PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mekanikal plambing secara umum merupakan suatu sistem penyediaan air bersih dan
penyaluran air buangan di dalam bangunan. Mekanikal plambing juga dapat didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan peralatan di dalam
gedung atau gedung yang bersangkutan dengan air bersih maupun air buangan yang dihubungkan
dengan sistem saluran kota (Sunamo, 2005). Plambing merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem
plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan
perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan
bagian-bagian kontruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada pada gedung tersebut.
Pada jenis penggunaan sistem plambing sangat tergantung pada kebutuhan dari bangunan yang
bersangkutan. Dalam hal ini, perencanaan dan perancangan sistem plambing dibatasi pada
pendistribusian dan penyediaan air bersih. Adapun fungsi dari instalasi plambing adalah:
a. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan dan jumlah
aliran yang cukup
b. Membuang air buangan dan tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting
lainnya
Sistem plambing adalah sistem perpipaan yang dipasang pada sebuah bangunan untuk menyalurkan
kebutuhan air bersih dan air buangan, termasuk semua pekerjaan pemasangan pipa, sambungan,
alat-alat plambing dan perlengkapannya dalam sistem tersebut (Ghupta dan Thawari, 2016). Sistem
plambing merupakan bagian mendasar dan penting dalam kaitannya dengan distribusi kebutuhan air
bersih dan penyaluran air buangan yang layak. Perencanaan sistem plambing yang baik berfungsi
untuk menyediakan kualitas dan kuantitas serta kontinuitas penyaluran air bersih ke peralatan
saniter dan menyalurkan air buangan ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian lain
dalam gedung atau lingkungan sekitar (Noerbambang dan Morimura, 1984; Putra, dkk, 2015).
Dalam pembangunan sebuah gedung, membutuhkan perencanaan tidak hanya dari arsitektur dan
struktur bangunan saja, namun juga memerlukan perencanaan sistem plambing (Ramachandran,
2016). Perencanaan sistem plambing yang baik sangat penting untuk menjamin instalasi efisien dan
aman. Perencanaan yang baik juga akan menjamin instalasi yang tepat untuk berbagai keadaan yang
dilayaninya (WHO, 2006). Perencanaan sistem plambing harus didasarkan pada persyaratan teknis
dan peraturan yang berlaku.Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung
terbentuknya sistem plambing yang baik. Jenis peralatan plambing dalam artian khusus, istilah
peralatan plambing meliputi:
a. Peralatan untuk menyediakan air bersih atau air bersih untuk minum,
b. Peralatan untuk menyediakan air panas.
c. Peralatan untuk pembuangan air buangan atau air kotor.
d. Peralatan saniter (Plumbing Fixture).
2.1.1 Jenis Sistem Plambing Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih
yang akan digunakan, pada umumnya terbagi dalam beberapa jenis seperti: sistem
sambungan langsung, sistem tangki atap, dan sistem tangki tekan. Jenis Sistem Plambing Penyediaan
Air Bersih Sistem penyediaan air bersih diperlukan untuk mengalirkan air bersih menuju tempat yang
memerlukan. Dalam perancangan sistem air bersih harus diperhatikan mengenai sistem yang akan
digunakan pada umumnya terbagi dalam beberapa jenis seperti sistem sambungan langsung, sistem
tangki atap, dan sistem tangki tekan. Laju Aliran Pada perancangan sistem pnyediaan air untuk suatu
bangunan,kapasitas peralata dan ukuran pipa pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang
harus disediakan kepada bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya
diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya: Penentuan laju aliran dapat ditentukan sebagai
berikut (Noerbambang & Morimura, 2005).
a. Laju Aliran Pada perancangan sistem pnyediaan air untuk suatu bangunan, kapasitas
peralata dan ukuran pipa pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus
disediakan kepada bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya
diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya: Penentuan laju aliran dapat ditentukan
sebagai berikut (Noerbambang & Morimura, 2005) mengenai kebutuhan air per orang per
hari untuk sifat penghuni gedung tersebut. Bila jumlah penghuni tidak diketahu, biasanya
ditaksir berdasarkan luas lantai dan menentapkan padatan hunian per lantai. Luas lantai
gedung yang dimaksudkan merupakan luas lantai efektif, yang berkisar antara 55 sampai 80
persen dari luas seluruhnya.
b. Berdasarkan unit beban alat plambing Pada metode ini untuk setiap alat plambing
ditetapkan suatu unit beban (fixture unit). Untuk setiap bagian pips dijumlahkan unit beban
dari semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besamya laju aliran air
dengan kurva. Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing
dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari
alat alat plambing.
Tekanan minimum pada setiap saat pada titik aliran keluar harus 50 kPa setara dengan 0,5
kgf/cm2 (SNI 03-6481, 2000). Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan "standar adalah 1,0
kgf/cm2 sedang tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 kgf/cm2 sampai 5,0 kgf/cm2 dan
untuk perkantoran antara 2,5 kgf/cm2 sampai 3,5 kgf/cm2. Disamping itu, beberapa macam
peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik jika tekanan air kurang dari suatu batas
minimum (Poerbo, 2010)
Dalam perancangan ini digunakan pemakaian air rata-rata sehari per orang sebesar 50
liter/hari/orang dengan jangka waktu pemakaian air rata-rata dalam sehan yaujam (SPI 03-7065,
2005)
Menurut Kodoatie (2003), air bersih adalah air yang dipakai sehari-hari untuk keperluan
mencuci, mandi, memasak dan dapat diminum setelah dimasak Sedangkan Menurut Suripin (2002),
yang dimaksud air bersih yaitu air yang aman (sehat) dan baik untuk diminum, tidak berwarna, tidak
berbau, dengan rasa yang segar. Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia,
maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan (Peraturan Menteri Kesehatan No
416/PerMenkes/DX/1990), yaitu:
1. yarat fisik air harus bersih dan tidak keruh tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa,
suhu antara 100-25 o C (sejuk)
2. Syarat kimiawi tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, tidak
mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium pH air antara 6,5-9,2
3. Syarat bakteriolog: tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, kolera dan
bakteri patogen penyebab penyakit.
Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu kepada Peraturan Menten
Kesehatan Nomor: 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Penyediaan
air bersih di Indonesia untuk masyarakat dilakukan masyarakat itu sendiri (sister individual dan
komunal) dan oleh pemerintah Kualitas air bersih penduduk baik yang dihasilkan oleh sumber yang
ada di masyarakat ataupun oleh pemerintah sampai saat ini belum semuanya memenuhi syarat yang
ditentukan Hal ini diperlukan sekali pengawasan dan pengontrolan atas kualitas air bersih. Karena air
bersih digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti minum, memasak mencuci dan lain-lain. Dalam
penelitian ini akan membatasi pengertian air bersih yaitu pada air yang digunakan sehari-hari untuk
keperluan minum, mask, MCK dan lain-lain dengan kualitas standar air bersih berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 416 IX/1990.
Menurut Sugiharto (2008) air limbah (wastewater) adalah kotoran dari masyarakat dan
rumah tangga dan juga yang berasal dari industri air tanah, air permukaan serta buangan lainnya.
Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum. Sampah (solid waste)
adalah benda buangan pada hasil samping dari kegiatan manusia atau makhluk hidup lain, menyusul
produk dari peristiwa am Karakteristik sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat tendegradasi karena tidak
dapat membusuk sedangkan sampah organik adalah sebaliknya (Tjokrokusuma, 1999). Hasil dan
proses dekomposisi sampah organk akan menghasilkan air Imbah yang sering disebut air lindi
Geachate) Lindian mengandung bahan-bahan kimia, baik organik maupun anorganik mempunyai
potensi menimbulkan pencemaran terhadap air tanah dan Ingkungan, serta sejumlah bakteri
phatogen, yang dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit.
Tjokrokusumo (1999), mengatakan bahwa sumber-sumber air limbah dapat berasal dari:
Selain mengetahui sumber-sumber air limbah, pengetahuan mengenal kualitas air buangan adalah
satu hal yang perlu dipahami. Kualitas air buangan dibedakan menjadi tiga karakteristik
1. Karakteristik fisik Parameter yang termasuk dalah kategori ini meliputi: solids (zat padat),
suhu, warna, dan bau
2. Karakteristik kimia Dalam karakteristik ini, dibagi menjadi tiga kategori yaitu zat organik, zat
anorganik dan gas-gas. Sedangkan untuk polusi zat organik biasanya dinyatakan dalam BOD
dan COD.
3. Karakteristik biologi Pada karakteristik ini, air buangan dibedakan menjadi biodegradable
(mudah terurai secara biologi) dan yang non biodegradable. Beberapa parameter yang
sering digunakan dalam mengetahui kualitas air adalah dengan mengetahui kandungan BOD
dan COD nya.
BAB III