Anda di halaman 1dari 33

STUDIO PERANCANGAN DAN TEKNOLOGI

ARSITEKTUR IV
SISTEM PERENCANAAN PLAMBING
Di susun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah studio perancangan
arsitektur yang di ampu oleh :
Ir. Erwin Bambang, MT

Disusun oleh :
Otniel Fiant Solang : 1754050011
Amelia Indriani S.P Nggumbe : 1754050017
`

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


FAKULTAS TEKNIK
PRODI ARSITEKTUR
2019
KATA PENGANTAR

rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga makalah bahasa Indonesia tentang ‘Jenis-Jenis Majas, Pengertian Majas
dan Contoh Majas’ ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
rekan-rekan siswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang Majas yang
merupakan salah satu bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia.

Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan
mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta
maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta
tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari
Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan
dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan
system plambing harus bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan
hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta peralatan lainnya
yang ada dalam gedung tersebut (seperti pendingin udara, peralatan listrik,dan
lain-lain). Untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki
dengan tekanan yang cukup dan untuk membuang air kotor dari tempat-tempat
tertentu dimana tidak akan mengakibatkan pencemaran, dibutuhkan suatu
sistem peralatan plambing.Saat ini peralatan plambing diperlukan hanya untuk
membatasi jumlah pemakaian air dengan pertimbangan penghematan energi
dan dan keterbatasan sumber air serta mencegah pembuangan air buangan
dan air kotor langsung kedelam saluran pembuangan.
Sistem Plambing merupakan sarana pendukung yang sangat penting.
Perencanaan dan pelaksanaan sistem plambing dapat menggunakan bantuan
komputer. Meskipun demikian banyak terjadi kecelakaan fatal dan banyak yang
terkena penyakit akibat kesalahan dalan perencanaan, pemasangan dari
peralatan plambing. Untuk mencegah hal tersebut diatas, banyak Negara
menetapkan undang-undang , peraturan, pedoman pelaksanaan, standar dan
sebagainya yang menyangkut perelatan dan instalasi plambing, misalnya di
Indonesia telah ditetapkan ‘Pedoman Plambing Indonesia” yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. Pengertian plambing menurut SNI 03–
6481– 2000 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang
berdekatan yang bersangkutan dengan; air hujan, air buangan dan air minum
yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan Sistem
Plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor
yang saling berkaitan serta merupakan panduan memenuhi syarat yang berupa
peraturan perundangan dan pedoman pelaksanaan standar tentang peralatan dan
instalasinya secara garis besar peralatan plumbing memiliki dua fungsi utama
yaitu :
a) Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan
tekanan cukup dan air panas bila diperlukan
b) Membuang air kotor tempat-tempat tertentu tanpa mencemari
bagian penting lainnya Di Indoensia,
peraturan yang berlaku mengenai Plambing selain SNI 03-6481-2000 tentang
Sistem Plambing juga diatur dalam SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara
Perencanaan Sistem Plambing.

1.2 Maksud Dan Tujuan


penulisan ini bertujuan untuk mengingatkan pengetahuan penulis mengenai
pentingnya keberadaan suatu sistem plambing dan sanitasi sebagai bagian dari
utilitas bangunan yang mendukung aktivitas dalam suatu gedung.

1.3 Batasan Masalah


Pada makalah ini penulis membatasai pembahasan agar tidak terlalu
luas, pembahasan kali ini hanya membahas sistem pelumbing / pemipaan yang
mencakup kepada sanitasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.1.1 Air Bersih
Menurut Ketentuan Umum Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih
dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan
bagi sistem penyediaan airminum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah
persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi
dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek
samping.Persyaratan tersebut juga memperhatikanpengamanan terhadap
sistem distribusi air bersih dari instalasi air bersih sampai pada konsumen.

2.1.2. Sistem Plumbing


Mekanikal plambing secara umum merupakan suatu sistem
penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan di dalam bangunan.
Mekanikal plambing juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan peralatan di dalam
gedung atau gedung yang bersangkutan dengan air bersih maupun air
buangan yang dihubungkan dengan sistem saluran kota (Sunarno, 2005).
Plumbing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem
plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan
secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta
dengan peralatan lainnya yang ada pada gedung tersebut. Pada jenis
penggunaan sistem plambing sangat tergantung pada kebutuhan dari
bangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, perencanaan dan perancangan
sistem plambing dibatasi pada pendistribusian dan penyediaan air bersih.
Adapun fungsi dari instalasi plambing adalah:
a) Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan
tekanan dan jumlah aliran yang cukup.
b) Membuang air buangan dari tempat-tempat tertentu tanpa
mencemarkan bagian penting lainnya. Dalam sistem plambing
memerlukan peralatan yang mendukung terbentuknya sistem
plambing yang baik. Jenis peralatan plambing dalam artian khusus,
istilah peralatan plambing meliputi:
a. Peralatan untuk menyediakan air bersih atau air bersih untuk
minum.
b. Peralatan untuk menyediakan air panas.
c. Peralatan untuk pembuangan air buangan atau air kotor.
d. Peralatan saniter (Plumbing Fixture)

2.2 Penjelasan
1. Sistem Plumbing Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih diperlukan untuk mengalirkan air
bersih menuju tempat yang memerlukan. Dalam perancangan sistem air
bersih harus diperhatikan mengenai sistem yang akan digunakan, pada
umumnya terbagi dalam beberapa jenis seperti: sistem sambungan
langsung, sistem tangki atap, dan sistem tangki tekan.Sistem penyediaan
air bersih meliputi penyedian air bersih itu sendiri dan distribusi.
Sistem ini menyangkut sumber air bersih,sistem penampungan air (bak air /
tangki, ground tank, roof tank), pompa transfer dan distribusi.Sumber air
bersih, biasanya di dapat dari PDAM, atau berasal dari Deep Well.
Sistem penampungan air dibedakan menjadi dua bagian yaitu: raw water
tank dan clean water tank. Sumber air bersih yang berasal dari PDAM
langsung dialirkan ke clean water tank. Sedang yang berasal dari Deep well
di masukan ke dalam raw water tank. Air yang berada di raw water tank
ditreatment dulu di instalasi Water Treatment Plant dan selanjutnya di
alirkan ke clean water tank (bak air bersih).
Sumber Air

Sumber air bersih dari PDAM dan air bersih dari Deep Well (sumur
dalam). Dimana sumber air bersih yang didapat dari PDAM yang kontinyu
untuk menyuplai air bersih selama 24 jam dan ditampung didalam
Ground Water Tank (tangki air bawah) dan disalurkan ke Roof Water
Tank (tangki atas) untuk menampung debit air yang dipompakan melalui
pompa air bersih.

Sumber Air Tanah


Sumber air bersih yang didapat dari deep well tidak kontinyu seperti
sumber air bersih dari PDAM, karena sumber air bersih dari deep well
hanya akan digunakan apabila penyuplaian debit air bersih dari PDAM
mengalami hambatan (rusak), sumber air bersih dari deep well sama
dengan sumber air bersih pada perumahan yang didapat dari proses
pengeboran dalam tanah, hanya skala proses pengambilan sumber air
bersih dari deep well lebih besar dibandingkan dengan sumur pompa
rumahan, dan air bersih yang didapat langsung disalurkan ke Ground
Water Tank (tangki air bawah) dengan pompa deep well.
Bila sumber air diambil dari sumur tidak dari PAM dan ternyata air
sumur dimaksud harus diolah dahulu sebelum di distribusi, maka salah
satu cara pengolahan adalah dengan sedimentasi
Klasifikasi Sistem Plumbing Penyediaan Air Bersih
a. Sistem Sambungan Langsung
Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung
dengan pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini dapat
diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah,
karena pada umumnya pada perumahan dan gedung kecil tekanan
dalam pipa utama terbatas dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari
pipa utama. Ukuran pipa cabang biasanya diatur dan ditetapkan oleh
Perusahaan Air Minum.
b. Sistem Tangki Atap
Pada sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah.
(dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah),
kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang
di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini, air
didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem ini diterapkan karena
alasan-alasan sebagai berikut :
a) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi
pada alat plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan
ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap.
b) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja
secara otomatik dengan cara yang sangat sederhana
sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan.
c) Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
d) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan
dengan misalnya tangki tekan.
Untuk bangunan-bangunan yang cukup besar, sebaiknya
disediakan pompa cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap.
Pompa cadangan ini dalam keadaan normal biasanya dijalankan
bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar kalau ada
kerusakan atau kesulitan maka dapat segera diketahui. Apabila
tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung
dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki
bawah dan dipompa. Dalam keadaan demikian ketinggian lantai
atas yang dapat dilayani akan tergantung pada besarnya tekanan
air dalam pipa utama. Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini
adalah menentukan letak “tangki atap” tersebut apakah dipasang
di dalam langit-langit, atau di atas atap (misalnya untuk atap
dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara yang khusus.
Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plumbing yang
dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja yang
tinggi.
c. Sistem Tanki Tekan
Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut : air yang telahditampung
dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki)
tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi.air dari tangki
tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa
bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor tekanan,
yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa :
pompa berhenti bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu
batas maksimum yang ditetapkan dan bekerja kembali setelah
tekanan mencapai suatu batas maksimum tekanan yang ditetapkan
juga.Daerah fluktuasi biasanya ditetapkan 11.5 kg/cm2 . Sistem
tangki tekan biasanya dirancang sedemikian rupa agar volume udara
tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki
berisi air. Jika awalnya tangki tekan berisi udara bertekanan
atmosfer, kemudian diisi air, maka volume aur yang akan mengalir
hanya 10% volume tangki. Untuk mengatasi hal ini, dimasukkan
udara kempa bertekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer.
Kelebihan Sistem Tangki Tekan adalah: 1. Dari segi estetika tidak
menyolok jika dibandingkan dengan tangki atap. 2. Mudah
perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama
pompa-pompalainnya. 3. Harga awal lebih rendah dibandingkan
dengan tangki yang harus dipasang di atas menara. Kekurangannya
adalah pompa akansering bekerja sehingga menyebabkan keausan
pada saklar lebih cepat.

d. Sistem Tanpa Tangki


Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki
bawah, tangki tekan maupun tangki atap. Air dipompakan langsung
ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung
dari pipa utama (misal : pipa utama PDAM) Sistem penyediaan air
bersih yang dipakai untuk perkantoran umumnya adalah sistem
tangki atap. Demikian pula dalam perencanaan Tugas Akhir ini,
sistem tangki atap digunakan dengan pertimbangan :
a) Dengan adanya roof tank maka ketersediaan air akan terjaga
setiap waktu khususnya pada saat pemakaian puncak.
b) Perubahan tekanan yang terjadi tidak begitu berarti, hanya
akibat perubahan muka air dalam tangki.
c) Menghemat kerja pompa
2. Laju Aliran
Laju aliran dalam perancangan sistem penyediaan air untuk sesuatu ,
kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju
aliran air yang 4 harus disediakan kepada bangunan tersebut. jumlah dan
laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan
sesungguhnya. Metode penaksiran laju aliran air. Ada beberapa metode
yang dapat digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, diantaranya
adalah sebagai berikut :
 Berdasarkan Jumlah Pemakai Metode ini didasarkan atas
pemakaian air ratarata sehari dari setiap penghuni, dan perkiraan
jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari
dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing
belum ditentukan. Metode ini praktis utnuk tahap perencanaadan
perancangan. Apabila jumlah penghuni diketahui, atau ditetapkan
untuk suatu gedung maka angka tersebut dipakai untuk menghitung
pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan ”standar” mengenai
pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan gedung
tersebut. tetapi bila jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya
ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan padatan hunian per
luas lantai. Luaslantai gedung yang dimaksudkan adalah luas lantai
efektif, berkisar antara 55 sampai 80 persen dari luas seluruhnya.
Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya
digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap,
pompa, dsb. Sedangakn untuk pipa yang diperoleh dengan metode
ini hanyalah pipa penyediaan air (misalnya pipa dinas) dan bukan
untuk menentukan ukuran pipa-pipa dalam seluruh jaringan.
 Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing Metode ini digunakan
apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui, misalnya
untuk perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus diketahui
jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.
 Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing Pada metode ini untuk
setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit).
Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua aat
plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju
aliran air dengan kurva. Kurva ini memberikan hubungan antara
jumlah unit beban alat plambing dengan laju aliran air, dengan
memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alat-
alat plambing
3. Jenis Pompa
Pompa Transfer, berfungsi untuk memompa air bersih dari ground
water tank ke roof tank melalui pipa transfer. Beberapa jenis pompa
transfer yang sering dipakai, antara lain :
a. End Suction Pump
b. Horizontal Split Case Pump
c. Multi Stage Pump-Centrifugal PumpPompa
d. sentrifugal bekerja dengan baling-baling atau alat sirip yang
berfungsi menarik dan mendorong aliran. Dalam hal ini
baling-baling atau propeler berfungsi pada saat berputar ke
arah aliran sehingga aliran akan menuju sirip belakang.
Baling-baling tersebut terletak di bagian dalam ruang
propeler yang mempunyai akurasi gesekan relatif mendekati
nol.
Pressure Tank berfungsi untuk meringankan kerja pompa dari
keadaan start-stop yang terlalu sering. Beberapa jenis pressure tank yang
sering dipakai, antara lain :
-Diaphragma Pressure Tank
-Non Diaphragma Pressure Tank atau Well Pressure Tank
Pompa Booster,Pompa booster ini berada pada atap gedung, dimana
fungsi dari pompa tersebut adalah untuk menambah tekanan air, agar
cepat mengalir ke bawah. Pompa booster ini hanya melayani 4 lantai
paling atas, karena pada posisi ini daya gravitasi air sangat kecil untuk
mengalir ke bawah.

4. Pipa dan Peralatan Pipa


Pipa distribusi harus terbuat dari bahan-bahan tahan karat dengan jenis
sebagai berikut:
A. Logam. Contoh: baja, besi, atau tembaga yang digalvanis.
Pipa Galvanis
Pipa ini digunakan untuk keperluan instalasi air bersih, dimana
pemasangan pipa galvanis itu di sambungkan dengan pompa dan
valve. Pipa galvanis yang dipakaipada proyek ini adalah pipa
galvanis GIP kelas medium, sesuai dengan standar SNI/SII
(Medium A)

B. Plastik. Contoh: polyethylen (PE), acrityonitile butadiena


stryrene (ABS), polyvinil chlorida (PVC), polyvinit dichlorida
(PVDC),Unplastizes polyvinil chlorida (UPVC
PIPA UPVC (Unplastized Polyvinyl Chloride)
Pipa ini sering digunakan pada pembangunan dalam melakukan
instalasi plumbing, baik pembangunan pemukiman maupun gedung.
Pipa ini terbuat dari bahan UPVC (Unplastized Polyvinyl
Chloride) yang banyak kelebihannya dibanding material
polimer lainnya, seperti : tahan terhadap korosi, kuat, ringan,
mudah dalam penyambungan dan pemeliharaan. Dalam gedung
ini pipa UPVC ini hampir semua digunakan untuk instalasi
plumbing kecuali instalasi air panas. Dan sistem setiap
penyambungan pipa ini dilakukan dengan menggunakan perekat
pipa (lem).
PIPA POLYVINYL CHLORIDA (PVC)
Pipa PVC pada umumnya digunakan sebagai saluran air dalam
suatu proyek perumahan atau gedung atau jalan dll. Pipa PVC ini
sifatnya keras, ringan, dan kuat. Karena penginstalannya mudah,
maka sangatlah ideal jika digunakan untuk saluran dibawah zink
dapur, kamar mandi, dll.

C. Peralatan instalasi : elbow, fitting tee, reducer, fitting cap, flang


Elbow

Siku dalam system perpipaan digunakan untuk mengubah arah


aliran fluida dengan menyambungkan sebuah pipa dengan pipa
yang lain. Siku adalah pipa fitting dipasang antara dua batang pipa
atau tabung untuk memungkinkan perubahan arah, biasanya 90 °
atau 45 °.
Reducer
Reducer adalah komponen dalam pipayang mengurangi pipa ukuran
dari yang lebih besar untuk menanggung yang lebih kecil
(dalam diameter). Panjang pengurangan biasanya sama dengan
rata-rata diameter pipa yang lebih besar dan lebih kecil.
Fitting Tee

Sambungan T (fitting tee) merupakan jenis sambungan yang


paling umum digunakan. Jenios fitting T yaitu tee equal dan fitting
tee non equal. Digunakan untuk menggabungkan dua aliran fluida
(split) dari arah yang berlawanan.
Fitting Cup

Salah satu jenis sambungan pipa, biasanya digunakan untuk


menutup aliran aliran fluida cair atau gas pada ujung saluran pipa.
Peralatan pengaturan dan ukur, meliputi :
 Check Valve, penahan aliran balik air didalam instalasi pipa.
 Gate Valve, pengatur buka tutup aliran air didalam pipa. Gate
valve tidak untuk mengatur besar kecil laju suatu aliran fluida
dengan cara membuka setengah atau seperempat posisinya, Jadi
posisi gate pada valve ini harus benar benar terbuka (fully open)
atau benar - benar tertutup (fully close).
 Ball Valve, pengatur jumlah aliran air didalam pipa.
 Butterfly Valve, pengatur buka tutup aliran air di dalam pipa.
Floating Valve, klep pengatur buka tutup aliran air ke tanki.
 Foot Valve, penahan air balik di bawah pipa isap.
 Strainer, berfungsi sebagai filter air.
 Flexible Joint, penahan getaran dan gerakan.
 Pressure Gauge, pengukur tekanan.
 Pressure Switch, alat kontak hubung putus akibat tekanan.
 Flow Switch, alat kontak hubung putus akibat aliran.
 Water Meter, pengukur debit air

5. Kebutuhan Air
Dalam bangunan artinya air yang dipergunakan baik oleh ataupun oleh
keperluan-keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas bangunan.
Kebutuhan air didasarkan atas sebagai berikut :
a. keperluan untuk minum, memasak, untuk keperluan mandi,buang
air besar dan kecil,untuk mencuci pakaian,cuci tangan,cuci peralatan
dan cuci perlengkapan,serta untuk proses seperti industri.
b. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi : air panas, water cooling/AC dan
kolam renang,air mancur/taman.
c. Kebutuhan yang sifatnya tetap,air untuk hydrant dan air untuk
springkler.
d. Kebutuhan air cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan.
Besar kebutuhan air,khususnya untuk kebutuhan manusia,dihitung
rata-rata per orang per hari tergantung dari jenis bangunan yang
digunakan untuk kegiatan manusia tersebut
Penggunaan air dalam gedung :

(Sumber: SNI 03-7065-2005)


Untuk kebutuhan puncak, air yang harus disediakan dinyatakan dalam fixture unit
(unit beban) alat plambing. Dengan unit beban alat plambing inilah selanjutnya
dapat ditentukan ukuran pipa.
Unit beban alat plumbing :

(Sumber : SNI 03-7065-2005)


catatan:
 Beban alat yang tidak tercantum dalam tabel harus diperkirakan dengan
membandingkan, alat plambing tersebut dengan alat plambing yang
memakai air dalam debit yang sama.
 Beban yang tercantum dalam tabel adalah seluruh kebutuhan
 Alat plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin mempunyai
beban masing-masing sebesar ¾ dari beban yang tercantum dalam tabel.

6. Klasifikasi Sistem Pembuangan


 Sistem pembuangan yaitu:
1. sistem campuran, adalah pembuangan dimana air kotor dan air bekas
dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran
2. sistem terpisah, adalahpembuangan dimana air kotor dan air bekas
masing-masingdikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Untuk
daerah tidak ada riol kota,maka sistem pembuangan air kotor akan
disambungkan ke instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu
 Sistem pengaliran
Sistem pengaliran yaitu:
1. sistem gravitasi, adalahair buangan yang dialirkan secara
gravitasi, dengan mengatur letak dan kemiringan pipa-pipa
pembuangan;
2. sistem bertekanan, adalah air buangan yang dikumpulkan dalam
bak penampung dankemudian dipompakan keluar, dengan
menggunakan pompa yang bekerja otomatik.
 Jaringan pipa air buangan
Penentuan jenis dan jumlah alat plambing harus mengacu pada Standar
Nasional IndonesiaNo. 03-6481-2000, Sistem Plambing.Pipa pembuangan
dengan ketentuan berikut ini:
1. ukuran minimum pipa cabang mendatar, harus mempunyai
ukuran minimal sama dengan diameter terbesar dari perangkap
alatplambing yang dilayaninya. Diameter perangkap dan pipa
pengering alat plambing
2. ukuran minimum pipa tegak, harus mempunyai ukuran minimal
sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang
disambungkan ke pipa tegak tersebut
3. pengecilan ukuran pipatidak bolehdalam arah air buangan.
Pengecualian hanya pada kloset, dimana pada lobang keluarnya
dengan diameter 100 mm dipasang pengecilanpipa 100x75 mm.
Cabang mendatar yang melayani satu kloset harus mempunyai
diameter minimal 75 mm, untuk dua kloset atau lebih minimal 100
mm.
4. pipa di bawah tanah, adalah pipa pembuangan yang ditanam di
dalam tanah atau di bawah lantai bawah harus mempunyai ukuran
minimal 50 mm;
5. interval cabang adalah jarak pada pipa tegak antara dua titik di mana
cabang mendatardisambungkan pada pipa tegak tersebut, jarak ini
minimal 2,5 m.
 Penentuan ukuran pipa pembuangan
ukuran pipa pembuangan ditentukan berdasarkan
jumlahbeban unitalat plambing maksimum yang diijinkan
untuk setiap diameter pipa,;
ukuran pipa offset ditentukan sebagai berikut:
a) Pipa offset 45° atau kurang Pipa offset dengan sudut 45°
atau kurang terhadap garis tegak ditentukan
ukurannyaseperti menentukan ukuran pipa tegak. Kalau ada
pipa pengering alat plambing atau cabang mendatar
disambungkan dalam jarak 600 mm di atas atau di bawah
pipa offset, sebaiknya diasang ven pelepas pada pipa
tegak. Ini tidak perlu untuk ofset yang dipasang di bawah
cabang mendatar paling rendah.
b) Pipa ofset lebih dari 4° Pipa ofset semacam ini ditentukan
ukurannya seperti untuk pipa pembuangan gedung.
Bagian pipa tgak di atas offset harus ditentukan
ukurannya seperti pipa tegak biasa, berdasarkan jumlah
beban unit alat plambing di atas ofset tersebut, bagian
pipa tegak di bawah offset minimal sama dengan ukuran
offset, dan diperiksa ukurannya berdasarkan jumlah bean
unit alat plambing untuk keseluruhan pipa tegak tersebut.
Ven pelepas untuk offset perlu dipasang, kecuali kalau
offset tersebut berada dibawah cabang mendatar
terendah. Sebaiknya tidak ada cabang mendatar yang
disambungkan pada pipa tegak dalam jarak 600 mm di atas
maupun di bawah ofset.
7. Sistem Ven
Ketentuan umum :
1. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit
a. ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan
tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang
mendatar pipa buangan atau pipa tegak ven yang
disambungkannya;
b. ukuran pipaven lepas minimum 32 mm dan tidak boleh
kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa
pembuangan yang dilayaninya.
2. Ukuran ven pipa tegak
Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran
pipategak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak
boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka
3. Ukuran ven pipa tunggal Ukuran ven pipa tunggal minimum 32
mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter pipa
pengering alat plambing yang dilayani.
4. Ukuran pipa ven pelepas ofset Ukuran pipa ven pelepas untuk
ofset pipa pembuangan harus sama dengan atau lebih besar dari
pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air buangan(yang
terkecil di antara keduanya).
5. Ukuran pipa ven yoke Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan
atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa
tegak buangan (yang terkecil di antara keduanya)
6. Pipa ven untuk bak penampungUkuran pipa ven untuk bak
penampung air buangan minimum harus 50 mm
Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada
pembuangan yangdilayaninya, dan panjangukuran pipa ven tersebut.
Bagian pipa ven mendtar, tidak termasuk bagian “pipa ven di bawah
lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya.
8. Perencanaan sistem pembuangan air hujan
 Gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk
menyalurkan air hujan dari atapdan halaman atau pekarangan
dengan pengerasan di dalam persil kesaluran air hujankota atau
saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang tidak
terdapat saluran tersebut, pengaliran air hujan dilakukan sesuai
ketntuan yang berlaku.Setiap persil berhak menyalurkan air
hujan ke saluran air hujan kota.
 Perencanaan pipa air hujan harus memenuhi ketentuansebagai
berikut: Pipa air hujan tidak boleh ditempatkan:
a. dalam ruang tangga,
b. sumuran alat pengangkat,
c. dibawah lift atau dibawah beban imbangan lift,
d. langsung di atas tangki air minum tanpa tekanan
e. di atas lubang pemeriksaan tangki air minum yang bertekaan
f. di atas lantai yang digunakan untuk pembuatan persiapan
pembungkusan penyimpanan atau peragaan makanan. 14
dari 17 SNI 03-7065-2005
 Penempatan ujung buntu dilarang pada jarinan air huja,
kecuali bila diperlukn untuk memperpanjang pipa lubang
pembersih.
1. Kemiringan dan perubahan arah pipa air hujan memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Pipa air hjan datar yang berukuran sampai dengan 75 mm
harus dipasang denankemiringan minimal 2%dan untuk
pipa yang berukuran lebih besar minimal 1%.
Kemiringan yang lebih kecil hanya diperbolehkan
apabilasecara khsus dibenarkn oleh pejabat yang berwenang
b. Perubahan arah pipa air hujan harus dibuatY 45obelokan
jari-jari besar 90o,belokan 60o 45, 22,5o atau gabungan
belokan tersebut atau gabunganpenyambung ekivalen
yang dibenarkan kecuali dinyatakan lain dalam SNI 03-
6481-2000 Sistem Plambing.
c. Belokan jari-jari pendek, dan T saniter tunggal atau
ganda hanya diijinkanpemasangannya pada pipa air hujan
2. Fitting dan Penyambungan yang dilarang
a. Ulir menerus, sambungan klem atau sadel tiak boleh
dipergunakanpada pipa air hujan.
b. Fitting, sambungan, peralatan dan cara
penyambungannya tidak bolehmenghambat aliran air atau
udara dalam pipa air hujan.
c. Soket ganda tidak boleh dipakai pada pemasangan pipa
air hujan. Soket harus dipasang berlawanan dengan arah
aliran. Cabang T pipa air hujan tidak boleh dipakai
sebagai cabang masuk pipaair buangan
d. Tumit atau belokan 45o dengan lubang masuk samping
tidak boleh digunakan sebagai penyambungan ven pada
pipa air hujandan pipa air buangan apabila tumitatau lubang
masuk sampng tersebut ditempatkan mendatar.
9. Perencanaan jaringan pembuangan campuran
1. Jaringan air kotor dan air hujan,Jaringan pembuangan air kotor harus
terpisah seluruhnya dari jaringan pembuangan air hujan gedung.
Bila terdapat saluran pembuangan dengan jaringan campuran, maka
saluran air hujan gedung dapat dihubungkan dengan saluran
pembuangan gedung campuran pada bidang horisontal yang sama,
dengan Y tunggal yang terletak minimal 3 m dari suatu cabangsaluran
pembuangan air kotor.
2. Jaringan air limbah dan air hujan Jaringan pembuangan air limbah dan
pembuangan air hujan harus dipisahkan. Bila terdapat saluran umum
gabungan yang dapat menampung air hujan, maka saluran
pembuangan air hujan gedung dan saluran pembuangan limbah
gedung dapat disam-bungkan ke saluran pembuangan gedung
gabungan pada bidang datar degan fiting Y-tunggal yang
ditempatkan minimal 3 m dari suatu cabang pembuangan air limbah.
Ukuran setiap saluran gabungan harus didasarkan pada daerah
drainase ekivalen dengan jumlah beban drainase air hujan dan
saniter, beban pembuangan air limbah harus dikonversikan
sebagai daerah drainase selanjutnya ditambahkan pada daerah
drainase air hujanBeban pembuangan air limbah harus
dikonversikan:
a. Bila jumlah beban alat plambing pada saluran gabungan lebih
kecil dari 256 UBAP,maka beban pembuangan air limbah
harus dianggap ekivalen dengan 10 m2 daerah drainase air
hujan (untuk curah hujan100 mm/jam)
b. Bila jumlah beban alat plambing pada saluran gabungan lebih
besar dari 256 UBAP,maka beban pembuangan air limbah
harus dihitung dengan anggapan bahwa setiapUBAP ekivalen
dengan 0,4 m2 dasar drainase air hujan.
c. Bila terdapat aliran yang menerus atau terputusputus dari pompa
injektor, perlengkapanalat pengkndisian udara atau
perlengkapan sejenis, ke dalam saluran pengering atau saluran
embuangan, maka alirandalam liter/menit harus dihitug
ekivalen dengan0,58 m2 daerah drainaseair hujan.

10. Metode Perancangan


Metode perancangan adalah tata cara atau urutan kerja suatu
perhitungan perencanaan untuk mendapatkan hasil perencanaan
instalasi air bersih. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan
perancangan ini sebagaimana yang dijelaskan pada bagian-bagian di
bawah ini:
 Data Awal
 Sistem Penyediaan Air Bersih
 Analisa Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
 Analisa Perhitungan Perencanaan
 Instalasi Plumbing Penyediaan Air Bersih
 Pemilihan Jenis Pompa
 Kesimpulan
Perhitungan Perancangan Dari hasil perancangan sistem plambing
instalasi air bersih pada sebuah gedung perkantoran berlantai 4 dengan
menggunakan sistem tangki atas diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Kebutuhan air bersih pada sebuah gedung perkantoran berlantai
4 diketahui sebesar 235.4 m3/hari dibutuhkan kapasitas
penampung air bawah tanah (Ground Water Tank) 250 m3
dengan konstruksi beton dan kapasitas penampung air atas(Roof
Tank) 5m3 berjumlah 2 buah
b. Desain kebutuhan sistem plumbing instalasi air bersih yang
digunakan dari penampung air bawah tanah(Ground Water
Tank) ke penampung air atas(Roof Tank) adalah 65 mm atau 2
1/2 “ dan diameter pipa dinas (PDAM) adalah 3 “,dan diketahui
laju aliran pemakaian air bersih per hari berdasarkan jumlah
penghuni adalah 235,4 m3/hari,debit air ratarata perhari
141.24m3/hari, pemakaian air perjam diketahui 5.88
m3/jam,pemakaian air bersih pada jam puncak 35.3 m3/hari dan
pemakaian air pada jam puncak 0.88 m3/menit.
c. Dengan kapasitas aliran (Q) 235.4 m3/hari diketahui head total
pompa yang dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah air secara
teoritis didapat : head statis total 43 m,head losses4.95 m,head
kecepatan 0.12 m dan secara teoritis head total yang
dibutuhkanpompa sentrifugal pada gedung pada kondisi
operational adalah 46.07 m sedangkan head design pompa 95 m
9 sehingga pompa yang dipilih sesuai dengan kebutuhan

11. Sewage Treatment Plant (STP)


Sewage Treatment Plant (STP) adalah Sistem pengolahan air limbah
domestik. Pada artikel kali ini, kita akan membahas STP dengan " Sistem
Extended Aeration ". Pada umumnya STP sering kita jumpai pada pusat
bisnis, misal Gedung Perkantoran, Mall, maupun Rumah sakit dll. Dimana
air limbah harus kita olah,agar tidak mencemari lingkungan sekitar, dan
hasil olahan limbah tersebut akan rutin di periksa sample dengan uji
laboratorium oleh Dinas Lingkungan Hidup daerah setempat,untuk
mengetahui apakah terdapat unsur pencemaran atau tidak terhadap
lingkungan, dan tentunya itu sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab
pemilik STP tersebut. Pada "Sistem Extended Aeration" ini mengolah air
limbah secara Biologi, dengan menciptakan suatu kondisi dimana
mengembang biakkan bakteri-bakteri yang terkandung di dalam air limbah
tersebut menjadi lebih baik, dan melakukan proses dekomposisi/ penguraian
zat - zat pencemar secara optimal, dan aman untuk di salurkan ke Drainase
kota. Ada pula kelebihan sistem ini ,air dari olahan bisa di pergunakan
kembali (Recycle) untuk menyiram tanaman,yang tentunya air tersebut
sudah aman.
SEWAGE TRATMENT PLANT
Terdiri dari Screen Chamber, Equalization Tank, Aeration Tank,
Sedimentation Tank, Chlorination Tank, Sludge Tank, Blower Room dan
Effluent Tank . yaitu :
1. Screen Chamber adalah Suatu "Bak" yang dilengkapi dengan screen
( Tipe Basket Screen) yang memiliki fungsi sebagai penyaring
sampah-sampah / padatan kasar seperti kertas tissue, plastik,
pembalut, dll. yang ada dalam air limbah awal,sebelum masuk pada
Equalization Tank. Juga di tambahkan Comunitor untuk membantu
memperkecil sampah organic, dan dilengkapi dengan diffuser untuk
menghancurkan tinja (feces).
2. Equalization Tank adalah Suatu "Bak" yang digunakan untuk
menyama-ratakan (homogenisasi) aliran air dan kualitas air limbah.
Di dalam bak ini juga di suplai udara dari "air blower", yang
berfungsi sebagai pengaduk yang ditransfer menggunakan diffuser
(tipe Air Seal Diffuser), sehingga proses homogenisasi dapat
tercapai. Kemudian akan di alirkan menggunakan "Equalizing
pump" yang bekerja secara automatic berdasarkan flow
switch(pelampung).
3. Aeration Tank adalah komponen utama dalam sistem ini,dimana
pada bagian ini terjadi penguraian zat-zat pencemar (Senyawa
Organic). Di dalam Aeration Tank ini, air limbah di hembus dengan
udara,sehingga mikro organisme "aerob" yang ada akan
menguraikan zat organic dalam air limbah. Energi yang diperoleh
dari hasil penguraian tadi akan di pergunakan oleh mikro organisme
untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian biomassa akan
tumbuh dan berkembang dalam jumlah besar, yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air limbah.
4. Penambahan udara dalam air tersebut mempergunakan air blower
yang berfungsi menyuplai udara, sehingga tercipta kondisi
aerobik. Selain itu, bak aerasi in dilengkapi dengan diffuser (air seal
diffuser), yang berfungsi menciptakan gelembung-gelembung udara
(bubble) agar proses penyerapan oksigen oleh mikro organisme
dapat lebih optimal.
5. Sedimentation Tank adalah Sistem untuk pengendapan partikel -
partikel floc( Activated Sludge / lumpur aktif ).sebagian lumpur
aktif akan di kembalikan kedalam bak aerasi dan sebagian lagi akan
di buang kedalam bak penampung lumpur(sludge tank).
6. "Airlift System" yang dipasang pada tanki ini bertujuan
mengembalikan / recycle sebagian besar lumour
mengendap untuk di olah kembali,sementara Scum Skimmer
berfungsi menyedot permukaan air dari sampah/padatan
ringan. "Airlift" dan "Scum Skimmer" yang digunakan
menggunakan tenaga udara yang di hembuskan dari air
blower.Pengembalian kembali Lumpur aktif dan buih harus
kontinyu(terus menerus) agar proses berhasil.Dalam
"Sedimentation Tank" terjadi pengendapan lumpur aktif,sedangkan
air limbah yang sudah diolah (lebih jernih) mengalir secara gravitasi
melalui gutter masuk kedalam chlorin tank dan sebagian
masuk kedalam Buffer Tank yang selanjutnya masuk
kedalam proses Recycle.
7. Chlorination Tank adalah Air olahan yang berasal dari proses
pengendapan, di injeksikan "kaporit" / chlorine terlebih dulu untuk
membunuh bakteri - bakteri pathogen, kemudian akan mengalir
secara gravitasi ke dalam bak effluent.(Effluent Tank).
8. Effluent Tank adalah Bak proses akhir dengan bantuan pompa
submersible, air hasil pengolahan sebagian akan di alirkan kedalam
saluran pembuangan.
9. Sludge Tank adalah merupakan bak penampung lumpur sementara
sebelum di buang oleh mobil tinja.untuk mencegah terjadinya
kondisi septic,maka dipergunakan udara untuk mengaduk , sehingga
kondisi aerob tetap terjaga. Bak ini apabila sudah hampir penuh,
harus dibuang dengan menggunakan mobil tinja.
10. Blower Room adalah merupakan ruang kontrol sistem STP, dimana
blower control panel dan pompa dossing serta tanki kimia berada di
sini. Setiap harinya operator STP harus masuk ke dalam ruangan ini
untuk pengecekan sistem dan pembuatan larutan desinfektan.
11. Water Recycling Plant adalah alat yang terdiri Filter Pump, Sand
Filter dan Carbon Filter plus Chlorinator lengkap dengan
aksesorisnya.Penjelasan proses sebagai berikut :
a. Clear Water Pump merupakan bak penampung air yang telah
melalui proses filtrasi sand filter dan carbon filter.
b. Filter Pump berfungsi untuk memompa air dari Effluent
Tank STP menuju Sand Filter dan Carbon Filter. Pompa
bekerja secara auto berdasarkan Water Level Control dan
Pressure switch.
c. Sand Filter berfungsi untuk mengurangi kekeruhan
(turbidity) di dalam air.Media yang digunakan adalah Silica
Sand dan Gravel sebagai support.Sand Filter bekerja secara
manual/sistem pencuciannya (backwash) dengan mengubah
posisi valve sesuai instruksi arah valve.Proses backwash di
maksudkan untuk membuang kotoran yang tertahan pada
lapisan atas media filter dengan cara merubah aliran air
berlawanan yaitu dari bawah ke atas.dilakukan setiap hari
selama 15-30 menit.tergantung kapasitas tabung filter.
d. Carbon Filter berfungsi untuk menghilangkan bau, warna
dan zat organik yang larut dalam air. Carbon aktif sebagai
media filter bekerja dengan menyerap /adsorbsi material
organikyang larut dalam air. Sistem pencuciannya sama
persis dengan Sand Filter.

Fokus Teknologi STP :


Fokus utama pada Non Metal Effluent yang kaya mengandung
organik yang bersifat biodegradable
1. Menggunakan sistem Biologis untuk menguraikan dan
memisahkan organik dalam air
2. Menghasilkan air yang sesuai dengan standar baku mutu yang
telah ditetapkan oleh pemerintah
3. Menghasilkan kualitas air yang dapat digunakan kembali untuk
tujuan yang terbatas pada flushing toilet ataupun water
gardening application

Tujuan Pengolahan Limbah STP :


1. Meminimalkan kandungan organik yang mengganggu kualitas
air :
2. COD / BO
3. Suspended Solid
4. N – Ammoniadll
Mendapatkan air olahan yang tidak menggangu lingkungan
yang sesuai dengan standar pemerintah Indonesia. Berikut
adalah contoh urutan system STP :

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
https://www.grinvirobiotekno.com/C_product/list_product/3/294/sewa
ge-treatment-plant-stp
https://www.academia.edu/9057474/Sistem_Plambing_Dalam_Gedun
g
http://sipil.upi.edu/wp-content/uploads/2016/11/sni-03-7065-2005-
plambing.pdf
https://www.situstekniksipil.com/2019/02/cara-pemeliharaan-sistem-
plumbing.html
https://www.arsitur.com/2017/10/sistem-plumbing-pada-
bangunan.html

Anda mungkin juga menyukai