Dosen Pengampu :
Disusun Oleh : Kelompok I
Nama : Abdul Muis/
: Andi Fausiah/
: Alun/
: Hardin/
: Ishak/ 4032022055
: Wahyudin Wahid/
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI BANGUNAN
GEDUNG
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN 2024
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Utilitas Bangunan”
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis. mengucapkan terima kasih kepada selaku Dosen yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi
sarana pembelajaran bagi pembaca di masa yang akan datang.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................I
1.1 Latar Belakang..............................................................................I
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................I
1.3 Tujuan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Plumbing.........................................................3
2.2 Jenis-jenis Sistem Plumbing.........................................................3
2.3 Peralatan dalam Penggunaan Sistem Plumbing............................8
2.4 Prinsip dalam Penggunaan Sistem Plumbing................................12
2.5 Jenis Plumbing pada Suatu Bangunan .........................................15
2.6 Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan............................22
BAB III PENUTUP....................................................................................25
3.1 Kesimpulan...................................................................................25
3.2 Saran..............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk
(main drain) dan bagian penerima air (receiving waters). Di sepanjang sistem
sering dijumpai bagian lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air
(aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun
pompa.
Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan perlatan untuk
menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas
kuantitas, dan kontinyuitas yang memenuhi syarat, dan membuang air bekas
(kotor) dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk
Mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan
(elearning.gunadarma.ac.id, 2011), sedangkan pengertian plambing menurut SNI
03 – 6481 – 2000 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang
berdekatan yang bersangkutan dengan; air hujan, air buangan dan air minum yang
dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan.
Sistem Plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem
pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang
memenuhi syarat yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan,
standar, tentang peralatan dan instalasinya.
Secara garis besar, peralatan Plambing memiliki dua fungsi utama yaitu :
a. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan
tekanan cukup dan air panas bila diperlukan
b. Membuangair kotor tempat tempat tertentu tanpa mencemari bagian
penting lainnya
Di Indoensia, peraturan yang berlaku mengenai Plambing selain SNI 03-
6481-2000 tentang Sistem Plambing juga diatur dalam SNI 03-7065-2005
tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Sistem Plumbing?
2. Apa Saja Jenis-jenis Sistem Plumbing?
5
3. Jelsakan Peralatan dalam Penggunaan Sistem Plumbing?
4. Apa Sajakah Prinsip dalam Penggunaan Sistem Plumbing?
5. Bagaimana Jenis Plumbing pada suatu Bangunan?
6. Bagimanakah Sistem Pencegahan Kebakaran Pada Suatu Bangunan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu tugas konstruksi
bangunan, program studi teknik gambar bangunan , Selain itu, penulisan ini juga
bertujuan untuk mengingatkan pengetahuan penulis mengenai pentingnya
keberadaan suatu sistem plumbing dan sanitasi sebagai bagian dari utilitas
bangunan yang mendukung aktivitas dalam suatu gedung.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
B. Plumbing Air Hujan
Selain plumbing air bersih, ada juga jenis instalasi plumbing untuk air
hujan. Jenis plumbing yang satu ini sangat bermanfaat terutama di daerah-daerah
yang memiliki curah hujan cukup tinggi.
Instalasi plumbing air hujan dapat dibangun untuk membantu
mendistribusikan air hujan. Tujuannya adalah menghindari adanya genangan yang
muncul karena air hujan. Selain itu, jenis plumbing yang satu ini juga sangat
berperan dalam mencegah kerusakan bangunan karena air hujan.
C. Plumbing Air Bekas
Penggunaan air bersih tentu akan menyebabkan adanya air bekas yang harus
dibuang. Pembuangan air bekas ini dapat diatur melalui sistem plumbing air bekas
agar tidak mencemari bagian dalam maupun lingkungan luar bangunan.
Pada umumnya instalasi air bekas dapat dibuang langsung ke dalam tanah
atau mengikuti aliran air bekas yang ada di sekitar bangunan. Contoh air bekas
adalah air bekas mandi, cuci piring, cuci baju, dan lain sebagainya.
D. Plumbing Air Kotor
Selain instalasi plumbing air bekas, suatu bangunan juga harus memiliki
instalasi sistem plumbing air kotor. Air kotor yang dimaksud berupa air limbah
bekas buang air. Aliran instalasi air kotor mengalir ke arah septic tank agar tidak
mencemari lingkungan.
2.3 Peralatan Penggunaan Sistem Plumbing
a. Pipa
Pipa merupakan peralatan utama yang dibutuhkan dalam instalasi plumbing.
Peralatan ini digunakan sebagai media perantara untuk menyalurkan air dari satu
sumber ke berbagai tempat sesuai dengan arah yang dikehendaki.
Jenis dan ukuran pipa yang digunakan dalam instalasi plumbing tergantung
kebutuhan. Namun, sebaiknya gunakan pipa yang cukup tebal dan kuat karena
pipa harus mampu menerima tekanan cukup besar dari aliran air yang mengalir di
dalamnya.
b. Katup
Selain pipa, pemasangan instalasi plumbing juga membutuhkan katup.
8
Katup memiliki fungsi untuk membuat aliran air tetap terarah atau mengalir
dengan semestinya. Beberapa jenis katup digunakan dalam rangkaian plumbing,
yaitu:
Gate Valve atau Katup Gerbang
Katup gerbang merupakan salah satu jenis katup yang digunakan layaknya
sebuah pintu gerbang dalam suatu aliran air. Fungsi jenis katup ini adalah
membuka dan menutup sesuai kebutuhan. Katup dapat membuka ketika air
mengalir. Sementara itu, aliran air akan terhenti ketika katup tertutup.
Globe Valve atau Katup Globe
Jenis katup kedua yang dapat digunakan adalah katup globe atau globe
valve. Katup ini memiliki fungsi untuk mengalirkan atau menghentikan aliran air.
Jika dilihat dari fungsinya, maka globe valve memang mirip dengan katup
gerbang. Perbedaannya terdapat pada adanya steker dan cakram di katup globe
yang membuat aliran air membentuk pola S. Aliran seperti ini dapat membuat
tekanan air tetap stabil.
Katup Cek atau Check Valve
Apa fungsi dari katup cek? Katup cek memiliki fungsi untuk menahan aliran
balik ketika tiba-tiba pompa air berhenti bekerja. Jenis katup yang satu ini harus
dipasang dengan sangat hati-hati. Tujuannya agar tidak terjadi water hammer atau
lonjakan tekanan air.
Katup Penurun Tekanan (Pressure Reducing Valve)
Jenis katup lainnya dalam rangkaian plumbing adalah katup penurun
tekanan. Seperti namanya, katup yang satu ini memiliki fungsi untuk mengurangi
tekanan yang ada di dalam pipa, sehingga tekanan air tidak melampaui batas dan
tetap terkontrol.
Batas maksimum tekanan fluida atau air sebesar 4 kg/ cm2. Pada umumnya,
katup penurun tekanan dipasang pada cabang pipa dari poros masuk.
c. Peralatan Tambahan
Selain pipa dan katup, rangkaian plumbing juga membutuhkan berbagai
peralatan tambahan lainnya. Berikut ini beberapa peralatan tambahan plumbing,
yaitu:
9
Pressure Gauge atau Manometer
Alat ini digunakan untuk mengatur tekanan air yang ada di dalam pipa. Pada
umumnya manometer akan dipasang pada pipa pembuangan atau discharge pipe.
Flexible Joint
Flexible joint merupakan alat yang digunakan untuk meredam getaran dari
pipa. Alat tambahan yang satu ini dipasang pada pipa penghisap atau suction pipe
dna dapat juga dipasang pada pipa pembuangan.
Stainer
Stainer memiliki fungsi untuk menyaring kotoran yang ukurannya kecil agar tidak
masuk ke dalam pipa. Alat tambahan ini dipasang pada pipa penghisap.
2.4 Prinsip Penggunaan Sistem Plumbing
a. Konsep Denah Peralatan Plumbing
Denah atau desain aliran plumbing harus dibuat dengan spesifik, detail, dan
jelas. Selain itu, pembuatannya juga harus mempertimbangkan berbagai aspek
agar efektif dan efisien. Beberapa aspek yang bisa menjadi bahan pertimbangan
adalah desain bangunan, sumber aliran, dan lain sebagainya.
Nantinya denah atau desain ini akan sangat berguna dalam pemasangan
peralatan plumbing pada suatu bangunan.
b. Perlindungan Terhadap Konstruksi Bangunan
Pemasangan pipa aliran dan semua perlengkapannya akan menimbulkan
beban bagi konstruksi bangunan. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat
instalasi plumbing tetap mendukung sistem perlindungan konstruksi bangunan.
Prinsipnya ipa dalam instalasi plumbing tidak boleh dipasang langsung
menembus bagian konstruksi bangunan, seperti balok, dinding, pondasi, dan
bagian lainnya. Selain itu, harus dibuat juga selubung atau sleeve yang dapat
dipasang pada tempat-tempat atau bagian yang ditembus pipa.
c. Perlindungan Terhadap Pipa
Perlindungan pipa dari kerusakan juga harus diperhatikan. Hal ini karena
akan mempengaruhi aliran dan kualitas air yang didistribusikan di dalam
bangunan. Salah satu cara melakukan perlindungan terhadap pipa adalah
memberikan lapisan berupa cat tahan karat. Hal ini untuk mencegah korosi pada
10
pipa aliran air.
d. Perencanaan Plumbing yang Baik
Perencanaan instalasi plumbing juga harus dilakukan dengan baik untuk
mencegah kerusakan, atau kesalahan lainnya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah memperhatikan pemasangan katup pengeluaran udara, sehingga
tidak menimbulkan sumbatan.
Selain itu, perencanaan plumbing juga harus memperhatikan perlakukan
pemasangan pipa, baik itu pipa lurus maupun pipa yang dibuat melengkung atau
belok.
e. Perencanaan Sistem Pembuangan
Prinsip perencanaan sistem pembuangan juga harus dibuat dengan baik dan
teliti. Tujuannya agar aliran sistem pembuangan air kotor maupun air bekas dapat
mengalir dengan baik tanpa sumbatan maupun permasalahan lainnya
11
Uji yang dilakukan berupa uji tekanan pipa untuk melihat kualitas dan
kekuatan dari instalasi pipa yang sudah dipasang. Khusus pipa Gip maksimal
pengujian tekanan adalah 10 bar, sementara itu pipa jenis PVC maksimal
pengujian tekanannya mencapai 6 bar.
b. Instalasi Plumbing Pada Aliran Air Kotor dan Air Bekas
Bagaimana instalasi plumbing pada aliran pipa air kotor? Sama seperti
instalasi plumbing air bersih, instalasi plumbing air kotor juga harus tetap
memperhatikan desain atau denah yang sudah direncanakan sebelumnya.
Khusus untuk instalasi plumbing air kotor sebaiknya tidak memiliki
percabangan yang terlalu banyak agar pengerjaan instalasinya lebih mudah untuk
dilakukan. Selain itu, pemasangan sambungan antar pipa pada instalasi air kotor
juga harus benar-benar rapat tanpa ada kebocoran.
Khusus untuk instalasi plumbing air bekas harus dipasang manhole. Tujuan
pemasangan alat tambahan ini untuk mengontrol pembersihan di tempat atau
bagian tertentu. Selain itu pada lubang saluran pembuangan juga harus dipasang
saringan agar kotoran tidak masuk menjadi penyumbat aliran.
Selain itu pemasangan sparing juga harus diperhatikan. Sparing dapat
dipasang dengan tipe saniter atau dapat juga dipilih sistem block out. Perhatikan
juga pemasangan sparing clean out harus dipasang bersamaan dengan sparing
closet. Letak sparing clean out sebaiknya dekat atau di samping sparing closet.
Tujuannya adalah sebagai pembersihan ketika ada penyumbatan pada closet.
Pemasangan fan out juga harus diperhatikan dalam instalasi air kotor.
Pemasangan fan out hanya perlu dipasang ketika instalasi saluran atau aliran kotor
memiliki banyak percabangan dengan saluran pembuangan melewati shaft.
Tujuannya untuk mengurangi tekanan udara di pipa saat closet diberi banyak air.
c. Instalasi Plumbing air bersih Pada Gedung Bertingkat
Instalasi plumbing di gedung bertingkat sedikit lebih rumit dibandingkan
instalasi konstruksi bangunan lainnya. Berikut ini beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam teknik instalasi plumbing pada bangunan bertingkat, yaitu:
Penggunaan tangki air untuk distribusi aliran air ke seluruh gedung harus
memanfaatkan gaya gravitasi. Saluran pipa utama disambungkan dengan pipa
12
distribusi lainnya yang ada di dalam gedung. Penggunaan pressure tank untuk
meneruskan aliran air yang sudah ditampung dengan menggunakan bantuan
pompa air. Proses pemasangan booster pump untuk menyambungkan pipa aliran
utama. Penutup Sistem plumbing menjadi salah satu instalasi rangkaian pipa air
yang penting dalam suatu bangunan. Instalasi plumbing dapat dibangun
menggunakan berbagai jenis alat dan butuh pompa air. Untuk sistem plumbing
yang baik tentu saja pembangunan dan pemasangan harus menggunakan pompa
air terbaik dan berkualitas.
13
Gate Valve, pengatur buka-tutup aliran air didalam pipa.
14
Pressure Gauge, pengukur tekanan.
Pressure Switch, alat kontak hubung-putus akibat tekanan.
Flow Switch, alat kontak hubung-putus akibat aliran.
Water Meter, pengukur debit air.
15
• Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan
pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium
A).
• Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas yang
baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :
RUCHIKA, atau WAVIN.
16
langsung oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.
k.Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek
fungsi dan kapasitasnya, terutama untuk pompa-pompa harus dicek besarnya arus
listrik dan temperature kerja motor panas tidaknya.
• Pemasangan pipa untuk system air kotor (dari WC), air bekas, sesual
dengan gambar.
• Bahan/Material
17
• Sebelum dilakukan pemasanganpemasangan, pemborong harus
menyerahkan contohcontoh (sample) dari bahan/material yang
akan dipasang kepada pengawas/Direksi
• Bahan/material pipa untuk distribusi air bersih adalah GIP pipe, Pipa dan
fitting yang digunakan harus mengikutl standar SII dan harus disertai
sertifikat hasil pengujian.
• Penggantung pipa. (hanger) dan penjepit pipa (klem) harus dari bahan
metal yang digalvanis.
- Pemasangan
• Semua ujung yang terakhir, yang tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
dengan dop/plug atau blank flanged.
18
• Pipapipa harus diberi penyangga, pipapipa tegak yang menempel
sepanjang kolom atau dinding dan pada setiap percabangan atau belokan
harus diberi pengikat (klem).
• Pipapipa yang ada di atas langitlangit, sepanjang kolom, dinding dan pada
tempattempat yang terlihat harus dicat dengan wama sebagal berikut:
• Sebelum air bersih dipakai, maka air yang ada dalam pipa dibuang dulu,
kemudian sistim pemipaan diisi dengan larutan yang mengandung 50 mg/I
Chloor dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam sistim dibilas
dengan air bersih sampai kadar sisa Chloor 2 mg/l.
19
bawah tanah (ground reservoar), tangki atas atap (roof tank), pompa, perpipaan
dan aksesoris lainnya. Dengan peralatan-peralatan seperti ini yang dirancang dan
dipasang dengan baik diharapkan aliran air baik untuk air bersih maupun air
buangan dapat dialirkan tanpa hambatan.
Pada dasarnya ada dua sistem pengaliran air dalam gedung, yaitu:
1. Sistem Pengaliran Air Keatas
Pipa utama dipasang dari tangki atas ke bawah sampai langit-langit lantai
terbawah gedung dan bercabang tegak ke atas untuk melayani lantai-lantai
atasnya, lantai terbawah memiliki langit yang lebih tinggi sehingga memudahkan
dalam pemasangan pipa.
2. Sistem Pengaliran Kebawah
• Pipa utama dipasang dari tangki atas mendatar dalam langit-langit teratas
gedung dan dibuat cabang-cabang tegak ke bawah untuk melayani lantai-
lantai di bawahnya. Pada sistem ini diperlukan ruang yang cukup dalam
langit-langit teratas untuk memasang pipa utama secara mendatar, serta
ruang yang cukup pula untuk perawatan dan pemeliharaan, operasi
penyetelan katup-katup pada pipa tegak ke bawah.
- Saniter
Peralatan saniter seperti kloset, peturasan, dan bak cuci tangan umumnya
dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini sangat populer karena
biayanya dalam hal ini pembuatanya cukup murah, dan ditinjau dari segi sanitasi
sangat baik.
Beberapa jenis peralatan saniter antara lain :
20
lebih sedikit jika dibandingkan dengan tipe wash-out.
c. Tipe Siphon
Tipe ini mempunyai kontruksi jalannya air buangan yang lebih rumit
dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit menunda aliran air buangan
tersebut sehingga timbul efek siphon. Bau yang dihasilkan lebih berkurang lagi
pada tipe ini.
d. Tipe Siphon-jet
Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat, dengan
memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil searah aliran air
buangan. Tipe siphon-jet ini menggunakan air penggelontor lebih banyak.
e. Tipe Blow-Out
Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor air kotor dengan cepat,
tapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1 kg/cm2, dan
menimbulkan suara berbisik.
2. Peturasan
Ditinjau dari kontruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset, di mana
yang paling banyak digunakan adalah tipe wash-down. Untuk tempat-tempat
umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip “talang” terbuat dari porselen,
plastik, atau baja tahan karat, dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dalamnya talang 15 cm atau lebih.
b. Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan
saringan.
c. Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang
belakang talang dengan lapisan air.
d. Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap
45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.
- Fitting Saniter
Beberapa jenis fitting saniter antara lain :
1. Keran air, ada beberapa macam yaitu :
a. Keran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
b. Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk
21
cuci tangan.
c. Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu keran
atau katup pelampung.
2. Katup gelontor dan tangki gelontor
a. Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor, untuk
kloset dan peturasan.
b. Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang otomatis dan ada juga
yang harus dijalankan oleh orang.
22
b. Dasar-Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih
Kualitas Air
Tujuan terpenting dari penyediaan air adalah menyediakan air
bersih. Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap baik
merupakan prioritas utama. Banyak negara telah menetapkan standar kualitas
untuk tujuan ini. Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah yang tidak
tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, air baku haruslah diolah
dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air
yang berlaku (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
Kebutuhan Air
Pemakaian air tergantung pada beberapa faktor yaitu populasi, iklim,
kebiasaan dan cara hidup. Kebutuhan air bersih harus mencukupi siang dan
malam, tersedia langsung bagi pengguna tanpa adanya kekurangan air, sehingga
ketersediaan air ini bisa berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan akan air itu
sendiri baik masa sekarang maupun akan datang. Untuk mendapatkan kebutuhan
air yang cukup besar tentunya harus dilakukan pencarian sumber air bersih yang
memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti air tanah (air tanah dangkal, air
tanah dalam dan mata air) dan air permukaan (danau, sungai, dan sebagainya)
(Suripin, 2004).
Pencemaran Air dan Pencegahannya
Sistem penyediaan air dingin meliputi beberapa peralatan seperti tangki air
bawah tanah, tangki air atas atap, pompa-pompa, perpipaan, dan lain-lain. Dalam
peralatan-peralatan ini, air bersih harus dapat dialirkan ke tempat-tempat yang
dituju tanpa mengalami pencemaran (Soufyan M.Noerbambang Takeo Morimura,
2000).
Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):
1. Masuknya kotoran hewan;
2. Masuknya serangga ke dalam tangki;
3. Terjadinya karat dan rusaknya tangki dan pipa;
4. Terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lain;
23
5. Tercampurnya air bersih dengan air dari jenis kualitas lain;
6. Aliran balik air dari jenis kualitas lain ke dalam pipa air bersih.
Adapun beberapa contoh pencemaran dan pencegahannya adalah (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):
1. Larangan hubungan pintas
Hubungan pintas (cross connection) adalah hubungan fisik antara dua
sistem pipa yang berbeda, satu sistem pipa untuk air bersih dan sistem pipa
lainnya berisi air yang tidak diketahui atau diragukan kualitasnya, di mana air
akan dapat mengalir dari satu sistem ke sistem lainnya. Demikian pula sistem
penyediaan air bersih tidak boleh dihubungkan dengan sistem perpipaan lainnya.
Sistem perpipaan air bersih dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor
atau bahan lain yang tercemar.
2. Pencegahan aliran balik
Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau campuran,
ke dalam sistem perpipaan air bersih, yang berasal dari sumber lain yang bukan
untuk air bersih. Aliran balik tidak dapat dipisahkan dari hubungan pintas dan ini
disebabkan oleh terjadinya efek siphon-balik (back siphonage). Efek siphon-balik
terjadi karena masuknya aliran ke dalam pipa air bersih dari air bekas, air
tercemar, dari peralatan saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan
negatif dalam pipa. Sebagai contoh dapat dilihat kemungkinan-kemungkinan pada
bak mandi, bak cuci, mesin pencuci, dan lain-lain.
Apabila pencucian dilakukan dalam bak dengan slang air tersambung pada
keran sedang ujung slang terendam dalam air cucian, air kotor bekas cucian dapat
terisap ke dalam sistem pipa air bersih pada waktu tekanan negatif. Tekanan
negatif dalam sistem pipa sering disebabkan oleh terhentinya penyediaan air atau
karena pertambahan kecepatan aliran yang cukup besar dalam pipa. Pencegahan
aliran balik dapat dilakukan dengan menyediakan celah udara atau memasang
penahan aliran-balik.
3. Pukulan air
Penyebab pukulan air bila aliran dalam pipa dihentikan secara mendadak
oleh keran atau katup, tekanan air pada sisi atas akan meningkat dengan tajam dan
24
menimbulkan gelombang tekanan yang akan merambat dengan kecepatan tertentu,
dan kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula. Gejala ini menimbulkan
kenaikan tekanan yang sangat tajam sehingga menyerupai suatu pukulan dan
dinamakan gejala pukulan air (water hammer). Pukulan mengakibatkan berbagai
kesulitan seperti kerusakan pada peralatan plambing, getaran pada sistem pipa,
patahnya pipa, kebocoran, dan suara berbisik sehingga dapat mengurangi umur
kerja peralatan dan sistem pipa.
Pukulan air cenderung terjadi dalam keadaan sebagai berikut (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):
a. Tempat-tempat di mana katup ditutup/dibuka mendadak;
b. Keadaan di mana tekanan air dalam pipa selalu tinggi;
c. Keadaan di mana kecepatan air dalam pipa selalu tinggi;
d. Keadaan di mana banyak jalur ke atas dan ke bawah dalam sistem pipa;
e. Keadaan di mana banyak belokan dibandingkan jalur lurus;
f. Keadaan di mana temperatur air tinggi.
Jelas bahwa pencegahan gejala pukulan air menyangkut tindakan untuk
mengatasi keadaan-keadaan diatas, dan meliputi cara-cara berikut ini (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):
a. Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi;
b. Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi;
c. Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan-air;
d. Menggunakan dua katup-bola-pelampung pada tangki air.
25
Sistem dari pipa tegak dan slang kebakaran mempunyai berbagai jenis yaitu:
1. Wet stand pipe system
Yaitu pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan tekanan air pada
sistem di jaga tetap. Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam kondisi terbuka
dan bila katup slang kebakaran dibuka maka air akan mengalir keluar.
2. Dry stand pipe system
Suatu pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan penyediaan air
akan mengalirkan air ke sistem secara otomatis jika katup slang kebakaran dibuka.
3. Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manual
Yaitu dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak
slang kebakaran untuk menghidupkan suplai air.
4. Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen
Jenis ini digunakan untuk mengurangi waktu yang diperlukan petugas
pemadam kebakaran untuk membawa slang kebakaran ke lantai atas pada gedung
tinggi dan suplai air diperoleh dari mobil tangki pemadam kebakaran.
Jika dilihat dari manusia yang mengoperasikannya maka sistem pipa tegak dan
slang kebakaran digolongkan atas 3 kelas pelayanan, yaitu:
a. Kelas 1
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh petugas
pemadam kebakaran dan mereka yang terlatih untuk menangani kebakaran besar
dan ukuran slang yang digunakan berdiameter 2,5”.
b. Kelas 2
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh penghuni
bangunan sendiri sambil menunggu petugas pemadam kebakaran datang dan
ukuran slang yang digunakan berdiameter 1,5”.
c. Kelas 3
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh penghuni
bangunan dan petugas pemadam kebakaran dan ukuran slang yang digunakan
berdiameter 1,5” dan 2,5”.
b. Sprinkler
Sistem sprinkler otomatis akan bekerja jika fusible bulb / fusible
26
link penahan orifice kepala sprinkler pecah/meleleh akibat panas dari kebakaran,
sehingga air menyembur keluar dari kepala sprinkler. Akibatnya tekanan air dari
dalam pipa akan berkurang, katup pengontrol akan terbuka dan pompa akan
bekerja memompakan air dari bak penampung ke jaringan pipa yang dibantu juga
dengan pressure tank. Aliran air yang melalui katup pengontrol akan
mengaktifkan tanda bahaya yang terletak di dekat katup kontrol.
Jenis-jenis sistem sprinkler adalah (Dept.Pekerjaan umum, 1987):
1. Wet pipe system
Jenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada
jaringan pipa berisi air yang bertekanan sepanjang waktu. Jika terjadi
kebakaran, sprinkler akan diaktifkan oleh panas yang membuka
penahan orifice kepala sprinkler dan air akan segera menyembur, akibatnya
tekanan air pada pipa akan berkurang dan katup kontrol akan membuka dan
mengaktifkan pompa kebakaran.
2. Dry pipe system
Jenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada pipa
berisi udara atau nitrogen yang bertekanan. Jika kepala sprinkler terbuka karena
panas dari api, tekanan udara akan berkurang dan katup kontrol dry pipe akan
terbuka oleh tekanan air, sehingga pompa kebakaran akan hidup dan air akan
mengalir mengisi jaringan dan menyembur dari kepala sprinkler yang terbuka.
3. Preaction system
Sistem ini adalah sistem dry pipe dengan udara bertekanan atau tanpa
tekanan pada pipa. Jika terjadi kebakaran maka alat deteksi akan bekerja dan
mengaktifkan pembuka katup kontrol, sehingga air mengalir mengisi pipa dan
keluar dari kepala sprinkler otomatis yang terbuka akibat panas dari api.
4. Deluge system
Sistem ini sama dengan preaction system, kecuali bahwa semua kepala
dalam keadaaan terbuka. Jika api mengaktifkan peralatan deteksi, maka katup
kontrol sprinkler akan terbuka dan air akan mengalir disepanjang pipa dan keluar
dari semua kepala sprinkler pada daerah operasi dan membanjiri daerah operasi.
5. Kombinasi dry dan preaction
27
Sistem ini berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi
akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai,
sehingga sistem ini akan berisi air dan bekerja seperti wet pipe.
Sistem sprinkler yang ada didesain berdasarkan atas jenis hunian itu sendiri,
seperti ukuran pipa, jarak kepala sprinkler, densitas semburan sprinkler dan
kebutuhan airnya sendiri. Berdasarkan jumlah barang yang mudah terbakar dan
sifat mudah terbakarnya, maka jenis hunian diklasifikasikan atas:
Hunian bahaya dengan kebakaran ringan
Adalah jenis hunian di mana jumlah dan sifat mudah terbakar dari isi
gedung tergolong rendah dan kebakaran dengan pelepasan panas yang rendah.
Contohnya: sekolah, rumah sakit, museum, perpustakaan, hotel, tempat tinggal,
dan sebagainya.
2. Hunian bahaya dengan kebakaran sedang
Jenis ini dibedakan atas 3 kelompok yaitu:
· Kelompok I: Untuk sifat mudah terbakar yang rendah, jumlah bahan yang
mudah terbakar menengah dan kebakaran dengan pelepasan panas menengah
seperti: tempat parkir mobil, pabrik roti, pengolahan susu, pabrik elektronika, dan
sebagainya;
· Kelompok II: Untuk jumlah dan sifat mudah terbakar dari isi gedung
tergolong menengah dan kebakaran dengan pelepasan panas menengah. Seperti:
pabrik pakaian, tumpukan buku perpustakaan, percetakan, pabrik tembakau, dan
sebagainya;
· Kelompok III: Untuk jumlah dan atau sifat mudah terbakar dari isi
gedung tergolong tinggi dan kebakaran dengan pelepasan panas yang tinggi,
seperti : pabrik gula, pabrik kertas, pabrik ban, bengkel, dan sebagainya.
3. Hunian bahaya dengan kebakaran tinggi
Yang termasuk kelas ini adalah hunian yang dianggap rawan terhadap
bahaya kebakaran. Contohnya hanggar pesawat, pabrik plastik, perakitan bahan
peledak, dan sebagainya.
Setiap sistem sprinkler harus memiliki sumber penyediaan air otomatis
dengan kapasitas dan tekanan yang memadai untuk mensuplai
28
sistem sprinkler dengan periode minimal 30 menit. Sumber air untuk
sistem sprinkler dapat diperoleh dari: sistem air PAM, pompa kebakaran
otomatis, tangki tekan, dan tangki gravitasi (Standar Nasional Indonesia, 2000).
29
Sumber api
E. SISTEM PENCEGAHAN
1. PASIF,
sistem yang bertumpu pada rancangan bangunan, sehingga memungkinkan
orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi kebakaran atau
kondisi darurat lain. Sistem pencegahan secara pasif:
A. Rancangan bangunan yang tahan api, dengan cara, melindungi
komponen bangunan (dinding, kolom, balok dari baja), dengan bahan bangunan
yang lebih tahan api, misalnya kolom /balok baja dibungkus dengan beton, dicat
dengan lapisan tahan api, dan sebagainya.
30
Cara untuk melindungi kolom baja supaya tahan api
B. Pintu darurat yang harus tahan terhadap api selama sekurang-kurangnya
dua jam, dilengkapi dengan peringatan “tangga darurat – tutup kembali”, diberi
warna merah dan sebagainya.
31
C. Pada koridor/selasar dan jalur keluar dilengkapi dengan tanda arah
keluar, dengan tanda “exit atau keluar” yang cukup jelas terlihat, dengan lebar dan
jumlah pintu sesuai dengan fungsi bangunan.
32
Lubang pengisap asap (di atap bangunan)
2. AKTIF,
yaitu dengan cara menyediakan sarana pendektesian dini (detector dan
alarm), serta penyediakan alat yang dapat digunakan untuk memadamkan api,
baik secara otomatis (sprinkler) atau manual/semi otomatis (dengan bantuan
tenaga manusia, misalnya PAR, hidran).
33
Jarak aman hidran halaman
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam membuat sebuah bangunan baik itu sebuah rumah tinggal dari yang
34
bertipe sederhana sampai ke rumah yang bertipe luxury (mewah) dan gedung
sederhana baik itu gedung kerja maupun hotel dan apartment yang mewah sekali
pun pasti memerlukan sanitasi yang semuanya itu pasti menngunakan instalasi
plumbing sedangkan Fungsi utama dari peralatan plumbing gedung adalah
menyediakan air bersih dan atau air panas ke tempat-tempat tertentu dengan
tekanan cukup, menyediakan air sebagai proteksi kebakaran dan menyalurkan air
kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari lingkungan sekitarnya.
3.2 SARAN
Untuk dapat menunjang kesehatan dan kenyamanan pengguna gedung,
diperlukan perencanaan plambing dan sanitasi yang terintegrasi dengan baik
Perancangan dan Perencanaan Sistem Plambing dan Sanitasi harus mengikuti
peraturan yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang guna mencega
h terjadinya gangguan terhadap aktivitas publik dalam gedung.
DAFTAR PUSTAKA
35
8153-2015)
Badan Standardisasi Nasional, Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing (SNI 03-
7065-2005) Municipal Rural Sanitation. New York: Mc Graw Hill
Book Company Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum Menteri Pekerjaan Umum. 2000.
36