Perlu disadari bahwa sampai pada saat ini lulusan SMK belum dapat diserap langsung oleh pihak Dunia Usaha maupun Industri. Secara kasat mata terbukti hampir setiap Dunia Usaha/Industri ketika merekrut tenaga kerja lulusan SMK masih menerapkan pendidikan dan pelatihan bagi yang telah lulus seleksi penerimaan karyawan rata-rata 3 (tiga) bulan. Hal ini menunjukan bahwa keterampilan yang dimiliki lulusan SMK belum diakui oleh pihak Dunia Usaha/ Indistri. Jika kita kaji secara seksama, kita tidak dapat menyalahkan pihak Dunia Usaha/Industri. Memang pada kenyataannya masih banyak SMK yang sangat minim peralatan Praktik. Sehingga peserta diklat yang harusnya porsi ada beberapa SMK yang tidak memiliki sama sekali peralatan Praktik, dalam pelaksanaan peserta diklat hanya dapat beragam-ragam dengan teori saja tidak dengan peralatan kenyataan yang sebenarnya. SMK yang peralatan Praktik cukup memadai, belum tentu peralatan itu sesuai dengan yang ada di Industri/Usaha. Sekarang peralatan di Dunia Usaha/Industri sudah serba otomatis sedangkan peralatan yang ada di SMK- SMK masih manual. Sehingga pelaksanaan Praktik hanya sekedar mengenal peralatan yang ada, kurang memperhatikan kebutuhan di Dunia Industri/ Usaha, itu pun tidak semuanya dapat memanfaatkan secara maksimal. Sesuai dengan hasil pengamatan dan penelitian Direktorat pendidikan menengah kejuruan, pola penyelenggaraan di SMK belum secara tegas dapat menghasilkan tamatan sebagai mana yang diharapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi pembelajaran yang belum kondusif untuk menghasilkan tenaga kerja yang professional, karena keahlian professional seseorang tidak semata-mata diukur oleh penguasaan unsur pengetahuan dan teknik bekerja, tetapi harus dilengkapi dengan penguasaan kiat bekerja yang baik.
1 2
Penggunaaan unsur ilmu pengetahuan dan teknik bekerja dapat dipelajari
di sekolah, namun untuk kiat adalah sesuatu yang tidak dapat diajarkan tetapi harus dikuasai melalui pembiasaan dan internalisasi. Untuk kiat yang menjadi faktor utama penentu kadar keahlian professional seseorang, hanya dapat dikuasai melalui cara mengerjakan pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Karena itulah tumbuh suatu aturan keahlian professional berdasarkan jumlah pengalaman kerja. Mata diklat Praktik kejujuran yang di sajikan di sekolah biarpun menggunakan peralatan yang lengkap dan modern, pada dasarnya hanya mampu menyajikan proses dan situasi peniruan, karena bukan situasi yang sesungguhnya, oleh karena itu sulit diharapkan untuk mampu memberikan keahlian sebagaimana yang diharapkan.
1.2 Pengertian Prakerin
PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) adalah kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang dilaksanakan di Dunia Usaha atau Dunia Industri yang relevan dengan Kompetensi (kemampuan) siswa sesuai bidangnya. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan prosedur tertentu, bagi siswa yang bertujuan untuk magang disuatu tempat kerja, baik Dunia Usaha maupun di Dunia Industri setidaknya sudah memiliki kemampuan dasar sesuai bidang yang digelutinya atau sudah mendapatkan bekal dari pembimbing disekolah untuk memiliki ilmu-ilmu dasar yang akan diterapkan dalam dunia usaha atau dunia Industri. Alasan utama mengapa para siswa- siswi harus memiliki bekal ilmu pengetahuan dasar sesuai bidangnya agar dalam pelaksanaan Praktek Kerja Industri tidak mengalami kendala yang berarti dalam penerapan Ilmu Pengetahuan Dasar yang kemungkinan besar dalam proses Praktik Kerja Industri mendapatkan ilmu-ilmu baru yang tidak diajarkan di Lembaga Kejuruan terkait. 3
1.3 Tujuan Prakerin
1. Meningkatkan pola pemikiran kepada siswa agar menjadi lebih mandiri dalam berwirausaha. 2. Menambah wawasan dalam berwirausaha agar menjadi pewirausaha yang sukses. 3. Memperdalam pengetahuan tentang komputer. 4. Mengetahui sistematis yang digunakan dalam berwirausaha. 5. Mengetahui ilmu yang belum pernah diajarkan didalam bimbingan belajar sehari-hari.
1.4 Manfaat Praktik Kerja Industri
Prakerin mempunyai beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut : 1. Menyiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntunan zaman di era Teknologi & Komunikasi. 2. Memantapkan sistematis berwirausaha kepada siswa agar menjadi pewirausaha yang sukses. 3. Memberi wawasan yang lebih luas kepada siswa tentang bagai mana cara untuk menjadi seorang pewirausaha.