi oleh sedimen-sedimen di dasar perairan akan
akan menutupi lapisan atas sedimen tersebut sehingga akan mematikan
organisme-organisme penghuni dasar laut dan juga meracuni daerah-
daerah pemijahan. Akibat terganggunya proses fotosintesa maka populasi
plankton akan menurun. Penurunan populasi plankton akan diikuti oleh
penurunan populasi organisme pemakan plankton (misalnya : ikan) yang
diikuti pula dengan penurunan populasi burung pemakan ikan. Menurunya
populasi burung akan mengakibatkan guano (penghasil fosfat) akan
berkurang sehingga akan terjadi penurunan hasil perikanan. Selain itu,
buangan/tumpahan minyak yang menyebar dengan cepat ke wilayah laut
yang lebih luas akan menyebabkan rusaknya ekosistem hutan mangrove
sehingga mengakibatkan terjadinya abrasi dan intrusi air laut, rusaknya
tempat-tempat pemijahan (Spawning ground) dari organisme laut.
2.5.1.4 Upaya Menanggulangi Pencemaran Perairan Laut
Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah
diatur oleh pemerintah dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT
a.    Pencegahan terjadinya pencemaran laut
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah pencemaran laut :
1.      Tidak membuang sampah ke laut
2.      Penggunaan pestisida secukupnya
3.      Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai
dan laut adalah puntung rokok. Selalu biasakan untuk tidak
membuang puntung rokok di sekitar laut.
4.      Kurangi penggunaan plastik
5.      Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari
kegiatan memancing di laut.
6.      Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan
Air Limbah (IPAL)
7.      Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu
pertambangan tertutup.
8.      Pendaurulangan sampah organik
9.      Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat
merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok
yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
10.  Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
b.    Penanggulangan pencemaran laut
1.      Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan
serangga untu menetralisir  pencemaran laut yang disebabkan
oleh tumpahan minyak dari ledakan ladang minyak.
2.      Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu
menyerap logam berat juga ditempuh. Salah satu tumbuhan
yang digunakan tersebut adalah pohon api-api (Avicennia
marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan akumulasi
logam berat yang tinggi.
3.      Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan
peran serta masyarakat
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa
pencemaran akan berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih
ditingkatkan, sehingga akan didapat laut yang bersih, sehat, dan nyaman
(Thedi, 2012).

2.5.2 Pencemaran Kawasan Pesisir


Pertumbuhan jumlah penduduk yang mendiami wilayah pesisir dan
meningkatnya kegiatan pariwisata juga akan meningkatkan jumlah sampah dan
kandungan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai kerugian bagi lingkungan
pesisir. Penggunaan pupuk untuk menyuburkan areal persawahan di sepanjang
Daerah Aliran Sungai yang berada di atasnya serta kegiatan-kegiatan industri di
darat yang membuang limbahnya ke dalam badan sungai yang kemudian terbawa
sampai ke laut melalui wilayah pesisir. Hal ini akan menperbesar tekanan ekologis
wilayah pesisir.Sumber pencemaran yang berasal dari limbah industri dan kapal-
kapal di sepanjang wilayah pesisir umumnya mengandung logam berat.
Kandungan logam berat diperairan diperkirakan akan terus meningkat dan akan
mengakibatkan terjadinya erosi dan pencucian tanah, masuknya sampah industri
dan pembakaran bahan baker fosil ke perairan dan atmosfer, serta pelepasan
sedimentasi logam dari lumpur aktif secara langsung.
Ciri-Ciri Pencemaran Kawasan Pesisir :
1) Adanya limbah idustri di sungai yang meresap ke tanah.
2) Terdapat banyak sampah-sampah di daerah pesisir dan pantai. Sampah
yang bersifat organic maupun nonorganik juga dibuang ke laut melalui
sistem DAS.
3) Terjadinya perubahan kondisi alam menjadi lingkungan buatan dengan
dibangunnya beberapa fasilitas penunjang yang diperluka.
4) Adanya pencemaran limbah minyak yang terjadi di pantai baik yang di
sengaja maupun yang tidak disengaja.
5) Rusaknya hutan mangrove di daerah pesisir pantai.
6) Hancurnya organisme yang membuat laut menjadi semakin tidak subur.

Selain hal-hal di atas, dengan semakin besar dan banyaknya aktivitas


perekonomian yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan, seringkali pula
menimbulkan pengaruh dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah
pesisir misalnya (Dahuri 2001):
1. Perkapalan dan transportasi: tumpahan minyak, air ballast limbah padat
dan kecelakaan.
2. Pengilangan minyak dan gas : tumpahan minyak, pembongkaran bahan
pencemar, konversi kawasan pesisir.
3. Perikanan: overfishing, destruksi habitat, pencemaran pesisir, pemasaran
dan distribusi, modal dan tenaga/ keahlian
4. Budidaya perairan : ekstensifikasi dan konversi mangrove.
5. Kehutanan: penebangan dan konversi hutan.
6. Pertambangan: penambangan pasir dan terumbu karang
7. Industri: reklamasi dan pengerukan tanah.
8. Pariwisata: pembangaunan infrastruktur dan pencemaran.
Beberapa kegiatan manusia yang dapat menyebabkan pencemaran pesisir
dan pantai adalah sebagai berikut:
1) Penambangan karang dengan atau tanpa bahan peledak,
Penangkapan ikan menggunakan racun sianida dan bahan peledak.
2) Penambatan jangkar perahu.
3) Pembuangan sampah rumah tangga
4) Pembukaan lahan untuk pertanian, pengembangan kota dan industri,
penebangan kayu dan penambangan di daerah aliran sungai (DAS)
mengakibatkan terjadinya pencemaran dan perobahan lingkungan
wilayah pesisir.
5) Pembukaan hutan mangrove untuk kepentingan pemukiman,
pembangunan infrastuktur dan perikanan tambak dapat mengakibatkan
erosi pantai.

Sumber pencemaran pesisir dan pantai dapat dikelompokkan menjadi 6


bagian yaitu:
1) Industri,
2) Limbah cair pemukiman (sewage),
3) Limbah cair perkotaan (urban stormwater),
4) Pertambangan,
5) Pelayaran (shipping)
2.5.2.1 Contoh Pencemaran Perairan Kawasan Pesisir
1. Pencemaran Akibat Sampah

Gambar 1.6 Pesisir di Laut Muncar yang Tercemar oleh Sampah

2.5.2.2 Dampak Pencemaran Pesisir


Dampak negatif dari pencemaran tidak hanya membahayakan
kehidupan biota dan lingkungan laut, tetapi juga dapat membahayakan
kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian, mengurangi atau
merusak nilai estetika lingkungan pesisir dan lautan dan menimbulkan
kerugian secara sosial ekonomi.
Kerusakan garis pantai di Indonesia mencapai 20 persen dari total
95.000 km garis pantai di sepanjang wilayah Indonesia. Kerusakan ini
antara lain diakibatkan oleh perubahan lingkungan dan abrasi pantai.
Kerusakan yang mencapai 20 persen ini amat disayangkan
mengingat Indonesia yang mempunyai garis pantai sekitar 95.000 km
merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah
Kanada.
Laporan kerusakan garis pantai di Indonesia ini disampaikan oleh
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Dr
Moch Amron, di Kementerian PU, Jakarta, Kamis, 30 September 2010. “20
persen garis pantai di Indonesia mengalami kerusakan,” katanya
sebagaimana dilansir Alamendah’s Blog dari Antara.
Kerusakan garis pantai Indonesia diakibatkan oleh perubahan
lingkungan dan abrasi pantai. Akibat dari rusaknya garis pantai ini dapat
memberikan pengaruh pada berbagai sektor seperti pariwisata, transportasi
laut, keberadaan lahan produktif, keanekaragaman hayati, hingga pergeseran
batas negara..
Sebuah kenyataan yang pahit melihat rekor garis pantai kita yang
terpanjang kedua di dunia harus bersanding dengan rekor kerusakan yang
mencapai 20 persen.Tanpa perlu mencari kambing hitam, sepertinya kita
bersama harus mulai menanamkan kesadaran akan arti pentingnya garis
pantai yang kita punyai sehingga kita tergerak untuk menjaganya.

2.5.2.3 Upaya Menanggulangi Pencemaran Pesisir


Penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut perlu
dilakukan secara hati-hati agar tujuan dari upaya dapat dicapai. Mengingat
bahwa subjek dan objek penanggulangan ini terkait erat dengan keberadaan
masyarakat pesisir, dimana mereka juga mempunyai ketergantungan yang
cukup tinggi terhadap ketersediaan sumberdaya di sekitar, seperti ikan,
udang, kepiting, kayu mangrove, dan sebagainya, maka penanggulangan
kerusakan lingkungan pesisir dan laut yang berbasis masyarakat menjadi
pilihan yang bijaksana untuk diimplementasikan.
Penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut berbasis
masyarakat diharapkan mampu menjawab persoalan yang terjadi di suatu
wilayah berdasarkan karakteristik sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia di wilayah tersebut. Dalam hal ini, suatu komunitas mempunyai
hak untuk dilibatkan atau bahkan mempunyai kewenangan secara langsung
untuk membuat sebuah perencanaan pengelolaan wilayahnya disesuaikan
dengan kapasitas dan daya dukung wilayah terhadap ragam aktivitas
masyarakat di sekitarnya.
Tujuan khusus penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan
laut berbasis masyarakat dalam hal ini dilakukan untuk :
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
menanggulangi kerusakan lingkungan;
2) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta
dalam pengembangan rencana penanggulangan kerusakan
lingkungan secara terpadu yang sudah disetujui bersama;
3) Membantu masyarakat setempat memilih dan mengembangkan
aktivitas ekonomi yang lebih ramah lingkungan; dan
4) Memberikan pelatihan mengenai sistem pelaksanaan dan
pengawasan upaya penanggulangan kerusakan lingkungan
pesisir dan laut berbasis masyarakat.

Pantai Lestari adalah nama atau label dari program kerja


pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan pesisir berskala
nasional. Yang dimaksud dengan lingkungan pesisir dalam hal ini adalah
lingkungan perairan pantai, lingkungan pantai itu sendiri dan lingkungan
daratan pantai. Ruang lingkup program kerja difokuskan dan bertolak pada
fungsi lingkungan pesisir sepanjang garis pantai.
Namun mengingat bahwa lingkungan pesisir di sepanjang garis
pantai, dapat dipengaruhi/mempengaruhi lingkungan perairan dan
daratannya, maka dalam pelaksanaannya, ruang, lingkup program kerja ini
akan meliputi lingkungan perairan dan daratan pantai yang mempengaruhi
dan akan dipengaruhi oleh lingkungan pantai.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kawasan pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan
batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air
yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut,
perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan oleh vegetasinya yang khas.
Pencemaran pesisir dapat disebabkan beberapa factor, diantaranya : industri,,
limbah cair pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan (urban stormwater),
pertambangan, pelayaran (shipping). Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah
yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau
pulau. Beberapa contoh pencemaran laut yang terjadi di Indonesia seperti
penangkapan ikan dengan cara pengeboman , peluruhan potasium yang dilakukan
nelayan asal dalam maupun luar negeri yang selalu meninggalkan kerusakan dan
pencemaran di lautan Indonesia, serta pencemaran minyak dan pembuangan
limbah berbahaya jenis lainnya.

3.2 Saran
Dari pembahasan yang telah kami sampaikan sebelumnnya, kami
memberikan beberapa saran, diantaranya :
1.      Kesadaran untuk menjaga dan melestarikan laut dimulai dari diri sendiri,
kemudian dilanjutkan oleh pelajar, pemuda dan mahasiswa sebagai kaum
intelektual yang memiliki wawassan tentang pesisir dan laut.
2.      Pemerintah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya fungsi
laut, dan bahaya yang ditimbulkan dari pencemaran laut.
3.      Perlunya digalakkan suatu gerakan yang menghimpun masyarakat terutama
daerah pesisir untuk senantiasa menjaga dan melestarikan pesisir dan segala
potensinya.
4.      Perlunya peningkatan kesadaran masyarakat tentang dampak dari
pembuangan sampah ke sungai yang bermuara ke laut, penggunaan bahan
beracun maupun bahan peledak untuk penangkapan ikan
DAFTAR PUSTAKA

http://marlenanorjannah.blogspot.com/2012/11/pesisir-pantai.html
http://naninuneno28.blogspot.com/2012/06/pencemaran-di-perairan-laut.html
http://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/definisi-dan-deliniasi-kawasan-
pesisir.html
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/10/perairan-laut.html

Anda mungkin juga menyukai