NPM 09.2022.1.00735
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
plambing adalah suatu sistem pengelolaan pada bangunan yang mengatur tentang
pemasangan pipa, tangki, dan peralatan lainnya. Sistem ini mengatur penyediaan air bersih,
distribusi air bersih, hingga pembuangan dan pengelolaan air kotor agar tidak mencemari
lingkungan di sekitar bangunan. Sistem plambing diaplikasikan pada bangunan dan
berhubungan langsung dengan saluran air daerah, baik itu saluran penyedia air bersih
maupun saluran pembuangan air kotor. Dengan instalasi perpipaan, diharapkan kebersihan
lingkungan tetap terjaga dan pengelolaan limbah dapat dilakukan secara maksimal.
Plambing seperti yang dikenal saat ini menggunakan berbagai perangkat, seperti pipa,
katup, perlengkapan pipa, dan tangki untuk mengangkut cairan. Selain pipa ledeng
tradisional (yang mengatur sistem air di rumah), pipa juga digunakan untuk pemanas dan
pendingin (HVAC), dan pembuangan limbah. Dalam SNI 03- 64812000, disebutkan
bahwa plambing merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan yang
bersangkutan dengan air hujan, air buangan dan air minum yang terhubung dengan sistem
kota atau sistem lain yang diperbolehkan.
Sistem plambing merupakan suatu bagian yang sangat berkaitan erat dalam suatu proses
pembangunan Gedung bertingkat. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem
plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan
dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya
dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada dalam
gedung tersebut (seperti, pendingin udara, listrik, dan lain lain. Sistem plambing dimulai
dengan rencana konsep, rencana dasar, rancangan pendahuluan, dan gambar-gambar
pelaksanaan, dengan selalu memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan perencanaan
dan perancangan elemen lainnya dalam gedung. Dalam menyiapkan rancangan konsep
sistem plambing, hal-hal berikut ini perlu diketahui: Jenis dan penggunaan gedung, Denah
bangunan, dan jumlah penghuni. Dalam tahap rancangan konsep, penelitian lapangan
sangat penting. Penelitian lapangan yang kurang memadai atau pun tidak lengkap tidak
hanya akan menimbulkan kesulitan pada tahap awal perancangan, tetapi bahkan dapat
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pemasangan instalasi. Oleh karena itu penelitian
lapangan merupakan bagian dari pekerjaan perencanaan dan perancangan. Penelitian
lapangan tidak hanya berarti kunjungan ke lokasi pembangunan gedungnya dan melihat
situasi setempat, tetapi mencakup pula perundingan dengan istansi Pemerintah yang
berwenang, serta penelitian yang menyangkut hak penggunaan air dan pembuangan air.
Selanjutnya adalah menentukan rencana dasar dari perancangan, dengan menggunakan
rencana konsep serta data yang diperoleh dari penelitian lapangan. Setelah itu, pertemuan
dengan pemilik gedung atau perancang gedung serta penyesuaian dengan persyaratan
gedung maupun peralatan lainnya. Pemilihan peralatan dan pemilihan jenis sistem
plambing yang dipilih harus berasal dari acuan data setelah menetapkan dasar-dasar
perancangan. Selanjutnya, rancangan pendahuluan. Berdasarkan rencana dasar yang telah
dibuat, kapasitas dari sistem dan perletakan peralatan plambing dipelajari lebih detail
dengan menggunakan gambar-gambar pendahuluan denah bangunan. Setelah rancangan
pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik gedung atau pun perancang gedung,
perhitungan dan gambar-gambar pelaksanaan dapat disiapkan. Selain itu juga disiapkan
dokumen spesifikasi dan perkiraan biaya pelaksanaan. Pengertian dari pekerjaan plambing
itu sebenarnya sangat luas sekali, tapi dalam garis besarnya dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu :
a. Jaringan Plambing Dalam
Jaringan pipa dalam adalah pemasangan atau penyambungan pipa-pipa untuk
pemasukkan dan pipa pengeluaran khusus yang terdapat di dalam bangunan untuk
segala keperluan alat plambing, seperti : kamar mandi, wc, tempat cuci piring
(sink), tempat cuci tangan, tempat buang air kecil (urinoir), jaringan pipa gas,
jaringan pipa untuk keperluan rumah, dan lain-lain.
b. Jaringan Plambing Luar
Jaringan pipa luar adalah pemasangan atau penyambungan pipa-pipa di luar
bangunan. Batasan tanggung jawab perawatan dan perbaikan kerusakan adalah
sebagai berikut :
- dari meteran ke dalam ( instalasi dalam rumah ) adalah tanggung jawab yang
punya rumah ( gedung ).
- dari meteran ke luar adalah tanggung jawab PDAM atau pihak penjual jasa.
2) Kebutuhan air
Pemakaian air tergantung pada beberapa faktor yaitu populasi, iklim,
kebiasaan dan cara hidup. Kebutuhan air bersih harus mencukupi siang dan
malam, tersedia langsung bagi pengguna tanpa adanya kekurangan air,
sehingga ketersediaan air ini bisa berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan
akan air itu sendiri baik masa sekarang maupun akan datang. Untuk
mendapatkan kebutuhan air yang cukup besar tentunya harus dilakukan
pencarian sumber air bersih yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas
seperti air tanah (air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air) dan air
permukaan (danau, sungai, dan sebagainya).
5) Pukulan air
Penyebab pukulan air bila aliran dalam pipa dihentikan secara mendadak
oleh keran atau katup, tekanan air pada sisi atas akan meningkat dengan
tajam dan menimbulkan gelombang tekanan yang akan merambat dengan
kecepatan tertentu, dan kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula.
Gejala ini menimbulkan kenaikan tekanan yang sangat tajam sehingga
menyerupai suatu pukulan dan dinamakan gejala pukulan air (water
hammer). Pukulan mengakibatkan berbagai kesulitan seperti kerusakan
pada peralatan plambing, getaran pada sistem pipa, patahnya pipa,
kebocoran, dan suara berbisik sehingga dapat mengurangi umur kerja
peralatan dan sistem pipa.
Alat plambing adalah alat dari semua peralatan baik yang dipasang di dalam
ataupun di luar gedung guna untuk menyediakan atupun menerima air. Berikut ini adalah
peralatan utama yang dibutuhkan dalam sistem plambing :
8 Katup Berfungsi
penurun mengurangi
tekanan tekanan di dalam
pipa. Dengan
adanya katup ini,
maka tekanan
yang dihasilkan
air pun bisa tetap
terkontrol dan
tidak melampaui
batas aman (4,0
kg/cm2). Instalasi
katup ini biasanya
dilakukan pada
cabang pipa dari
poros masuk.
9 Socket Berfungsi untuk
memperpanjang
pipa
(menyambung
pipa lurus) -
Diameter pipa
yang disambung
sama dengan
penyambungan
Memakai ulir
dalam
mengisi tangki air di atas atap. Dengan menggunakan saklar lampu, pompa
akan berhenti bekerja jika udara dalam tangki sudah penuh. Pompa yang biasa
digunakan untuk bangunan adalah pipa sentrifugal, dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 2.1 Pompa air untuk bangunan
Pada waktu ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat di
kelompokan sebagai berikut:
Dalam sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan
pipa uatama pada penyediaan air bersih. Dengan sistem pipa distribusi dalam
gedung yang disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih.
Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang
dari pipa utama tersebut, Sistem ini dapat diterapkan pada perumahan dan gedung
gedung kecil yang rendah.
Gambar 2.2 Sistem sambungan langsung
2) Sistem pompa yang menaikkan äir ketangki atap bekerja secara otomatik
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan terjadinya
kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi
muka dalam tangki atap.
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun baik tangki bawah, tangki
tekan, ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan
dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya, pipa utama
Perusahaan Air Minum).
Pemakaian air perhari = jumlah orang x pemakaian air rata rata perhari
Tabel 2.4 Penentuan faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambingnya
Tabel 2.5 Perhitungan kebutuhan air berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
N Nama alat Jumla Juml Jumla Pemakai Frekuens Kebutuh Faktor Kebutuhan air alat
O plabing h alat ah h alat an untuk i an air penggun plambing serentak
gedung 1 plamb lantai plamb penggun penggun alat aan (liter/jam)
lantai ing 1 gedu ing 4 aan 1 aan alat plambin serentak
lantai ng lantai kali plambin g
(liter) g (/jam) (liter/ja
m)
(1) (2) (3) (4) (5=3 x (6) (7) (8= 5 x 6 (9) (10 = 8 x 9)
4) x 7)
Keterangan :
1 = no
8 = kebutuhan air alat plambing (liter/’jam) didapat dari hasil perkalian jumlah alat
plambing dengan pemakaian untuk penggunaan 1 kali (liter) dan frekuensi penggunaan alat
palmbing (jam)
10 = kebutuhan air alat plambing serentak (liter/jam) didapat dari hasil perkalian antara
Kebutuhan air alat plambing (liter/jam) dengan Kebutuhan air alat plambing serentak (liter/jam)
Tabel dan halaman yang dicantumkan merupakan refrensi dari buku (Perancangan dan
pemeliharaan sistem plambing /Soufyan M. Noerbambang, Takeo Marimura 1985)
Dalam metode ini untuk penentuan jumlah kebutuhan air setiap alat
plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit). Untuk setiap bagian
pipa dijumlahkan unit beban dari semua alat plambing yang dilayaninya,
dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan kurva pda Gambar 2.4.
Tabel yang di gunakan yaitu :
Tabel 2.6 Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin
Tabel 2.7 Perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan unit bebna alat palmbing
No Nama alat Jumlah Jumlah Jumlah Kebutuhan Jumalah Kebutuhan air bersih gedung
plambing 1 alat lantai unit beban air bersih unit (liter/menit)
lantai plambing gedung alat gedung beban
1 lantai plambing (liter/menit) alat
plambing
(1) (2) (3) (4) (5=3 x 4) (6) (7= 5 x 6) (8)
Keterangan :
1 = no
5 = jumlah unit beban alat plambing didapat dari perkalian jumlah alat plambing 1 lantai
dengan jumlah lantai gedung yang direncanakan
7 = jumlah unit beban alat plambing didapat dari hasil perkalian antara jmlah unit bebna
alat plambing dikalikan dengan kebutuhan air berish gedung liter/menit
8 = kebutuhan air bersih gedung (liter /menit) (grafik 3.61 hal 67)
Tabel dan halaman yang dicantumkan merupakan refrensi dari buku (Perancangan dan
pemeliharaan sistem plambing /Soufyan M. Noerbambang, Takeo Marimura 1985)
2.1.8 Menghitung dimensi pipa horisontal dan pipa tegak menggunakan metode ekivalensi
Tabel 2.8 tabel penentuan faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing
Tabel penentuan dimensi pipa ekivalensi berfungsi untuk mempermudah dalam
menentukan diameter pipa yang dipakai pada setiap pipa yang dibutuhkan. Tabel tersebut
juga memuat nilai eqivalen pipa, faktor pemakaian , panjang pipa pada suatu jalur pipa.
Berikut adalah contoh tabel penentuan ukuran dimensi pipa berdasarkan metode ekivalensi
III = ukuran pipa air masuk kedalam alat plambing (tabel 3.13 hal 49)
1) Air kotor : adalah air buangan yang berasal dari kloset,peturasan,dan bidet. Air
buangan ini mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing
lainya
2) Air bekas : adalah air buangan yang berasal dari alat alat plambing lainya seerti
bak mandi (bathub), bak cuci tangan dan bak dapur.
Sistem plambing air buangan diperlukan untuk mengalirkan air buangan dari
fasilitas sanitasi terpasang dalam bangunan menuju ke saluran pembuangan kota.
Definisi dari air buangandisini ialah air bekas pakai, yaitu air yang sudah keluar
dari kran atau suplai air minum. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
plumbing air buangan adalah:
a. Sistem gravitasi
Yaitu dimana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi
secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah
Gambar 2.3.1 Sistem pengaliran air buangan dengan cara gravitasi
b. Sistem bertekanan
Yaitu dimana saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat alat
plambing sehingga air buangan dikumpulkan terlebih dahulu dalam
satu bak penampung kemudian dipompakan keluar ke dalam lior
gedung
Gambar 2.3.2 Sistem pengaliran air buangan bertekanan
Sebagai pedoman umum, kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih
dari satu perdiameter pipanya (dalam mm). gambar 2.3.3 memuat
standar untuk penggunaan umum.Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar
antara 0,6 sampai 1,2 m/detik.Kemiringan pipa pembuangan gedung dan
riol gedung dapat dibuat lebih landai dari pada yang dinyatakan dalam
gambar asal kecepatannya tidak kurang dari 0,6 m/detik. Kalau kurang,
kotoran dalam air buangan dapat mengendap yang pada akhirnya akan
dapat menyumbat pipa Sebaliknya kalau terlalu cepat akan
menimbulkan turbulensi aliran.
a. Perangkap jenis P
Adalah perangkap jenis ini bentuknya menyerupai huruf P dan banyak digunakan
perangkap jenis ini dapat diandalkan dan sangat stabil kalau dipasang pipa ven
b. Perangkap jenis S
Perangkap ini bentuknya menyerupai huruf S dan seringkali menimbulkan
kesulitan akibat efek sifon
c. Perangkap jenis U
Perangkap jenis U ini dipasang pada pembuangan mendatar ,umumnya untuk air
hujan. Kelemahan jenis ini adalah karena dapat memberikan tambahan tahanan
terhadap aliran
2.3.4 Cara menentukan ukuran pipa pembuangan
Tabel 2.11 Unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok
Tabel 2.12 Unit alat plambing sebagai beban untuk alat yang tidak ada dalam tabel
2.11
Tabel 2.13 Penentuan ukuran pipa pembuangan dengan metoda unit alat plambing
2.3.5 Dasar sistem Vent
Pipa vent merupakan bagian penting dari suatu sistem pembuangan. Tujuan
pemasangan vent adalah sebagain berikut :
Hilangnya sekat air terjadi pada waktu muka air dalam perangkap turun sampai
di lekuk atas dan ini terutama disebabkan ole hal hal berikut :
1. Efek sifon sendiri timbul apabila seluruh perangkap dan pipa pengering
alat palmbing terisi penuh dengan air buangan sehingga air perangkap juga
akan ikut mengalir ke dalam pipa pengering
2. Efek hisapan dapat terjadi pada air perangkap alat palmbing yang dipasang
didekat buangan yang cukup besar yang masuk dari cabang mendatar
dibawahnya. Akibatnya, dalam perangkap alat plambing dapat timbul
tekanan vakum yang menghisap air dalam perangkap
3. Efek tiupan-keluar (blow-out) dapat terjadi pada air perangkap alat
plambingyang dipasang dekat dengan pipa tegak, dan dalam pipa tegak
tersebut tiba-tibaada aliran air buangan yang cukup besar yang masuk dari
cabang mendatar diatasnya. Akibatnya, dalam perangkap alat plambing
dapat timbul tekananpositif yang akan mendorong air dalam perangkap
bahkan keluar dari alat plambing
4. Efek kapiler terjadi kalau ada rambut atau benang yang tersangkut dalam
perangkap dan menjurai ke dalam pipa pengering alat plambing. Akibatnya
airdalam perangkap lama-kelamaan akan habis terbuang.
5. Penguapan air dalam perangkap biasanya terjadi kalau alat plambing
tidakdipergunakan untuk waktu yang cukup lama, apalagi kalau alat
plambingtersebut berada dalam ruangan yang agak kering
udaranya.Lubang pembuangan lantai yang sekarang ini banyak digunakan,
mempunyai kedalaman sekat air yang kurang dari 50 mm, dan sering
terjadi dalamwaktu yang tidak terlalu lama sudah banyak airnya yang
menguap sehingga air sebagai sekat tidak cukup lagi
6. Efek momentum biasanya jarang terjadi. Efek ini bisa timbul kalau ada
pembuangan air mendadak atau terjadi perubahan tekanan yang cepat
dalam pipa pembuangan
Gambar 2.3.7
Sebab yang
dapat menghilangkan perangkap
2.3.6 Jenis sistem dan pipa vent
1. Vent tunggal
Pipa ven ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara
luar. Walaupun sistem ini yang terbaik, tetapi sitem ini paling banyak
menggunakan bahan (pipa)
2. Vent lup
Dalam sistem ini pipa ven melayani dua atau lebih alat plambing
(sebanyak-banyaknya 8) dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan
dan disambungkan kepada ven pipa tegak. Pipa ven tersebut dipasang pada
cabang mendatar pipa air buangan yang mempunyai ukuran tetap ‘di depan
“ alat plambing yang paling jauh dari pipa tegak air buangan
6. Vent balik
bagian pipa ven tunggal yang membelok ke bawah, setelah bagian tegak ke
atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing, dan yang
kemudian
Syarat ini untuk mencegah masuknya air buangan ke dalam pipa ven dalam
keadaanpipa air buangan, di mana pipa ven tersebut disambungkan,
kebetulan sedang penuhdengan air buangan.
3. Ujung pipa ven tidak boleh ditempatkan di bawah bagian atap yang
menjorok keluar karena gas-gas dari pipa pembuangan mungkin
akan terkumpul dandapat menimbulkan gangguan.
Jaringan drainase haruslah dibuat terpisah dengan saluran air limbah karena saluran air
limbah baik dari dapur, air cuci, kamar mandi, dan kakus haruslah dibuang ke jaringan
pengumpul air limbah.
1. Sistem gravitasi ialah sistem yang melalui pipa dari atap atau balkon gedung
menuju lantai dasar untuk disalurkan pada penampung air hujan.
2. Sedangkan pada sistem bertekanan air hujan yang masuk ke lantai dasar kemudian
dipompakan untuk selanjutnya menuju penampung air hujan .
Drainase terbagi dua yaitu drainase atap dan drainase bawah tanah. Pada drainase atap
memliki ketentuan harus kedap air dan memiliki saringan yang dipasang pada lubang
talang tegak. Saringan tersebut harus menonjol sekurang kurangnya 10 cm dari atas
permukaan atap atau talang datar diukur dari lubang masuk talang tegak. Jumlah luas
lubang saringan tidak boleh lebih kecil dari 1,5 kali luas penampang tegak. Pada drainase
bawah tanah atau yang dipasang pada lantai keider (besmen) suatu gedung harus lebih atau
sama dengan 100 mm (SNI 03-7065-2005).
Terdapat dua aspek yang menjadi perhatian pada sistem drainase untuk atap, yaitu efektif
dan cepat penghilangan air dari permukaan atap, selain itu memastikan tidak ada genangan
yang tersisa setelah hujan. kapasitas saluran atap harus memadai untuk mengumpulkan,
menyimpan dan membuang air hujan. Penyaluran air hujan yang efektif didapat dari
permukaan grading yang tepat, kapasitas debit yang memadai sistem drainase dan
pemilihan bahan atap yang tepat. Saluran drainase yang tepat harus memperhatikan
karakteristik bangunan, kapasitas debit, dan kondisi iklim yang berlaku. Didalam
pengecekan saluran drainase gedung perlu diperhatikan beberapa aspek, yang pertama
adalah :
pengecekan kemiringan. Kemiringan saluran drainase mengacu kepada standar yang telah
ditentukan pada SNI 03-7065-2005 tentang Plambing yang menyatakan bahwa kemiringan
pipa air hujan datar yang dengan ukuran 75 mm harus dipasang dengan kemiringan
minimal 2% dan untuk pipa dengan ukuran yang lebih besar memiliki kemiringan 1%.
Kemiringan yang lebih kecil hanya diperbolehkan apaila telah dibenarkan oleh pihak
pejabat yang berwenang. Kriteria yang kedua adalah kondisi talang datar sistem drainase
yang terdapat pada gedung. Talang datar memiliki kriteria yang tercantum pada SNI
8153:2015 tentang Sistem Plambing Pada Bangunan. Gedung yaitu kesesuaian antara
ukuran talang dengan daerah tangkapan hujan atau dalam hal ini adalah atap gedung dan
juga debit hujan yang akan diterima tentang penentuan ukuran perpipaan air hujan
horisontal. Selain kesesuaian dengan standar yang berlaku perlu diperhatikan juga kondisi
dan kinerja talang datar untuk mengalirkan air secara optimum. Kriteria ketiga yang perlu
dipenuhi adalah talang tegak. Seperti halnya talang datar, talang tegak mengacu kepada
SNI 8153:2015 tentang sistem plambing pada bangunan gedung. Standar ini mengatur
kesesuaian ukuran talang tegak dengan daerah tangkapan hujan dan juga debit air hujan
yang akan diterima. Kondisi talang juga sangat diperhatikan dengan adanya pemeliharaan
rutin dari pihak pemilik gedung. Kriteria saluran drainase yang keempat adalah screen atau
saringan. Mengacu kepada SNI 03-7065-2005 tentang Plambing menyebutkan bahwa
saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Saringan tersebut harus menonjol
sekurang kurangnya 10 cm diatas permukaan atap atau talang datar yang diukur dari
lubang masuk talang tegak. Selain itu, jumlah lubang saringan tidak boleh lebih kecil dari
1,5 kali luas penampang talang tegak. Tetapi untuk saringan drainase atap yang dipelihara
teratur dapat digunakan saringan rata yang dipasang rata dengan permukaan geladak atau
atap. Untuk saringan jenis rata ketentuannya adalah tidak boleh memiliki jumlah lubang 2
kali lebih luas dari talang tegak. Selanjutnya adalah kriteria data hujan, pada penilaian
sistem drainase gedung data hujan diperlukan sebagai penentu kesesuaian sistem drainase
yang dibutuhkan pada gedung yang akan dinilai. Data hujan ini didapat dari dokumen yang
telah dimiliki oleh pihak bangunan gedung. Perhitungan data hujan harus terus diulang
perhitungannya sesuai dengan periode ulang hujan yang telah ditentukan, Koefisien
pengaliran air juga menjadi salah satu kriteria pada sistem drainase bangunan gedung.
Koefisien pengaliran merupakan suatu nilai yang menunjukan persentase kualitas curah
hujan yang menjadi aliran permukaan dari curah hujan total setelah mengalami penyerapan
ke tanah
Catatan: Untuk nilai curah hujan selain dari catatan tersebut, maka untuk menentukan area
atap yang diijinkan dengan membagi daerah tertentu dalam kolom (25,4 mm/j) dengan
tingkat curah hujan yang diinginkan.
Tabel 2.4.2 Ukuran talang atap, pipa utama, dan perpipaan tegak air hujan
4. Balcony drain
Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon
5. Floor drain
menyalurkan air hujan ke dalam saluran drainase utama. Fungsi yang
dimiliki komponen ini hampir sama dengan deck drain. Letak penggunaan
dari Roof drain biasanya digunakan pada area atap atau balkon dari gedung
dan bangunan
2.5 Dasar-Dasar Sistem Pencegahan Kebakaran
Prinsip dari sistem pencegahan kebakaran ini adalah harus selalu tersedia volume air yang
cukup untuk keperluan pencegahan kebakaran, tanpa mengganggu pemakaian air bersih.
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistemyang
terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupunterbangun pada
bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif,sistem proteksi pasif
maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya
terhadap bahaya kebakaran. Sistem pencegah bahaya kebakaran terdiri dari sistem proteksi
pasif dan proteksi aktif. Sistem proteksi pasif meliputi akses jalan, struktur dan tata
bangunan, sedangkan proteksi aktif meliputi fasilitas untuk menunjang operasi pemadaman
kebakaran seefektif mungkin
2. Dry stand pipe system Suatu pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan
penyediaan air akan mengalirkan air ke sistem secara otomatis jika katup slang
kebakaran dibuka.
3. Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manual Yaitu
dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak slang kebakaran
untuk menghidupkan suplai air.
4. Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen Jenis ini digunakan untuk
mengurangi waktu yang diperlukan petugas pemadam kebakaran untuk membawa
slang kebakaran ke lantai atas pada gedung tinggi dan suplai air diperoleh dari mobil
tangki pemadam kebakaran.
2.5.4 Kebutuhan
air
Suatu pasokan air
yang disetujui dan
mampu memasok aliran air yangdiperlukan untuk roteksi kebakaran harus
disediakan guna menjangkau seluruhlingkungan dimana fasilitas, bangunan
gedung atau bagian bangunan gedung dikonstruksi atau akan disahkan secara
formal. Apabila tidak ada sistem distribusiair yang handal, maka diperbolehkan
untuk memasang atau menyediakan reservoir, tangki bertekanan, tangki elevasi
a. Sprinkler
Alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat
memancar kesemua arah secara merata.
Gambar 2.4.8 Sprinkler