Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini perkembangan pembangunan Indonesia berkembang dengan pesat.
Hal ini ditandai dengan banyaknya bangunan-bangunan bertingkat, baik gedung
perumahan, pusat perdagangan, perkantoran, perhotelan, rumah sakit, serta
fasilitas umum lainnya. Selain itu, di bidang transportasi seperti jalan raya, dapat
dirasakan dengan banyaknya jalan tol dan jembatan layang yang dibangun di
kota-kota besar.
Pembangunan yang tengah berdiri itu selalu dilengkapi dengan sarana
instalasi plambing dan drainase. Adapun ruang lingkup plambing adalah sebagai
berikut :
1. Penyediaan air bersih dengan pemasangan instalasi pipa air dingin dan air
panas.
2. Penyaluran air kotor.
3. Penyaluran gas dan pemanas (heating)
4. Instalasi pemadam kebakaran (hydrant dan springkler)
5. Peralatan saniter
Sedangkan ruang lingkup drainase menyangkut :
1. Saluran limbah industri
2. Saluran pengering
3. Saluran limbah rumah tangga
4. Saluran air hujan
Setiap pembangunan suatu bangunan dibutuhkan pemasangan plambing
dan drainase yang benar karena sebagai instalasi perpipaan untuk penyediaan air
bersih dan air kotor, penyaluran air buangan beserta peralatan saniternya yang
sempurna, dan saluran pembuangannya.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan plambing adalah
tekanan pipa akibat gaya gravitasi ataupun adanya pompa. Berbeda halnya
dengan pekerjaan drainase, karena dalam pekerjaan drainase kemiringan saluran
sangat diperhatikan. Adanya kemiringan yang baik dan memenuhi syarat maka air

1
kotor atau air limbah dapat mengalir ke tempat yang lebih rendah atau ke tempat
pembuangan, sehingga tidak terjadi genangan disuatu tempat yang akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada bangunan tersebut, terutama pada
konstruksi jalan.
Plambing dan drainase adalah pekerjaan yang mengikuti kemajuan
teknologi. Plambing dan drainase lahir dengan tradisinya yang sederhana dan
terus hidup untuk kebutuhan saat sekarang dan yang akan datang.
Ide-ide mengikuti zaman dalam desain plambing dan drainase membuat
pekerjaan tersebut menjadi lebih baik dan efisien.

1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan plambing dan drainase adalah untuk
memperlancar kegiatan penyaluran baik masukan maupun keluaran air. Pada
laporan ini lebih ditekankan pada bagaimana pekerjaan tentang pemotongan pipa,
pengikiran, dan penguliran pipa secara manual.
Dengan adanya jaringan instalasi pipa air proses penyaluran air baik air
bersih maupun air kotor lebih terkontrol, terjamin efisiensinya dan yang pasti
terjaga kebersihannya.

1.3 Ruang Lingkup Masalah


Ruang lingkup pembahasan di dalam laporan sebagai berikut :
1. Pengertian plambing dan drainase
2. Pelaksanaan pelatihan praktik plambing, dimana untuk pekerjaan plambing
dibahas tentang pemotongan pipa, pengikiran pipa, dan penguliran pipa
secara manual dan mesin.

1.4 Metode Kerja


Dalam penyusunan laporan ini menggunakan metode pendekatan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Praktek di workshop sesuai dengan instruksi dari dosen pembimbing yang
telah disampaikan.
b. Melaksanakan tugas job yang telah diberikan.

2
c. Membuat dokumentasi pekerjaan
d. Menyusun laporan yang dikumpulkan dan menggambarkan sketsanya.

1.5 Sistematika Penulisan


Laporan ini terdiri dari empat bab yang setiap babnya terdiri dari beberapa
subbab yaitu :
BAB 1 : Berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, tujuan, ruang lingkup masalah, metode kerja, dan
sistematika penulisan.
BAB 2 : Berisi tentang praktikum plambing yang terdiri dari dasar teori
tentang pekerjaan plambing
BAB 3 : Berisi tentang hasil pekerjaan praktikum yang terdiri dari
memotong dan mengikir pipa galvanis dan membuat ulir
menggunakan alat sney tidak langsung
BAB 4 : Berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

3
BAB 2
PLAMBING

2.1 Dasar Teori


Menurut sejarah, pertama kali menerapkan sistem plambing adalah pada
zaman yunani. Kehidupan mereka telah terbiasa hidup tertib dan teratur serta
mereka telah memperhatikan aspek kehidupan yang menanamkan nilai kesehatan
yang tinggi.
Dalam bahasa inggris adalah plumbing, telah dibakukan kedalam bahasa
Indonesia menjadi plambing. Dengan demikian untuk penulisan harus memakai
bahasa baku yaitu PLAMBING, seperti di dalam Peraturan Plambing
Indonesia 1979 yang telah dipakai dan diterapkan untuk pedoman dalam
pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Dalam pembagian kewenangan tugas antara plambing dan pipeng
engineering, harus mengetahui batas-batas kewenangannya.

PIPENG ENGINEERING, meliputi pekerjaan pemipaan. Dimana


pekerjaannya khusus untuk pemasangan pipa pada industri besar dan kilang-
kilang minyak pada anjungan lepas pantai.
PLAMBING, dititikberatkan pada pekerjaan pemasangan pipa pada bangunan
gedung, seperti rumah tinggal, gedung perkantoran, rumah sakit, gedung sekolah,
hotel dan pusat-pusat pertokoan.
Lulusan D-III Politeknik menempati posisi sebagai tenaga pelaksana,
dimana Jurusan Teknik Sipil khususnya untuk program studi Gedung, harus
mampu untuk menangani pelaksanaan pembangunan gedung, mulai dari dasar,
memasang perlengkapan sampai bangunan jadi berdiri.
Sedangkan pada program D-IV adalah untuk perencanaan. Plambing

4
adalah merupakan bagian dari Utilitas Gedung, sudah selayaknya memahami juga
pekerjaan tersebut. Sehingga bisa membedakan hasil pekerjaan yang baik dan
tidak baik.

Untuk melihat keberadaan pekerjaan PLAMBING di dalam dokumen


kontrak bisa dilihat pada pekerjaan Mechanical Electrical. Mengapa PLAMBING
harus dipelajari di Jurusan Teknik Sipil ? Karena ruang lingkup pekerjaan lebih
banyak mengarah kepada pekerjaan teknik sipil, sedangkan lingkup pekerjaan
teknik mesin dan listrik hanya sebagian kecil, (refrigrasi dan energi). Jadi program
dimasukan ke program teknik sipil.

2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Plumbing


Ruang lingkup pada pekerjaan plambing meliputi :
a. Instalasi pipa air bersih :
a) Instalasi pipa air dingin
b) Instalasi pipa air panas
b. Instalasi pipa air kotor dan air hujan
c. Instalasi pipa gas ( Gas Fitting )
d. Heating (Energi panas )
e. Pekerjaan talang (Roof Gutter) dan Flashing Chimney
f. Instalasi pemadam kebakaran seperti Hydrant & Springkler
g. Peralatan Saniter, yang dibagi menjadi empat bagian :
a) Ablushionary Fixtures (air bilasan)
b) Waste Water Fixtures (air yang mengandung sabun)
c) Greasy Water Fixtures (air yang mengandung lemak)
d) Soil Water Fixtures (air yang mengandung kotoran)
h. Drainase ( Rioolering )

5
i. Instalasi lainnya misalnya : instalasi pipa untuk penyediaan zat asam, zat
lemas, air steril, udara, dan lain-lain.

2.3 Tujuan Plambing


Tujuan utama pelaksanaan kegiatan plambing adalah memperlancar
kegiatan penyaluran baik masukan (inlet) maupun keluaran (outlet). Pada laporan
ini lebih ditekankan pada bagian instalasi pipa air dan peralatan saniter.
Hubungan antara instalasi pipa air dengan peralatan saniter adalah
peralatan saniter merupakan alat yang menjadi penghubung tempat keluarnya air
dengan jaringan pipa ke sumber. Seringkali terjadi proses penyambungan pada
instalasi pipa dikarenakan adanya kebocoran atau kerusakan atau kurang
panjangnya pipa. Baik tidaknya sambungan ini sangat besar artinya untuk siklus
peredaran air.
Dengan adanya jaringan instalasi pipa air proses penyaluran air, baik air
bersih maupun air kotor lebih terkontrol, terjamin efisiensinya dan yang pasti
terjaga kebersihannya.

2.4 Pelaksanaan Sistem Plambing


1. Perancangan konsep
Dalam perancangan sistem plambing, hal-hal yang perlu diketahui adalah :
a. Jenis dan penggunaan gedung
b. Luas bangunan
c. Denah bangunan
d. Jumlah penghuni
2. Penelitian lapangan Penelitian
lapangan meliputi :
a. Kunjungan ke lokasi pembangunan dan melihat situasi setempat
b. Perundingan dengan instansi pemerintah yang berwenang
c. Penelitian yang menyangkut hak penggunaan air dan pembuangan air
3. Rencana dasar
a. Masalah umum
Dalam tahap ini disiapkan dasar-dasar perancangan, dengan

6
menggunakan rencana konsep serta data yang diperoleh dari penelitian
lapangan, hal yang perlu dilakukan :
 Pertemuan dengan pemilik gedung atau perancang gedung
 Penyesuaian dengan persyaratan gedung maupun peralatan lainnya
b. Pemilihan peralatan
Setelah menetapkan dasar-dasar perancangan, jenis sistem plambing
dapat dipilih, data untuk perhitungan perancangan dapat disiapkan dan
jenis-jenis peralatannya dipelajari.
4. Perancangan pendahuluan
Berdasarkan rencana dasar yang telah dibuat, kapasitas dari sistem dan
perletakan peralatan plambing dipelajari lebih detail dengan menggunakan
gambar-gambar pendahuluan denah bangunan.
5. Rancangan pelaksanaan
Setelah rancangan pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik
gedung atau perancang gedung, perhitungan dan gambar-gambar
pelaksanaan dapat disiapkan.

2.5 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air


1. Kualitas air
Penyediaan air bersih dengan kualitas yang baik merupakan
prioritas utama, dengan menunjuk salah satu peraturan yang mengatur
masalah kualitas air.
2. Pencegahan pencemaran air
Pada sistem penyediaan air bersih/dingin meliputi beberapa
peralatan seperti : tangki air bawah tanah, pompa-pompa, dsb. Sistem ini
harus dapat mengalirkan air ketempat yang dituju dengan tidak tercemari
oleh faktor-faktor yang merugikan kesehatan diantaranya :
 Larangan hubungan pintas (cross connection)
Cross connection adalah hubungan fisik antara dua sistem pipa yang
berbeda. Misalkan satu sistem pipa untuk air minum dan sistem pipa
lainnya berisi air yang tidak diketahui atau diragukan kualitasnya
berhubungan fisik sehingga memungkinkan air minum tercemar.

7
 Pencegahan aliran balik (back flow)
Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau
campuran, ke dalam sistem perpipaan air minum, yang berasal dari
sumber lain. Aliran balik disebabkan oleh siphon-balik (back-
siphonage). Efek siphon-balik adalah terjadinya aliran masuk ke dalam
pipa air minum dari air bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau
tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa.

3. Sistem penyediaan air bersih


a. Sistem sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi disambung langsung dengan pipa
utama penyediaan air bersih (pipa utama dibawah jalan milik PDAM).
b. Sistem tangki atap
Biasanya dengan alasan ingin tekanan air yang cukup, maka sistem
penyimpanan air dibuat 2 bak, satu dibawah (ground reservoar) yang
kedua tangki diatas atap (Roof Tank) diatas lantai tertinggi bangunan,
dari tangki ini didistribusikan ke seluruh bangunan yang diperlukan.
Alasan-alasan penggunaan tangki atap :
 Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hampir tidak berarti (tetap).
 Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara
otomatis dengan alat sederhana sehingga pompa hidup dan mati
digerakkan oleh alat deteksi muka air dalam tangki.
c. Sistem tangki tekan
Pada sistem ini prinsip kerjanya sama dengan tangki diatas hanya
penempatan tangki dibawah dengan diberi tekanan (tekanan antara 1 s/d
1,5 kg/cm2) untuk mendistribusikan ke tempat yang diperlukan dengan
bantuan pompa otomatis, ini biasanya bila gedung tidak memungkinkan
dipasang tangki atap atas dasar kekuatan struktur.
Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan :
 Segi estetika (tidak merubah tampak bangunan)
 Mudah perawatan langsung dipasang diruang pompa

8
 Harga awal relatif murah
Kekurangan-kekurangan :
 Fluktuasi tekan lebih besar (kurang lebih 1 kg/cm2)
Dengan berkurangnya udara pada tangki tekan akan terjadi udara
hampa pada tangki sehingga harus dikuras atau ditambah udara
 Tangki bukan tempat menyimpan / cadangan air, tetapi sebagai alat
otomatis penekan air.
 Karena jumlah air yang tersimpan relatif sedikit maka pompa akan
sering bekerja.
d. Sistem tanpa tangki (booster sistem)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah,
tangki atas, ataupun tangki tekan. Pada sistem ini air dipompakan
langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa hisap langsung
dari pipa utama atau sumur.

4. Peralatan instalasi
Untuk mengenal lebih jauh lagi mengenai lingkup PLAMBING
terlebih dahulu kita harus mengetahui peralatan yang sering dipergunakan
saat bekerja. Karena peralatan yang digunakan cukup banyak maka, untuk
memudahkan mengingatnya kita kelompokan menjadi beberapa
kelompok yang disesuaikan dengan fungsi alat seperti :
1. Alat ukur

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
5. Bahan instalasi pipa
a. Pipa induk
Untuk pipa induk dapat digunakan bahan :
1) Galvanis, biasanya dipakai untuk instalasi pipa air bersih, hydrant
dan springkler. Lapisan galvanis pada permukaan pipa bagian luar
untuk mencegah karat. Ukuran pipa galvanis mulai diameter ½”
sampai dengan 6” mempunyai panjang 6 m. Sistem penyambungan
adalah sistem flens dan ulir, hanya sistem ulir mempunyai
kelemahan karena lapisan galvanisnya hilang lapisan galvanisnya
sehingga mudah karat.
2) Besi hitam adalah pipa yang biasa dipakai untuk instalasi pipa air

21
panas, dengan panjang 6 m. Sedangkan diameter mulai dari ½”
sampai 2” dengan sistem ulir. Agar air panas yang mengalir di
dalam instalasi tidak kehilangan kalor/panas maka seluruh instalasi
harus dilindungi dengan dililiti karung goni atau juga bisa dengan
setoroform.
3) Besi tuang/besi cor biasanya untuk saluran pembuangan dengan
diameter 2” keatas, sambungannya sistem bell & spigot yang dicor
dengan cairan timah dan panjang pipa besi tuang adalah 6 m.
4) Tembaga/kuningan biasanya berdiameter kecil untuk instalasi pipa
gas atau untuk instalasi pipa pemanas. Keperluan di Indonesia
adalah untuk ruang Lab. yang memerlukan suhu ruang yang terjaga
panasnya. Sambungannya dengan sistem flering atau brazing.
5) Asbes semen, adalah yang dikembangkan oleh Jabesmen, dengan
panjang 4 m. dan ukuran diameter 4” dan 6” untuk menyalaurkan
air kotor atau air hujan dengan sistem sambungan bell & spigot
yang diberi cincin karet (rubber ring), tetapi kemiringan saluran
tidak kurang dari 60%, karena mempunyai permukaan dalam pipa
yang cukup kasar.
6) Pipa Tanah dan Pipa Beton, biasanya dipakai untuk menyalurkan
air hujan, panjang pipa adalah 1 m. Dengan diameter 4” keatas.
Syarat kemiringan dasar saluran 1 : 40, karena permukaan bagian
dalam pipa kasar.
7) Baja lapis beton
8) Pipa plastik PVC (poly Vinyl Chloride), UPVC (UnPoly Vinyl
Chloride), dan PE (Polymer)
Pipa PVC biasanya untuk instalasi pipa air bersih juga untuk
saluran pembuang air kotor atau air hujan. Ukuran pipa PVC dan
UPVC mulai dari diameter 1/8” sampai dengan 6”, Panjangnya 4
m. Jenis pipa ini yang sekarang banyak dipakai untuk proyek-
proyek bangunan gedung, karena untuk penyambungannya tidak
diperlukan tenaga akhli dan tidak banyak kehilangan tekanan (head
loss), sambungan sistem flens dan bell & Spigot yang dilem atau

22
dengan memakai cincin karet (rubber ring).
9) Baja, ada 2 macam yaitu pipa baja biasa dan pipa baja yang dilapisi
dengan bitumen pada bagian dalam pipa, panjang pipa 6 m.
Dengan diameter diatas 4” karena suka dipakai untuk pipa induk
atau pipa pembawa mulai dari intek (penangkapan) sampai ke
tempat pengolahan (Water Treatmen) oleh PDAM.
10) Timah hitamDalam pemasangan pipa ini ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi :
a) Harus mampu mengeluarkan debit air sesuai dengan
kebutuhan
b) Mampu menahan gaya baik gaya dari luar seperti tanah atau
pembebanan lainnya maupun gaya yang ditimbulkan oleh
tekanan air itu sendiri.
Pada pemilihan jenis pipa yang akan dipakai harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a) Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan yang tersedia di
pasaran.
b) Karakteristik dari jenis pipa.
c) Faktor ekonomis.
d) Praktis dalam pemasangan.
e) Praktis dalam pengangkutan.
f) Sesuai dengan kadar kandungan/kondisi udara.
b. Pipa instalasi gedung
Syarat umum :
1). Harus mampu mengalirkan debit yang diperlukan.
2). Dapat menahan gaya-gaya dalam dan luar.
3) Cukup tahan lama.
Kategori pemakaian pipa :
1) Pipa pembawa
Untuk mengalirkan air dari sumber air ke tempat tertentu, pipa
pembawa ini adalah pipa pembawa utama atau pipa induk, pipa
instalasi, dan pipa sanitasi.

23
2) Pipa cabang/pipa distribusi
Pipa pembawa sekunder dari pipa induk ke bangunan.
3) Pipa plambing
Yaitu pipa-pipa jaringan dalam bangunan maupun di luar bangunan.

Pemasangan instalasi pipa di dalam gedung ini ada yang tidak tertanam
di dinding (terbuka) dan ada pula yang tertanam pada dinding (tertutup).
Setiap jenis memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.
Pemasangan pipa yang bersifat terbuka memiliki nilai estetika,
keuntungan lain ialah bila terjadi kerusakan atau kebocoran dapat dengan
segera diketahui. Berbeda dengan pemasangan pipa yang bersifat tertutup,
cenderung tidak mempengaruhi ornament luar, kekurangan lain adalah
apabila terjadi kebocoran tidak dapat langsung terdeteksi.
Kerusakan pipa dapat diakibatkan oleh :
a. Kerusakan akibat alat sambung
b. Kerusakan pipa akibat kegagalan produksi
c. Kualitas dari pipa itu sendiri
d. Kerusakan pada saat pelaksanaan
Untuk mengatasi kerusakan tersebut dapat dilakukan berbagai
cara, diantaranya perbaikan yang bersifat sementara perbaikan ini
bersifat preventif yakni mengatasi hanya sesaat. Untuk perbaikan yang
bersifat tetap dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mencari kondisi yang bocor
b. Memotong pipa yang bocor
c. Menyambung pipa dengan menggunakan alat sambung yang
diperlukan. Untuk pipa galvanis, sebelum disambung harus
diulir terlebih dahulu kemudian disambung dengan fitting sesuai
kebutuhan. Sedangkan untuk pipa PVC setelah dipotong
dibersihkan kemudian diamplas lalu diolesi lem.
Instalasi plambing yang rawan bocor adalah di daerah
sambungan, untuk itu setelah pemasangan atau perbaikan pada pipa
harus dilakukan beberapa pengujian, antara lain :

24
1. Dengan plug (bola karet) untuk memeriksa kebocoran pipa.
2. Pengujian dengan asap. Cara ini dilakukan dengan mengisi
instalasi dengan asap kemudian kedua ujungnya ditutup dan
diperhatikan pada sambungan. Jika asap keluar maka
sambungan tidak kuat atau bocor.
3. Pengujian dengan cermin, dengan tujuan untuk memeriksa
kelurusan dan kebersihan di dalam saluran pipa yang lurus. Cara
ini dilakukan dengan meletakkan 2 buah cermin pada masing-
masing ujung pipa yang lurus dengan sudut 450 dan dari cermin
dapat dilihat cahaya dari ujung yang lain maka akan terlihat
apakah pipa tersebut lurus dan bersih.
4. Dengan tekanan dan aliran air. Cara ini dilakukan dengan
mengisi instalasi dengan air kemudian diberi tekanan sampai
skala tertentu pada manometer. Jika tekanan menurun maka ada
bagian yang bocor, jika tetap maka instalasi baik.
5. Dengan slide, semacam plat baja yang tipis dan pada ujungnya
ada semacam sikat ijuk yang fungsinya untuk memeriksa dan
membersihkan bagian dalam sambungan pipa.

2.6 Pelaksanaan Praktik Plumbing


Terdiri dari :
1. Memotong dan mengikir pipa galvanis
2. Membuat ulir menggunakan alat snay tidak langsung

25
BAB 3
HASIL PRAKTIK

A. Praktik Memotong dan Mengikir Pipa Galvanis


I. Tujuan
• Mahasiswa dapat memotong pipa dengan baik dan benar.
• Mahasiswa dapat mengikir pipa dengan rata.

II. Peralatan dan Bahan

Gergaji besi Penggores

Meteran Penggaris Siku

Sikat Kawat Kikir

26
Pipa Galvanis ukuran φ1

Ragum

IV. Gambar Kerja

IV. Langkah Kerja


a) Pekerjaan Menggergaji
1) Siapkan peralatan dan bahan
2) Letakkan peralatan dan bahan di atas meja kerja dengan kondisi rapi
dan teratur.
3) Ukur panjang masing-masing pipa sesuai dengan ukuran yang telah

27
ditentukan dengan menggunakan penggaris baja dan penggores.
4) Tandai pipa yang akan dipotong ±50 mm (toleransi ±1 mm), pada
jarak total 350 mm
5) Setelah pipa ditandai dengan menggunakan penggores, gergajilah
pipa dengan menggunakan gergaji besi.

(dokumentasi, 2016)
6) Saat menggergaji usahakan menggergajinya tegak lurus terhadap
pipa (jika merencanakan potongan pipa yang tegak lurus)
7) Hasil potongan tersebut dihaluskan dan dibuat rata dengan
menggunakan kikir

b) Pekerjaan Mengikir
1) Setelah pemotongan pipa, periksa kedataran permukaan pipa hasil
pemotongan, kemudian letakkan pipa dalam ragum dalam posisi
berdiri dan jepit dengan kuat.
2) Bila permukaan pipa hasil pemotongan tidak rata, kikir permukaan
pipa tersebut dengan kikir persegi kasar sampai rata dan sampai
mendekati ukuran yang diinginkan. Jika permukaan pipa telah rata
dan ukuran panjang pipa hampir mendekati ukuran yang diinginkan,
lanjutkan dengan menggunakan kikir persegi halus.

28
(dokumentasi, 2016)
3) Periksalah permukaan kikir. Jika banyak terdapat sisa-sisa hasil
pengikiran (bram) bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan
sikat kawat.
4) Lanjutkan pengikiran sampai didapatkan permukaan yang rata dan
ukuran yang diinginkan. Periksa kesikuan antara permukaan pipa
yang dikikir dengan badan (dinding) pipa.
5) Setelah pengikiran dengan menggunakan kikir persegi selesai, yang
berarti permukaan pipa telah rata dan ukurannya sesuai dengan yang
diinginkan, kikir bagian dalam pipa dengan menggunakan kikir
bulat sehingga permukaan pipa yang telah dikikir bagian dalamnya
menjadi halus.
6) Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disediakan.
7) Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang
telah digunakan dan kembalikan ke tempat semula.

29
B. Membuat Ulir Menggunakan Alat Sney Tidak Langsung

I. Tujuan

a) Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan pembuatan drat / ulir dengan


benar.

b) Dapat menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya


masing-masing.

c) Dapat mengetahui cara pembuatan drat/ulir pipa galvanis secara manual


dengan menggunakan alat pengulir / sney tidak langsung secara baik dan
benar.

d) Dapat membuat hasil penguliran yang baik.

II. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan

30
1. Bahan
Pipa galvanis ukuran φ½

III. Gambar Kerja

31
IV. Langkah Kerja
1) Persiapkan bahan yang sudah di gergaji dan juga yang telah di kikir
sebelumnya yaitu pipa 1’’
2) Letakan bahan pada ragum dan jepit dengan kuat.
3) Tandai panjang penguliran pada badan pipa dengan menggunakan
penggores. Untuk φ1 “ sepanjang 20 mm.
4) Siapkan snay tidak langsung, stel snay tidak langsung pasangkan gigi
yang pertama sesuai dengan berapa diameter pipa yang akan dibuat
dratnya misalnya pipa galvanis yang akan kita buat ulirnya itu adalah
pipa ukuran diameter 1”
5) Stel alat snay sesuai dengan diameter pipa dengan tahap-tahap sebagai
berikut :
 Pasang mata pembuat ulirnya sesuai dengan diameter pipa
 Untuk putaran pertama mata ini dimundurkan sampai mentok, lalu
kunci dengan sekrup pengunci matanya
 Pasang snei pada pipa lalu kunci
 Atur kunci pinggirannya sehingga menyentuh mata pembuat
ulirnya
 Atur arah pemompaan dengan dua buah kunci

 Mulai pemompaan, kalau terjadi kemacetan gunakan oli sebagai


pelumas
 Untuk putaran kedua, mengecilkan / mereducing diameter pipa
dengan drat tinggal diputar kunci pinggirannya ½ putaran atau ¼
putaran (dua-duanya harus sama)
 Dalam pembuatan drat minimal tiga kali pengulangan
pemompaan dengan penyesuaian penguncian

32
6) Setelah merasa cukup, coba masukkan socket apabila drat belum pas juga
lakukan pemompaan lagi (perhatikan arah pemutaran kunci
pinggirannya)
7) Apabila sudah cukup berarti pekerjaan sudah selesai, pada penguliran ini
untuk baiknya sisakan ulir sebanayk minimal tiga drat untuk keoptimuman
penggunaan socket trerhadap pipa.

(dokumentasi, 2016)
8) Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disiapkan.
9) Hasil penguliran dapat dilihat sebagai berikut:
10) Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang telah
digunakan dan kembalikan ke tempat semula.

33
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Plambing dan drainase memiliki keterkaitan sebagai suatu sistem
pelengkap konstruksi. Kedua sistem ini bertindak sebagai suatu konstruksi saluran
air yang bertujuan untuk mengalirkan air dari suatu tempat yang memiliki
kelebihan air ke tempat yang kekurangan air.
Kedua sistem ini memiliki perbedaan pada proses penerapannya. Plambing
diterapkan menggunakan sistem saluran tertutup. Plambing lebih mengarah
kepada konstruksi pemipaan atau pemasangan instalasi pipa-pipa penyaluran air,
baik itu air bersih maupun air kotor. Umumnya plambing lebih banyak diterapkan
pada konstruksi bangunan gedung karena menggunakan sistem saluran tertutup.
Sedangkan drainase akan lebih sering ditemui pada konstruksi jalan karena
menggunakan sistem terbuka. Drainase sebagaimana yang telah dikemukakan
pada BAB 1. Pendahuluan yakni berfungsi sebagai saluran pengeringan, sehingga
konstruksi drainase ini sangat banyak sekali ditemui pada konstruksi jalan. Hal
utama sebagai penyebab rusaknya jalan adalah air, sehingga drainase ini
merupakan konstruksi vital yang harus ada pada jalan.

4.2 Saran
Banyak hal yang harus diperhatikan pada konstruksi plambing baik itu dari
segi bahan yang dipakai, alat yang digunakan, dan sebagainya. Berikut hal yang
harus diperhatikan pada konstruksi plambing antara lain :
1) Jenis pipa yang digunakan
2) Sifat masing-masing jenis pipa
3) Alat yang digunakan
4) Sambungan yang digunakan
5) Tempat pemasangan pipa
6) Cara pemasangan dan langkah pemasangan instalasi pipa
7) Buatlah uliran, pasanglah sambungan dengan teliti

34
8) Hati-hati dalam bekerja, terutama saat menggunakan alat

35

Anda mungkin juga menyukai