Anda di halaman 1dari 31

SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYEDIAAN AIR BERSIH

PIPING SYSTEM FOR CLEAN WATER SUPPLY


Immanuel Nauk Elokpere1,Rama Zaky Rahmawan2, Rizca Mardhatillah3, Muhammad
Romiko Aqila4, Arief Budiman5, Owen Jacob Notonugroho6
Kamis – Kelompok 1
1,2,3,4,5,6)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga Kampus IPB
Email : owenbonelade888@gmail.com

Abstrak: Pembangunan di Indonesia sedang berkembang dengan pesat. Selain pembangunan


infrastruktur, juga pembangunan gedung-gedung bertingkat untuk menunjang aktivitas
perekonomian, perkantoran, dan hunian di dalam negeri. Hal tersebut disebabkan oleh pergeseran
pola pembangunan semakin nampak terlihat di era sekarang. Pola pembangunan lama, yakni pola
pembangunan horizontal, perlahan mulai tergeser dengan pembangunan vertikal berupa
pembangunan gedung-gedung bertingkat. Pembangunan vertikal dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan ruang akibat terbatasnya lahan yang tersedia. Perencanaan yang baik juga akan
menjamin instalasi yang tepat untuk berbagai keadaan yang dilayaninya. Perencanaan sistem
plambing harus didasarkan pada persyaratan teknis dan peraturan yang berlaku . Sistem plambing
adalah sistem perpipaan yang dipasang pada sebuah bangunan untuk menyalurkan kebutuhan air
bersih dan air buangan, termasuk semua pekerjaan pemasangan pipa, sambungan, alat-alat
plambing dan perlengkapannya dalam sistem tersebut . Fungsi dari peralatan plambing adalah
untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang membutuhkan air dengan jumlah debit serta
tekanan yang sesuai dan membuang air kotoran dari tempat-tempat tertentu dan tetap menjaga
kebersihan tempat yang dilaluinya. Selain itu, dilakukan juga perencanaan tinggi roof tank
berdasarkan besarnya headloss agar tekanan air yang dihasilkan cukup untuk pendistribusian air
bersih yang direncanakan. Hasil perancangan sistem plambing dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pemasangan instalasi plambing pada gedung tersebut. Selain itu, penelitian ini dapat
menjadi pembelajaran bagi mahasiswa teknik sipil dan lingkungan dalam merancang sistem
plambing.Sistem plambing digunakan sebagai penyedia air baku untuk air minum, penyakuran
buangan dan drainase, juga termasuk alat-alat dan perlengkapan yang terpasang di dalam persil
dan gedung tersebut.
Kata kunci: Air, pipa, plumbing

Abstract: Development in Indonesia is growing rapidly. Apart from infrastructure development, it


is also the construction of multi-storey buildings to support domestic economic, office and
residential activities. This is due to the shift in development patterns increasingly visible in the
present era. The old development pattern, namely the horizontal development pattern, is slowly
starting to be shifted with the vertical construction in the form of multi-storey buildings. Vertical
development is carried out to meet space requirements due to the limited land available. Good
planning will also ensure proper installation for the various circumstances it serves. Plumbing
system planning must be based on applicable technical and regulatory requirements. The plumbing
system is a piping system installed in a building to supply clean water and wastewater needs,
including all pipe installation work, connections, plumbing tools and their equipment in the system.
The function of the plumbing equipment is to provide clean water to places that need water with the
appropriate amount of discharge and pressure and remove sewage from certain places while
maintaining the cleanliness of the places in which it passes. In addition, the roof tank height
planning is also carried out based on the amount of headloss so that the water pressure generated
is sufficient for the planned distribution of clean water. The results of the plumbing system design
can be used as a reference in installing the plumbing installation in the building. In addition, this
research can be a lesson for civil and environmental engineering students in designing plumbing
systems. The plumbing system is used as a provider of raw water for drinking water, sewage and
drainage, as well as the tools and equipment installed in the parcel and the building. .

Keywords: Water, pipes, plumbing


PENDAHULUAN
Pembangunan di Indonesia sedang berkembang dengan pesat. Selain pembangunan
infrastruktur, juga pembangunan gedung-gedung bertingkat untuk menunjang
aktivitas perekonomian, perkantoran, dan hunian di dalam negeri. Hal tersebut
disebabkan oleh pergeseran pola pembangunan semakin nampak terlihat di era
sekarang. Pola pembangunan lama, yakni pola pembangunan horizontal, perlahan
mulai tergeser dengan pembangunan vertikal berupa pembangunan gedung-gedung
bertingkat. Pembangunan vertikal dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang
akibat terbatasnya lahan yang tersedia.
Perencanaan matang dalam berbagai aspek sangat dibutuhkan dalam
pembangunan Gedung bertingkat. Selain perencanaan elektrikal dan perancangan
Gedung itu sendiri, dibutuhkan juga perencanaan sistem mekanikal Gedung yang
meliputi sistem ventilasi mekanis, sistem proteksi kebakaran, dan sistem plambing
yang layak sehingga penghuni dapat merasakan kenyamanan dan keamanan ketika
berada pada sebuah bangunan Gedung (Sunarno 2015). Perencanaan sistem
plambing yang baik sangat penting untuk menjamin instalasi efisien dan aman.
Perencanaan yang baik juga akan menjamin instalasi yang tepat untuk berbagai
keadaan yang dilayaninya. Perencanaan sistem plambing harus didasarkan pada
persyaratan teknis dan peraturan yang berlaku (Riyanti et al. 2018).
Sistem plambing adalah sistem perpipaan yang dipasang pada sebuah bangunan
untuk menyalurkan kebutuhan air bersih dan air buangan, termasuk semua
pekerjaan pemasangan pipa, sambungan, alat-alat plambing dan perlengkapannya
dalam sistem tersebut (Ghupta dan Thawari 2016). Fungsi dari peralatan plambing
adalah untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang membutuhkan air
dengan jumlah debit serta tekanan yang sesuai dan membuang air kotoran dari
tempat-tempat tertentu dan tetap menjaga kebersihan tempat yang dilaluinya.
Dalam perencanaan sistem plambing air bersih, terdapat hal penting yang harus
diperhatikan, yaitu kualitas air yang akan didistribusikan, sistem penyediaan air
yang akan digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam
pipa, kecepatan aliran, dan tekanan air, serta permasalahan yang mungkin timbul
jika dilakukan penggabungan antara cadangan air untuk air bersih dan pencegahan
terjadinya kebakaran atau sistem pemadam kebakaran (Rinka et al. 2014).
Perencanaan sistem distribusi air bersih pada sebuah gedung berguna untuk
melayani kebutuhan air ke seluruh bagian yang memerlukannya dengan debit dan
tekanan yang cukup. Sistem ini memerlukan perencanaan dengan teknis yang
benar, kebutuhan air terpenuhi, ekonomis dan higienis. Dalam penelitian ini,
dilakukan perancangan sistem plambing pada gedung bertingkat yang bertujuan
merancang sistem penyediaan air bersih pada gedung bertingkat berdasarkan
kebutuhan air bersih gedung yang dihitung menggunakan beberapa metode, yaitu
metode jumlah penghuni atau luas lantai, jenis dan jumlah alat plambing, dan unit
beban alat plambing. Selain itu, dilakukan juga perencanaan tinggi roof tank
berdasarkan besarnya headloss agar tekanan air yang dihasilkan cukup untuk
pendistribusian air bersih yang direncanakan. Hasil perancangan sistem plambing
dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemasangan instalasi plambing pada gedung
tersebut. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi pembelajaran bagi mahasiswa
teknik sipil dan lingkungan dalam merancang sistem plambing.
METODOLOGI
Praktikum pelaksanaan sistem perpipaan untuk penyediaan air bersih dilakukan
pada hari Kamis 15 Oktober 2020 pukul 13.30 WIB. Praktikum dilaksanakan di
zoom meeting. Praktikum kali ini menggunakan tiga metode dalam perhitungan
kebutuhan air besih. Metode yang dimaksud adalah metode jumlah penghuni atau
luas lantai, metode jenis dan jumlah alat plambing serta metode unit beban alat
plambing. Alat-alat untuk praktikum ini terdiri dari seperangkat laptop dan program
AutoCad atau sejenis untuk mengambar. Adapaun langkah-langkah dalam
praktikum dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini:

Mulai

Merencanakan gedung yang akan dianalisis dan Menentukan jumlah jenis saniter

Mengambar denah ruang saniter dan isometric plambing

Mengambar denah ruang saniter dan isometrik plambing

Menghitung kebutuhan air besih dengan metode:


• Metode jumlah penghuni atau luas lantai
• Metode jenis dan jumlah alat plambing
• Metode unit beban alat plambing

Membandingkan ketiga metode tersebut dan menentukan metode terbaik

Menghitung dimensi pipa:


• Memeberi penamaan pada setiap alat plambing
• Menghitung nilai R (Persamaan 15)

Selesai

Gambar 1 Diagram alir pemenuhan kebutuhan air bersih


Untuk perhitungan kebutuhan air terutama dengan metode jumlah penghuni atau
luas lantai terdiri dari beberapa persamaan sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑢𝑎𝑠 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖………….…………………(1)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓𝑓 = %𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙………………………....(2)
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 = …………………………………...……(3)
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 = ……………………………………….(4)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

𝑄𝑎𝑝 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 × 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟…………….……………………(5)

𝑄𝑑 = 𝑄𝑎𝑝 + (20% × 𝑄𝑎𝑝 )……………………………………...……………….(6)

Keterangan:
Qap : Pemakaian air penghuni (m3/hari)
Qad : Kebutuhan total per hari

𝑄𝑑
𝑄ℎ = …………………………………………………………………………..(7)
𝑡

Keterangan:
Qh : Kebutuhan tiap jam (m3/jam)
Qad : Kebutuhan total per hari
T : Waktu penggunaan air

𝑄ℎ−𝑚𝑎𝑥 = 𝐶1 × 𝑄ℎ ………………………………………………………………(8)

𝑄
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = 𝐶2 × 60ℎ………..……………………………………………………..(9)

Keterangan:
Qh-max : Kebutuhan air maksimum (m3/jam)
Qh-max : Kebutuhan air maksimum (m3/menit)
C2 : Koefisien jam puncak
C1 : Koefisien jam puncak
Qh : Kebutuhan tiap jam (m3/jam)

Untuk perhitungan kebutuhan air terutama dengan metode jumlah penghuni atau
luas lantai terdiri dari beberapa persamaan sebagai berikut:
(𝑋 −𝑋 )
𝑌𝑛 = 𝑌1 − [(𝑌1 − 𝑌2 ) × (𝑋𝑛−𝑋1) ]………………………………………………..(10)
2 1

Keterangan:
Yn : Faktor pemakaian (%)
Y1 : Faktor pemakaian alat plambing pada jumlah 1 (batas bawah)
Y2 : Faktor pemakaian alat plambing pada jumlah 2 (batas atas)
X1 : Jumlah alat plambing 1 (batas bawah)
X2 : Jumlah alat plambing 2 (batas atas)
Xn : Jumlah alat plambing
𝑄ℎ = (𝑄ℎ 𝑡𝑖𝑝𝑒 𝑋 + 𝑄ℎ 𝑡𝑖𝑝𝑒 𝑌 + ⋯ )……………………………………………(11)
Keterangan:
Qh : Debit final air per jam (m3/jam)
Qh tipe X: Debit final air per jam tipe X (m3/jam)
Qh tipe Y: Debit final air per jam tipe Y (m3/jam)

𝑄𝑑 = 𝑄ℎ × 𝑇……………………………….…………………………………...(12)

𝑄ℎ−𝑚𝑎𝑥 = 𝐶1 × 𝑄ℎ ……………………………………………………………..(13)

𝑄
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = 𝐶2 × 60ℎ……………………...……………………………………...(14)

Keterangan:
Qd : Debit gedung per hari (m3/hari)
Qh-max : Kebutuhan air maksimum (m3/jam)
Qh-max : Kebutuhan air maksimum (m3/menit)
C2 : Koefisien jam puncak
C1 : Koefisien jam puncak
Qh : Kebutuhan tiap jam (m3/jam)

Untuk penentuan dimensi pipa air bersih pada perencanaan gedung bertingkat
ini menggunakan metoda kerugian gesek yang diizinkan yang dapat dilihat pada
persamaan di bawah ini:

1000(𝐻−𝐻1 )
𝑅= ………………………………………………………………….(15)
𝐾(𝐼−𝐼 ′ )

Keterangan:
R : Kerugian gesek yang diijinkan (mm/m)
H : Head statik pada alat plambing (m)
H1 : Head standar pada alat plambing (m)
K : Koefisien sistem pipa
I : Panjang pipa lurus, pipa utama (m)
I’ : Panjanga pipa luru, pipa cabang (m)

Selanjutnya terkait dengan Praktikum perhitungan kehilangan tekanan dan tinggi


roof tank dilakukan pada hari Kamis 5 November 2020 pukul 13.15 WIB.
Praktikum dilaksanakan di zoom meeting. Dalam menghitung kehilangan tekanan
diperlukan parameter berupa: Q (debit), c (koefisien Hazen-William), D (diameter
pipa) dan L (panjang pipa). Sedangkan untuk menghitung dimensi pipa dari ground
reservoir ke roof tank dapat menggunakan metode grafik kerugian gesek dan
metode rumus. Alat-alat untuk praktikum ini terdiri dari seperangkat laptop dan
program AutoCad atau sejenis untuk mengambar. Adapaun langkah-langkah dalam
praktikum dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:
Mulai

Menghitung kehilangan tekanan dengan menggunakan persamaan (1)

Menghitung luas (A) dan debit (Q) dengan menggunakan persamaan (2) dan (3)

Mengecek kemampuan air untuk mengalir ke titik kritsi dengan persamaan (4)

Menentukan Hstatis yang tersedia melalui persamaan (5)

Menghitung dimensi pipa dari gorund reservoir ke roof rank melalui persamaan (6)
dan persamaan (7)

Mengecek nilai kecepatan dengan menggunakan persamaan (8)

Selesai

Gambar 2 Diagram alir pemenuhan kebutuhan air bersih

Perhitungan nilai kehilangan tekanan dapat dilakukan apabila parameter-


paremeter syarat dapat dipenuhi. Perhitungan kehilangan tekanan dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan (1) sebagai berikut:
𝑄 1.85
𝐻𝑓 = [0.00155×𝑐×𝐷2.63 ] × 𝐿………………………..………………………….(1)

Keterangan:
Hf : Kehilangan tekanan (m)
Q : Debit aliran (L/detik)
D : Diameter pipa (cm)
c : Koefizien Hazen Williams (c = 100 untuk pipa baja karbon)
L : Panjang pipa (m)
Setelah mendapatkan nilai kehilangan tekanan dapat dilanjutkan dengan
menghitung nilai luas (A) dan debit (Q) pada setiap daerah di sistem perpipaan
tertentu. Perhitungan nilai A dan Q dapat dilihat pada persamaan (2) dan (3) berikut:

1
𝐴 = 4 × 𝜋 × 𝐷2 ………………………………………………………………….(2)

𝑄 = 𝑣 × 𝐴………………………………………………………………………..(3)

Keterangan:
A : Luas pipa (m2)
D : Diameter pipa (cm)
Q :Debit dalam pipa(m3/detik)
v : Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)

Dalam perhitungan ini didapatkan nilai Hf tiap sistem. Pilihlah nilai Hf yang
terbesar. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengecekan apakan air dapat mengalir
sampai dengan titik kritis. Untuk mengecek kemampuan air tersebut dapat
digunakan persamaan (4) berikut:

𝐻𝑓 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ 𝐻𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 + 𝐻𝑓 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 + ℎ𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑙𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔 …………….………….(4)

Keternagan:
H f sisa tekan : Head static standar untuk water kloset karena merupakan alat
………………...plambing yang paling tinggi.
h alat plambing : Tinggi water kloset.

Ketika nilai Hf total telah didapatkan dapat dilanjutkan dengan menjadi nilai Hstatis
yang tersedia. Untuk mencari nilai tersebut dapat digunakan persamaan (5) berikut:

𝐻𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 = ℎ𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠 + ℎ𝑚𝑒𝑛𝑎𝑟𝑎 𝑟𝑜𝑜𝑓 𝑡𝑎𝑛𝑘 ……………....(5)

Agar air dapat mengalir maka nilai Hf total ≤ Hstatis yang tersedia. Penentuan dimensi pipa
air bersih dari ground reservoir menuju roof tank ini didasarkan pada saat keadaan
debit menit puncak, yaitu Qm-maks (Q menit puncak). Diameter pipa dengan metode
grafik kerugian gesek dan metode rumus dapat dilihat pada persamaan (6) dan (7)
berikut:

𝑄
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = 𝐶2 × 60ℎ……………………...……………………………………….(6)

Keterangan:
Qm-max : Kebutuhan air maksimum (m3/menit)
C2 : Koefisien jam puncak
Qh : Kebutuhan tiap jam (m3/jam)
4×𝑄
𝐷 = √𝜋×𝑉…………………………………………………………………….….(7)

Keterangan
D : Diameter pipa (cm)
Q :Debit dalam pipa(m3/detik)
V : Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
𝜋 : 3.14

Setelah mendapatkan nilai diameter pipa melalui metode grafik kerugian gesek
dan metode rumus diatas. Perhitungan kemudian dilanjutkan dengan menghitung
nilai kecepatan aliran didalam pipa. Perhitungan kecepatan dapat dilihat pada
persamaan (8) berikut ini:

𝑄
𝑉𝑐𝑒𝑘 = 𝐴………………………………………………………………………….(8)

Keterangan:
Q :Debit dalam pipa(m3/detik)
V cek : Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
A : Luas pipa (m2)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Mekanikal plambing merupakan suatu sistem penyediaan air bersih dan
penyaluran air buangan di dalam bangunan yang berupa pelaksanaan pemasangan
pipa dan peralatan di dalam gedung. Perencanaan sistem plambing dalam sebuah
gedung berfungsi untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang
membutuhkan dengan jumlah aliran serta tekanan sesuai kebutuhan dan kapasitas,
selain itu sistem plambing juga berfungsi untuk membuang kotoran dari tempat-
tempat tertentu dan tetap menjaga kebersihan tempat-tempat yang dilaluinya
(Noerbambang dan Morimura 2005). Dalam menghitung kebutuhan air bersih
digunakan 3 metode, yaitu metode jumlah penghuni atau luas lantai, metode jenis
dan jumlah alat plambing, dan metode unit beban alat plambing.
Metode Jumlah Penghuni atau Luas Lantai
Apabila jumlah penghuni tidak diketahui, maka perencanaan dapat ditaksir
berdasarkan luas lantai dan menetapkan padatan hunian per lantai. Luas lantai yang
dimaksud merupakan luas lantai efektif, berkisar antara 55% - 80% dari luas
seluruhnya. Gedung kantor dengan 5 lantai diketahui memiliki luas setiap lantainya
sebesar 1000 m2 atau total luas lantai gedung sebesar 5000 m2, kepadatan gedung
perkantoran 10 m2/orang. Berdasarkan Tabel 2 digunakan persen luas efektif untuk
gedung perkantoran 70%, maka dapat diketahui jumlah total penghuni gedung
sebanyak 350 orang dengan luas total efektif sebesar 3500 m2, berdasarkan Tabel
1 pemakaian air rata-rata penghuni sebanyak 100 L/orang/hari. Dengan demikian
dapat dihitung besar pemakaian air penghuni dengan persamaan berikut:
Qap = jumlah penghuni x kebutuhan air
= (350 orang x 100 L)/1000
= 35 m3/hari
Selanjutnya perlu dilakukan penambahan sebesar 20% dari total kebutuhan air
bersih yang digunakan, untuk kebutuhan tanaman, pancuran air, dan sebagainya.
Maka dapat diketahui kebutuhan air total per hari sebagai berikut:
Qd = Qap + (20% x Qap)
= 35 m3/hari + (20% x 35)
= 42 m3/hari
Pada gedung perkantoran memiliki jam operasi selama 8 jam per harinya, maka
kebutuhan air tiap jam, serta pemakaian air pada jam puncak dan kebutuhan air pada
menit puncak dibitung sebagai berikut:
𝑄𝑑
Qh =
𝑡
42 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
=
8 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

= 5,25 m3/jam
Kebutuhan air pada jam puncak
Qh-max = C1 x Qh
= 2 x 5,25 m3/jam
= 10,5 m3/jam
Kebutuhan air pada menit puncak
𝑄ℎ
Qh-max = C2 x ( )
60
5,25
=4x( )
60

= 0,35 m3/menit
Jadi pemakaian air rata-rata per hari pada jangka waktu 8 jam adalah sebanyak
5,25 m3/jam, kebutuhan air pada jam puncak sebanyak 10,3 m3/jam, dan kebutuhan
air pada menit puncak sebesar 0,35 m3/menit atau sebesar 350 L/menit.
Metode Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Metode jenis dan jumlah alat plambing digunakan apabila kondisi pemakaian
alat plambing dapat diketahui. Jenis sistem plambing yang digunakan hanya satu
jenis pada 5 lantai gedung perkantoran. Jenis peralatan plambing yang digunakan
pada tiap ruang saniter yaitu water closet (WC) dengan tangki gelontor, lavatory
(LV) dengan jenis keran, urinoir (UR) dengan jenis katup gelontor, dan faucer (FC)
dengan jenis keran. Setiap jenis alat plambing memiliki faktor peakaian alat
plambing yang disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Faktor Pemakaian Alat Plambing
Jenis dan jumlah alat plambing 1 2 4 8 12 16 24 32 40 50 70 100

Kloset, dengan katup gelontor 1 50 50 40 30 27 23 19 17 15 12 10


satu
2 3 4 5 6 7 7 8 9 10

Alat plambing biasa 1 100 75 55 48 45 42 39 39 38 35 33


dua
3 5 6 7 10 16 16 19 25 33

Sumber: Noerbambang dan Morimura (2000)

Jumlah serta letak ruang saniter ditentukan dan dibedakan dengan Tipe X dan
Tipe Y sesuai dengan kesamaan isi alat plambingnya atau peruntukannya yang
dapat dilihat pada gambar denah yang disajikan pada Gambar 1 sesuai dengan
Tabel 2.
Gambar 1 Denah penyediaan air bersih di gedung perkantoran

Gambar 2 Detail lokasi saniter


Tabel 2 Jumlah Saniter
Saniter X Saniter Y Saniter Z
Daftar alat plambing
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
1 Water closet (WC) dengan tangki gelontor 3 3 3 2 2 1
2 Lavatory (LV) dengan jenis keran 3 3 1 3 1 1
3 Urinoir (UR) dengan jenis katup gelontor 4 - 3 - 3 -
4 Faucer (FC) dengan jenis keran 3 3 3 2 2 1

Tabel 3 Desain Awal Jumlah Saniter

No. Jenis alat saniter Jumlah


1 Jumlah lantai = 5 Lantai
2 Jumlah alat saniter per lantai
Water closet (WC) tangki gelontor = 14 unit
Lavatory jenis keran = 12 unit
Urinoir jenis katup gelontor = 10 unit
Faucet jenis keran = 14 unit
3 Jumlah alat saniter setiap lantai
Water closet (WC) tangki gelontor = 70 unit
Lavatory jenis keran = 60 unit
Urinoir jenis katup gelontor = 50 unit
Faucet jenis keran = 70 unit

Berdasarkan jumlah saniter yang telah didesain, maka didapat kebutuhan air,
debit air per jam, serta faktor pemakaian yang disajikan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Metode Jenis dan Jumlah Alat
Plambing

No. Parameter Besar


1 Pemakaian air untuk penggunaan satu kali
Water closet (WC) tangki gelontor = 15 L
Lavatory jenis keran = 10 L
Urinoir jenis katup gelontor = 5 L
Faucet jenis keran = 15 L
2 Pemakaian air untuk penggunaan satu kali total
Water closet (WC) tangki gelontor = 1050 L
Lavatory jenis keran = 600 L
Urinoir jenis katup gelontor = 250 L
Faucet jenis keran = 1050 L
3 Faktor pemakaian alat
Water closet (WC) tangki gelontor = 12 %
Lavatory jenis keran = 36.5 %
Urinoir jenis katup gelontor = 38 %
Faucet jenis keran = 35 %
4 Penggunaan per jam (Qh)
Water closet (WC) tangki gelontor = 10 L/jam
Lavatory jenis keran = 10 L/jam
Urinoir jenis katup gelontor = 8 L/jam
Faucet jenis keran = 10 L/jam
5 Penggunaan per jam (Qh) total
Water closet (WC) tangki gelontor = 700 L/jam
Lavatory jenis keran = 600 L/jam
Urinoir jenis katup gelontor = 400 L/jam
Faucet jenis keran = 700 L/jam
Total = 2400 L/jam
5 Debit gedung per hari (Qd) = 19200 L/hari
6 Debit jam puncak (Qh max) = 33.6 m3/jam
7 Debit menit puncak (Qm max) = 1.96 m3/menit
Sumber: Kelompok 1 (2020)

Metode Unit Beban Alat Plambing


Metode unit beban alat plambing ini, setiap alat plambing ditetapkan dengan
suatu unit beban (fisture unit). Pada setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari
semua alat plambing yang dilayaninya, selanjutnya dicari besarnya laju aliran air
dengan kurva. Berikut disajikan hasil perhitungan kebutuhan air menggunakan
metode unit beban alat plambing.
Tabel 5 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Metode Unit Beban Alat Plambing

No. Jenis alat saniter Jumlah


1 Jumlah lantai = 5 Lantai
2 Jumlah alat saniter seluruh lantai
Water closet (WC) tangki gelontor = 14 unit
Lavatory jenis keran = 12 unit
Urinoir jenis katup gelontor = 10 unit
Faucet jenis keran = 14 unit
Total = 50 unit
3 Nilai unit alat plambing (UAP) per jenis
Water closet (WC) tangki gelontor = 5
Lavatory jenis keran = 2
Urinoir jenis katup gelontor = 5
Faucet jenis keran = 2
4 Nilai UAP per jenis total
Water closet (WC) tangki gelontor = 70
Lavatory jenis keran = 24
Urinoir jenis katup gelontor = 50
Faucet jenis keran = 28
Total = 172
5 Aliran serentak (Qm max) = 325 L/menit
0.325 m3/menit
6 Pemakaian air per jam (Qh) = 2.44 m3/jam
7 Pemakaian air pada jam puncak (Qh max) = 4.27 m3/jam
8 Pemakaian per hari (Qd) = 19.5 m3/hari
Sumber: Kelompok 1 (2020)

Gambar 3 Kurva aliran serentak berdasarkan unit alat plambing


Berdasarkan data desain jumlah alat plambing yang ada pada setiap lantai,
didapat total UAP pada plambing sebesar 172. Kurva memberikan hubungan antara
jumlah unit beban alat plambing dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor
kemungkinan pengguna dari alat-alat plambing yang digunakan. Maka total UAP
diplotkan pada kurva pada Gambar 3, sehingga didapat besar aliran serentak
sebesar 325 L/menit atau sebesar 0,33 m3/menit. Dengan demikian dapat dihitung
pemakaian air per jam menggunakan persamaan berikut.
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑘 𝑥 60
Qm-max = 1000
325 𝑥 60
= 1000

= 19,5 m3/jam
Setelah menghitung kebutuhan air menggunakan tiga metode, hasil perhitungan
antara ketiga metode kemudian dibandingkan. Rekapitulasi hasil perhitungan
ketiga metode disajikan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Ketiga Metode
Qd Qh Qh-max Qm-max
Metode yang digunakan
3
(m /hari) (m3/jam) (m3/jam) (m3/menit)

Metode jumlah penghuni 42 5,25 10,5 0,35

Metode jenis dan jumlah alat


19,2 2,4 33,6 1,96
plambing

Metode unit beban alat plambing 19,5 2,44 34,1 4,27


Dapat dilihat berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 6 bahwa nilai hasil
perhitungan paling besar yaitu pada hasil perhitungan menggunakan metode unit
beban alat plambing dengan nilai pemakaian per hari (Qd) sebesar 19,5 m3/hari,
pemakaian air per jam (Qh) sebesar 2,44 m3/hari, pemakaian air di jam puncak (Qh-
max) sebesar 34,1 m3/jam, dan pemakaian air di menit puncak (Qm-max) sebesar
4,27 m3/menit. Dapat dilihat dengan hasil perhitungan tersebut, dibandingkan dua
metode lainnya metode yang paling realistik adalah metode unit beban alat
plambing. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan yang dihasilkan menunjukkan
kemampuan alat plambing dalam menerima beban, sedangkan kedua metode lain
lebih banyak menggunakan asumsi.
Dimensi Perpipaan Air Bersih
Setelah mengetahui jumlah kebutuhan alat plambing pada gedung perkantoran,
maka perhitungan dimensi pipa air bersih dapat dilakukan. Penentuan dimensi pipa
air bersih pada perencanaan gedung bertingkat ini menggunakan metode kerugian
gesek yang diizinkan dengan persamaan berikut.
1000 (𝐻−𝐻1)
R=
𝐾 (𝑙+𝑙 ′ )

Tabel 7 Hasil Perhitungan Nilai Kerugian Gesek Sistem 1 dan Sistem 1


Sistem 1 Sistem 2
H 9.4 m 9.4 m
H1 7m 7m
L 22.25 m 22.25 m
I 16.5 m 8.25 m
K 2m 2m
R 30.968 mm/m 39.344 mm/m

Tabel 8 Hasil Perhitungan Nilai Kerugian Gesek Sistem 3 dan Sistem 4


Sistem 3 Sistem 4
H 9.4 m 9.4 m
H1 7m 7m
L 22 m 22.25 m
I 16.5 m 8.15 m
K 2m 2m
R 31,169 mm/m 39.474 mm/m

Berdasarkan hasil perhiungan pada Tabel 7, terlihat bahwa nilai kerugian gesek
yang diinginkan dati sistem 1 sebesar 30,968 mm/m, dan kerugian gesek yang
diinginkan pada sistem 2 sebesar 39,344 mm/m, kemudian pada Tabel 8 diketahui
kerugian gesek yang diinginkan sistem 3 sebesar 31,169 mm/m, dan sistem 4
sebesar 69,474 mm/m. Tangki air atas atau roof tank berfungsi sebagai penampung
kebutuhan puncak air, biasanya disebabkan karena kapasitas cukup untuk jangka
waktu kebutuhan puncak tersebut berkisar 30 menit. Desain dan analisis sistem
jaringan distribusi air didasarkan atas dua faktor utama, yaitu kebutuhan air dan

tekanan (Kodoatie dan Sjarief 2005). Sistem kerja dari pipa bertekanan ialah pipa
dialiri air dalam keadaan penuh, nila air dalam keadaan langka, maka pipa
bertekanan dapat digunakan untuk menghindari kehilangan air akan rembesan dan
penguapan yang terjadi pada saluan terbuka. Energi diperlukan dalam menyalurkan
air dalam pipa, naik itu menanjak, menurun, maupun keadaan datar. Rancangn pipa
yang baik harus dapat mengkonversi energi, sehingga memungkinkan jumlah air
yang dialirkan, kerena aliran air di dalam pipa akan mengalami head loss. Maka
dapat dilakukan perhitungan laju aliran menggunakan kurva aliran serentak
berdasarkan Unit Alat Plambing (UAP).
Gambar 4 Kurva aliran serentak berdasarkan UAP
Berdasarkan Lampiran 2, diketahui bahwa laju aliran terbesar pada sistem 1
sebesar 525 l/menit dan terendah sebesar 80 l/menit. Setelah diketahui besar
kerugian tekanan akibat gesekan serta laju aliran airnya, maka jarak segmen pipa
(l) dan panjang ekivalen (l’) dapat dihitung menggunakan grafik berikut.

Gambar 5 Kerugian gesek dalam pipa baja karbon (Noerbambang dan


Morimura 2000)
Ukuran pipa yang digunakan dalam sistem 1 adalah berjari-jari 100 mm – 50
mm, sehingga dapat diperoleh R(l+l’) terbesar 717,44 mm air dan terendah sebesar
16,9 mm air. Hal ini menunjukkan bahwa apabila semakin jauh jarak alat plambing
dari roof tank, maka akan semakin kecil laju alirannya, sehingga nilai R(l+l’) juga
semakin kecil. Dapat dilihat juga pada sistem 2, ukuran pipa yang digunakan
berjari-jari 65 mm - 50 mm, maka diperoleh R(l+l’) terbesar 116,25 mm air, dan
terendah sebesar 16,9 mm air. Selanjutnya pada sistem 3 menggunakan pipa berjari-
jari 90 mm – 50 mm, dengan R(l+l’) terbesar 750,2 mm air, dan terendah sebesar
27 mm air. Pada sistem 4 R(l+l’) terbesar 224,45 mm air, dan terendah sebesar
23,625 mm air. Maka dapat diketahui bahwa sama halnya pada sistem 1, apabila
jarak alat plambing terhadap roof tank semakin jauh, maka akan semakin kecil laju
alirannya, dan R(l+l’) juga akan semakin kecil.
Desain dan analisis dari perencanaan sistem jaringan distribusi air berdasarkan
duah faktor utama, yaitu kebutuhan air dan tekanan. Pipa bertekanan dapat
digunakan untuk menghindari kehilangan air serta rembesan dan penguapan yang
terjadi di saluran terbuka. Rancangan pipa harus dapat mengkonversi energi
sehingga memungkinkan jumlah air rencana yang ingin dialirkan, karena aliran air
di dalam pipa pasti akan mengalami kehilangan energi. Karena energi dbutuhkan
untuk mengalirkan air di dalam pipa dalam menanjak, menurun, maupun mendatar.
Kehilangan energi atau head loss merupakan kerugian atau kehilangan tinggi
tekanan dalam instalasi pipa yang dialiri suatu fluida, baik gas maupun cair. Head
loss terbagi menjadi dua macam, ada headloss mayor yang disebabkan karena
terjadi gesekan antara fluida yang mengalir pada pipa, sedangkan head loss minor
diakibatkan perubahan mendadak dari segi geometri aliran karena perubahan
dimensi pipa, belokan, katup, serta berbagai jenis sambungan (Yanto et al. 2019).
Air dapat mengalir menuju titik kritis apabila head loss total lebih kecil sama
dengan head statis yang tersedia dengan acuan dimensi pipa saat keadaan debit
menit puncak. Terhaji hasil perhitungan kehilangan tekanan pada sistem 1 dan 2
pada Tabel 9. Setiap daerah perlu dihtung nilai kehilangan tekanannya, berdasarkan
perhitungan pada tabel didapat nilai head loss (Hf) terbesar 2,2618 m, Hf sisa tekan
7 m, dan tinggi (h) alat plambing 1,1 m, maka didapatkan Hftotal sebesar 10,361 m
yang didapatkan dari hasil penjumlahan Hf, Hf sisa dan h alat plambing. Lantai
teratas gedung perkantoran ini memiliki tinggi 3,5 m, dengan tinggi menara roof
tank setinggi 7 m sehingga didapatkan nilai Hstasit yang tersedia sebesar 10,5 m.
Berdasarkan kedua nilai Hftotal dan Hstatis yang tersedia, diketahui air dapat mengalir
hingga titik kritis, hal ini dikarenakan Hftotal lebih kecil daripada Hstatis yang tersedia,
maka tinggi menara roof tank sebesar 7 m sudah memenuhi syarat.
Tabel 9 Hasil Perhitungan Head loss

Ratio Diameter Debit Debit


Daerah A (m2) L (m) Hf (m)
(m/detik) (mm) (cm) (m3/detik) (L/detik)
A-B5 1.22 100 10 0.0079 0.0096 9.5770 22.25 0.6237
B5-a5 1 80 8 0.0050 0.0050 5.0240 2.75 0.0692
a5-b5 0.99 65 6.5 0.0033 0.0033 3.2835 0.75 0.0236
b5-c5 0.98 65 6.5 0.0033 0.0033 3.2503 0.75 0.0232
c5-d5 0.98 65 6.5 0.0033 0.0033 3.2503 0.75 0.0232
d5-e5 0.98 65 6.5 0.0033 0.0033 3.2503 0.75 0.0232
e5-f5 0.97 65 6.5 0.0033 0.0032 3.2171 0.75 0.0227
f5-g5 0.95 65 6.5 0.0033 0.0032 3.1508 0.7 0.0204
g5-x 0.93 65 6.5 0.0033 0.0031 3.0845 0.8 0.0224
x-h5 0.88 65 6.5 0.0033 0.0029 2.9186 0.55 0.0139
h5-i5 0.87 65 6.5 0.0033 0.0029 2.8855 0.8 0.0198
i5-j5 0.86 65 6.5 0.0033 0.0029 2.8523 4.17 0.1011
j5-k5 0.85 65 6.5 0.0033 0.0028 2.8191 0.94 0.0223
k5-l5 0.83 50 5 0.0020 0.0016 1.6289 0.99 0.0305
l5-m5 0.78 50 5 0.0020 0.0015 1.5308 1.05 0.0289
1.0682
x-n5 0.98 65 6.5 0.0033 0.0033 3.2503 1.3 0.0401
n5-o5 0.97 65 6.5 0.0033 0.0032 3.2171 1.55 0.0470
o5-p5 0.94 50 5 0.0020 0.0018 1.8448 8.25 0.3202
p5-q5 0.92 50 5 0.0020 0.0018 1.8055 1.35 0.0504
q5-r5 0.91 50 5 0.0020 0.0018 1.7859 3.75 0.1371
r5-s5 0.9 50 5 0.0020 0.0018 1.7663 1.35 0.0484
s5-t5 0.88 50 5 0.0020 0.0017 1.7270 3.75 0.1288
t5-u5 0.85 50 5 0.0020 0.0017 1.6681 1.35 0.0435
0.8155
A-C5 1.2 90 9 0.0064 0.0076 7.6302 37.51 1.1531
C5-a5' 0.98 65 6.5 0.0033 0.0033 3.2503 5.9 0.1822
a5'-b5' 0.97 65 6.5 0.0033 0.0032 3.2171 4.35 0.1318
b5'-c5' 0.95 65 6.5 0.0033 0.0032 3.1508 1.5 0.0437
c5'-d5' 0.93 65 6.5 0.0033 0.0031 3.0845 4.35 0.1219
d5'-e5' 0.92 65 6.5 0.0033 0.0031 3.0513 1.5 0.0412
e5'-f5' 0.91 65 6.5 0.0033 0.0030 3.0181 4.35 0.1171
f5'-g5' 0.91 65 6.5 0.0033 0.0030 3.0181 1.6 0.0431
g5'-x' 0.9 65 6.5 0.0033 0.0030 2.9850 6.85 0.1807
x'-h5' 0.85 65 6.5 0.0033 0.0028 2.8191 6.35 0.1507
h5'-i5' 0.83 50 5 0.0020 0.0016 1.6289 1.65 0.0509
i5'-j5' 0.78 50 5 0.0020 0.0015 1.5308 1.65 0.0454
2.2618
x5'-k5' 0.93 50 5 0.0020 0.0018 1.8251 1.15 0.0438
k5'-l' 0.92 50 5 0.0020 0.0018 1.8055 6.7 0.2499
l'-m' 0.92 50 5 0.0020 0.0018 1.8055 1.4 0.0522
m'-n' 0.91 50 5 0.0020 0.0018 1.7859 3.55 0.1298
n'-o' 0.9 50 5 0.0020 0.0018 1.7663 1.35 0.0484
o'-p' 0.88 50 5 0.0020 0.0017 1.7270 3.75 0.1288
p'-q' 0.85 50 5 0.0020 0.0017 1.6681 1.35 0.0435
0.6964
A"-D5" 1.2 90 9 0.0064 0.0076 7.6302 50.51 1.5527
D"-a" 0.88 65 6.5 0.0033 0.0029 2.9186 1.55 0.0392
a"-x" 0.87 65 6.5 0.0033 0.0029 2.8855 5.3 0.1313
x"-b" 0.73 50 5 0.0020 0.0014 1.4326 5.05 0.1228
1.8460
x"-c" 0.83 65 6.5 0.0033 0.0028 2.7528 2 0.0454
c"-d" 0.82 65 6.5 0.0033 0.0027 2.7196 5.12 0.1137
d"-e" 0.81 65 6.5 0.0033 0.0027 2.6865 1.7 0.0369
e"-f" 0.8 65 6.5 0.0033 0.0027 2.6533 1.78 0.0378
f"-g" 0.8 65 6.5 0.0033 0.0027 2.6533 4.4 0.0933
g"-h" 0.79 65 6.5 0.0033 0.0026 2.6201 1.5 0.0311
h"-I" 0.75 50 5 0.0020 0.0015 1.4719 3.75 0.0959
I"-j" 0.73 50 5 0.0020 0.0014 1.4326 1.35 0.0328
0.4869

Perhitungan dimensi pipa dari ground reservoir ke roof tanks menggunakan metode
grafik kerugian gesek dan metode rumus. Kedua metode ini dipengaruhi oleh Qm-
maks dan kecepatan aliran pada sistem. Hasil yang didapat dari metode grafik
adalah Qmaks sebesar 0,00875 m3/detik, v 1,25 m/detik, yang menggunakan pipa
dengan diameter 100 m. Sedangkan hasil yang didapat dari metode rumus
menggunakan pipa berdiameter 100 mm, mendapatkan nilai v sebesar 1,11465
m/detik. Didapatkan hasil perhitungan metode grafik lebih besar dibandingkan hasil
perhitungan metode rumus, maka diameter pipa yang sebesar 100 mm aman untuk
digunakan.

SIMPULAN
Sistem plambing digunakan sebagai penyedia air baku untuk air minum,
penyakuran buangan dan drainase, juga termasuk alat-alat dan perlengkapan yang
terpasang di dalam persil dan gedung tersebut. Perhitungan kebutuhan air bersih
dihitung menggunakan 3 metode. Namun berdasarkan 3 metode tersebut, diketahui
bahwa metode unit beban alat plambing merupakan metode yang dipilih karena
paling realistik, pernyataan tersebut didorong karena pada metode ini banyak
menggunakan hasil perhitungan dari kemampuan alat plambing menerima beban,
sehingga didapatkan nilai pemakaian per hari (Qd) sebesar 19,5 m3/hari, pemakaian
air per jam (Qh) sebesar 2,44 m3/hari, pemakaian air di jam puncak (Qh-max)
sebesar 34,1 m3/jam, dan pemakaian air di menit puncak (Qm-max) sebesar 4,27
m3/menit. Berdasarkan dimensi-dimensi pipa yang digunakan dapat disimpulkan
bahwa apabila jarak alat plambing terhadap roof tank semakin jauh, maka akan
semakin kecil laju alirannya, dan R(l+l’) juga akan semakin kecil. Hstatis yang tersedia
pada sistem ini sebesar 10,5 m, berdasarkan nilai Hftotal lebih kecil daripada Hstatis
yang tersedia, maka air dapat mengalir hingga ke titik kritis sehingga tinggi menara roof
tank sebesar 7 m sudah memenuhi syarat. Dimensi pipa utama yang digunakan
dalam sistem adalah sebesar 100 mm.

DAFTAR PUSTAKA
Gupta LC, Thawari S. 2016. Plumbing system in high rise building. Internasional
Journal for Innovative Research in Science & Technology. 2(11). 719-723
Kodoatie, Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta(ID):
Andi.
Noerbambang S, Morimura T. 2005. Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Jakarta(ID): Pradnya Paramita.
Rinka DK, Sururi R, Wardhani E. 2014. Perencanaan sistem air limbah dengan
penerapan konsep green building pada Gedung Panghegar Resort Dago
Golf-Hotel. Jurnal Teknik Lingkungan ITENAS. 2(1): 1-12.
Riyanti A, Marhadi, Saputra NW. 2018. Perencanaan sistem plambing air bersih
dan buangan Gedung SMK 3 Kota Jambi. Jurnal Daur Lingkungan. 1(1):
35-40.
Sunarno IR. 2005. Mekanikal Elektrikal Gedung. Yogyakarta (ID): Andi.
Yanto D, Gaos Y S, Alkindi H. 2019. Karakteristik tekanan air panas pada
organic rankine cycle berbasis solar kolektor pipa sirip jenis
longitudinal. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. 5(1): 1-5.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Perhitungan Kebutuhan Air Bersih


Metode Jumlah Penghuni atau Luas Lantai
Diketahui:
Luas setiap lantai (lt. 1 – lt.5) : 1000 m2
Jumlah lantai : 5 lantai
% luas efektif perkantoran : 70%
Kepadatan gedung : 10 m2/orang
Pemakaian air rata-rata penghuni : 100 L/orang/hari
Jam operasi kantor : 8 jam/hari
Koefisien jam puncak (C1) :2
Koefisien menit puncak (C2) :4

Luas tiap lantai gedung = Luas lantai x jumlah lantai


= 1000 m2 x 5
= 5000 m2
%𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑛𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛
Luas total efektif =
100 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
70%
=
100 𝑥 5000 𝑚2

= 3500 m2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
Jumlah total penghuni =
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔

3500 𝑚2
=
10 𝑚2 /𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

= 350 orang
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖
Penghuni per lantai =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
350 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
=
5

= 70 orang
Pemakaian air penghuni (Qap) = jumlah penghuni x kebutuhan air
350 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 𝐿
=
1000

= 35 m3/hari
Kebutuhan total per hari (Qd) = Qap + (20% x Qap)
= 35 m3/hari + (20% x 35 m3/hari)
= 42 m3/hari
𝑄𝑑
Kebutuhan tiap jam (Qh) =
𝑡
42 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
=
8 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

= 5,25 m3/jam
Kebutuhan air pada jam puncak (Qh max) = C1 x Qh
= 2 x 5,25 m3/hari
= 10,5 m3/jam
𝑄ℎ
Kebutuhan air pada menit puncak (Qm max) = C2 x
60
5,25 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
=4x
60

= 0,35 m3/menit
Metode Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Tabel 10 Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Saniter X Saniter Y Saniter Z
Daftar alat plambing
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
1 Water closet (WC) dengan tangki gelontor 3 3 3 2 2 1
2 Lavatory (LV) dengan jenis keran 3 3 1 3 1 1
3 Urinoir (UR) dengan jenis katup gelontor 4 - 3 - 3 -
4 Faucer (FC) dengan jenis keran 3 3 3 2 2 1

Tabel 11 Kriteria Desain Awal

No. Jenis alat saniter Jumlah


1 Jumlah lantai = 5 Lantai
2 Jumlah alat saniter per lantai
Water closet (WC) tangki gelontor = 14 unit
Lavatory jenis keran = 12 unit
Urinoir jenis katup gelontor = 10 unit
Faucet jenis keran = 14 unit
3 Jumlah alat saniter setiap lantai
Water closet (WC) tangki gelontor = 70 unit
Lavatory jenis keran = 60 unit
Urinoir jenis katup gelontor = 50 unit
Faucet jenis keran = 70 unit

Tabel 12 Perhitungan Kebutuhan Air

No. Parameter Besar


1 Pemakaian air untuk penggunaan satu kali
Water closet (WC) tangki gelontor = 15 L
Lavatory jenis keran = 10 L
Urinoir jenis katup gelontor = 5 L
Faucet jenis keran = 15 L
2 Pemakaian air untuk penggunaan satu kali total
Water closet (WC) tangki gelontor = 1050 L
Lavatory jenis keran = 600 L
Urinoir jenis katup gelontor = 250 L
Faucet jenis keran = 1050 L
3 Faktor pemakaian alat
Water closet (WC) tangki gelontor = 12 %
Lavatory jenis keran = 36.5 %
Urinoir jenis katup gelontor = 38 %
Faucet jenis keran = 35 %
4 Penggunaan per jam (Qh)
Water closet (WC) tangki gelontor = 10 L/jam
Lavatory jenis keran = 10 L/jam
Urinoir jenis katup gelontor = 8 L/jam
Faucet jenis keran = 10 L/jam
5 Penggunaan per jam (Qh) total
Water closet (WC) tangki gelontor = 700 L/jam
Lavatory jenis keran = 600 L/jam
Urinoir jenis katup gelontor = 400 L/jam
Faucet jenis keran = 700 L/jam
Total = 2400 L/jam
5 Debit gedung per hari (Qd) = 19200 L/hari
6 Debit jam puncak (Qh max) = 33.6 m3/jam
7 Debit menit puncak (Qm max) = 1.96 m3/menit

Metode Unit Beban Alat Plambing


Tabel 13 Perhitungan Kebutuhan Air

No. Jenis alat saniter Jumlah


1 Jumlah lantai = 5 Lantai
2 Jumlah alat saniter seluruh lantai
Water closet (WC) tangki gelontor = 14 unit
Lavatory jenis keran = 12 unit
Urinoir jenis katup gelontor = 10 unit
Faucet jenis keran = 14 unit
Total = 50 unit
3 Nilai unit alat plambing (UAP) per jenis
Water closet (WC) tangki gelontor = 5
Lavatory jenis keran = 2
Urinoir jenis katup gelontor = 5
Faucet jenis keran = 2
4 Nilai UAP per jenis total
Water closet (WC) tangki gelontor = 70
Lavatory jenis keran = 24
Urinoir jenis katup gelontor = 50
Faucet jenis keran = 28
Total = 172
5 Aliran serentak (Qm max) = 325 L/menit
0.325 m3/menit
6 Pemakaian air per jam (Qh) = 2.4375 m3/jam
7 Pemakaian air pada jam puncak (Qh max) = 4.2656 m3/jam
8 Pemakaian per hari = 19.5 m3/hari
Lampiran 2 Perhitungan Dimensi Perpipaan Air Bersih

Gambar 6 Tabel panjang ekivalen untuk aksesoris pipa


Lampiran 3 Contoh Perhitungan Head loss
Hf terbesar = 2,2618 m
Hf sisa tekan =7m
h alat plambing = 1,1 m
Hf total = Hf terbesar + Hf sisa tekan + h alat plambing
= 10,3618 m
h gedung lantai teratas = 3,5 m
h menara roof tank =7m
H statis yang tersedia = h gedung lantai teratas + h menara roof tank
= 10,5 m
Karena Hf total < H statis yang tersedia
10,3618 < 10,5
Maka tinggi menara roof tank terbesar 7 m sudah memenuhi syarat.

Lampiran 4 Contoh Perhitungan Dimensi Pipa


Metode Grafik Kerugian Gesek
Qmaks = 525 l/menit = 0,00875 m3/detik
v = 1,25 m/detik
D = 100 mm

Metode Rumus
Q = 0,00875 m3/detik

4 𝑥 0,00875
D = √ 3,14 𝑥 1,25

= 0,094431 m
= 94,43 mm
= 100 mm di pasaran
𝑄
v check =
𝐴

= 1,11465 m/detik

30
Karena v check < v, maka diameter pipa utama sebesar 100 mm aman

31

Anda mungkin juga menyukai