PENDAHULUAN
1
kotor atau air limbah dapat mengalir ke tempat yang lebih rendah atau ke tempat
pembuangan, sehingga tidak terjadi genangan disuatu tempat yang akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada bangunan tersebut, terutama pada
konstruksi jalan.
Plambing dan drainase adalah pekerjaan yang mengikuti kemajuan
teknologi. Plambing dan drainase lahir dengan tradisinya yang sederhana dan
terus hidup untuk kebutuhan saat sekarang dan yang akan datang.
Ide-ide mengikuti zaman dalam desain plambing dan drainase membuat
pekerjaan tersebut menjadi lebih baik dan efisien.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan plambing dan drainase adalah untuk
memperlancar kegiatan penyaluran baik masukan maupun keluaran air. Pada
laporan ini lebih ditekankan pada bagaimana pekerjaan tentang pemotongan pipa,
pengikiran, dan penguliran pipa secara manual.
Dengan adanya jaringan instalasi pipa air proses penyaluran air baik air
bersih maupun air kotor lebih terkontrol, terjamin efisiensinya dan yang pasti
terjaga kebersihannya.
2
c. Membuat dokumentasi pekerjaan
d. Menyusun laporan yang dikumpulkan dan menggambarkan sketsanya.
3
BAB 2
PLAMBING
4
adalah merupakan bagian dari Utilitas Gedung, sudah selayaknya memahami juga
pekerjaan tersebut. Sehingga bisa membedakan hasil pekerjaan yang baik dan
tidak baik.
5
i. Instalasi lainnya misalnya : instalasi pipa untuk penyediaan zat asam, zat
lemas, air steril, udara, dan lain-lain.
6
menggunakan rencana konsep serta data yang diperoleh dari penelitian
lapangan, hal yang perlu dilakukan :
Pertemuan dengan pemilik gedung atau perancang gedung
Penyesuaian dengan persyaratan gedung maupun peralatan lainnya
b. Pemilihan peralatan
Setelah menetapkan dasar-dasar perancangan, jenis sistem plambing
dapat dipilih, data untuk perhitungan perancangan dapat disiapkan dan
jenis-jenis peralatannya dipelajari.
4. Perancangan pendahuluan
Berdasarkan rencana dasar yang telah dibuat, kapasitas dari sistem dan
perletakan peralatan plambing dipelajari lebih detail dengan menggunakan
gambar-gambar pendahuluan denah bangunan.
5. Rancangan pelaksanaan
Setelah rancangan pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik
gedung atau perancang gedung, perhitungan dan gambar-gambar
pelaksanaan dapat disiapkan.
7
Pencegahan aliran balik (back flow)
Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau
campuran, ke dalam sistem perpipaan air minum, yang berasal dari
sumber lain. Aliran balik disebabkan oleh siphon-balik (back-
siphonage). Efek siphon-balik adalah terjadinya aliran masuk ke dalam
pipa air minum dari air bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau
tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa.
8
Harga awal relatif murah
Kekurangan-kekurangan :
Fluktuasi tekan lebih besar (kurang lebih 1 kg/cm2)
Dengan berkurangnya udara pada tangki tekan akan terjadi udara
hampa pada tangki sehingga harus dikuras atau ditambah udara
Tangki bukan tempat menyimpan / cadangan air, tetapi sebagai alat
otomatis penekan air.
Karena jumlah air yang tersimpan relatif sedikit maka pompa akan
sering bekerja.
d. Sistem tanpa tangki (booster sistem)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah,
tangki atas, ataupun tangki tekan. Pada sistem ini air dipompakan
langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa hisap langsung
dari pipa utama atau sumur.
4. Peralatan instalasi
Untuk mengenal lebih jauh lagi mengenai lingkup PLAMBING
terlebih dahulu kita harus mengetahui peralatan yang sering dipergunakan
saat bekerja. Karena peralatan yang digunakan cukup banyak maka, untuk
memudahkan mengingatnya kita kelompokan menjadi beberapa
kelompok yang disesuaikan dengan fungsi alat seperti :
1. Alat ukur
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
5. Bahan instalasi pipa
a. Pipa induk
Untuk pipa induk dapat digunakan bahan :
1) Galvanis, biasanya dipakai untuk instalasi pipa air bersih, hydrant
dan springkler. Lapisan galvanis pada permukaan pipa bagian luar
untuk mencegah karat. Ukuran pipa galvanis mulai diameter ½”
sampai dengan 6” mempunyai panjang 6 m. Sistem penyambungan
adalah sistem flens dan ulir, hanya sistem ulir mempunyai
kelemahan karena lapisan galvanisnya hilang lapisan galvanisnya
sehingga mudah karat.
2) Besi hitam adalah pipa yang biasa dipakai untuk instalasi pipa air
21
panas, dengan panjang 6 m. Sedangkan diameter mulai dari ½”
sampai 2” dengan sistem ulir. Agar air panas yang mengalir di
dalam instalasi tidak kehilangan kalor/panas maka seluruh instalasi
harus dilindungi dengan dililiti karung goni atau juga bisa dengan
setoroform.
3) Besi tuang/besi cor biasanya untuk saluran pembuangan dengan
diameter 2” keatas, sambungannya sistem bell & spigot yang dicor
dengan cairan timah dan panjang pipa besi tuang adalah 6 m.
4) Tembaga/kuningan biasanya berdiameter kecil untuk instalasi pipa
gas atau untuk instalasi pipa pemanas. Keperluan di Indonesia
adalah untuk ruang Lab. yang memerlukan suhu ruang yang terjaga
panasnya. Sambungannya dengan sistem flering atau brazing.
5) Asbes semen, adalah yang dikembangkan oleh Jabesmen, dengan
panjang 4 m. dan ukuran diameter 4” dan 6” untuk menyalaurkan
air kotor atau air hujan dengan sistem sambungan bell & spigot
yang diberi cincin karet (rubber ring), tetapi kemiringan saluran
tidak kurang dari 60%, karena mempunyai permukaan dalam pipa
yang cukup kasar.
6) Pipa Tanah dan Pipa Beton, biasanya dipakai untuk menyalurkan
air hujan, panjang pipa adalah 1 m. Dengan diameter 4” keatas.
Syarat kemiringan dasar saluran 1 : 40, karena permukaan bagian
dalam pipa kasar.
7) Baja lapis beton
8) Pipa plastik PVC (poly Vinyl Chloride), UPVC (UnPoly Vinyl
Chloride), dan PE (Polymer)
Pipa PVC biasanya untuk instalasi pipa air bersih juga untuk
saluran pembuang air kotor atau air hujan. Ukuran pipa PVC dan
UPVC mulai dari diameter 1/8” sampai dengan 6”, Panjangnya 4
m. Jenis pipa ini yang sekarang banyak dipakai untuk proyek-
proyek bangunan gedung, karena untuk penyambungannya tidak
diperlukan tenaga akhli dan tidak banyak kehilangan tekanan (head
loss), sambungan sistem flens dan bell & Spigot yang dilem atau
22
dengan memakai cincin karet (rubber ring).
9) Baja, ada 2 macam yaitu pipa baja biasa dan pipa baja yang dilapisi
dengan bitumen pada bagian dalam pipa, panjang pipa 6 m.
Dengan diameter diatas 4” karena suka dipakai untuk pipa induk
atau pipa pembawa mulai dari intek (penangkapan) sampai ke
tempat pengolahan (Water Treatmen) oleh PDAM.
10) Timah hitamDalam pemasangan pipa ini ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi :
a) Harus mampu mengeluarkan debit air sesuai dengan
kebutuhan
b) Mampu menahan gaya baik gaya dari luar seperti tanah atau
pembebanan lainnya maupun gaya yang ditimbulkan oleh
tekanan air itu sendiri.
Pada pemilihan jenis pipa yang akan dipakai harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a) Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan yang tersedia di
pasaran.
b) Karakteristik dari jenis pipa.
c) Faktor ekonomis.
d) Praktis dalam pemasangan.
e) Praktis dalam pengangkutan.
f) Sesuai dengan kadar kandungan/kondisi udara.
b. Pipa instalasi gedung
Syarat umum :
1). Harus mampu mengalirkan debit yang diperlukan.
2). Dapat menahan gaya-gaya dalam dan luar.
3) Cukup tahan lama.
Kategori pemakaian pipa :
1) Pipa pembawa
Untuk mengalirkan air dari sumber air ke tempat tertentu, pipa
pembawa ini adalah pipa pembawa utama atau pipa induk, pipa
instalasi, dan pipa sanitasi.
23
2) Pipa cabang/pipa distribusi
Pipa pembawa sekunder dari pipa induk ke bangunan.
3) Pipa plambing
Yaitu pipa-pipa jaringan dalam bangunan maupun di luar bangunan.
Pemasangan instalasi pipa di dalam gedung ini ada yang tidak tertanam
di dinding (terbuka) dan ada pula yang tertanam pada dinding (tertutup).
Setiap jenis memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.
Pemasangan pipa yang bersifat terbuka memiliki nilai estetika,
keuntungan lain ialah bila terjadi kerusakan atau kebocoran dapat dengan
segera diketahui. Berbeda dengan pemasangan pipa yang bersifat tertutup,
cenderung tidak mempengaruhi ornament luar, kekurangan lain adalah
apabila terjadi kebocoran tidak dapat langsung terdeteksi.
Kerusakan pipa dapat diakibatkan oleh :
a. Kerusakan akibat alat sambung
b. Kerusakan pipa akibat kegagalan produksi
c. Kualitas dari pipa itu sendiri
d. Kerusakan pada saat pelaksanaan
Untuk mengatasi kerusakan tersebut dapat dilakukan berbagai
cara, diantaranya perbaikan yang bersifat sementara perbaikan ini
bersifat preventif yakni mengatasi hanya sesaat. Untuk perbaikan yang
bersifat tetap dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mencari kondisi yang bocor
b. Memotong pipa yang bocor
c. Menyambung pipa dengan menggunakan alat sambung yang
diperlukan. Untuk pipa galvanis, sebelum disambung harus
diulir terlebih dahulu kemudian disambung dengan fitting sesuai
kebutuhan. Sedangkan untuk pipa PVC setelah dipotong
dibersihkan kemudian diamplas lalu diolesi lem.
Instalasi plambing yang rawan bocor adalah di daerah
sambungan, untuk itu setelah pemasangan atau perbaikan pada pipa
harus dilakukan beberapa pengujian, antara lain :
24
1. Dengan plug (bola karet) untuk memeriksa kebocoran pipa.
2. Pengujian dengan asap. Cara ini dilakukan dengan mengisi
instalasi dengan asap kemudian kedua ujungnya ditutup dan
diperhatikan pada sambungan. Jika asap keluar maka
sambungan tidak kuat atau bocor.
3. Pengujian dengan cermin, dengan tujuan untuk memeriksa
kelurusan dan kebersihan di dalam saluran pipa yang lurus. Cara
ini dilakukan dengan meletakkan 2 buah cermin pada masing-
masing ujung pipa yang lurus dengan sudut 450 dan dari cermin
dapat dilihat cahaya dari ujung yang lain maka akan terlihat
apakah pipa tersebut lurus dan bersih.
4. Dengan tekanan dan aliran air. Cara ini dilakukan dengan
mengisi instalasi dengan air kemudian diberi tekanan sampai
skala tertentu pada manometer. Jika tekanan menurun maka ada
bagian yang bocor, jika tetap maka instalasi baik.
5. Dengan slide, semacam plat baja yang tipis dan pada ujungnya
ada semacam sikat ijuk yang fungsinya untuk memeriksa dan
membersihkan bagian dalam sambungan pipa.
25
BAB 3
HASIL PRAKTIK
26
Pipa Galvanis ukuran φ1
Ragum
27
ditentukan dengan menggunakan penggaris baja dan penggores.
4) Tandai pipa yang akan dipotong ±50 mm (toleransi ±1 mm), pada
jarak total 350 mm
5) Setelah pipa ditandai dengan menggunakan penggores, gergajilah
pipa dengan menggunakan gergaji besi.
(dokumentasi, 2016)
6) Saat menggergaji usahakan menggergajinya tegak lurus terhadap
pipa (jika merencanakan potongan pipa yang tegak lurus)
7) Hasil potongan tersebut dihaluskan dan dibuat rata dengan
menggunakan kikir
b) Pekerjaan Mengikir
1) Setelah pemotongan pipa, periksa kedataran permukaan pipa hasil
pemotongan, kemudian letakkan pipa dalam ragum dalam posisi
berdiri dan jepit dengan kuat.
2) Bila permukaan pipa hasil pemotongan tidak rata, kikir permukaan
pipa tersebut dengan kikir persegi kasar sampai rata dan sampai
mendekati ukuran yang diinginkan. Jika permukaan pipa telah rata
dan ukuran panjang pipa hampir mendekati ukuran yang diinginkan,
lanjutkan dengan menggunakan kikir persegi halus.
28
(dokumentasi, 2016)
3) Periksalah permukaan kikir. Jika banyak terdapat sisa-sisa hasil
pengikiran (bram) bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan
sikat kawat.
4) Lanjutkan pengikiran sampai didapatkan permukaan yang rata dan
ukuran yang diinginkan. Periksa kesikuan antara permukaan pipa
yang dikikir dengan badan (dinding) pipa.
5) Setelah pengikiran dengan menggunakan kikir persegi selesai, yang
berarti permukaan pipa telah rata dan ukurannya sesuai dengan yang
diinginkan, kikir bagian dalam pipa dengan menggunakan kikir
bulat sehingga permukaan pipa yang telah dikikir bagian dalamnya
menjadi halus.
6) Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disediakan.
7) Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang
telah digunakan dan kembalikan ke tempat semula.
29
B. Membuat Ulir Menggunakan Alat Sney Tidak Langsung
I. Tujuan
30
1. Bahan
Pipa galvanis ukuran φ½
31
IV. Langkah Kerja
1) Persiapkan bahan yang sudah di gergaji dan juga yang telah di kikir
sebelumnya yaitu pipa 1’’
2) Letakan bahan pada ragum dan jepit dengan kuat.
3) Tandai panjang penguliran pada badan pipa dengan menggunakan
penggores. Untuk φ1 “ sepanjang 20 mm.
4) Siapkan snay tidak langsung, stel snay tidak langsung pasangkan gigi
yang pertama sesuai dengan berapa diameter pipa yang akan dibuat
dratnya misalnya pipa galvanis yang akan kita buat ulirnya itu adalah
pipa ukuran diameter 1”
5) Stel alat snay sesuai dengan diameter pipa dengan tahap-tahap sebagai
berikut :
Pasang mata pembuat ulirnya sesuai dengan diameter pipa
Untuk putaran pertama mata ini dimundurkan sampai mentok, lalu
kunci dengan sekrup pengunci matanya
Pasang snei pada pipa lalu kunci
Atur kunci pinggirannya sehingga menyentuh mata pembuat
ulirnya
Atur arah pemompaan dengan dua buah kunci
32
6) Setelah merasa cukup, coba masukkan socket apabila drat belum pas juga
lakukan pemompaan lagi (perhatikan arah pemutaran kunci
pinggirannya)
7) Apabila sudah cukup berarti pekerjaan sudah selesai, pada penguliran ini
untuk baiknya sisakan ulir sebanayk minimal tiga drat untuk keoptimuman
penggunaan socket trerhadap pipa.
(dokumentasi, 2016)
8) Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disiapkan.
9) Hasil penguliran dapat dilihat sebagai berikut:
10) Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang telah
digunakan dan kembalikan ke tempat semula.
33
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Plambing dan drainase memiliki keterkaitan sebagai suatu sistem
pelengkap konstruksi. Kedua sistem ini bertindak sebagai suatu konstruksi saluran
air yang bertujuan untuk mengalirkan air dari suatu tempat yang memiliki
kelebihan air ke tempat yang kekurangan air.
Kedua sistem ini memiliki perbedaan pada proses penerapannya. Plambing
diterapkan menggunakan sistem saluran tertutup. Plambing lebih mengarah
kepada konstruksi pemipaan atau pemasangan instalasi pipa-pipa penyaluran air,
baik itu air bersih maupun air kotor. Umumnya plambing lebih banyak diterapkan
pada konstruksi bangunan gedung karena menggunakan sistem saluran tertutup.
Sedangkan drainase akan lebih sering ditemui pada konstruksi jalan karena
menggunakan sistem terbuka. Drainase sebagaimana yang telah dikemukakan
pada BAB 1. Pendahuluan yakni berfungsi sebagai saluran pengeringan, sehingga
konstruksi drainase ini sangat banyak sekali ditemui pada konstruksi jalan. Hal
utama sebagai penyebab rusaknya jalan adalah air, sehingga drainase ini
merupakan konstruksi vital yang harus ada pada jalan.
4.2 Saran
Banyak hal yang harus diperhatikan pada konstruksi plambing baik itu dari
segi bahan yang dipakai, alat yang digunakan, dan sebagainya. Berikut hal yang
harus diperhatikan pada konstruksi plambing antara lain :
1) Jenis pipa yang digunakan
2) Sifat masing-masing jenis pipa
3) Alat yang digunakan
4) Sambungan yang digunakan
5) Tempat pemasangan pipa
6) Cara pemasangan dan langkah pemasangan instalasi pipa
7) Buatlah uliran, pasanglah sambungan dengan teliti
34
8) Hati-hati dalam bekerja, terutama saat menggunakan alat
35