Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis
pantai. Selain proses alami, seperti angin, arus, dan gelombang, aktivitas
manusia menjadi penyebab terjadinya erosi pantai seperti pembukaan
lahan baru dengan menebang hutan mangrove untuk kepentingan
permukiman, dan pembangunan infrastruktur. Juga pemanfaatan
ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan (ikan-ikan karang),
sumber bahan bangunan (galian karang), komoditas perdagangan (ikan
hias), dan obyek wisata (keindahan dan keanekaragaman hayati) sehingga
mengganggu terhadap fungsi perlindungan pantai. Selain itu kerusakan
terumbu karang bisa terjadi sebagai akibat bencana alam, seperti gempa
dan tsunami, yang akhir-akhir ini sering melanda Negara Indonesia dan
selalu menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir.
Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah
penggunaan struktur pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi
sebagai peredam energi gelombang pada lokasi tertentu. Namun banyak
tulisan sebelumnya bahwa struktur pelindung pantai dengan material batu
alam yang cenderung tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis lagi
apabila dilaksanakan pada daerah-daerah pantai yang mengalami
kesulitan dalam memperoleh material tersebut.
Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap
kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk melindungi pantai yaitu memperkuat pantai atau
melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan karena serangan
gelombang, mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai,
mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai, dan reklamasi
dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain.
Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan
dalam tiga kelompok yaitu konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar
garis pantai, konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai, dan
konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar garis pantai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Bagunan Pantai ?
2. Apa saja bangunan Pantai itu?
3. Bagaimanakah perhitungan struktur bangunan pelindung pantai ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami jenis-jenis bangunan pantai dan perhitungan struktur bangunannya
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Bangunan Pantai


Perlindungan atau pengamanan pantai dimaksudkan untuk
melindungi garis pantai dari perubahan-perubahan yang tidak diinginkan,
seperti erosi pantai atau sedimentasi di alur pelayaran atau pelabuhan.
Secara alami perlindungan pantai yang efektif antara lain adalah:
1. Pantai pasir. Perlindungan alamiah berupa hamparan pasir yang
dapat berfungsi sebagai penghancur energi gelombang yang efektif,
serta bukit pasir (sand dunes) yang merupakan cadangan pasir dan
berfungsi sebagai tembok.
2. Tumbuhan pantai. Alam menyediakan tumbuhan pantai seperti
pohon bakau, pohon api-api atau pohon nipah sebagai pelindung
pantai. Tumbuhan pantai ini akan memecahkan energi gelombang
dan memacu pertumbuhan pantai. Gerakan air yang lambat diantara
akar-akar pohon tersebut di atas dapat mendukung proses
pengendapan dan merupakan tempat yang baik untuk berkembang
biaknya kehidupan laut, misalnya ikan.
Sedangkan perencanaan perlindungan pantai buatan dilakukan dengan lima
pendekatan:
1. Mengubah laju sedimentasi yang masuk ke daerah pantai, misalnya
dengan membuat struktur untuk menangkap sedimen dari hulu
sungai yang masuk ke pantai (bangunan groin).
2. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai. Seperti
pembuatan pemecah gelombang lepas pantai yang dapat
menghancurkan energi gelombang yang menuju pantai, sehingga
angkutan sedimen sejajar pantai yang disebabkan oleh gelombang
dapat berkurang.
3. Memperkuat tebing pantai sehingga tahan terhadap gempuran
gelombang. Misalnya dengan pembuatan bangunan revetment atau
seawalls.
4. Menambah suplai sedimen ke pantai misalnya dengan cara sand by
passing atau beach nourishment atau beach fills.
5. Melakukan penghijauan daerah pantai misalnya dengan penanaman
pohon bakau, api-api atau nipah.
Bentuk konservasi pantai dengan cara pembuatan struktur
pengaman pantai buatan adalah dengan hard structure (struktur keras)
dan soft structure (struktur lunak).
Struktur keras didesain dengan kondisi yang stabil dan tetap,
mampu menahan ombak, mampu menahan arus dan transport sedimen
secara penuh. Oleh karena itu struktur keras memberikan pengaruh yang lebih
besar terhadap perpindahan pasir atau sedimentasi secara alami.
Yang termasuk dalam struktur keras adalah: groin, revetment, seawalls
dan breakwater.
Sedangkan alternatif pemakaian struktur lunak diharapkan
merupakan struktur yang dapat bergerak dinamis, seiring dengan kondisi
ombak dan arus. Contoh struktur lunak antara lain: beach nourishment
dan penghijauan daerah pantai untuk meningkatkan stabilitas pantai.
Menurut bentuknya bangunan pantai dapat dibedakan menjadi
bangunan sisi miring dan sisi tegak. Termasuk dalam kelompok pertama
adalah bangunan dari tumpukan batu yang bagian luarnya diberi lapis
pelindung yang terbuat dari batu-batu ukuran besar, blok beton atau batu
buatan dari beton dengan bentuk khusus seperti tetrapod,quadripod,
tribar, dolos dan sebagainya. Lapis pelindung ini harus mampu menahan
serangan gelombang. Sedangkan yang termasuk dalam tipe kedua
adalah bangunan yang terbuat dari pasangan batu, kaison beton,
tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton dan lain sebagainya.
Gambar 2.1 Bangunan Pantai Sisi Tegak

Gambar 2.2 Bangunan Pantai Sisi Miring

2.2 Contoh Bangunan Pelindung Pantai


2.2.1 Groin
Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya dibuat
tegak lurus garis pantai dan berfungsi untuk menahan pengiriman
sedimen sepanjang pantai, sehingga bisa mengurangi/menghentikan erosi
yang terjadi. Bangunan ini juga bisa digunakan untuk menahan masuknya
pengiriman sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai.
Groin hanya bisa menahan pengiriman sedimen sepanjang pantai
dalam disepanjang pantai terjadi pengiriman sedimen sepanjang pantai.
Groin yang ditempatkan dipantai akan menahan gerak sedimen tersebut,
sehingga sedimen mengendap disisi sebelah hulu (terhadap arah
pengiriman sedimen sepanjang pantai). Di sebelah hilir groin angkutan
sedimen masih tetap terjadi, sementara suplai dari sebelah hulu terhalang oleh
bangunan, akibatnya daerah di hilir groin mengalami difisit sedimen
sehingga pantai mengalami erosi. Keadaan tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan garis pantai yang akan terus berlangsung sampai
dicapai suatu keseimbangan baru. Keseimbangan baru tersebut tercapai
pada saat sudut yang dibentuk oleh gelombang pecah terhadap garis
pantai baru adalah nol, dimana tidak terjadi angkutan sedimen sepanjang
pantai.
Groin dapat dibedakan  menjadi beberapa tipe yaitu tipe lurus, tipe T dan tipe
L. Menurut kontruksinya groin dapat berupa tmpukan batu, caisson beton, turap,
tiang yang dipancang berjajar, atau tumpukan buis beton yang didalamnya diisi
beton.

Gambar 2.3 beberapa Tipe Groin

Gambar 2.4 Tipe Groin Lurus


Gambar 2.5 Tipe Groin L

Gambar 2.6 Sketsa Groin

Berikut ini adalah kriteria perencanaan Groin :


1. Panjang groin
Groin dibuat sepanjang 40% sampai dengan 60% dari lebar surf
zone. (Triatmodjo hal: 214,1999)
2. Tinggi groin
Tinggi groin menurut Thorn dan Robert berkisar antara 50-60 cm
di atas elevasi rencana, sedangkan berdasarkan Muir Wood dan
fleming antara 0,5 – 1,0 m di atas elevasi rencana.
3. Jarak groin
Jarak groin pada pantai kerikil biasanya 1-3 L, sedangkan pantai
berpasir diambil 2-4 L. Dimana L adalah panjang groin.
(Triatmodjo, hal:214, 1999)
4. Elevasi groin
Elevasi puncak groin dapat diambil di bawah HWL
2.2.2 Jetty

Gambar 2.7 Bangunan Jetty


Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada kedua sisi
muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen
pantai. Pada penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan di
muara dapat mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut jetty harus
panjang sampai ujungnya berada di luar gelombang pecah. Dengan jetty panjang
transport sediment sepanjang pantai dapat tertahan, dan pada alur pelayaran
kondisi gelombang tidak pecah sehingga memungkinkan kapal masuk ke muara
sungai.
Selain untuk melindungi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk
mencegah pendangkalan di muara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir.
Sungai-sungai yang bermuara pada pantai berpasir dengan gelombang cukup
besar sering mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir. Karena pengaruh

gelombang dan angin, endapan pasir terbentuk dimuara. Transpor sedimen


sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan endapan
tersebut. Pasir yang melintas di depan muara akan terdorong oleh gelombang
masuk ke muara dan kemudian diendapkan. Endapan yang sangat besar dapat
menyebabkan tersumbatnya muara sungai.
Gambar dibawah memberikan bentuk dari masing-masing bangunan
tersebut,disertai dengan perubahan garis pantai yang ditimbulkannya. Seperti
halnya dengan groin, jetty dapat juga dibuat dari tumpukan batu, beton, tumpukan
buis beton, turap, dan sebagainya.

Gambar 2.8 Beberapa tipe jetty


2.2.3 Dinding Pantai atau Revetment

Gambar 2.9 Bangunan Revetment


Dinding pantai atau revetment adalah bangunan yang memisahkan
daratan dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai pelindung
pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat.
Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan. Permukaan
bangunan yang mengahadap arah datangnya gelombang
dapat berupa sisi vertikal atau miring. Dinding pantai biasanya berbentuk
dinding vertikal, sedang revetment mempunyai sisi miring. Bangunan ini
ditempatkan sejajar atau hampir sejajar dengan garis pantai dan bisa
terbuat dari pasangan batu, beton, tumpukan pipa (buis) beton, turap,
kayu, atau tumpukan batu. Gambar 2. menunjukkan penempatan
revetment dan bentuk tampang lintangnya. Bangunan tersebut terbuat
dari tumpukan batu dengan lapis luarnya terdiri dari batu dengan ukuran
yang lebih besar.

Gambar 2.10 Penempatan Revetment Dan Bentuk Tampang Lintangnya

Dalam perencanaan revetment, perlu ditinjau fungsi dan bentuk


bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan, dan tanah fondasi,
elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan,
ketersediaan bahan bangunan, dan sebagainya.
Fungsi bangunan akan menentukan pilihan bentuk. Permukaan
bangunan dapat berbentuk sisi tegak, miring, lengkung atau bertangga.
Bangunan sisi tegak dapat juga digunakan sebagai dermaga atau tempat
penambatan kapal. Tetapi sisi tegak kurang efektif terhadap serangan gelombang
terutama terhadap limpasan dibanding dengan bentuk
lengkung (konkaf). Pemakaian sisi tegak dapat mengakibatkan erosi yang
cukup besar atau dasar bangunan berada di air dangkal. Untuk mencegah
erosi tersebut, diperlukan perlindungan didasar bangunan yang berupa
batu dengan ukuran dan gradasi tertentu. Untuk mencegah keluarnya
butir-butir tanah halus melalui sela-sela batuan yang dapat berakibat
terjadinya penurunan bangunan, pada dasar fondasi diberi lapis geotextile.
Sisi miring dan kasar dapat menghancurkan dan menyerap energi
gelombang, mengurangi kenaikan gelombang (wave runup), limpasan
gelombang, dan erosi dasar. Bangunan dengan sisi lengkung konkaf
adalah yang paling efektif untuk mengurangi limpasan gelombang.
Apabila puncak bangunan digunakan untuk jalan atau maksud lain, bentuk
ini merupakan yang paling baik untuk perlindungan puncak bangunan.
Seperti telah dijelaskan bahwa salah satu fungsi utama revetment
adalah menahan terjadinya limpasan gelombang. Air yang melimpas di
belakang bangunan akan terinfiltrasi melalui permukaan tanah dan
mengalir kembali ke laut. Apabila perbedaan elevasi muka air di belakang
dan di depan bangunan cukup besar dapat menimbulkan kecepatan aliran
cukup besar yang dapat menarik butiran tanah di belakang dan pada
fondasi bangunan (piping). Keadaan ini dapat mengakibatkan
rusak/runtuhnya bangunan. Penanggulangan dari keadaan tersebut dapat
dilakukan dengan :
1. Membuat elevasi puncak bangunan cukup tinggi sehingga tidak
terjadi limpasan,
2. Di belakang bangunan dilindungi dengan lantai beton atau aspal
dan dilengkapi dengan saluran drainase,
3. Dengan membuat konstruksi yang dapat menahan terangkutnya
butiran tanah/pasir, misalnya dengan menggunakan geotextile yang
berfungsi sebagai saringan.
Di dalam perencanaan revetment perlu diperhatikan kemungkinan
terjadinya erosi di kaki bangunan. Kedalaman erosi yang terjadi tergantung pada
bentuk sisi bangunan, kondisi gelombang, dan sifat
tanah dasar. Untuk melindungi erosi tersebut maka pada kaki bangunan
ditempatkan batu pelindung. Selain itu pada bangunan sisi tegak harus
dibuat turap yang terpancang di bawah sisi depan bangunan yang
berfungsi untuk mencegah gerusan di bawah bangunan. Kedalaman erosi
maksimum terhadap tanah dasar asli adalah sama dengan tinggi
gelombang maksimum yang mungkin terjadi di depan bangunan.
Gambar 2.11 Dinding Pantai Yang Bisa Terbuat Dari Beton Atau Pasangan
Batu

Gambar di atas adalah dinding pantai yang bisa terbuat dari


beton atau pasangan batu. Bangunan masif ini digunakan untuk menahan
gelombang besar dan tanah dasar relatif kuat. Apabila tanah dasar relatif
lunak, maka diperlukan fondasi tiang.

Gambar 2.12 Dinding Pantai Dengan Sisi Tegak Yang Bisa Terbuat Dari
Turap Baja, Kayu, Atau Bambu
Gambar di atas adalah dinding pantai dengan sisi tegak yang bisa
terbuat dari turap baja, kayu atau bambu. Bangunan ini dapat juga
dimanfaatkan sebagai dermaga untuk merapat atau bertambatnya perahu
perahu/kapal kecil pada saat laut tenang. Untuk menahan tekanan tanah di
belakangnya, turap tersebut diperkuat dengan angker. Kaki bangunan
harus dilindungi dengan batu pelindung.
-

Gambar 2.13 Dinding Pantai Yang Terbuat Dari Tumpukan Bronjong

Gambar di atas adalah contoh dinding pantai yang terbuat dari


tumpukan bronjong. Bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak
yang didalamnya diiisi batu. Bangunan ini bisa menyerap energi
gelombang, sehingga elevasi puncak bangunan bisa rendah (runup kecil).
Kelemahan bronjong adalah korosi dari kawat anyaman, yang merupakan
faktor pembatas dari umur bangunan. Supaya bisa lebih awet, kawat
anyaman dilapisi dengan plastik.
Gambar 2.14 Revetment Dari Tumpukan Batu Pecah Yang Dibuat Dalam
Beberapa Lapis

Gambar di atas adalah revetment dari tumpukan batu pecah yang


dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan lapis pelindung
terbuat dari batu dengan ukuran besar yang direncanakan mampu
menahan serangan gelombang. Lapis dibawahnya terdiri dari tumpukan
batu dengan ukuran yang lebih kecil. Bangunan ini merupakan konstruksi
fleksibel yang dapat mengikuti penurunan atau konsolidasi tanah dasar.
Kerusakan yang terjadi seperti longsornya batu pelindung, mudah
diperbaiki dengan menambah batu pelindung tersebut. Oleh karena itu
diperlukan persediaan baut pelindung di lokasi bangunan.
Gambar 2.15 Revetment Yang Terbuat Dari Tumpukan Pipa (Buis) Beton

Gambar di atas adalah revetment yang terbuat dari tumpukan


pipa (buis) beton. Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton
telah banyak digunakan di Indonesia, seperti beberapa pantai di Manado,
Pangandaran, Pekalongan, Tuban, Bali, dan beberapa daerah lainnya.
Bangunan ini terbuat dari pipa beton yang berbentuk bulat, yang banyak
dijumpai di pasaran dan biasanya digunakan untuk membuat gorong
gorong.

2.3 Pemecah Gelombang (Breakwater)


Pemecah gelombang adalah konstruksi yang direncanakan untuk
melindungi daerah atau garis pantai yang terletak di belakangnya dari
serangan gelombang. Pemecah gelombang umumnya dibangun sejajar
dengan garis pantai. Pemecah gelombang dibedakan menjadi dua, yaitu
pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai.
(Triatmodjo,Teknik Pantai, hal:224,1999).
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas
pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan
pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap
erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya
pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa
lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan
groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang
sambung pantai lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan
dengan perlindungan pantai terhadap erosi. Selanjutnya dalam tinjauan
lebih difokuskan pada pemecah gelombang lepas pantai.

Gambar 2.16 Pemecah Gelombang Sambung Pantai

Gambar 2.17 Pemecah Gelombang Lepas Pantai

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai


adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak
tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah
satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan
energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan
dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen
sepanjang pantai.
Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai
dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai,
maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah
gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau
suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang
yang dipisahkan oleh celah.
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak
dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi
pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai
terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di
belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke
arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking
zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan
perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang
dan arus di belakangnya dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam
gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian
diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui
pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan
dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode,
tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan
halus dan kasar, lulus air, dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan
peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan
mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman
sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan
diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil
dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.
Dari jenis PGLP (Pemecah Gelombang Lepas Pantai) maupun PGSP
(Pemecah Gelombang Sambung Pantai) terdapat tiga tipe pemecah
gelombang yakni :
1) Pemecah Gelombang Sisi Miring (PGSM)
PGSM biasanya terbuat dari tumpukan batu alam, blok beton,
gabungan antara blok beton dengan batu pecah, serta batu buatan dari
beton dengan bentuk khusus seperti Tetrapod, Quadripod, Tribars, Dolos,
dan sebagainya.

Gambar 2.18 Batu Buatan Dari Beton Dengan Bentuk Khusus

Gambar 2.19 Pemecah Gelombang Dengan Lapis Lindung Tetrapod


Gambar 2.20 Pemecah Gelombang Dengan Lapis Pelindung Blok Beton

Pemecah gelombang jenis ini banyak digunakan di Indonesia sebab


sebagian besar dasar laut di perairan Indonesia terdiri dari tanah lunak
(soft clay) serta tersedianya batu alam sebagai bahan utama PGSM. Pada
bagian atas PGSM dilengkapi dengan dinding beton yang berfungsi untuk
menahan limpasan air di atas bangunan.

Gambar 2.21 Bangunan Pantai Sisi Miring Yang Terdiri Dari Tumpukan Batu

Ada dua macam PGSM, yaitu :


a) Overtopping Breakwater
Merupakan pemecah gelombang yang direncanakan dengan
memperkenankan air melimpas di atas pemecah gelombang. Pemecah
gelombang tipe ini biasanya direncanakan apabila di daerah yang
dilindungi tidak begitu sensitif terutama terhadap gelombang yang terjadi
akibat adanya overtopping.
b) Non-Overtopping Breakwater
Merupakan pemecah gelombang yang direncanakan dengan tidak
memperkenankan air melintas di atas bangunan tersebut. Pemecah
gelombang ini direncanakan apabila daerah yang dilindungi sensitif
terhadap gelombang jika terjadi overtopping.
Keuntungan tipe PGSM ini yaitu :
a) Elevasi puncak bangunan rendah,
b) Gelombang refleksi kecil/meredam energy gelombang,
c) Kerusakan berangsur-angsur,
d) Perbaikan mudah
e) Murah.
Kerugian tipe PGSM ini yaitu :
a) Dibutuhkan jumlah material besar,
b) Pelaksanaan pekerjaan lama,
c) Kemungkinan kerusakan pada waktu pelaksanaan besar,
d) Lebar dasar besar.
2) Pemecah Gelombang Sisi Tegak (PGST)
PGST dibuat apabila tanah dasar (seabed) mempunyai daya dukung
yang besar dan tahan terhadap erosi. Apabila seabed mempunyai lapisan
atas berupa lumpur atau pasir halus, maka lapisan tersebut harus dikeruk terlebih
dahulu kemudian dibuat pondasi dari tumpukan batu untuk
menyebarkan beban pada luasan yang lebih besar. Dasar tumpukan batu
ini dibuat agak lebar sehingga kaki bangunan dapat lebih aman terhadap
penggerusan.
PGST dapat dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara
vertikal, kaison beton, turap beton, baja dan sebagainya. Suatu blok beton
mampunyai berat antara 10 sampai 50 ton.
Gambar 2.22 Pemecah Gelombang Sisi Tegak Dari Blok Beton

Dalam perencanaan pemecah gelombang sisi tegak, perlu


diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Tinggi gelombang maksimum yang direncanakan harus ditentukan
dengan baik, karena stabilitas PGST terhadap penggulingan
merupakan faktor penting.
b) Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan terjadinya Clapotis, yaitu
superposisi antara gelombang datang dan
gelombang pantul menjadi gelombang stasioner.
c) Pondasi bangunan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi erosi
pada kaki bangunan yang dapat membahayakan
stabilitas bangunan.

Keuntungan tipe PGST ini yaitu :


a) Pelaksanaan pekerjaan cepat,
b) Kemungkinan kerusakan pada waktu pelaksanaan kecil,
c) Luas perairan pelabuhan lebih besar,
d) Sisi dalamnya dapat digunakan sebagai dermaga atau tempat
tambatan,
e) Biaya perawatan kecil.
Kerugian tipe PGST ini yaitu :
a) Mahal,
b) Elevasi puncak bangunan tinggi,
c) Tekanan gelombang besar,
d) Diperlukan tempat pembuatan kaison yang luas,
e) Kalau rusak sulit diperbaiki,
f) Diperlukan peralatan berat,
g) Erosi kaki pondasi.

3) Pemecah Gelombang Campuran (PGC)


Pada dasarnya, terdapat tiga Pemecah gelombang campuran terdiri
dari PGST yang dibuat di atas pemecah gelombang tumpukan batu (rubble
mound). Bangunan ini dibuat apabila kedalaman air macam PGC, yaitu :
a) Tumpukan batu dibuat sampai setinggi muka air tertinggi, sedangkan sisi
tegak hanya sebagai penutup bagian
atas.
b) Tumpukan batu dibuat setinggi muka air terendah sedangkan
bangunan tegak harus menahan air tertinggi (pasang).

Gambar 2.23 Pemecah Gelombang Campuran


Keuntungan tipe PGC ini yaitu :
a) Pelaksanaan pekerjaan cepat,
b) Kemungkinan kerusakan pada waktu pelaksanaan kecil
c) Luas perairan pelabuhan besar.
Kerugian tipe PGC ini yaitu :
a) Mahal,
b) Diperlukan tempat pembuatan kaison yang luas,
c) Diperlukan peralatan berat.

2.5 Seawall (Tembok Laut)

Gambar 2.24 Bangunan Seawall


Tembok laut adalah jenis konstruksi pengaman pantai yang
ditempatkan sejajar atau kira-kira sejajar dengan garis pantai, membatasi
secara langsung bidang daratan dengan air laut, dapat dipergunakan
untuk pengamanan pada pantai berlumpur atau berpasir. Fungsi utama
jenis konstruksi pengaman pantai tersebut antara lain : melindungi pantai
bagian darat langsung di belakang konstruksi terhadap erosi akibat
gelombang dan arus serta sebagai penahan tanah di belakang konstruksi.
Tembok laut merupakan konstruksi yang masif, direncanakan
untuk dapat menahan gaya gelombang yang relatif tinggi secara
keseluruhan. Bahan konstruksi yang lazim dipakai antara lain pasangan
batu dan beton.
Konstruksi tembok laut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.25 Sket Tembok Laut
Kriteria perencanaan tembok laut :
1. Elevasi mercu
Elmercu = DWL + Ru + Fb
Dimana :
Elmercu : Elevasi mercu tembok laut (m)
DWL : Design Water Level (m)
Ru : Run up gelombang (m)
Fb : Tinggi jagaan ( 1,0 – 1,5 m)
2. Lebar mercu
Lebar mercu tembok laut paling tidak tiga kali diameter equivalen
batu lapis lindung. Bila mercu dipergunakan untuk jalan maka lebar
mercu dapat diambil antara 3,0 – 6,0 m.
3. Berat lapis lindung

Dimana :
W : Berat minimum batu (ton)
H : Tinggi gelombang rencana (m)
KD : Koefisien stabilitas batu lapis lindung
θ : Sudut lereng tembok laut
γa : berat satuan air laut (ton/m3)
γb : Berat satuan batu lapis lindung (ton/m3)
4. Tebal lapis Lindung

Dimana :
t : Tebal lapis lindung (m)
de : diameter equivalen (m)
W : Berat lapis lindung (tf)
γb : Berat satuan batu lapis lindung (ton/m3)
5. Toe Protection
Tebal toe protection = 1t – 2t, sedangkan berat batu lapis pelindung
dipergunakan kira-kira ½ dari yang dipergunakan pada dinding
tembok laut. (Yuwono, hal:17, 2004). Menurut Triatmodjo, berat butir
batu untuk pondasi dan kaki bangunan diberikan oleh persamaan
berikut.

Dimana :
W : Berat rerata butir batu (ton)
γr : Berat jenis batu (ton/m3)
Sr : Perbandingan antara berat jenis batu dan berat jenis air laut =

Ns : Angka stabilitas rencana untuk pondasi dan pelindung


kaki bangunan seperti diberikan dalam gambar di bawah
γa : berat jenis air laut (= 1,025 -1,03 ton/m3)
Gambar 2.26 Angka stabilitas Ns untuk pondasi dan bangunan pelindung
BAB 3
PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG
PANTAI

3.1 Perhitungan Struktur Seawall


Diperoleh data sebagai berikut :
 Arah datang gelombang dominan dari arah Barat Laut
 Sudut datang gelombang 25°
 Tinggi dan periode gelombang signifikan
H33 = 2,082 m
T33 = 8,655 detik
3.1.1 Penentuan Elevasi Seawall
Diperoleh data sebagai berikut :

Gambar 3.1 Elevasi Pasang Surut


Elevasi dasar seawall direncanakan pada LLWL yaitu +0,10 m dari dasar laut.
Ketinggian muka air pada ujung bangunan seawall yang menghadap ke laut
direncanakan sebesar HHWL = +1,10 m dari dasar laut.
3.1.2 Elevasi Muka Air Rencana
Elevasi muka air rencana dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DWL = HHWL + ∆h + SLR
Dimana :
DWL : Elevasi muka air rencana
∆h : Kenaikan elevasi muka air karena badai (Wind set-up)
SLR : Kenaikan elevasi muka air laut karena pemanasan global (Sea Level
Rise)
• Kenaikan Muka Air Karena Angin (Wind set-up)
Untuk perhitungan Wind set-up, diambil data dari arah barat laut, Dari
perhitungan gelombang rencana di bab IV, Hs = 2,082 m, Ts = 8,655 detik,
kecepatan angin di laut (UW) = 7,583 m/dtk
d (kedalaman Laut Jawa berdasarkan peta lingkungan laut Bakosurtanal) = 30 m
V = UW = 7,583 m/dtk
Fetch pada arah dominan (barat laut) = 327 x 1000 m
Konstanta c = 3,5 x10-6
Maka besar wind set- up adalah :

 Sea level Rise


Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan kenaikan
suhu bumi sehingga mengakibatkan kenaikan muka air laut. Perkiraan besar
kenaikan muka air laut diberikan oleh gambar berikut :

Gambar 3.2 Perkiraan kenaikkan muka air laut


Dari gambar diatas didapatkan bahwa kenaikan muka air laut yang terjadi tahun
2016 dengan perkiraan terbaik adalah 12 cm = 0,12 m (direncanakan umur
bangunan = 10 tahun).`
• Sehingga didapatkan elevasi muka air rencana adalah sebagai berikut :
DWL = HHWL + ∆h + SLR
DWL = 1,1 + 0,112 + 0,12
DWL = +1,332 m
3.1.3 Perhitungan Gelombang Rencana Dan Gelombang Pecah Untuk Seawall
Pada saat gelombang menjalar dari perairan dalam ke pantai dimana
bangunanpantai akan dibangun, maka gelombang tersebut mengalami proses
perubahan tinggi dan arah gelombang. Perubahan ini antara lain disebabkan
karena proses refraksi, difraksi, pendangkalan dan pecahnya gelombang. Keempat
proses perubahan (deformasi) gelombang tersebut dapat menyebabkan tinggi
gelombang bertambah atau berkurang. Oleh karena itu tinggi gelombang rencana
yang akan dipergunakan dilokasi pekerjaan harus ditinjau terhadap proses ini.
Tinggi gelombang rencana terpilih adalah tinggi gelombang maksimum yang
mungkin terjadi dilokasi pekerjaan. Apabila gelombang telah pecah sebelum
mencapai lokasi pekerjaan, maka gelombang rencana yang dipakai adalah tinggi
gelombang pecah (Hb) di lokasi pekerjaan. Tinggi gelombang pecah ini biasanya
dikaitkan dengan kedalaman perairan (ds) dan landai dasar pantai (m). Apabila
pantai relatif datar, maka tinggi gelombang pecah dapat ditentukan dengan rumus
(CERC, 1984):
Hb = 0,78ds
Keterangan :
Hb = Tingi gelombang pecah (m)
ds = Kedalaman air dilokasi bangunan (m)
Dengan demikian tinggi gelombang rencana (HD) dapat ditentukan dengan rumus:
HD = Hb
Elevasi dasar seawall direncanakan +0,10 m dari dasar laut. Ketinggian muka air
pada ujung bangunan seawall yang menghadap ke laut direncanakan sebesar
DWL = +1,332 m dari dasar laut, sehingga didapatkan ds = 1,332 m. Dari
penjelasan diatas, maka untuk perhitungan gelombang rencana pada seawall
Pantai Muarareja adalah sebagai berikut:
Ds = DWL = 1,332 m
Hb = 0,78.ds
Hb = 0,78 . 1,332 = 1,04 m
HD = Hb = 1,04 m
3.1.4 Perhitungan Elevasi Mercu Seawall
Elevasi mercu bangunan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Elevasi mercu = DWL + Ru + tinggi jagaan
Dimana:
DWL : Design water level (elevasi muka air rencana)
Ru : Run-up gelombang
Tinggi jagaan : 0,5 – 1,5 m
Run-up gelombang
Direncanakan:
Jenis bangunan = seawall
Lapis lindung = batu alam kasar
Tinggi gelombang (HD) = 1,04 m
Kemiringan bangunan = 1 : 2
Lo = 1,56 T 2 = 1,56 x 8,6552 = 116,85 m

Run up gelombang dicari dari gambar berikut :


Gambar 3.3 Grafik Run Up Gelombang
RU/H = 1,3
Ru = 1,3 x 1,04 = 1,35 m
Elevasi Mercu = DWL + Ru + tinggi jagaan
= 1,332 + 1,35 + 0,5
= 3,182 m ≈ 3,20 m
3.2 Perhitungan Lapis Lindung
3.2.1 Berat Butir Lapis Lindung
Berat batu lapis lindung dihitung dengan rumus Hudson berikut ini. Untuk lapis
lindung dari batu pecah bersudut kasar dengan n = 2, penempatan acak,
gelombang telah pecah dan koefisien stabilitas (KD) lengan bangunan = 2.
Perhitungannya sebagai berikut: Lapis pelindung luar (armour stone)

γr : berat jenis batu (2,65 t/m3)


γa : berat jenis air laut (1,03 t/m3)

Tebal lapis pelindung (t1)


• Lapis pelindung kedua (secondary stone)

Tebal lapis pelindung (t2)

• Lapis core layer

3.2.2 Lebar Puncak Seawall


Lebar puncak revetment untuk n = 3 (minimum) dan koefisien lapis (K∆) =
1,15 adalah sebagai berikut:

B = 1,45 m ≈ 1,5 m
3.2.3 Jumlah Batu Pelindung
Jumlah butir batu pelindung tiap satu satuan luas (10 m2) dan porositas =
37 dihitung dengan rumus sebagai berikut:

N = 83,37 buah ≈ 84 buah


3.2.4 Toe Protection
Dari hasil perhitungan tebal lapis batu pelindung dan tinggi gelombang
rencana diatas diperoleh:
1. Tebal lapis armour stone (t1) = 1,00 m
2. Tebal lapis secondary stone (t2) = 0,50 m
3. Tinggi gelombang rencana (HD) = 1,04 m
4 . Kedalaman air (ds) = 1,332 m
Maka perhitungan toe protection adalah sebagai berikut:
Tinggi toe protection (t toe )

ttoe = r = 0,75 m
Lebar toe protection
B = 2 HD – 3 HD
diambil B = 2 HD = 2 x 1,04 = 2,1 m
Berat butir toe protection (Wtoe)

γr : berat jenis batu (2,65 t/m3)


H : Tinggi gelombang pecah
Ns3 : Angka stabilitas rencana untuk pelindung kaki
Maka perhitungan berat butir toe protection sebagai berikut:
ds = 1,332 m
d1 = ds - t toe = 1,332 – 0,75 = 0,582 m

Harga Ns3 dapat dicari dari gambar 7.4 sebagai berikut :


Gambar 3.4 Angka stabilitas Ns untuk pondasi pelindung kaki
Harga Ns3 diperoleh = 90

Berat batu lapis lindung toe protection dipergunakan kira-kira setengah dari yang
dipergunakan di dinding tembok (0,5W).(Yuwono,2004)
W = 0,5 x 0,192 ton
= 0,096 ton
= 96 kg ≈ 100 kg
Maka berat butir toe protection (W) diambil terbesar yaitu W = 100 kg.
3.3 Stabilitas Struktur
Desain seawall hasil perhitungan diatas adalah sebagai berikut:
Tinggi seawall : 3,2 m
Lebar seawall : 12,7 m
Tinggi toe protection : 0,75 m
Lebar toe protection : 2,1 m
Data timbunan tanah : Ø = 100, γa = 1,6867 t/m3
3.3.1 Perhitungan gaya gelombang dinamis
hb = 1,04 m
ds = 1,332 m
Rm =1/2 x γair x ds x hb = 0,5 x 1,03 x 1,332 x 1,04
Rm = 0,71 ton
Momen gaya gelombang dinamis

Mm = 1,32 tm
3.3.2 Perhitungan gaya hidrostatis
3.3.3 Perhitungan gaya dan momen

Sket Gaya Yang Bekerja Pada Seawall


Perhitungan gaya dan momen yang terjadi
Keterangan :
V : gaya vertikal akibat berat sendiri (V = luas x γbatu)
H : gaya horizontal
Lengan : jarak titik berat terhadap titik A,
MV : momen vertikal (MV = V x Lengan)
MH : momen horizontal
3.3.4 Kontrol stabilitas keseluruhan konstruksi

3.3.5 Kontrol kapasitas daya dukung tanah


Dari perhitungan daya dukung tanah seperti pada Bab IV, didapatkan nilai
Qult =17,086 t/m2, Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Dari perhitungan tersebut dapat digambarkan diagram tegangan tanah
dasar dibawah konstruksi seawall, seperti ditunjukan pada gambar berikut ini:

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Bangunan pantai merupakan bangunan yang digunakan untuk
melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan
arus.
Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan
dalam tiga kelompok, yaitu :
a) Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai.
Bangunan yang termasuk dalam kelompok ini adalah dinding pantai
atau revetment.
b) Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan sambung
ke pantai. Kelompok ini meliputi groin dan jetty.
c) Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar
dengan garis pantai. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
pemecah gelombang (breakwater), yang dibedakan menjadi dua
macam yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah
gelombang sambung pantai.
4.2. Saran
Dalam merencanakan suatu bangunan pantai hendaknya ikut
berperan dalam proses pengamanan pantai tersebut yaitu dengan ikut
melestarikan ekosistem laut beserta isinya, melakukan pembangunan
sesuai peraturan yang berlaku agar tidak melewati garis pantai, serta tidak
melakukan penambangan pasir atau perusakan karang.

Anda mungkin juga menyukai