Anda di halaman 1dari 65

NAMA Moh rizaldhy triono

NPM 09.2022.1.00735

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plambing dan alat plambing

plambing adalah suatu sistem pengelolaan pada bangunan yang mengatur tentang
pemasangan pipa, tangki, dan peralatan lainnya. Sistem ini mengatur penyediaan air bersih,
distribusi air bersih, hingga pembuangan dan pengelolaan air kotor agar tidak mencemari
lingkungan di sekitar bangunan. Sistem plambing diaplikasikan pada bangunan dan
berhubungan langsung dengan saluran air daerah, baik itu saluran penyedia air bersih
maupun saluran pembuangan air kotor. Dengan instalasi perpipaan, diharapkan kebersihan
lingkungan tetap terjaga dan pengelolaan limbah dapat dilakukan secara maksimal.
Plambing seperti yang dikenal saat ini menggunakan berbagai perangkat, seperti pipa,
katup, perlengkapan pipa, dan tangki untuk mengangkut cairan. Selain pipa ledeng
tradisional (yang mengatur sistem air di rumah), pipa juga digunakan untuk pemanas dan
pendingin (HVAC), dan pembuangan limbah. Dalam SNI 03- 64812000, disebutkan
bahwa plambing merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan yang
bersangkutan dengan air hujan, air buangan dan air minum yang terhubung dengan sistem
kota atau sistem lain yang diperbolehkan.

Sistem plambing merupakan suatu bagian yang sangat berkaitan erat dalam suatu proses
pembangunan Gedung bertingkat. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem
plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan
dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya
dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada dalam
gedung tersebut (seperti, pendingin udara, listrik, dan lain lain. Sistem plambing dimulai
dengan rencana konsep, rencana dasar, rancangan pendahuluan, dan gambar-gambar
pelaksanaan, dengan selalu memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan perencanaan
dan perancangan elemen lainnya dalam gedung. Dalam menyiapkan rancangan konsep
sistem plambing, hal-hal berikut ini perlu diketahui: Jenis dan penggunaan gedung, Denah
bangunan, dan jumlah penghuni. Dalam tahap rancangan konsep, penelitian lapangan
sangat penting. Penelitian lapangan yang kurang memadai atau pun tidak lengkap tidak
hanya akan menimbulkan kesulitan pada tahap awal perancangan, tetapi bahkan dapat
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pemasangan instalasi. Oleh karena itu penelitian
lapangan merupakan bagian dari pekerjaan perencanaan dan perancangan. Penelitian
lapangan tidak hanya berarti kunjungan ke lokasi pembangunan gedungnya dan melihat
situasi setempat, tetapi mencakup pula perundingan dengan istansi Pemerintah yang
berwenang, serta penelitian yang menyangkut hak penggunaan air dan pembuangan air.
Selanjutnya adalah menentukan rencana dasar dari perancangan, dengan menggunakan
rencana konsep serta data yang diperoleh dari penelitian lapangan. Setelah itu, pertemuan
dengan pemilik gedung atau perancang gedung serta penyesuaian dengan persyaratan
gedung maupun peralatan lainnya. Pemilihan peralatan dan pemilihan jenis sistem
plambing yang dipilih harus berasal dari acuan data setelah menetapkan dasar-dasar
perancangan. Selanjutnya, rancangan pendahuluan. Berdasarkan rencana dasar yang telah
dibuat, kapasitas dari sistem dan perletakan peralatan plambing dipelajari lebih detail
dengan menggunakan gambar-gambar pendahuluan denah bangunan. Setelah rancangan
pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik gedung atau pun perancang gedung,
perhitungan dan gambar-gambar pelaksanaan dapat disiapkan. Selain itu juga disiapkan
dokumen spesifikasi dan perkiraan biaya pelaksanaan. Pengertian dari pekerjaan plambing
itu sebenarnya sangat luas sekali, tapi dalam garis besarnya dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu :
a. Jaringan Plambing Dalam
Jaringan pipa dalam adalah pemasangan atau penyambungan pipa-pipa untuk
pemasukkan dan pipa pengeluaran khusus yang terdapat di dalam bangunan untuk
segala keperluan alat plambing, seperti : kamar mandi, wc, tempat cuci piring
(sink), tempat cuci tangan, tempat buang air kecil (urinoir), jaringan pipa gas,
jaringan pipa untuk keperluan rumah, dan lain-lain.
b. Jaringan Plambing Luar
Jaringan pipa luar adalah pemasangan atau penyambungan pipa-pipa di luar
bangunan. Batasan tanggung jawab perawatan dan perbaikan kerusakan adalah
sebagai berikut :

- dari meteran ke dalam ( instalasi dalam rumah ) adalah tanggung jawab yang
punya rumah ( gedung ).
- dari meteran ke luar adalah tanggung jawab PDAM atau pihak penjual jasa.

2.1.2 Peralatan plambing


Fungsi peralatan plambing adalah sebagai berikut:

 Menyediakan air bersih untuk bangunan


 Menyediakan sistem distribusi air bersih pada area yang diinginkan
dalam suatu bangunan.
 Menyediakan sistem pembuangan udara kotor yang aman untuk
mencegah pencemaran pada bangunan.
 Menyediakan sistem ventilasi udara agar sirkulasi udara pada
bangunan tetap terjaga, terutama pada area pembuangan udara kotor.
 Menjadi sistem pencegahan kebakaran.
 Menjadi sistem distribusi air hujan.
 Meningkatkan kenyamanan pengguna gedung.

Merencanakan sistem perpipaan dan mengerjakannya memerlukan berbagai jenis


peralatan. Peralatan yang lengkap tentunya dapat membuat rangkaian perpipaan
tersambung dengan baik dan tepat. Peralatan sistem plambing terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu:

1) peralatan untuk menyediakan air bersih/minum


2) Peralatan untuk menyediakan sistem drainase air hujan
3) Peralatan penyaluran air buangan dan vent
4) Peralatan sanitasi (peralatan pipa ledeng), peralatan dapur, tempat
mencuci (laundry)
5) Perlengkapan pemadam kebakaran
2.1.3 Syarat syarat bahan mutu plambing
Dalam perencanaan pelaksanaan plumbing, harus diperhatikan syarat-syarat
dari bahan plumbing, yaitu:

1. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan,


2. Tidak menimbulkan gangguan suara,
3. Tidak menimbulkan gangguan radiasi,
4. Tidak merusak perlengkapan bangunan, dan
5. Instalasi harus kuat dan bersih.

Selain syarat-syarat di atas harus pula diperhatikan cara-cara pemasangan yang


baik, seperti penyambungan hubungan dari pipa-pipa yang besar ke yang kecil atau
sebaliknya. Instalasi plumbing harus menggunakan bahan-bahan yang mutu
bahannya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1. Daya tahan harus lama, minimal 30 tahun.


2. Permukaan harus halus dan tahan air.
3. Tidak ada bagian-bagian yang tersembunyi/menyimpan kotoran pada bahan-
bahan
4. Bebas dari kerusakan, baik mekanis maupun yang lain.
5. Mudah pemeliharaannya.
6. Menuhi peraturan-peraturan yang berlaku.

Dasar Perencanaan Plumbing


1) Kualitas air
Tujuan terpenting dari penyediaan air adalah menyediakan air bersih.
Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas
utama. Banyak negara telah menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini.
Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah yang tidak tersedia fasilitas
penyediaan air minum untuk umum, air baku haruslah diolah dalam gedung
atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air yang
berlaku.

2) Kebutuhan air
Pemakaian air tergantung pada beberapa faktor yaitu populasi, iklim,
kebiasaan dan cara hidup. Kebutuhan air bersih harus mencukupi siang dan
malam, tersedia langsung bagi pengguna tanpa adanya kekurangan air,
sehingga ketersediaan air ini bisa berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan
akan air itu sendiri baik masa sekarang maupun akan datang. Untuk
mendapatkan kebutuhan air yang cukup besar tentunya harus dilakukan
pencarian sumber air bersih yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas
seperti air tanah (air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air) dan air
permukaan (danau, sungai, dan sebagainya).

3) Pencemaran dan pencegahanya


Sistem penyediaan air dingin meliputi beberapa peralatan seperti tangki air
bawah tanah, tangki air atas atap, pompa-pompa, perpipaan, dan lain-lain.
Dalam peralatan-peralatan ini, air bersih harus dapat dialirkan ke tempat-
tempat yang dituju tanpa mengalami pencemaran.
Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain : 1.
Masuknya kotoran hewan; 2. Masuknya serangga ke dalam tangki; 3.
Terjadinya karat dan rusaknya tangki dan pipa; 4. Terhubungnya pipa air
bersih dengan pipa lain; 5. Tercampurnya air bersih dengan air dari jenis
kualitas lain; 6. Aliran balik air dari jenis kualitas lain ke dalam pipa air
bersih. Adapun beberapa contoh pencemaran dan pencegahannya adalah :

Hubungan pintas (cross connection) adalah hubungan fisik antara


dua sistem pipa yang berbeda, satu sistem pipa untuk air bersih dan sistem
pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau diragukan kualitasnya, di
mana air akan dapat mengalir dari satu sistem ke sistem lainnya. Demikian
pula sistem penyediaan air bersih tidak boleh dihubungkan dengan sistem
perpipaan lainnya. Sistem perpipaan air bersih dan peralatannya tidak boleh
terendam dalam air kotor atau bahan lain yang tercemar

4) Pencegahan aliran balik


Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau
campuran, ke dalam sistem perpipaan air bersih, yang berasal dari sumber
lain yang bukan untuk air bersih. Aliran balik tidak dapat dipisahkan dari
hubungan pintas dan ini disebabkan oleh terjadinya efek siphon-balik (back
siphonage). Efek siphon-balik terjadi karena masuknya aliran ke dalam pipa
air bersih dari air bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau tangki,
disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa. Sebagai contoh
dapat dilihat kemungkinan-kemungkinan pada bak mandi, bak cuci, mesin
pencuci, dan lain-lain. Apabila pencucian dilakukan dalam bak dengan
slang air tersambung pada keran sedang ujung slang terendam dalam air
cucian, air kotor bekas cucian dapat terisap ke dalam sistem pipa air bersih
pada waktu tekanan negatif. Tekanan negatif dalam sistem pipa sering
disebabkan oleh terhentinya penyediaan air atau karena pertambahan
kecepatan aliran yang cukup besar dalam pipa. Pencegahan aliran balik
dapat dilakukan dengan menyediakan celah udara atau memasang penahan
aliran-balik.

5) Pukulan air
Penyebab pukulan air bila aliran dalam pipa dihentikan secara mendadak
oleh keran atau katup, tekanan air pada sisi atas akan meningkat dengan
tajam dan menimbulkan gelombang tekanan yang akan merambat dengan
kecepatan tertentu, dan kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula.
Gejala ini menimbulkan kenaikan tekanan yang sangat tajam sehingga
menyerupai suatu pukulan dan dinamakan gejala pukulan air (water
hammer). Pukulan mengakibatkan berbagai kesulitan seperti kerusakan
pada peralatan plambing, getaran pada sistem pipa, patahnya pipa,
kebocoran, dan suara berbisik sehingga dapat mengurangi umur kerja
peralatan dan sistem pipa.

Pukulan air cenderung terjadi dalam keadaan sebagai berikut :


a. Tempat-tempat di mana katup ditutup/dibuka mendadak;
b. Keadaan di mana tekanan air dalam pipa selalu tinggi
c. Keadaan di mana kecepatan air dalam pipa selalu tinggi
d. Keadaan di mana banyak jalur ke atas dan ke bawah dalam sistem
pipa
e. Keadaan di mana banyak belokan dibandingkan jalur lurus
f. Keadaan di mana temperatur air tinggi.

pencegahan gejala pukulan air menyangkut tindakan untuk


mengatasi keadaan-keadaan diatas, dan meliputi cara-cara berikut ini

1. Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi


2. Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi
3. Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan-air
4. Menggunakan dua katup-bola-pelampung pada tangki air

Alat plambing adalah alat dari semua peralatan baik yang dipasang di dalam
ataupun di luar gedung guna untuk menyediakan atupun menerima air. Berikut ini adalah
peralatan utama yang dibutuhkan dalam sistem plambing :

Tabel 2.1 Peralatan pada sistem palmbing

No Nama Pengertian Gambar

1 Pipa berfungsi sebagai


media untuk
menyalurkan air.
Pipa disusun
sedemikian rupa
hingga membuat
sistem agar air
dapat mengalir
menuju arah yang
dikehendaki.
Jenis pipa yang
digunakan dalam
sistem plumbing
biasanya cukup
tebal dan kuat.
Sebab, sistem
pipa harus
mampu menerima
tekanan besar
yang mengalirkan
air.

2 Katup Berfungsi untuk


gerbang mengarahkan
aliran yang
mempunyai
sistem buka tutup

3 Manometer Berfungsi untuk


mengatur tekanan
air yang berada
dalam pipa.

4 Flexible Flexible joint


Joint merupakan alat
yang digunakan
untuk meredam
getaran dari pipa.
Alat tambahan
yang satu ini
dipasang pada
pipa penghisap
atau suction pipe
dna dapat juga
dipasang pada
pipa pembuangan.

5 Strainer Berfungsi untuk


menyaring
kotoran yang
ukurannya kecil
agar tidak masuk
ke dalam pipa.
Alat tambahan ini
dipasang pada
pipa penghisap

6 Katup globe Fungsi katup


globe pada sistem
plumbing adalah
mengalirkan dan
menghentikan air,
mirip seperti
katup gerbang.
Dengan adanya
steker dan
cakram, aliran air
yang melalui
katup globe akan
membentuk pola
S. Dengan pola
seperti ini,
tekanan air bisa
tetap stabil dan
tidak naik.

7 Katup cek Berfungsi untuk


menahan aliran
balik jika pompa
air tiba tiba tidak
bekerja.

8 Katup Berfungsi
penurun mengurangi
tekanan tekanan di dalam
pipa. Dengan
adanya katup ini,
maka tekanan
yang dihasilkan
air pun bisa tetap
terkontrol dan
tidak melampaui
batas aman (4,0
kg/cm2). Instalasi
katup ini biasanya
dilakukan pada
cabang pipa dari
poros masuk.
9 Socket Berfungsi untuk
memperpanjang
pipa
(menyambung
pipa lurus) -
Diameter pipa
yang disambung
sama dengan
penyambungan
Memakai ulir
dalam

10 Elbow Berfungsi untuk


membelokan
aliran

11 Tee stuck Berfungsi untuk


membagi aliran
menjadi dua arah
12 Cross Berfungsi untuk
membagi aliran
menajdi 3 arah

13 Dop (F) Berfungsi untuk


menutup aliran di
ujung pipa

14 Hexakonal Digunakan untuk


nipple mengencangkan
sambungann pipa,
bentuk
sambungan ini
segi enam,
ditengah alat ini
digunakan untuk
mengencangkan
sambungan
dengan bantuan
kunci pipa
15 Plug Berfungsi untuk
menutup pipa
pada sambungan

16 Bak adalah alat yang


penampung digunakan untuk
air menampung air
yang akan dipakai
untuk
pengoperasian
gedung. Tandon
air ini biasa
disebut juga
dengan toren.
Ukuran fisik toren
sangatlah besar
dan biasa
diletakkan di
bagian atas dan
bawah dari
bangunan

Macam-macam Penyambungan Pipa :Dengan uliran,dengan lem / perekat


khusus,dengan pengelasan,dengan system flens, dan dengan beel dan spigot ( ring
karet ).

2.1.4 Sistem plambing air bersih


Sistem penyediaan air bersih ini pada dasarnya menyediakan segala
kebutuhan air bersih (air yang layak dikonsumsi) pada suatu gedung. Sumber
penyediaan air bersih yang berasal dari PDAM yang letaknya lebih tinggi
daripada letak lokasi yang memerlukan air bersih tersebut. Dengan demikian
maka digunakan aliran Gravitasi, aliran gravitasi merupakan suatu aliran yang
sumber airnya lebih tinggi daripada suatu bangunan yang membutuhkan air
tersebut. Dengan adanya aliran gravitasi tidak diperlukan pompa untuk
mendistribusikan kedalam bangunan. Dalam sistem ini, pompa hanya
digunakan untuk mengalirkan air menuju kebak penampungan yang ada di
bandara pompa harus benar-benardiperhitungkan segala hal hingga air dapat
dialirkan ke tempat yang ditujutanpa mengalami pencemaran. Pada umumnya
terdapat dua sistem pasokan air bersih yaitu sistem pasokanke atas (up feed),
baik dengan atau tanpa tangki penampung air, dan pasokanair ke bawah (down
feed). Pada sistem pasokan ke atas (up feed) air bersih dialirkan dengan
tekanan pompa, sedangkan pada pasokan ke bawah (downfeed), pompa
digunakan untuk mengisi tangki air di atas atap.

2.1.5 Jenis Sistem plambing air bersih


Dalam pembangunan gedung bertingkat, dibutuhkan perancangan yang
matang dari berbagai aspek, termasuk sistem plambing agar para penghuni
dapat merasakan kenyamanan ketika berada pada sebuah bangunan gedung.
Fungsi dari peralatan plumbing adalah pertama, untuk menyediakan air bersih
ke tempat-tempat yang membutuhkan dengan jumlah aliran serta tekanan yang
sesuai dan kedua membuang air kotoran dari tempat-tempat tertentu dan tetap
menjaga kebersihkan tempat-tempat yang dilaluinya. Dalam perancangan
sistem plumbing air bersih, terdapat hal penting yang harus diperhatikan yaitu
kualitas air yang akan didistribuisikan, sistem peyediaan air yang akan
digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam pipa,
kecepatan aliran dan tekanan air, serta permasalahan yang mungkin akan
terjadi jika dilakukan penggabungan antara cadangan air bersih dan
pencegahan pemadam kebakaran dijadikan satu sumber air.
Sistem penyediaan air bersih pada gedung disebut dengan Water
Treatment Plant (WTP). Umumnya, sumber air yang digunakan berasal dari
sumur (Deep Well) dan juga Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Air yang
dipompa dari sumur akan ditampung terlebih dahulu pada raw water tank dan
diolah melalui WTP. Setelah bersih, air akan ditampung kembali menuju clean
water tank bersamaan dengan sumber air dari PDAM. Air yang ditampung
tersebut akan didistribusikan menuju bagian-bagian gedung yang
membutuhkan. Untuk menjalankan proses water treatment tersebut tentunya
diperlukan instalasi perpipaan yang tepat, sehingga air dapat dialirkan dengan
lancar. Sistem penyediaan air bersih ini pada dasarnya menyediakan segala
kebutuhan air bersih (air yang layak dikonsumsi) pada suatu gedung. Sumber
penyediaan air bersih yang berasal dari PDAM yang letaknya lebih tinggi
daripada letak lokasi yang memerlukan air bersih tersebut. Dengan demikian
maka digunakan aliran Gravitasi, aliran gravitasi merupakan suatu aliran yang
sumber airnya lebih tinggi daripada suatu bangunan yang membutuhkan air
tersebut. Dengan adanya aliran gravitasi tidak diperlukan pompa untuk
mendistribusikan kedalam bangunan. Pada umumnya terdapat dua sistem
pasokan air bersih yaitu sistem pasokanke atas (up feed), baik dengan atau
tanpa tangki penampung air, dan pasokanAair ke bawah (down feed). Pada
sistem pasokan ke atas (up feed) air bersihdialirkan dengan tekanan pompa,
sedangkan pada pasokan ke bawah (down feed), pompa digunakan untuk

mengisi tangki air di atas atap. Dengan menggunakan saklar lampu, pompa
akan berhenti bekerja jika udara dalam tangki sudah penuh. Pompa yang biasa
digunakan untuk bangunan adalah pipa sentrifugal, dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 2.1 Pompa air untuk bangunan

Pada waktu ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat di
kelompokan sebagai berikut:

 Sistem sambungan langsung


 Sistem tangki atap
 Sistem
tangki
tekan
 Sistem
tanpa
tangki
( booster
system)

1. Sistem sambungan langsung

Dalam sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan
pipa uatama pada penyediaan air bersih. Dengan sistem pipa distribusi dalam
gedung yang disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih.
Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang
dari pipa utama tersebut, Sistem ini dapat diterapkan pada perumahan dan gedung
gedung kecil yang rendah.
Gambar 2.2 Sistem sambungan langsung

2. Sistem tangka atap

Dalam sistem ini air ditampung terlebih dahulu dalam tangki


bawah(dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah muka air
tanah).kemudian dipompakan ke tangki atas atap atau di atas lantai tertinggi
bangunan, yang kemudian dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan.
Sistem tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan berikut:

1) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat


plambinghampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan
makaair dalam tangki atap.

2) Sistem pompa yang menaikkan äir ketangki atap bekerja secara otomatik
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan terjadinya
kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi
muka dalam tangki atap.

3) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya,


tangkitekan.Pada setiap tangki bawah dan tangki atap harus dipasang
alarm yang memberikan suara untuk muka air rendah dan muka air penuh. Tanda
suara (alarm) ini biasanya dipasang di ruang kontrol atau ruang pengawas instalasi
bangunan.
Gambar: 2.3 Sistem tangka atap

3. Sistem tangki tekan

Prinsip kerja dari sistem


ini adalah sebagai berikut.
Air yang berasal
darikamar mandi yang
berupa urine ditampung
kedalam suatu tangki. Air
yangtelah ditampung
dalam tangki bawah (seperti
halnya dalam sistem
tangkiatap), dipompakan ke
dalam suatu bejana (tangki)
tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan
ke dalam sistemdistribusi bangunan. Pompa bekrja secara otomatis yang diatur oleh
suatudetektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik
pnggerakpompa, yang pompanya akan berhenti bekerja apabila tekanan tangki
telahmencapai suatu batas maksimum yang telah ditetapkan dan bekerja
kembalisetelah tekanan mencapai batas minimum yang telah ditetapkan pula.
Udarayang terkomprsi akan menekan air ke dalam sistem distribusi dan setelah
erulangkali mengembang dan terkompresi lama kelamaan akan berkurang. karena
larut ke dalam air atau ikut terbawa air keluar tangki.
Gambar: 2.4 Sistem tangki tekan

4. Sistem tanpa tangki (booster system)

Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun baik tangki bawah, tangki
tekan, ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan
dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya, pipa utama
Perusahaan Air Minum).

2.1.6 Pemasangan peralatan plambing


1) Pemasangan kasar yaitu peralatan plambing dipasang bersamaan dengan
berkembangnya konstruks bangunan
2) Pemasangan halus yaitu pemasangan peralatan plambing dilakukan setelah
konstruksi bangunan selesai. sehingga menghindari terjadinya kerusakan
peralatan plambing akibat pembangunan konstruksi.
2.1.7 Perencanaan kebutuhan air bersih

 Laju aliran air

Pada perancangan sistem pnyediaan air untuksuatu bangunan, kapasitas


peralata dan ukuranpipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliranair yang harus
disediakan kepada bangunantersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebutseharusnya
diperoleh dari penelitian keadaansesungguhnya. Penentuan laju aliran dapatditentukan
sebagai berikut (Noerbambang &Morimura, 2005):

1. Penentuan laju lairan berdasarkan pemakai


Apabila jumlah penghuni diketahui, atau diteteapkan untuk suatu gedung maka
angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari
berdasarkan regulasi dan standar mengenai kebutuhan air per orang per hari untuk
sifat penghuni gedung tersebut. Bila jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya
ditaksir berdasarkan luas lantai dan menentapkan padatan hunian per lantai. Luas
lantai gedung yang dimaksudkan merupakan luas lantai efektif,yang berkisar
antara 55 sampai 80 persen dari luas seluruhnya.
2. Berdasarkan unit beban alat plambing
Pada metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture
unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua alat plambing
yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan kurva.
Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing dengan
laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serentakk
dari alat alat plambing.
Gambar 2.5 Kurva hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran

Dalam merencanakan kebutuhan air bersih di suatu gedung kita perlu


Mengetahui kebutuhan air yang dibutuhkan suatu gedung dengan menggunakan
beberapa metode berikut merupakan tabel yang digunakan untuk membantu
menghitung kebutuhan air bersih menurut buku (Perancangan dan pemeliharaan
sistem plambing /Soufyan M. Noerbambang, Takeo Marimura 1985)

a. Metode berdasarkan jumlah penghuni gedung

Dalam metode ini jumlah kebutuhan air bersih dicari berdasarkan


jumlah penghuni gedung sesuai dengan peruntukan gedung itu dibuat. Tabel
yang digunakan yaitu:
Tabel 2.2 Pemakaian air rata rata orang perhari

Rumus : luas total x total l lantai

Menghitung jumlah penghuni dengan rumus :

Ltotal lahan x L lantai efektif


Jumlah penduduk =
kepadatan penduduk efektif

Dimana kepadatan hunian = 5 m2 – 10 m2/orang

Pemakaian air perhari = jumlah orang x pemakaian air rata rata perhari

b. Metode berdasarkan jenis dan jumlah dari alat plambing

Dalam metode ini untuk penentuan jumlah kebutuhan air bersih


pada suatu gedung dicari berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing. Tabel
yang digunakan yaitu :
Tabel 2.3 Pemakaian air tiap alat plambing,laju aliran air , dan ukuran pipa Panjang

Tabel 2.4 Penentuan faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambingnya

Tabel 2.5 Perhitungan kebutuhan air berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

N Nama alat Jumla Juml Jumla Pemakai Frekuens Kebutuh Faktor Kebutuhan air alat
O plabing h alat ah h alat an untuk i an air penggun plambing serentak
gedung 1 plamb lantai plamb penggun penggun alat aan (liter/jam)
lantai ing 1 gedu ing 4 aan 1 aan alat plambin serentak
lantai ng lantai kali plambin g
(liter) g (/jam) (liter/ja
m)
(1) (2) (3) (4) (5=3 x (6) (7) (8= 5 x 6 (9) (10 = 8 x 9)
4) x 7)
Keterangan :

1 = no

2 = nama alat plambing gedung 1 lantai

3 = jumlah alat plambing 1 lantai

4 = jumlah lantai gedung yang di rencanakan

5 = jumlah alat plambing dikalikan banyaknya lantai yang direncanakan

6 = pemakaian untuk penggunaan 1 kali (liter) ( tabel 3.13 hal 49)

7 = frekuensi penggunaan alat plambing (/jam) (tabel 3.13 ha; 49)

8 = kebutuhan air alat plambing (liter/’jam) didapat dari hasil perkalian jumlah alat
plambing dengan pemakaian untuk penggunaan 1 kali (liter) dan frekuensi penggunaan alat
palmbing (jam)

9 = faktor penggunaan serentak (tabel 3.15 hal 66)

10 = kebutuhan air alat plambing serentak (liter/jam) didapat dari hasil perkalian antara
Kebutuhan air alat plambing (liter/jam) dengan Kebutuhan air alat plambing serentak (liter/jam)

Tabel dan halaman yang dicantumkan merupakan refrensi dari buku (Perancangan dan
pemeliharaan sistem plambing /Soufyan M. Noerbambang, Takeo Marimura 1985)

c. Metode berdasarkan unit beban alat palmbing

Dalam metode ini untuk penentuan jumlah kebutuhan air setiap alat
plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit). Untuk setiap bagian
pipa dijumlahkan unit beban dari semua alat plambing yang dilayaninya,
dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan kurva pda Gambar 2.4.
Tabel yang di gunakan yaitu :
Tabel 2.6 Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin
Tabel 2.7 Perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan unit bebna alat palmbing

No Nama alat Jumlah Jumlah Jumlah Kebutuhan Jumalah Kebutuhan air bersih gedung
plambing 1 alat lantai unit beban air bersih unit (liter/menit)
lantai plambing gedung alat gedung beban
1 lantai plambing (liter/menit) alat
plambing
(1) (2) (3) (4) (5=3 x 4) (6) (7= 5 x 6) (8)

Keterangan :

1 = no

2 = nama alat palmbing 1 lantai

3 = jumlah alat plambing 1 lantai

4 = jumlah lantai gedung

5 = jumlah unit beban alat plambing didapat dari perkalian jumlah alat plambing 1 lantai
dengan jumlah lantai gedung yang direncanakan

6 = kebutuhan air bersih gedung liter/menit (3.16 hal 68)

7 = jumlah unit beban alat plambing didapat dari hasil perkalian antara jmlah unit bebna
alat plambing dikalikan dengan kebutuhan air berish gedung liter/menit

8 = kebutuhan air bersih gedung (liter /menit) (grafik 3.61 hal 67)

Tabel dan halaman yang dicantumkan merupakan refrensi dari buku (Perancangan dan
pemeliharaan sistem plambing /Soufyan M. Noerbambang, Takeo Marimura 1985)

2.1.8 Menghitung dimensi pipa horisontal dan pipa tegak menggunakan metode ekivalensi

Berikut merupakan tabel yang digunakan untuk membantu menghitung


dimensi pipa dengan metode ekivalensi pipa menurut buku (Perancangan dan
pemeliharaan sistem plambing /Soufyan M. Noerbambang, Takeo Marimura
1985)
Tabel 2.6 Pemakaian air bersih tiap alat plambing

Tabel 2.7 tabel ekivalen untuk pipa baja karbon

Tabel 2.8 tabel penentuan faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing
Tabel penentuan dimensi pipa ekivalensi berfungsi untuk mempermudah dalam
menentukan diameter pipa yang dipakai pada setiap pipa yang dibutuhkan. Tabel tersebut
juga memuat nilai eqivalen pipa, faktor pemakaian , panjang pipa pada suatu jalur pipa.
Berikut adalah contoh tabel penentuan ukuran dimensi pipa berdasarkan metode ekivalensi

Tabel 2.9 Menghitung dimensi pipa dengan menggunakan metode ekivalensi

I II III IV V VI VII VIII IX


Jumlah Nama alat Ukur Nilai Daerah Jumlah nilai Facto VIII = Ukura
baris plambing an ekivale ekivalen 15 r VI x VII n pipa
pipa n 15 mm pema (mm)
air mm kaian
masu (%)
Saniter k alat
plam
bing
(mm)

Keterangan : I = jumlah baris

II = nama alat plambing

III = ukuran pipa air masuk kedalam alat plambing (tabel 3.13 hal 49)

IV = nilai ekivalen (tabel 3.20 hal 80)

V = daerah alat plambing

VI = jumalah nilai ekivalen 15 mm

VII = faktor pemakaian (%) (tabel 3.15 hal 66)

VIII = jumalah ekivalen dikalikan nilai faktor pemakaian

IX = ukuran pipa (mm)


Tabel dan halaman yang dicantumkan merupakan refrensi dari buku (Perancangan dan
pemeliharaan sistem plambing /Soufyan M. Noerbambang, Takeo Marimura 1985)

2.3 Sistem plambing Air Buangan atau Vent


Air buangan atau air sering pula disebut air limbah, adalah semua cairan
yang dibuang baik mengandung kotoran manusia,hewan,bekas tumbuhan maupun
yanh mengandung sisa dari proses industri

Air buangan sendiri dapat digolongkan menjadi beberapa macam yaitu

1) Air kotor : adalah air buangan yang berasal dari kloset,peturasan,dan bidet. Air
buangan ini mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing
lainya
2) Air bekas : adalah air buangan yang berasal dari alat alat plambing lainya seerti
bak mandi (bathub), bak cuci tangan dan bak dapur.

Sistem plambing air buangan diperlukan untuk mengalirkan air buangan dari
fasilitas sanitasi terpasang dalam bangunan menuju ke saluran pembuangan kota.
Definisi dari air buangandisini ialah air bekas pakai, yaitu air yang sudah keluar
dari kran atau suplai air minum. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
plumbing air buangan adalah:

 pengalirannya pada tekanan atmosfir, artinya garis energinya sama dengan


kemiringan muka air, atau sama dengan kemiringan (s/ope) pipa.
 Dimensinya selalu dinyatakan dalam diameter dan slope pipa (kemiringan
pipa). Sambungan dalam perpipaan air buangan harus menggunakan Y-tee
atau Y-cross.
 Harus dibarengi dengan perpipaan vent (ventsystem), terutama untuk
bangunan berlantai banyak.

2.3.1 Klasifikasi sistem pembuangan air

Sistem pembuangan air umunya dibagi menjadi beberapa klasifikasi


menurut jenis air,cara membuang air,dan sifat sifat lain serta lokasi dari
mana saluran itu dipasang.
1. Klasifikasi menurut jenis air buangan

a. Sistem pembuangan air kotor


Melalui air kotor dari kloset,peturasan,dan lain lain yang
dikumpulkan didalam gedung dan kemudian dialirkan keluar

b. Sistem pembuangan air bekas


Dimana air bekas dalam gedung di kumpulkan dan di alirkan ke luar

2. Klasifikasi menurut cara pembuangan

a. Sistem pembuangan campuran


Yaitu sistem pembuangan dimana segala macam air buangan
dikumpulkan dan di alirkan ke gedung secara terpisah

b. Sistem pembuangan terpisah


Yaitu sistem pembuangan dimana setiap jenis air buangan
dikumpulkan dan dialirkan ke luar gedung secara terpisah

c. Sistem pembuangan tak langsung


Yaitu sistem pembuangan dimana air buangan dari beberapa lantai
gedung bertingkat digabungkan dalam satu kelompok

3. Klasifikasi menurut cara pengaliran

a. Sistem gravitasi
Yaitu dimana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi
secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah
Gambar 2.3.1 Sistem pengaliran air buangan dengan cara gravitasi

b. Sistem bertekanan
Yaitu dimana saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat alat
plambing sehingga air buangan dikumpulkan terlebih dahulu dalam
satu bak penampung kemudian dipompakan keluar ke dalam lior
gedung
Gambar 2.3.2 Sistem pengaliran air buangan bertekanan

2.3.2 Syarat syarat bagian sistem pembuangan


a. Kemiringan pipa dan kecepatan aliran

Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air


buangan yang biasanya mengandung bahan-bahan padat. Maka pipa
pembuangan harus mempunyai ukuran kemiringan yang cukup sesuai
dengan banyak dan jenis buangan yang dialirkan. Aliran di dalam pipa
dianggap tidak penuh dengan air buangan, tidak lebih dari 2/3 terhadap
penampang pipa, sehingga bagian atas yang kosong cukup untuk
sirkulasi udara. Kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu
per diameter pipanya (dalam mm). Kemiringan pipa pembuangan dan
riolnya dapat dibuat lebih landai daripada kemiringan standar, dengan
kecepatan tidak kurang dari 0,6 m/detik. Dalam hal ini jika kurang dari
kecepatan tersebut, kotoran dalam air buangan akan mengendap dan
menyumbat pipa. Kecepatan terbaik dalam pipa antara 0,6-1,2 m/detik.
Jika aliran terlalu cepat akan menimbulkan turbulensi aliran yang
dapatmenimbulkan gejolak-gejolak tekanan dalam pipa. Hal ini akan
mengganggu fungsi seal trap. Kemiringan yang lebih dari 1/50
cenderung menimbulkan efek siphon yang akan menyedot air penutup
dalam seal trap Pada jalur pipa yang cukup panjang, ukuran pipa
sebaiknya tidak kurang dari 50mm.
Gambar 2.3.3 Kemiringan pipa pembuangan horizontal

Sebagai pedoman umum, kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih
dari satu perdiameter pipanya (dalam mm). gambar 2.3.3 memuat
standar untuk penggunaan umum.Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar
antara 0,6 sampai 1,2 m/detik.Kemiringan pipa pembuangan gedung dan
riol gedung dapat dibuat lebih landai dari pada yang dinyatakan dalam
gambar asal kecepatannya tidak kurang dari 0,6 m/detik. Kalau kurang,
kotoran dalam air buangan dapat mengendap yang pada akhirnya akan
dapat menyumbat pipa Sebaliknya kalau terlalu cepat akan
menimbulkan turbulensi aliran.

b. Lubang pembersih dan bak pengontrol

Lubang pembersih dan bak kontrol digunakan untuk pembersihan pipa


dari sumbatan dan kotoran yang mengganggu aliran dalam pipa. Lubang
pembersih dipersyaratkan harus mudah dicapai dan pada
areasekelilingnya harus cukup luas untuk memudahkan pembersihan.
Untuk pipaukuran sampai dengan 62 mm jarak sekelilingnya minimal
30 cm, dan untuk ukuran pipa 75 mm atau lebih jarak sekelilingnya
minimal 45 cm. Lubang pembersih harus dipasang pada lokasi sebagai
berikut :

 Awal cabang mendatar atau pipa pembuangan gedung

 Pada pipa mendatar yang panjang

 Pada tempat dimana pipa pembuangan membelok dengan sudut


lebih dari 45derajat.

 Bagian bawah dari pipa tegak dan di dekatnya


Gambar 2.3.4 Pemasangan
lubang pembersihan
pada bagian atas dari pipa tegak
pembuangan

c. Ukuran pipa pembuangan

Ukuran minimum pipa cabang mendatar Pipa cabang mendatar


harusmempunyai ukuran minimal sama dengan diameter terbesar dari
perangkap alat plumbing/seal trap yang dilayani. Ukuran minimum pipa
tegak Pipa tegak harus mempunyai ukuran sekurang kurangnya sama
dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungke pipa
tegak tersebut.Pengecilan ukuran pipa Pipa tegak maupun pipa cabang
mendatar tidak boleh diperkecil diameternya dalam arah air buangan.
Pengecualiannya hanya pada kloset, dimana pada lubang keluarnya
dengan diameter 100 mm dipasangpengecilan pipa (reducer) 100/75
mm. Cabang mendatar yang melayani satu kloset harus mempunyai
diameter minimal 75 mm dan untuk dua kloset atau.lebih minimal 100
mm. Pipa di bawah tanah Pipa pembuangan yang ditanam di dalam
tanah atau di bawah lantai bawah harus mempunyai ukuran minimal 90
mm. Interval cabang Interval cabang adalah jarak pada pipa tegak antara
dua titik dimana cabang mendatar disambungkan pada pipa tersebut
minimal berjarak 2,5 m.
Tabel 2.10 Diameter minimum perangkap dan pipa pembuangan alat
plambing

2.3.3 Bagian bagian sistem pembuangan

a. Pipa pembuangan alat plambing


Adalah pipa pembuangan yang menghubungkan perangkat alat
plambing dengan pipa pembuangan lainya. Dan biasanya dipasang
tegak. Ukuran pipa ini harus sama atau lebih besar dengan ukuran
lubang ke luar perangkap alat plambing. Untuk mencegah efek sifon
pada air yang ada
dalam perangkap, jarak tegak dari ambang punuk perangkap sampai
pipa pembuangan mendatar di bewahnya harus tidak lebih dari 60 cm.
b. Pipa cabang mendatar
Adalah semua pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa
pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan.
c. Pipa tegak air buangan
Adalah pipa tegak untuk mengalirkan air kotor dari cabang-cabang
mendatar.
d. Pipa atau saluran pembuangan gedung
Adalah pipa pembuangan dalam gedung yang mengumpulkan air kotor,
air bekas, atau air hujan dari pipa-pipa tegak air buangan.
e. Riol gedung
Adalah pipa dihalaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan
gedung dengan instalasi pengolahan, atau dengan roil umum
f. Perangkap
Bagian terpenting dari sistim pembuangan adalah perangkap dan pipa
ven.Tujuan utama dari sistim pembuangan adalah mengalirkan air
buangan dari dalam gedung keluar, ke dalam instalasi pengolahan atau
riol umum, tanpa menimbulkan pencemaran kepada lingkungannya
maupun dalam gedung itu sendiri. Tetapi karena alat plambing tidak
terus menerus digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi air; ini
dapat menyebabkan masuknya gas yang berbau ataupun beracun, atau
bahkan seranggaUntuk mencegah hal ini harus dipasang suatu
perangkap, biasanya berbentuk huruf"U", yang akan menahan bagian
terakhir dari air penggelontor, sehingga merupakansuatu "penyekat"
atau penutup air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut.
Gbr.memperlihatkan bagian-bagian perangkap.
Gambar 2.3.5 nama bagian dari perangkap
Gambar 2.3.6 jenis jenis perangkap

Perangkap yang dipasang alat plambing

a. Perangkap jenis P
Adalah perangkap jenis ini bentuknya menyerupai huruf P dan banyak digunakan
perangkap jenis ini dapat diandalkan dan sangat stabil kalau dipasang pipa ven
b. Perangkap jenis S
Perangkap ini bentuknya menyerupai huruf S dan seringkali menimbulkan
kesulitan akibat efek sifon
c. Perangkap jenis U
Perangkap jenis U ini dipasang pada pembuangan mendatar ,umumnya untuk air
hujan. Kelemahan jenis ini adalah karena dapat memberikan tambahan tahanan
terhadap aliran
2.3.4 Cara menentukan ukuran pipa pembuangan

Tabel 2.11 Unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok

ukuran pipa pembuangan dapat


ditentukan berdasarkan jumlah nila
iunit alat plambing yang dilayani
pipa yang bersangkutan. Kalau
tidak ada dalam 4 nilai unit alat pambing
tunggal dapat diperoleh dari jumlah
aliran air buang yang dikeluarkan alat
plambing tersebut (dalam liter /menit)
dibagi dua.Tabel 2.11 hanya disebut kakus
atau kloset, sedangkan sebenarnya
ada beberapa jenis kloset seperti jenis
siphon, siphonjet, dan wash-down yang masing-masing mempunyai ciri aliran
pembuangan
yang sedikit
berbeda. Di samping
itu ada alat-alat
plambing yang
digunakan khusus,
seperti bak cuci

dilaboratorium (bergåntung pada jenis kegiatan laboratorium) dan alat plambing


khususyang hanya digunakan di rumah sakit. Untuk alat-alat plambing yang tidak
tercantumdalam Tabel 2.11, nilai unit alat plambing dapat diperkirakan dengan
Tabel 2.12. Untuk aliran air buangan menerus (tetap) atau terputus-putus (periodik),
seperti yang keluar dari pompa, ejektor, mesin pendingin dsb, maka untuk setiap
laju aliran 3 liter/menit diberikan nilai unit alat plambing sebesar 2. Ukuran pipa
pembuangan ditentukan berdasarkan jumlah beban unit alat plambingmaksimum
yang diizinkan untuk setiap diameter pipa

Tabel 2.12 Unit alat plambing sebagai beban untuk alat yang tidak ada dalam tabel
2.11

Tabel 2.13 Penentuan ukuran pipa pembuangan dengan metoda unit alat plambing
2.3.5 Dasar sistem Vent
Pipa vent merupakan bagian penting dari suatu sistem pembuangan. Tujuan
pemasangan vent adalah sebagain berikut :

1. Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan


2. Menajaga aliran yang dalam pipa pembuangan
3. Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan

Hilangnya sekat air terjadi pada waktu muka air dalam perangkap turun sampai
di lekuk atas dan ini terutama disebabkan ole hal hal berikut :

1. Efek sifon sendiri


2. Efek hisapan
3. Efek tiupan keluar (blow out)
4. Efek kapiler
5. Efek momentum

1. Efek sifon sendiri timbul apabila seluruh perangkap dan pipa pengering
alat palmbing terisi penuh dengan air buangan sehingga air perangkap juga
akan ikut mengalir ke dalam pipa pengering
2. Efek hisapan dapat terjadi pada air perangkap alat palmbing yang dipasang
didekat buangan yang cukup besar yang masuk dari cabang mendatar
dibawahnya. Akibatnya, dalam perangkap alat plambing dapat timbul
tekanan vakum yang menghisap air dalam perangkap
3. Efek tiupan-keluar (blow-out) dapat terjadi pada air perangkap alat
plambingyang dipasang dekat dengan pipa tegak, dan dalam pipa tegak
tersebut tiba-tibaada aliran air buangan yang cukup besar yang masuk dari
cabang mendatar diatasnya. Akibatnya, dalam perangkap alat plambing
dapat timbul tekananpositif yang akan mendorong air dalam perangkap
bahkan keluar dari alat plambing
4. Efek kapiler terjadi kalau ada rambut atau benang yang tersangkut dalam
perangkap dan menjurai ke dalam pipa pengering alat plambing. Akibatnya
airdalam perangkap lama-kelamaan akan habis terbuang.
5. Penguapan air dalam perangkap biasanya terjadi kalau alat plambing
tidakdipergunakan untuk waktu yang cukup lama, apalagi kalau alat
plambingtersebut berada dalam ruangan yang agak kering
udaranya.Lubang pembuangan lantai yang sekarang ini banyak digunakan,
mempunyai kedalaman sekat air yang kurang dari 50 mm, dan sering
terjadi dalamwaktu yang tidak terlalu lama sudah banyak airnya yang
menguap sehingga air sebagai sekat tidak cukup lagi
6. Efek momentum biasanya jarang terjadi. Efek ini bisa timbul kalau ada
pembuangan air mendadak atau terjadi perubahan tekanan yang cepat
dalam pipa pembuangan

Gambar 2.3.7
Sebab yang
dapat menghilangkan perangkap
2.3.6 Jenis sistem dan pipa vent

1. Vent tunggal
Pipa ven ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara
luar. Walaupun sistem ini yang terbaik, tetapi sitem ini paling banyak
menggunakan bahan (pipa)

Gambar 2.3.8 Sistem Vent Tunggal

2. Vent lup
Dalam sistem ini pipa ven melayani dua atau lebih alat plambing
(sebanyak-banyaknya 8) dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan
dan disambungkan kepada ven pipa tegak. Pipa ven tersebut dipasang pada
cabang mendatar pipa air buangan yang mempunyai ukuran tetap ‘di depan
“ alat plambing yang paling jauh dari pipa tegak air buangan

Gambar 2.3.9 Sistem vent lup


3. Vent Tegak
Pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan, di atas
cabang mendatar pipa air buangan tertinggi. Dalam gedung yang
menggunakan sistem ini, hanya ada ven pipa tegak saja dan tidak dipasang
pipa ven jenis lainnya. Semua pipa pengering alat plambing disambung
langsung kepada pipa tegak air buangan. Sistem ini disebut juga sistem
pipa tegak tunggal atau sistem pipa pembuangan tunggal. Dan sistem ini
juga dapat diterapkan pada gedung dimana pipa tegak air buangan dapat
dipasang dekat alat-alat plambing, seperti pada gedung rumah susun
(apartment)

Gambar 2.3.10 Sistem vent tegak


4. Vent bersama
Pipa vent ini adalah satu pipa ven yang melayani perangkap dari 2 alat
plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang pada
tempat dimana kedua pipa pengering alat plambing tersebut disambungkan
bersama Sistem vent dimana pipa ven bersama dipasang untuk melayani
dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang (misalnya bak cuci)
pada kedua sisi dinding pemisah. Sistem ini banyak diterapkan pada rumah

susun dan hotel

Gambar 2.3.11 Sistem vent Bersama


5. Vent pelepas
Pipa ven ini adalah pipa ven untuk melepas tekanan udara dalam pipa
pembuangan
Gambar 2.3.12 Sistem vent Pelepas

6. Vent balik
bagian pipa ven tunggal yang membelok ke bawah, setelah bagian tegak ke
atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing, dan yang
kemudian

disambungkan kepada pipa tegak ven setelah dipasang mendatar dibawah


lantai. Sistem vent balik diterapkan kalau pipa ven tunggal tidak dapat
disambung ke pipa ven lainnya yang lebih tinggi ataupun langsung dibuka
keudara luar, sehingga harus dibelokkan kebawah lebih dahulu

Gambar 2.3.13 Sistem vent balik

2.3.7 Persyaratan untuk pipa vent

1. Kemiringan pipa vent


Pipa vent harus dibuat dengan kemiringan cukup agar titik air yang
terbentuk atau air yang terbawa masuk kedalamnya dapat mengalir secara
gravitasi kembali ke pipa pembuangan

2. Cabang pada pipa vent


Dalam membuat cabang, pipa vent harus diusahalan agar udara tidak akan
terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas manapun. Pipa vent untuk
cabang mendatar pipa air buangan harus disambungkan kepada pipa
cabang mendatar tersebut pada bagian tertinggi dari penampang pipa
cabang tersebut secara vertikal, hanya dalam keadaan terpaksa boleh
disambungkan dengan sudut tidak lebih dari 45° terhadap vertikal
Gambar 2.3.13 Cara membuat cabang pipa vent

Syarat ini untuk mencegah masuknya air buangan ke dalam pipa ven dalam
keadaanpipa air buangan, di mana pipa ven tersebut disambungkan,
kebetulan sedang penuhdengan air buangan.

3. Letak bagian mendatar pipa vent


Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mendatar pipa air
buangan, pipaven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya
150 mm di atas muka airbanjir alat plambing tertinggi yang dilayani ven
tersebut, sebelum dibelokkan mendatar atau disambungkan kepada cabang
pipa vent

Gambar 2.3.14 Letak bagian mendatar pipa vent yang benar


4. Ujung pipa vent
Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang
tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
Berikut ini adalah persyaratan untuk pembukaan :
a. Ujung terbuka
1) Pipa vent yang menembus atap, ujung yang terbuka ke udara luar
harus berada sekurang-kurangnya 15 cm di atas bidang atap tersebut.
2) Kalau atap digunakan sebagai taman, tempat bermain, jemuran
pakaian dsb di daerah mana pipa vent akan menembus, ujung yang
terbuka ke
udara luar
harusberada
sekurang-
kurangnya 2
m di atas bidang
atap tersebut
3) Ujung pipa
vent tidak boleh digunakan sebagai tiang bendera, antena televisi dan
sebagainya
Hal hal yang harus juga diperhatikan :
1. Ujung pipa vent tidak boleh berada langsung di bawah pintu,
lubang masuk udara ventilasi, dan juga tidak boleh berada dalam
jarak 3 m horisontal dari padanya kecuali kalau sekurang-
kurangnya 60 cm di atasnya.

2. Konstruksi bagian pipa vent menembus atap harus sedemikan


hingga tidak mengganggu fungsinya.

3. Ujung pipa ven tidak boleh ditempatkan di bawah bagian atap yang
menjorok keluar karena gas-gas dari pipa pembuangan mungkin
akan terkumpul dandapat menimbulkan gangguan.

4. Di lingkungan tertentu mungkin perlu dipasang kawat saringan


untuk mencegahmasuknya daun-daun kecil atau burung bersarang
di dalamnya. Perlu diperhatikan bahwa luas penampang bebas pada
saringan tersebut harus sama atau lebih besar dari luas penampang
pipa vent tersebut

2.3.8 Penentuan ukuran pipa vent


Secara umum ukuran pipa ven harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan
yang tercantum sebagai berikut:
1. Ukuran pipa vent lup dan vent sirkit minimal 32 mm dan tidak boleh ku-
rang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa
tegak vent yang disambungkannya. Ukuran pipa vent pelepas minimum 32
mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar
pipa pembuangan yang dilayaninya
2. Ukuran ven pipa tegak ukuran vent pipa tegak tidak boleh kurang dari
ukuran pipa tegak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak
boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka
3. Ukuran pipa vent tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari
setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayaninya
4. Ukuran pipa vent pelepas offset ukuran pipa vent pelepas untuk ofset pipa
pembuangan harus sama dengan atau lebih dari pada diameter pipa tegak
vent atau pipa tegak air buangan (yang terkecil diantara keduanya)
5. Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50
mm dalakeadaan apapun.

Tabel yang digunakan untuk membantu mencari dimensi pipa vent :

Gambar 2.3.14 Ukuran pipa cabang horizontal vent dengan lup

Tabel 2.3.15 Ukuran dan Panjang pipa vent


Tabel 2.3.16 Penentuan ukuran pipa vent dengan metoda unit alat palmbing
2.4 Sistem plambing Air Hujan/ Drainase gedung
Drainase adalah sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan kelebihan air baik
kelebihan air yang berada diatas permukaan tanah maupun air yang berada di bawah
permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi atau
akibat dari durasi hujan yang lama. Penyediaan drainase air hujan pada gedung terdiri dari
sejumlah komponen yang secara luas dikategorikan sebagai drainase atap, permukaan atau
bawah tanah. Sistem ini diandalkan untuk mencegah masuknya air ke gedung dan untuk
menghindari genangan atau banjir. Sistem drainase ini berfungsi untuk membawa air hujan
dari bangunan, limpasan permukaan dari semua jenis presipitasi, air tanah dan air bawah
permukaan ke titik pembuangan yang telah ditentukan. Buruknya sistem drainase suatu
kawasan dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat antara lain terganggunya
aktivitas masyarakat karena adanya genangan, maupun dampak kesehatan bagi pengguna
jalan dan masyarakat yang ada di sekitar daerah tersebut. Drainase memiliki arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Merupakan suatu tindakan
teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun
kelebihan air irigasi dari suatu kawasan dan atau lahan sehingga fungsi kawasan tersebut
tidak terganggu. Tujuan dari sistem drainase air hujan ini adalah untuk
menampung,menyimpan dan menambah cadangan air tanah.

Jaringan drainase haruslah dibuat terpisah dengan saluran air limbah karena saluran air
limbah baik dari dapur, air cuci, kamar mandi, dan kakus haruslah dibuang ke jaringan
pengumpul air limbah.

2.4.1 Sistem plambing Air Hujan/ Drainase gedung


Pengaliran air hujan pada gedung dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

dengan sistem gravitasi dan sistem bertekanan.

1. Sistem gravitasi ialah sistem yang melalui pipa dari atap atau balkon gedung
menuju lantai dasar untuk disalurkan pada penampung air hujan.
2. Sedangkan pada sistem bertekanan air hujan yang masuk ke lantai dasar kemudian
dipompakan untuk selanjutnya menuju penampung air hujan .

Drainase terbagi dua yaitu drainase atap dan drainase bawah tanah. Pada drainase atap
memliki ketentuan harus kedap air dan memiliki saringan yang dipasang pada lubang
talang tegak. Saringan tersebut harus menonjol sekurang kurangnya 10 cm dari atas
permukaan atap atau talang datar diukur dari lubang masuk talang tegak. Jumlah luas
lubang saringan tidak boleh lebih kecil dari 1,5 kali luas penampang tegak. Pada drainase
bawah tanah atau yang dipasang pada lantai keider (besmen) suatu gedung harus lebih atau
sama dengan 100 mm (SNI 03-7065-2005).

Terdapat dua aspek yang menjadi perhatian pada sistem drainase untuk atap, yaitu efektif
dan cepat penghilangan air dari permukaan atap, selain itu memastikan tidak ada genangan
yang tersisa setelah hujan. kapasitas saluran atap harus memadai untuk mengumpulkan,
menyimpan dan membuang air hujan. Penyaluran air hujan yang efektif didapat dari
permukaan grading yang tepat, kapasitas debit yang memadai sistem drainase dan
pemilihan bahan atap yang tepat. Saluran drainase yang tepat harus memperhatikan
karakteristik bangunan, kapasitas debit, dan kondisi iklim yang berlaku. Didalam
pengecekan saluran drainase gedung perlu diperhatikan beberapa aspek, yang pertama
adalah :

pengecekan kemiringan. Kemiringan saluran drainase mengacu kepada standar yang telah
ditentukan pada SNI 03-7065-2005 tentang Plambing yang menyatakan bahwa kemiringan
pipa air hujan datar yang dengan ukuran 75 mm harus dipasang dengan kemiringan
minimal 2% dan untuk pipa dengan ukuran yang lebih besar memiliki kemiringan 1%.
Kemiringan yang lebih kecil hanya diperbolehkan apaila telah dibenarkan oleh pihak
pejabat yang berwenang. Kriteria yang kedua adalah kondisi talang datar sistem drainase
yang terdapat pada gedung. Talang datar memiliki kriteria yang tercantum pada SNI
8153:2015 tentang Sistem Plambing Pada Bangunan. Gedung yaitu kesesuaian antara
ukuran talang dengan daerah tangkapan hujan atau dalam hal ini adalah atap gedung dan
juga debit hujan yang akan diterima tentang penentuan ukuran perpipaan air hujan
horisontal. Selain kesesuaian dengan standar yang berlaku perlu diperhatikan juga kondisi
dan kinerja talang datar untuk mengalirkan air secara optimum. Kriteria ketiga yang perlu
dipenuhi adalah talang tegak. Seperti halnya talang datar, talang tegak mengacu kepada
SNI 8153:2015 tentang sistem plambing pada bangunan gedung. Standar ini mengatur
kesesuaian ukuran talang tegak dengan daerah tangkapan hujan dan juga debit air hujan
yang akan diterima. Kondisi talang juga sangat diperhatikan dengan adanya pemeliharaan
rutin dari pihak pemilik gedung. Kriteria saluran drainase yang keempat adalah screen atau
saringan. Mengacu kepada SNI 03-7065-2005 tentang Plambing menyebutkan bahwa
saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Saringan tersebut harus menonjol
sekurang kurangnya 10 cm diatas permukaan atap atau talang datar yang diukur dari
lubang masuk talang tegak. Selain itu, jumlah lubang saringan tidak boleh lebih kecil dari
1,5 kali luas penampang talang tegak. Tetapi untuk saringan drainase atap yang dipelihara
teratur dapat digunakan saringan rata yang dipasang rata dengan permukaan geladak atau
atap. Untuk saringan jenis rata ketentuannya adalah tidak boleh memiliki jumlah lubang 2
kali lebih luas dari talang tegak. Selanjutnya adalah kriteria data hujan, pada penilaian
sistem drainase gedung data hujan diperlukan sebagai penentu kesesuaian sistem drainase
yang dibutuhkan pada gedung yang akan dinilai. Data hujan ini didapat dari dokumen yang
telah dimiliki oleh pihak bangunan gedung. Perhitungan data hujan harus terus diulang
perhitungannya sesuai dengan periode ulang hujan yang telah ditentukan, Koefisien
pengaliran air juga menjadi salah satu kriteria pada sistem drainase bangunan gedung.
Koefisien pengaliran merupakan suatu nilai yang menunjukan persentase kualitas curah
hujan yang menjadi aliran permukaan dari curah hujan total setelah mengalami penyerapan
ke tanah

Tabel 2.4.1 Penentuan Ukuran Perpipaan Air Hujan Horisontal

Catatan: Untuk nilai curah hujan selain dari catatan tersebut, maka untuk menentukan area
atap yang diijinkan dengan membagi daerah tertentu dalam kolom (25,4 mm/j) dengan
tingkat curah hujan yang diinginkan.
Tabel 2.4.2 Ukuran talang atap, pipa utama, dan perpipaan tegak air hujan

Catatan: 1. Kapasitas aliran maksimum pengaliran (L/dt) dengan perkiraan 44 mm tinggi


air dalam saluran. Untuk nilai curah hujan selain tercatat tersebut, jumlah luas atap yang
tersedia dibagi dengan area yang diberikan dalam kolom 25,4 mm/jam dengan tingkat
curah hujan yang diinginkan

2.4.2 Peralatan sistem drainase air hujan


1. Pompa Drainase (Storm Water Pump)
Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan
sementaramenuju saluran utama bangunan. Pompa yang digunakan adalah
jenis submersible pump & pompa terendam dengan sistem operasi
umumnya automatic
dengan bantuan level kontrol
yang ada di pompa dan sistem
parallel alternate
Gambar 2.4.1 Pompa
drainase

2. Pipa air hujan


Pipa air hujan berfungsi untuk
mengalirkan air hujan
dari atap menuju rol
bangunan.Bahan yang
dipakai adalah PE( klas 1< bar)

Gambar 2.4.2 Pipa air hujan


3. Roof drain
Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya penempatannya di
atap bangunan dan air yang dialirkan adalah air hujan. Bahan yang dipakai
adalah casziron dengan diberi saringanberbentuk kubah di atasnya
Gambar 2.4.3 Roff
drain

4. Balcony drain
Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon

Gambar 2.4.5 balcony drain

5. Floor drain
menyalurkan air hujan ke dalam saluran drainase utama. Fungsi yang
dimiliki komponen ini hampir sama dengan deck drain. Letak penggunaan
dari Roof drain biasanya digunakan pada area atap atau balkon dari gedung
dan bangunan
2.5 Dasar-Dasar Sistem Pencegahan Kebakaran
Prinsip dari sistem pencegahan kebakaran ini adalah harus selalu tersedia volume air yang
cukup untuk keperluan pencegahan kebakaran, tanpa mengganggu pemakaian air bersih.
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistemyang
terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupunterbangun pada
bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif,sistem proteksi pasif
maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya
terhadap bahaya kebakaran. Sistem pencegah bahaya kebakaran terdiri dari sistem proteksi
pasif dan proteksi aktif. Sistem proteksi pasif meliputi akses jalan, struktur dan tata
bangunan, sedangkan proteksi aktif meliputi fasilitas untuk menunjang operasi pemadaman
kebakaran seefektif mungkin

2.5.1 Pipa Tegak dan Slang Kebakaran


Pipa tegak dan slang kebakaran adalah suatu rangkaian perpipaan, katup, penyambung
slang kebakaran, slang kebakaran, dan sistem penyediaan air yang digunakan untuk
menanggulangi kebakaran.
Sistem dari pipa tegak dan slang kebakaran mempunyai berbagai jenis yaitu:
1. Wet stand pipe system Yaitu pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan
tekanan air pada sistem di jaga tetap. Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam
kondisi terbuka dan bila katup slang kebakaran dibuka maka air akan mengalir keluar.

2. Dry stand pipe system Suatu pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan
penyediaan air akan mengalirkan air ke sistem secara otomatis jika katup slang
kebakaran dibuka.

3. Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manual Yaitu
dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak slang kebakaran
untuk menghidupkan suplai air.

4. Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen Jenis ini digunakan untuk
mengurangi waktu yang diperlukan petugas pemadam kebakaran untuk membawa
slang kebakaran ke lantai atas pada gedung tinggi dan suplai air diperoleh dari mobil
tangki pemadam kebakaran.

2.5.2 Fire hydrant


Alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle = nozel)untuk
mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman
kebakaran, terdapat 2 macam hidran
berdasarkan perletakannya
yaitu :

a. Hydrant di luar gedung


Tiap bagian dari jalur
akses mobil pemadam di
lahan bangunanharus
dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran
kotayang memenuhi persyaratan tersebut tidak tersedia, maka harus
disediakanhidran halaman. Pasokan air untuk hidran halaman harus
sekurang-kurangnya 2400 liter/menit pada tekanan 3,5 bar, serta
mampu mengalirkanair minimal selama 45 menit.

Gambar 2.4.6 hydrant luar

b. Hydrant dalam gedung


Peralatan dan komponen sistem hidran gedung : hidran yang terdiri
dari kotak hidran dan kopling pengeluaran aliran air; pompa dan
instalasinya, perpipaan serta Jumlah dan perletakan hidran gedung
disesuaikan dengan klasifikasi bangunan dan luaslantai ruangan
yang dilindungi oleh hidran.

Gambar 2.4.7 Hydrant box dalam gedung

2.5.3 Lokasi penempatan fire hydrant


Fire hydrant harus
direncanakan sedemikian
rupa sehingga tersedia
sumber air berupa hidran
halaman, sumur kebakaran
atau reservoir air dan
sebagainya yang memudahkan
instansi pemadam kebakaran

untukmenggunakannya, sehingga setiap rumah dan bangunan gedung dapat


dijangkau oleh pancaran air unit pemadam kebakaran dari jalan
dilingkungannya. Berikut merupakan tabel yang digunakan untuk Jumlah saf
untuk pemadaman kebakaran dan diameter pipa hidran minimal menurut
PERMEN PU nomor 26 tahun 2008
Tabel 2.4.1 jumlah minimum saf

Saf sendiri merupakan


dinding atau bagian
bangunan gedung yang membatasi sumur yang bukan merupakan sumur/lorong
atrium atau luncuran vertikal, saluran atau jalur sejenis, tetapi bukan
cerobong/corong asap.

Tabel 2.4.2 Diameter pipa hydrant minimal

2.5.4 Kebutuhan
air
Suatu pasokan air
yang disetujui dan
mampu memasok aliran air yangdiperlukan untuk roteksi kebakaran harus
disediakan guna menjangkau seluruhlingkungan dimana fasilitas, bangunan
gedung atau bagian bangunan gedung dikonstruksi atau akan disahkan secara
formal. Apabila tidak ada sistem distribusiair yang handal, maka diperbolehkan
untuk memasang atau menyediakan reservoir, tangki bertekanan, tangki elevasi

a. Sprinkler
Alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat
memancar kesemua arah secara merata.
Gambar 2.4.8 Sprinkler

Perancangan sistem springkler dilakukan berdasarkan fungsi dan luas


bangunan gedung. Perancangan sistem springkler yang digunakan untuk
kriteria hunian kebakaran ringan mengikuti ketentuan-ketentuan berikut
(Badan Standardisasi Nasional, 2000):
1. Tekanan beserta kapasitas aliran yang disyaratkan Penyediaan air yang
direncanakan dalam sistem springkler harus mampu mengalirkan air
dengan kapasitas aliran 225 liter/menit dan memiliki tekanan 2,2 kg/cm2
(22 m kolom air) ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan
tinggi antara katup kendali dengan springkler tertinggi yang terdapat dalam
gedung.
2. Penampung penyediaan air dengan kapasitas minimum yang disyaratkan
Penampung penyediaan air dengan kapasitas minimum yang disyaratkan
pada bahaya kebakaran ringan dari jaringan pipa kota dan dari tangki
disediakan untuk kebutuhan air
Tabel 2.4.3 Kapasitas Minimum Penampung Penyediaan Air untuk Sistem

Bahaya Kebakaran Ringan

2.5.5 Kepala springkler dengan penempatannya


Kepala springkler dengan penempatannya berjarak dua kali antara kepala
springkler dengan springkler lainnya terhadap jarak dinding ke springkler
tersebut. Pada kepala springkler dengan pancaran ke atas dan pancran ke
bawah serta pada cabang harus dengan jarak maksimum yang dibatasi sesuai
ketentuan berikut (Kepmen PU No.10 Tahun 2000):

a. Kelas kebakaran dengan bahaya ringan sejauh 4,6 m (15 ft)

b. Kelas kebakaran dengan bahaya sedang sejauh 4,6 m (15 ft)

c. Kelas kebakaran dengan bahaya berat sejauh 3,7 m (12 ft)

2.5.6 Menentukan ukuran pipa


Ukuran minimal pipa cabang dalam sistem springkler adalah 25 mm dengan
jumlah kepala springkler maksimum 3 buah. Untuk kelompok 3 kepala
springkler berikutnya pada pipa cabang, ukuran pipa cabang ditentukan melalui
perhitungan hidrolis dengan ketentuan kehilangan tekanan

Tabel 2.4.4 Kehilangan Tekanan pada Sistem Bahaya Kebakaran Ringan


Tabel 2.4.5 Ukuran Pipa Cabang untuk Bahaya Kebakaran Ringan

Tabel 2.4.6 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Tangki

Anda mungkin juga menyukai