Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN TUGAS BESAR

PLUMBING DAN PERALATAN INSTRUMENTASI (TLA-206)

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PLAMBING


DI PERPUSTAKAAN DAERAH KOTA MANGGAR
BELITUNG TIMUR

Tugas ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Plumbing dan Peralatan
Instrumentasi (TLA – 206)

Disusun Oleh :
DIAH ADESTI
25-2019-040

Dosen :
Djoni Kusmulyana Usman, Ir., M. Eng

Asisten :
Dilla Tarasyabani Putri

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan merupakan data arkeologi yang tidak dapat dipindahkan atau
dipisahkan dari matriksnya. Istilah tersebut dalam arkeologi disebut fitur.
Bangunan itu sendiri dibuat dengan tujuan menyediakan tempat bagi manusia,
sehingga dapat menetap dan melakukan kegiatan di dalamnya. Berdasarkan
kegunaan dan pemakainnya bangunan dikelompokkan menjadi beberapa
bagian, salah satunya bangunan sebagai sumber informasi dan ilmu, yaitu
perpustakaan (Sharer, 2003).
Perpustakaan sebagai sumber informasi memegang peranan penting
dalam pembangunan nasional dan merupakan sarana penunjang dalam
pendidikan. Perpustakaan pada dasarnya mempunyai tugas untuk menghimpun
atau mengadakan, mengolah dan menyebarluaskan informasi kepada
masyarakat yang membutuhkan. Selain itu perpustakaan umum juga
merupakan suatu unit kerja yang mengumpulkan karya cetak dan karya rekam
sebagai perwujudan cipta, rasa dan karsa manusia. Akibat pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin meningkat pula
jumlah informasi yang diterbitkan setiap harinya dalam bentuk buku, majalah,
surat kabar, dan laporan hasil penelitian. Oleh karena itu perpustakaan
berupaya untuk menyediakan koleksi dan layanan yang dapat memenuhi
kebutuhan pengguna. (Basuki, 1993)
Dalam merancang bangunan perpustakaan kita harus selalu
memperhatikan dan menyertakan faslitas utilitas bangunan yang nantinya
dikombinasikan dengan perancangan arsitektur,struktur, interior, dan
sebagainya. Dengan penentuan sistem utilitas yang baik dan sesuai pada
bangunan, pengguna dapat merasa nyaman dan aman untuk melakukan
aktifitas dalam nangunan sehingga bangunan dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Salah satu komponen utilitas yang penting yaitu sistem plambing
(Neufert, 2002)
Sistem plambing sangatlah penting, hal ini terbukti bila terjadi
kesalahan dalam perancangan, pemasangan atau perawatan dari peralatan
plambing dapat membahayakan jiwa manusia. Banyak kecelakaan fatal telah
terjadi dan banyak yang terkena penyakit akibat kesalahan perencangan dan
kesalahan pemasangan instalasi plambing, maka dari itu dirancanglah sistem
plambing yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005
Tentang Tata Perencanaan Sistem Plambing. Seperti merencanakan sistem
plambing untuk air bersih, air buangan ( grey water dan black water), air hujan,
dan pipa vent pada suatu bangunan. (Noerbambang, 1993)

Menurut Morimura dan Noerbambang (2000) sistem plambing gedung


merupakan aspek yang sangat berpengaruh dalam kesehatan, kenyamanan
dan kepuasan para pengunjung yang mengunjungi gedung, sehingga
diperlukan suatu perancangan sistem plambing gedung tersebut. Kesalahan
dalam perancangan, pelaksanaan ataupun operasional dari peralatan
plambing dapat mengganggu fungsi dari sistem plambing, sehingga akan
mempengaruhi kesehatan lingkungan gedung tersebut. Perencanaan sebuah
gedung menurut SNI 03-7065-2005 bahwa sebuah gedung yang
mempunyai jumlah penghuni lebih dari 500 orang atau jumlah
pengunjung lebih dari 1.500 orang harus mempunyai perancangan
sistem plambing. Sistem plambing itu sendiri merupakan bagian yang
tidak bisa dipisahkan dalam hal pembangunan suatu gedung. Setiap proyek
pembangunan gedung, perencanaan dan perancangan sistem plambing
merupakan pekerjaan awal bersamaan dengan pekerjaan perencanaan dan
perancangan lain dari gedung itu sendiri.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud tugas besar ini adalah merencanakan sistem plambing untuk air bersih,
air buangan (grey water dan black water), air hujan, dan pipa vent di
Perpustakaan daerah Kota Manggar.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari tugas besar ini adalah perencanaan sistem plambing di
Perpustakaan umum daerah , yaitu sebagai berikut :
1. Menciptakan suatu bangunan perpustakaan dengan konsep Post Modern
yang mempunyai daya tarik bagi pengunjung.
2. Menentukan jenis dan jumlah alat plumbing yang dibutuhkan di
Perpustakaan umum daerah
3. Menghitung volume air buangan ( grey water dan black water) yang
akan dihasilkan oleh Perpustakaan umum daerah
4. Menghitung kebutuhan air bersih yang dibutuhkan di Perpustakaan
umum daerah
5. Menyalurkan air bersih keseluruh bagian Perpustakaan secara optimal
serta menimalisir terjadinya gangguan teknis
6. Menentukan jalur pipa air bersih, air buangan, dan vent secara optimum
7. Menentukan rancangan penyalurkan air buangan dan vent secara
optimal sehingga tidak akan mengganggu aktivitas perpustakaan ba
kesehatan maupun faktor estetika sehingga pekerja lebih produktif

1.3 Sistematika Pelaporan

Adapun sistematika pelaporan yang digunakan dalam mengerjakan tugas besar ini,

yaitu:

1. BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan dan
juga sistematika pelaporan dari pembuatan tugas besar ini.
2. BAB 2 REFERENSI
Bab 2 pada tugas besar ini membahas mengenai referensi dari standar atau
peraturan yang digunakan dalam merencanakan pembuatan sistem plambing
dan dasar teori terkait perencanaan pembuatan sistem plambing di
Perpustakaan umum daerah
3. BAB 3 DASAR PERANCANGAN
Pada bab 3 akan dibahas mengenai dasar perencanaan dari instalasi air bersih,
air hujan , air ven, dan juga air buangan pada Perpustakaan umum daerah
4. BAB 4 TINJAUAN UMUM GEDUNG
Bab 4 berisi tentang tinjauan gedung Perpustakaan umum daerah yang
membahas gambaran umum dan fungsi gedung.
5. BAB 5 PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PLAMBING
Pada bab 5 tugas besar ini akan dibahas mengenai skematik sistem
perencanaan, perhitungan jumlah populasi yang ada di Perpustakaan umum
daerah, Perhitungan kebutuhan alat plambing yang dibutuhkan oleh
Perpustakaan umum daerah, sumber air, reservoir dan pompa, penentuan
dimensi pipa, kehilangan tekanan beserta gambar-gambar. Dan Skematik
perencanaan air buangan dan penentuan dimensi pipa air buangan pada
Perpustakaan umum daerah beserta gambar-gambar. Serta berisikan
perencanaan instalasi perpipaan air hujan yang meliputi Catchment area air
hujan, penentuan dimensi pipa air hujan dan juga gambar-gambar.

BAB II
REFERENSI

2. 1 Standar atau Peraturan

Dalam penulisan laporan tugas besar plambing menggunakan berbagai referensi yang
didapatkan dari beberapa sumber. Sumber yang digunakan, yaitu:

1. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta


2. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta
3. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 3. Erlangga: Jakarta
4. Noerbambang, Soufyan. Takeo Morimura. 1993. Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing. Pradnya Paramita: Jakarta
5. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing,
2000.
6. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan
Sistem Plambing, 2005
7. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada
Bangunan Gedung, 2015.
BAB III

DASAR PERENCANAAN

3.1 Sistem Instalasi Air Bersih

3.1.1 Definisi Air Bersih

Menurut PP No. 82 Tahun 2001, air ialah semua air yang berasal dari atas dan
bawah permukaaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Dan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 disebutkan bahwa definisi air bersih ialah
air yang dapat di pergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak.

3.1.2 Sumber Air Bersih

Berdasarkan letak sumbernya, air dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

a. Air Angkasa

Air angkasa atau air hujan ialah sumber air utama di bumi. Meskipun saat
pretisipasinya merupakan air yang paling bersih, air ini cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer yang disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme, dan gas (Chandra,2012).

b. Air Permukaan

Air ini meliputi bahan bahn air seperti sungai, danau, rawa, waduk, terjun dan
sumur permukaan. Sebagian besar air permukaan berasal dari air hujan yang jatuh
ke permukaan bumi (Chandra,2012).

c. Air Tanah
Air tanah merukan air yang tersimpan di dalam lapisan batuan yang mengalami
pengikisan secara terus menerus oleh alam (Sanropie,1984). Air tanah memiliki
beberapa kelebihan dibanding dengan sumber lainnya, yaitu air tanah biasanya
bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu adanya proses purifikasi atau
penjernihan. Namun air tanah mengandung zat-zat mineral dengan konsentrasi
tinggi seperti magnesium, kalium, dan logam berat seperti besi (Chandra, 2012).
3.1.3 Sistem Pengaliran

Metode dari pendistribusian air tergantung tofogradi dari sumber air konsumen
berada. Menurut Howard S.P (1985), sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai
berikut :

a. Cara Gravitasi

Cara pengaliran gravitasi ini dianggap cukup ekonomis karena hanya


memakai beda ketinggian. Karena sistem penyaluran ini digunakan ketika
elevasi sumber air memiliki perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah
pelayanannya, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan.

b. Cara Pemompaan

Cara pemompaan ini digunakan untuk meningkatkan tekanan yang


dibutuhkan untuk mendistribusikan air dari reservoir ke konsumen, krena
elevasi antar sumber air dengan daerah pelayanan tidak memberikan tekanan
yang cukup.

3.1.4 Sistem Penyediaan

Menurut Noerbambang dan Morimura 2005, sistem penyediaan air bersih yang
banyak digunakan dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. Sistem sambungan langsung


Sistem ini biasanya diterapkan pada perusahaan dan gedung gedung
kecil. Karena Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung
langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Sehingga tekanan pada
pipa terbatas dan ukuran pipa cabang dari pipa utama pun dibatasi.
b. Sistem tangki atap
Prinsip kerja dari sistem ini yaitu menampung air terlebih dahulu
didalam tangki bawah atau reservoir (dipasang dalam lantai terendah atau di
bawah muka tanah). Kemudian air tersebut dipompakan ke suatau tangki atas
yang biasanya dipasang di atap atau di lantai tertinggi bangunan, yang
nantinya akan didistribusikan keseluruh lantai. Sistem ini sering digunakan
karena memiliki keuntungan sebagai berikut :
 Efisien, karena sistem pompa yang menaikan air ketangki atap bekerja
secara otomatis.
 Perawatannya lebih sederhana dibandingkan dengan sistem tangki tekan.

Namun pada sistem ini harus dipasang alarm pada tangki bawah dan tangki
atas yang memberikan suara untuk tangki rendah dan muka air penuh.

Gambar 3.1 Sistem Dengan Tangki Atap (Noerbambang dan Morimura,2005).

c. Sistem tangki tekan


Berbeda dengan sistem tangki atap, prinsip kerja sistem ini yaitu air
yang telah ditampung di tangki bawah akan dipompaka kesuatu tangki atau
bejana tertutup sehingga udara yang ada didalamnya akan terkompresi, lalu
air akan didistribusikan ke sistem distribusi bangunan. Sisem ini
menguntungkan dari segi estetika karena tidak adanya tangki atap yang
mencolok juga tidak memerluka biaya yang mahal karena tidak memerlukan
tangki yang harus dipasang diatas bangunan. Namun tidak seperti sistem
tangki atap yang merupakan sistem penyimpanan tangki, sistem ini hanya
dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatik pompa penyediaan air
saja.
Gambar 3.2 Sistem Dengan Tangki Tekan (Noerbambang dan Morimura,
1991)
d. Sistem tanpa tangki
Pada sistem ini tidak dipergunakan tangki apapun. Sehingga air
dipompa langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa langsung
menghisap air dari pipa utama. Sehingga sistem ini akan mengurangi
kemungkinan pemcemaran air karena tidak terdapat tangki bawah maupun
atas, mengurangi kemungkinan terjadinya karat, mengurangi beban struktur
bangunan paa gedung pencakar langit. Namun kelemahan dari sistem ini yaitu
ketersediaan air tergantung pada sumber daya dan penggunaan listrik yang
besar.

3.1.5 Kebutuhan Alat Plumbing

Menurut SNI 8153:2015 Kebutuhan minimum alat plumbing ialah sebagai


berikut :

Tabel 3.1 Kebutuhan Minimum Alat Plambing1


Jenis Bathtub/
Kloset Urinal Kamar Mandi Pancuran Lainnya
Penggunaan Shower
A-1 Pria Wanit Pria Pria Wanit 1: 1-250 1 tempat
Tempat 1: 1-100 a 1: 1: 1-200 1: 1-200 a 1: 1- 2: 251-500 cuci/jem
berkum 2: 101- 1-25 2: 201-300 2: 201-400 200 3: 501-750 ur
-
pul 200 2: 26-50 3: 301-400 3: 401-600 2: 201-400
(biosko 3: 201- 3: 51-100 4: 401-600 4: 601-750 3: 401-600
p, 400 4: 101-200 4: 601-750
tempat 6: 201-300
konser, 8: 301-400
Lebih 400, Lebih 600, Lebih 750, Lebih
auditori
penambahan 1 penambah penambahan 1 setiap 750,
um)
setiap tambahan an 1 tambahan 250 pria penamb
500 pria dan setiap dan penambahan 1 ah an 1
penambahan 1 tambahan setiap tambahan 200 setiap
setiap tambahan 300 pria wanita tambaha
125 wanita n
500 orang
A-2 Pria Wanit Pria Pria Wanit 1: 1-250 1 tempat
Tempat 1: 1-50 a 1: 1: 1-200 1: 1-150 a 1: 1- 2: 251-500 cuci/jem
berkump 2: 51- 1-25 2: 201-300 2: 151-200 150 3: 501-750 ur
-
ul(restor 150 2: 26-50 3: 301-400 3: 201-400 2: 151-200
an, 3: 151- 3: 51-100 4: 401-600 4: 201-400
pubs, 300 4: 101-200
lounge, 4: 301- 6: 201-300
night 400 8: 301-400
Lebih 400, Lebih 600, Lebih400, Lebih
clubs
penambahan 1 penambah penambahan 1 setiap 750,
dan aula
setiap tambahan an 1 tambahan 250 pria penamba
makan)
250 pria dan setiap dan penambahan 1 h an 1
penambahan 1 tambahan setiap tambahan 200 setiap
setiap tambahan 300 pria wanita tambaha
125 wanita n 500
orang
A-3 Pria Wanit Pria Pria Wanit 1: 1-250 1 tempat
Tempat 1: 1-100 a 1: 1: 1-200 1: 1-200 a 1: 1- 2: 251-500 cuci/jem
berkump 2: 101- 1-25 2: 201-300 2: 201-400 100 3: 501-750 ur
-
ul dengan 200 2: 26-50 3: 301-400 3: 401-600 2: 101-200
tempat 3: 201- 3: 51-100 4: 401-600 4: 601-750 4: 201-300
duduk 400 4: 101-200 5: 301-500
permane 6: 201-300 6: 501-750
n 8: 301-400
Lebih 400, Lebih 600, Lebih750, Lebih
maupun
penambahan 1 penambah penambahan 1 setiap 750,
tidak
setiap tambahan an 1 tambahan 250 pria penamb
permane
500 pria dan setiap dan penambahan 1 ah an 1
n(musiu
penambahan 1 tambahan setiap tambahan 200 setiap
m,
setiap tambahan 300 pria wanita tambah
tempat
125 wanita an 500
ibadah,M
orang
asjid,
Pria Wanita Pria Pria Wani 1 untuk Tempat
perpustak
1 untuk 1 untuk 50 1: 1-25 1: 1-50 ta 1: 150 Wudhu
aan, Pri Wan
50 2: 26-50 2: 51-100 1-50
ruang a: ita :
3: 51-100 3: 101-150 2: 51-100
A- Pria Wanita Pria Pria Wanita 1: 1-250 1 tempat
4Tempat 1: 1-100 1: 1-25 1: 1-200 1: 1-200 1: 1- 2: 251-500 cuci/jemur
berkump 2: 101- 2: 26-50 2: 201-300 2: 201- 100 3: 501-750
ul 200 3: 51-100 3: 301-400 400 2: 101-200 -
dengan 3: 201- 4: 101-200 4: 401-600 3: 401- 4: 201-300
tempat 400 6: 201-300 750 5: 301-500
duduk 8: 301-400 6: 501-750
Lebih 400, Lebih 600, Lebih 750, Lebih
terbatas
penambahan 1 setiap penambaha penambahan 1 750,
(kolam
tambahan 500 pria n 1 setiap setiap tambahan penamba
renang,
dan penambahan 1 tambahan 250 pria dan h an 1
skating
setiap tambahan 125 300 pria penambahan 1 setiap
rinks,
wanita setiap tambahan tambaha
arena
200 wanita n 500
dan
orang
gymnasi
um)
A-5Tempat Pria Wanit Pria Pria Wanit 1: 1-250 1 tempat
berkumpul 1: 1-100 a 1: 1: 1-200 1: 1-200 a 1: 1- 2: 251-500 cuci/jemur
(Taman 2: 101- 1-25 2: 201-300 2: 201- 100 3: 501-750
Hiburan, 200 2: 26-50 3: 301-400 400 2: 101-200
-
stadion) 3: 201- 3: 51-100 4: 401-600 3: 401- 3: 201-300
400 4: 101-200 750 4: 301-500
6: 201-300 6: 501-750
8: 301-400
Lebih 400, Lebih 600, Lebih 750, Lebih 750,
penambahan 1 setiap penambah penambahan 1 penambah
tambahan 500 pria dan an 1 setiap setiap tambahan 250 an 1
penambahan 1 setiap tambahan pria dan setiap
tambahan 125 wanita 300 pria penambahan 1 tambahan
setiap 500 orang
tambahan 200 wanita
B Pria Wanit Pria Pria Wanit 1 untuk 1 tempat
Fasilitas 1: 1-50 a 1: 1: 1-200 1: 1-75 a 1: 150 cuci/jemur
Usaha 2: 51-100 1-15 2: 201-300 2: 76- 1-50
(bank, 3: 101- 2: 16-30 3: 301-400 150 2: 51-100
klinik, 200 3: 31-50 4: 401-600 3: 151- 3: 101-150
-
cuci 4: 201- 4: 51-100 200 4: 151-200
mobil, 400 6: 101-200 4: 201- 5: 201-300
salon 8: 201-400 300 6: 301-400
kecantika 5: 301-
n, healt 400
Lebih 400, Lebih 600, Lebih 400,
care,
laudry penambahan 1 setiap penambah penambahan 1
dan dry tambahan 500 pria dan an 1 setiap setiap tambahan 250
ceaning, penambahan 1 setiap tambahan pria dan
institusi tambahan 150 wanita 300 pria penambahan 1
pendidika setiap
n, tambahan 200 wanita
fasilitas
training,
kantor
pos dan
pecetaka
n)
E Pria : Wanita : Pria : Pria : Wanita : 1 untuk 1 tempat
Fasilita 1 untuk 1 untuk 30 1 untuk 25 1 untuk 1 untuk 40 150 cuci /jemur
s 50 40
Pendid
ikan
(sekol
ah -
swasta
dan
sekola
h
umum
)
F1, F2 Pria : Wani Pria Wanit Satu 1: 1-250 1 tempat
Fasilitas 1: 1-50 ta : 1: 1-50 a 1: panc 2: 251-500 cuci/jemur
Pabrik 2: 51-75 1-50 - 2: 51-75 1-50 uran 3: 501-750
atau 3: 76-100 2: 51-75 3: 76- 2: 51-75 untu
untuk 3: 76-100 100 3: 76-100 k 15
industri, oran
atau g
fabrikasi untu
, atau k
tempat men
perakita gata
n si
kepa
nasa
n,
kont
amin
asi
racu
n,
iritas
i
mate
rial
Lebih100, Lebih100, Lebih 750,
penambahan 1 setiap penambahan 1 penambah
-
tambahan 40 pekerja setiap tambahan 40 an 1
pekerja setiap
tambahan
500 orang
I-1 Rumah Pria Wanita Pria 1 1 untuk 1 tempat
(rumah 1 untuk 15 1 untuk 15 - 1 untuk 15 untuk 150 cuci/jemur
tinggal Wanita 8
lebih dari 1 untuk 15
16 orang)
untuk
24 jam
A-3 Pria Wanit Pria Pria Wanit 1: 1-250 1
Tempat 1: 1-100 a 1: 1: 1-200 1: 1-200 a 1: 2: 251-500 tempat
berkump 2: 101-200 1-25 2: 201-300 2: 201-400 1-100 3: 501-750 cuci/jem
ul 3: 201-400 2: 26-50 3: 301-400 3: 401-600 2: 101- ur
dengan 3: 51-100 4: 401-600 4: 601-750 200
tempat 4: 101-200 4: 201- -
duduk 6: 201-300 300
permane 8: 301-400 5: 301-
n 500
maupun 6: 501-
tidak 750
Lebih 400, Lebih 600, Lebih750, Lebih
permane
penambahan 1 setiap penambaha penambahan 1 750,
n(musiu
tambahan 500 pria n 1 setiap setiap tambahan penamba
m,
dan penambahan 1 tambahan 250 pria dan h an 1
tempat
setiap tambahan 125 300 pria penambahan 1 setiap
ibadah,M
wanita setiap tambahan tambaha
asjid,
200 wanita n 500
perpusta
orang
kaan,
Pria Wanita Pria Pria Wani 1 untuk 150 Tempat Wudhu
ruang 1 untuk 50 1 untuk 50 1: 1-25 1: 1-50 ta 1:
Pria Wan

ajar : 1: ita :
2: 26-50 2: 51-100 1-50
1-10 1: 1-
besar, 3: 51-100 3: 101-150 2: 51-100
gymnasiu 4: 101-200 4: 151-200 3: 101-150 2: 11-20 25

m, 6: 201-300 4: 151-200 3: 21-30 2:


8: 301-400 4: 31-40 26-
tempat
5: 41-50 50
renang Penambah Penambaha Lebih 400, Lebih 200, penambahan Lebih 50,
indoor) an 1 untuk n 1 untuk penambahan 1 untuk setiap penambahan
setiap setiap 1 untuk tambahan 100 pria dan 1 untuk setiap
tambahan tambahan setiap penambahan 1 untuk tambahan 15
100 pria 100 wanita tambahan 50 setiap tambahan 100 pria
pria. wanita. dan
penambahan 1
untuk setiap
tambahan 30
wanita
Sumber : SNI 8153:2015

3.1.6 Kebutuhan Air

Kebutuhan/permintaan air ialah air yang diperlukan untuk menunjang segala


kegiatan manusia, yang meliputi kebutuhan air domestik dan non domestik (Kodatie,
2008).

a. Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan air domestik ialah kebutuhan air untuk tempat tinggal yang
meliputi semua kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga, seperti mencuci
pakaian, mandi, menyiram tanaman, mencuci kendaraan. (Kindler dan Russel,
1984).
b. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik meliputi pemanfaatan komersial,
kebutuhan institusi, dan kebutuhan industri. Kebutuhan air komersial untuk
suatu daerah cenderung meningkat dengan peningkatan penduduk dan
perubahan tataguna lahan. Lalu untuk kebutuhan institusi antara lain meliputi
kebutuhan air untuk sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, gedung-gedung
pemerintahan dan lain-lain (Kodoatie,2008).

Tabel 3.2 Pemakaian Air Dingin Minimum Sesuai Penggunaan Gedung

No Penggunaan Gedung Pemakaian Air Satuan


1 Rumah Tinggal 120 Liter/penghuni/hari
2 Rumah Susun 100 Liter/penghuni/hari
3 Asrama 120 Liter/penghuni/hari
4 Rumah Sakit 500 Liter/tempat tidur
pasien/hari
5 Sekolah Dasar 40 Liter/siswa/hari
6 SLTP 50 Liter/siswa/hari
7 SMU/SMK dan lebih tinggi 80 Liter/siswa/hari
8 Ruko/Rukan 100 Liter/penghuni dan
pegawai/hari
9 Kantor/Pabrik 50 Literpegawai/hari
10 Toseba, Toko Pengecer 5 Liter /m²
11 Restoran 15 Liter/kursi
12 Hotel Berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari
13 Hotel Melati/ Penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari
14 Gd. Pertunjukan, Bioskop 10 Liter/kursi
15 Gd. Serba Guna 25 Liter/kursi
16 Stasiun, Terminal 3 Liter/penumpang tiba dan
pergi
17 Peribadatan 5 Liter/orang, (belum
dengan air wudhu)
Sumber SNI 03-7065-2005

Pemakaian air bersih pada tiap-tiap gedung berbeda tergantung jumlah


penghuninya dan luas dari bangunan tersebut. Tabel 3.3 Dibawah ini merupakan
jumlah pemakaiann air rata-rata per hari sesuai dengan SNI 03-6481-2000.

Tabel 3.3 Pemakaian Air Rata-Rata per Orang Setiap Hari

Jangka
Pemakaia Waktu
Perbandinga
n Air Rata- Pemakaia
N n Luas Lntai
Jenis Gedung Rata n Air Rata- Keterangan
o Efektif/Total
Sehati Rata
(%)
(liter) Sehari
(Liter)
1 Perumahan Setiap
Mewah 250 8-10 42-45 penghuni
2 Rumah Biasa Setiap
160-250 8-10 50-53
penghuni
3 Apartemen Mewah 250
liter
Menengah
200-250 8-10 45-50
180 liter
Bujangan
100 liter
4 Asrama 120 8 Bujangan
5 Rumah Sakit Mewah 8-10 45-48 (setiap
>1000 tempat
Menengah tidur
pasien)
Pasien luar
500-1000 8 liter
Umum Keluarga
350-500 160 liter
Staf 120
liter
6 Sekolah Dasar Guru 100
40 5 58-60
liter
7 SLTP Guru 100
50 6 58-60
liter
8 SLTA atau PT Guru/dosen
80 6
100 liter
9 Rumah toko Penghuni
100-200 8
160 liter
10 Gedung kantor Setiap
100 8 50-60
pegawai
11 Toserba Pemakaian
hanya
termasuk
3 7 55-60 kasus
belum
termasuk
restoran
12 Pabrik/Industri Pria 60 Per orang
Wanita 8 setiap
100 giliran
13 Stasiun/Termina Setiap
3 15
l penumpang
14 Restoran Penghuni
30 5
160 iter
15 Restoran Umum Penghuni
160 liter
Pelayan
160 liter
15 7 70% tamu
perlu 15
ltr/orang
untuk
kakus
16 Gedung Setiap
Pertunjukan penonton
30 5 53-55
(untuk 1
kali)
17 Gedung Bioskop Setiap
penonton
10 3
(untuk 1
kali)
18 Toko Pengecer 40 6 30
liter/tamu,
150
liter/staf
atau 5 liter
per hari/m²
lantai
19 Hotel 250-300 10 Setiap
tamu
Staf 120-
150 liter
Penginapan
200 ltr
20 Peribadatan Jumlah
10 2
jemaah
21 Perpustakaan Setiap
25 6
pembaca
22 Bar Setiap
30 6
tamu
23 Perk. Sosial Setiap
30
tamu
24 Kelab Malam Setiap
120-350
tamu
25 Gedung Setiap
150-200
perkumpulan tamu
26 Laboratorium 100-200 8 Setiap staf
Sumber : SNI 03-6481-2000

3.1.7 Tangki Air

Kebutuhan air bersih pada sistem plambing gedung yang terus menerus
mengharuskan direncanakannya peralatan penampung air atau biasa disebut tangki
air. Tangki air juga harus dapat menjamin kualitas air didalamnya. Berikut adalah
jenis-jenis tangki air:

a. Tangki Air Bawah

Sebelum air dari jaringan air bersih kota dipompa menuju jaringan pipa
penyediaan air gedung, air akan dialirkan melewati katup bola dan ditampung
kedalam tangki air bawah. Menurut SNI 03-7065-2005 tangki air bawah harus
direncanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
 tangki air tidak merupakan bagian struktural dari bangunan tersebut,
dan bila diletakkan diluar bangunan harus kedap dan tahan terhadap
beban yang mempengaruhinya.
 tangki yang dipasang pada lantai terbawah yang berjarak dengan bak
penampung air kotor atau air buangan harus tidak kurang dari 5
meter.
 ruang bebas disekeliling tangki untuk pemeriksaan dan perawatan,
disebelah atas, dinding, dan di bawah dasar tangki harus minimal 60
cm.
 lubang perawatan berdiameter minimal 60 cm, dengan tutup lubang
harus berada kira- kira 10 cm lebih tinggi dari permukaan plat tutup
tangki, mempunyai kemiringan yang cukup.
 pipa keluar dari tangki dipasang minimal 20 cm diatas dasar tangki.
 konstruksi tangki dan penempatan lubang pengisian dan pengeluaran
air harus dapat mencegah timbulnya bagian air yang terlalu lama
diam dalam tangki.
b. Tangki Air Atas
Air dari tangki air bawah akan disedot menggunakan pompa menuju ke
tangki ini. Tangki atas direncanakan untuk memuat kebutuhan puncak, dan
pada umumnya direncanakan dengan kapasitas yang cukup untuk waktu
kebutuhan puncak tersebut, yang biasanya 30 menit. Pada kejadian tertentu
bisa terjadi jika kebutuhan puncak dimulai ketika muka air berada pada kondisi
terendah dalam tangki atas, alhasil harus ditentukan jumlah air yang bisa
ditampung pada waktu 10 hingga 15 menit dengan pompa angkat.
Menurut SNI 03-7065-2005 Tangki air atas direncanakan pada
ketinggian yang cukup untuk memberikan tekanan statik pada alat plambing
tertinggi dibangunan tersebut.
c. Tangki tekan
Tangki tekan ialah tangki harus direncanakan dengan tekanan yang
cukup untuk memenuhi persyaratan minimum pada alat plambing terjauh dan
tertinggi. Menurut SNI 03-6481-2000 konstruksi tangki air mempunyai kriteria
sebagai berikut :
 Tangki air harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bocor, tahan
terhadap binatang perusak, korosi dan tekanan yang timbul pada saat
digunakan.
 Tangki atas harus ditutup dan dilengkapi dengan ven, yang bukaannya
terlindungi.
 Tangki atas digunakan dalam menyimpan air cadangan untuk
kebutuhan singkat dan untuk menstabilkan tekanan air karena adanya
fluktuasi pemakaian air sehari-hari.
 Tangka bawah harus direncanakan dengan baik agar dapat
menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk system
tersebut.
3.1.8 Laju Aliran Air
Laju aliran pipa sangat mempengaruhi kapasitas peralatan dan ukuran pipa
dalam perancangan sistem air bersih suatu bangunan. Menurut Soufyan M.
.Noerbambang dan Morimura (2005) terdapat tiga metode untuk memperoleh besarnya
laju aliran air yaitu :
a. Berdasarkan Jumlah Pemakai
Metode ini berdasarkan pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni dan
perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari dapat
diperkirakan, meskipun jenis maupun jumlah alat plambing belum ditentukan.
Tetapi apabila jumlah penghuni sudah diketahui atau ditetapkan dalam gedung
tersebut, maka angka tersebut dapat dipakai untuk menghitung pemakaian air
rata-rata sehari berdasarkan ”standar” mengenai pemakaian air per orang per hari
untuk sifat penggunaan gedung tersebut. Angka pemakaian air yang diperoleh
dengan metode ini biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah,
tangki atap, pompa, dan sebagainya.
 Perhitungan Jumlah Penghuni
Jumlah penghuni : Beban penghunian ruangan Bangunan / Luas
 Pemakaian Air Rata-Rata Perhari
Qh = Qd/T
Keterangan : Qd = Jumlah penghuni x pemakaian air per orang/hari.
Qh = Pemakaian air rata-rata (m3 /hari).
T = Jangka waktu pemakaian (h).
 Pemakaian Air Pada Jam Puncak
b. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat
diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil juga harus diketahui
jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.
Rumus menghitung faktor pemakaian :

Yn=Y 1−[ ( Y 1−Y 2 ) x ( XXn− X1


2−X 1 )
]

Keterangan :
Yn = Faktor pemakaian (%).
Y1 = Jenis alat plambing pada jumlah 1.
Y2 = Jenis alat plambing pada jumlah 2.
X1 = Jumlah alat plambing 1.
X2 = Jumlah alat plambing 2.
Xn = Jumlah alat plambing yang akan dicari.
Tabel 3.4 Pemakaian Air Tiap Alat Plambing
No Nama alat plambing Pemakaian Penggunaan Laju aliran Waktu
air untuk per jam air untuk
penggunaan (liter/menit) pengisian
satu kali
(liter)
1 Kloset (dengan katup 13,5-16,5 6-12 110-180 8,2-10
gelontor)
2 Kloset (dengan 13-15 6-12 15 60
tangka gelontor)
3 Peturasan (dengan 5 12-20 30 10
katup gelontor)
4 Peturasan, 2-4 orang 9-18 12 1,8-3,6 300
(dengan tangka (@4,5)
gelontor)
5 Peturasan, 5-7 orang 22,5-31,5 12 4,5-6,3 300
(dengan tangka (@4,5)
gelontor)
6 Bak cuci tangan kecil 3 12-20 10 18
7 Bak cuci tangan 10 6-12 15 40
biasa (lavatory)
8 Bak cuci dapur (sink) 15 6-12 15 60
dengan keran 13
mm
9 Bak cuci dapur (sink) 25 6-12 25 60
dengan keran 22
mm
10 Bak mandi rendam 125 3 30 250
(bathtub)
11 Pancuran mandi 24-60 12 120-300
(shower)
12 Bak mandi gaya Tergantung 3 30
jepang ukurannya
Sumber : Soufyan M. Noerbambang & Morimura (2005)
c. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing
Dalam metode ini, untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban
(fixture unit). Pada setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua alat
plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan
kurva. Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing
dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan
serempak dari alat-alat plambing.
Tabel 3.5 Unit Beban alat Plambing Untuk Penyediaan Air Dingin
Jenis Alat Jenis Unit alat plambing
Keterangan
Plambing penyediaan air Pribadi Umum
Kloset Katup gelontor 6 10
Kloset Tangka
3 5
gelontor
Peturasan Katup gelontor
10
dengan tiang
Peturasan Katup gelontor
terbuka (urinall 5
stall)
Peturasan Tangki
terbuka (urinall gelontor 3
stall)
Bak cuci (kecil) Keran 0,5 1
Bak cuci tangan Keran 1 2
Bak mandi Keran
rendam (Bath pencempur air
2 4
Tub) dengan dingin
dan panas
Pancuran Keran
mandi (Shower) pencempur air
2 4
dengan dingin
dan panas
Pancuran Keran
mandi tunggal pencempur air
2
dengan dingin
dan panas
Bak cuci (untuk tiap
2
bersama keran)
Bak cuci pel Keran Gedung
3 4
kantor,dsb.
Bak cuci dapur Keran Untuk umum ;
2 4 hotel atau
restoran, dll
Bak cuci piring Keran 5
Bak cuci Keran 3
pakaian (satu
sampai tiga)
Pancuran Keran air
2
minimum minum
Pemanas air Katup bola 2
Sumber : Soufyan M. Noerbambang & Morimura (2005)

3.1.9 Penentuan Dimensi Pipa Air Bersih

Tabel 3.6 Ukuran Minimum Pipa Penyediaan Air Alat Plambing

No Alat Plambing Ukuran Minimum (mm)


Air Dingin Air Panas
1 Bak mandi 15 15
2 Bedpan washer 25 25
3 Bidet 15 15
4 Gabungan bak cuci dan dulang cuci 15 15
pakaian
5 Unit dental dan peludahan 10 -
6 Bak cuci tangan untuk dokter gigi 15 15
7 Pancuran air minum 10 -
8 Bak cuci tangan 10 10
9 Bak cuci dapur 15 15
10 Bak cuci pakaian (1 atau 2 15 15
komponen)
11 Dus, setiap kepala 15 15
12 Service sink 15 15
13 Peterusan pedestal berkaki 25 -
14 Peterusan, wall lip 15 -
15 Peterusan, palung 20 -
16 Peterusan dengan tangka gelontor 10 -
17 Bak cuci, bulat atau jamak (setiap 15 15
kran)
18 Kloset dengan katup glontor 25 -
19 Kloset dengan tangka glontor 10 -
Sumber : 03-6481-2000

3.1.10 Tekanan Air

Secara umum besarnya tekanan standar adalah 1 kg/m², sedangkan tekanan


statik sebaiknya diusahakan antara 4-5 untuk perkantoran dan antara 2,5-3,5 untuk
hotel dan perumahan. Ditambah lagi beberapa macam alat plambing tidak dapat
berfungsi dengan baik bila tekanannya dibawah batas minimum. Berikut tekanan
minimum yang dibutuhkan alat plambing ;

Tabel 3.7 Tekanan Minimum yang Dibutuhkan Alat Plambing


No Nama Alat Plambing Tekanan yang Diperlukan
(kg/cm²)
1 Katup Gelontor Kloset 0,7
2 Katup Gelontor Peturusan 0,4
3 Kran yang Menutup Otomatik 0,7
4 Pancuran Mandi, dengan pancuran air halus 0,7
5 Pancuran Mandi Biasa 0,35
6 Kran Biasa 0,3
Sumber : Soufyan M. Noerbambang & Morimura (2005)

3.2 Sistem Instalasi Air Buangan

3.2.1 Air Buangan

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun


2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, yaitu air limbah atau air buangan adalah sisa dari
suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Sedangkan menurut Sugiharto
(2008), air buangan ialah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan berasal dari
industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air uangan
ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.

Definisi air buangan menurut UU No. 23 Tahun 2009 tentang Pengolahan


Lingkungan Hidup, definisi air limbah yaitu :

a. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa air buangan dari perumahan,
institusi, komersial, dan industri.
b. Kotoran dari masyarakat rumah tangga , industri, air tanah/permukaan
serta buangan lainnya (kotoran umum).
c. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan,
perkantoran, industri maupun tempat umum lainnya, dan biasanya
mengandung zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan
manusia setra menggangu kelestarian lingkungan hidup.
d. Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya
mungkin baik.

3.2.2 Sumber dan Jenis Air Buangan

Menurut Notoatmodjo (2003), air buangan ialah air yang berasal dari berbagai
sumber yang dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah
ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar
mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
b. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan
jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih
rumit.
c. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang
berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Jenis air buangan menurut Soufyan M. Noerbambang dan Morimura (2005)


dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

a. Air kotor : Air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari
bidet, peturasan, kloset, dan alat-alat plambing sejenisnya.
b. Air bekas : Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing seperti bak mandi
(bath up), bak dapur, bak cuci tangan dan alat-alat plambing sejenisnya.
c. Air hujan : Air buangan dari atap, genting, halaman dan sebagaianya.
d. Air buangan khusus : Air buangan yang mengandung racun, gas dan bahan
berbahaya yang berasal dari industri, air buangan dari rumah pemotongan
hewan yang bercampur dengan darah dan daging hewan, tempat pengobatan,
tempat pusat listrik tenaga nuklir yang berbahaya, tempat pemeriksaan di
e. rumah sakit, tempat laboratorium pengobatan atau penelitian yang memakai
bahan yang bersifat radioaktif.
f. Air buangan restoran : Air buangan yang mengandung banyak lemak dan
heksan.

3.2.3 Sistem Penyaluran Air Buangan


Pada SNI 03-7065-2005 sistem penyaluran air buangan dibagi menjadi dua
yaitu :

a. sistem gravitasi, adalah air buangan yang dialirkan secara gravitasi,


dengan mengatur letak dan kemiringan pipa-pipa pembuangan. Di mana
tidak diperlukan pompa karena seluruh sistem pengaliran akan diletakkan
lebih tinggi dari pada saluran umum sekitar (Noerbambang dan
Morimura,2005).
b. sistem bertekanan, adalah air buangan yang dikumpulkan dalam bak
penampung dan kemudian dipompakan keluar, dengan menggunakan
pompa yang bekerja otomatik.
3.2.4 Nilai Unit Beban Alat Plambing (UBAP) Air Buangan

Tabel 3.8 Unit Beban Alat Plambing untuk Air Buangan

Nilai beban
n
Alat plambing atau kelompok alat plambing unit alat
o
plambing
1 Kelompok alat plambing di kamar mandi yang terdiri dari bak
cuci tangan, bak mandi/dus dan kloset dng katup penggelontor 8
langsung
2 Kelompok alat plambing di dalam kamar mandi yang terdiri
dari bak
6
cuci tangan, bak mandi/ dus dan kloset dengan katup
penggelontor
3 Bak mandi dengan perangkap 40 mm 2
4 Bak mandi dengan perangkap 50 mm 3
5 Bidet dengan perangkap 40 mm 3
6 Gabungan bak cuci dan bak cuci pakaian dengan perangkap 40
3
mm
7 Gabungan bak cuci dan bak cuci pakaian yang menggunakan
peng- gerus sisa makanan (perangkap 40 mm terpisah untuk 4
tiap unit)
8 Unit dental atau peludahan 1
9 Bak cuci tangan untuk dokter gigi 1
10 Pancuran air minum 0,5
11 Mesin cuci piring untuk rumah tangga 2
12 Lubang pengering lantai 1
13 Bak cuci dapur untuk rumah tangga 2
14 Bak cuci dapur rumah tangga dengan unit penggerus sisa
3
makanan
15 Bak cuci tangan dengan lubang pengeluaran air kotor 40 mm 2
16 Bak cuci tangan dengan lubang pengeluaran air kotor 25 mm
1
atau 32 mm
17 Bak cuci tangan pemangkas rambut, salon kecantikan, kamar
2
Bedah
18 Bak cuci tangan jenis majemuk seperti pancuran cuci atau bak
cuci, 2
untuk tiap bak cuci tangan setaraf
19 Bak cuci pakaian (1 atau 2 bagian) 2
20 Dus pada ruang dus 2
21 Dus pada kelopok dus untuk tiap dus 3
22 Bak cuci untuk kamar bedah 3
23 Baka cuci jenis ppenggelontor bibir untuk katup gelontor
8
langsung
23 Bak cuci jenis umum dengan pengeluaran dan perangkap pada
3
lantai
24 Bak cuci seperti pot, ruang cuci atau sejenis 4
25 Bak cuci jenis umum yang dengan pengeluaran dan
2
perangankap
26 Peturasan dengan katup glontor 25 mm 8
27 Peturasan dengan katup glontor 20 mm 4
28 Peturasan dengan tangki gelontor 4
29 Kloset dengan katup gelontor 8
30 Kloset dengan tangki gelontor 4
31 Kolam renang untuk tiap volume, 50 m3 1
32 Alat plambing yang tak tercantum diisini dengan pengering
1
atau perangkap berukuran 32 mm
33 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
2
perangkap berukuran 40 mm
34 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
3
perangkap berukuran 50 mm
35 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
4
perangkap berukuran 63 mm
36 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
5
perangkap berukuran 90 mm
37 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
6
perangkap berukuran 110 mm
Sumber : SNI 03-7065-2005

Tabel 3.9 Beban Maksimum Yang Diijinkan Untuk Perpipaan Air Buangan
(dinyatakan dalam unit beban alat plambing)

Ukuran Pipa Sebuah Pipa tegak untuk


Saluran air buangan gedung
pipa cabang pipa tegak lebih dari tiga
dan riol air limbah gedung
mm datar tiga lantai
Jumlah Jumlah Kemiringan (%)
dari interval
untuk pada 0,5 1 2 4
plambing cabang
pipa tiga satu
(*) atau
kurang lantai lantai
3 4 8 2 - - - -
40 1)
6 10 24 6 - - 21 26
501)
12 20 42 9 - - 24 31
631)
75 - -
202) 30 3) 60 3) 16 3) 42 2) 50 2)
110 160 240 500 90 - 180 216 250
125 360 540 1100 200 - 390 480 575
150 620 960 1900 350 - 700 840 1000
200 1400 2200 3600 600 1400 1600 1920 2300
250 2500 3800 5600 1000 2500 2900 3500 4200
315 3900 6000 8400 1500 3900 4600 5500 6700
375 7000 - - - 7000 8300 10000 12000
Keterangan:
(*) tidak termasuk pipa cabang yang berhubungan langsung dengan saluran pembuangan gedung.
1) tidak boleh untuk kloset.
2) tidak boleh lebih dari 2 (dua) kloset.
3) tidak boleh lebih dari 6 (enam) kloset
Sumber : SNI 03-7065-2005

3.2.5 Penentuan Dimensi Pipa Air Buangan

Menurut SNI 03-7065-2005, pipa pembuangan memiliki ketentuan sebagai


berikut :

a. Ukuran minimum pipa cabang mendatar, harus mempunyai ukuran minimal


sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang dilayaninya.
b. Ukuran minimum pipa tegak, harus mempunyai ukuran minimal sama dengan
diameter terbesar cabang mendatar yang disambungkan ke pipa tegak
tersebut.
c. Pengecilan ukuran pipa tidak boleh dalam arah air buangan. Pengecualian
hanya pada kloset, dimana pada lobang keluarnya dengan diameter 100 mm
dipasang pengecilan pipa 100x 75 mm. Cabang mentadar yang melayani satu
kloset harus mempunyai diameter minimal 75 mm, untuk dua kloset atau lebih
minimal 100 mm.
d. Pipa di bawah tanah, aladah pipa pembuangan yang ditanam di dalam tanah
atau di bawah lantai bawah harus mempunyai ukuran minimal 50 mm
e. Interval cabang aladah jarak pada pipa tegak antara dua titik di mana cabang
mendatar disambungkan pada pipa tegak tersebut, jarak ini minimal 2,5 m.
Ukuran pada pipa air pembuangan ditentukan berdasarkan nilai unit beban alat
plambing maksimumyang diizinkan untuk setiap diameter pipa. Sebagaimanna seperti
yang dicantumkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.10 Ukuran Minimum Pipa Perangkap dan Pengering Alat Plambing

No Alat Plambing Ukuran (mm)


1 Bak mandi (dengan atau tanpa dus) 40
2 Bidet 40
3 Unit dental atau peludahan 32
4 Bak cuci tangan untuk dokter 32
5 Pancaran air minum 32
6 Mesin cuci piring untuk rumah tangga 40
7 Mesin cuci piring untuk komersial 50
8 Lubang pengering lantai 80
9 Bak cuci dapur untuk rumah tangga 40
10 Bak cuci dapur untuk rumah tangga dng unit penggerus sisa 40
makanan
11 Bak cuci tangan umum 32
12 Bak cuci tangan untuk pemangkas rambut, salon kecantikan, 40
dan kamar bedah
13 Bak cuci tangan jenis majemuk (pancuran cuci atau bak cuci) 40
14 Bak cuci pakaian (satu atau dua bagian) 40
15 Dus (ruang dus) 50
16 Bak cuci untuk kamar bedah 40
17 Bak cuci jenis bibir penggelontor, katup glontor 80
18 Bak cuci jenis umum dipakai dengan perangkap P 50
19 Bak cuci jenis umum dipakai dengan standar perangkap 80
pada lantai
20 Bak cuci komersiil dengan unit penggerus sisa makanan 50
21 Bak cuci komersiil (pot, ruang cuci atau yang sejenis) 50
22 Peturasan jenis berkaki lengkap dengan perangkap integral 80
23 Perangkap (semua jenis lengkap dengan perangkap integral 50
kecuali jenis berkaki)
24 Peturasan jenis stall, washout, dengan perangkap terpisah 50
25 Peturasan jenis yang digantung pada dinding dengan 40
perangkap terpisah
26 Kloset 80
Sumber : SNI 03-7065-2005

3.2.6 Kemiringan dan Kecepatan Pipa Air Buangan

Pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai
dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan agar mampu
mengalirkan dengan cepat air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian
padat. Kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu per diameter pipanya
(dalam mm) (Noerbambang, Soufyan & Morimura 2005).

Tabel 3.11 Kemiringan Pembuangan Pipa Horizontal

Diameter Pipa Kemiringan


(mm) Minimum
75 atau kurang 1/50
100 atau kurang 1/100
Sumber : Soufyan M. Noerbambang & Morimura (2005)

3.3 Sistem Instalasi Ven

3.3.1 Jenis Pipa Ven

Jenis pipa ven menurut Soufyan M. Noerbambang dan Morimura (2005) adalah
sebagai berikut :

a. Ven tunggal, pipa ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
disambungkan pada sistem ven yang lainnya atau langsung ke udara
luar/terbuka.
b. Ven lup, pipa ven ini melayani dua atau lebih alat plambing (maksimum 8) dan
disambungkan ke ven pipa tegak.
c. Ven pipa tegak, merupakan perpanjangan dari pipa tegak buangan, diatas
cabang mendatar pipa air buangan yang paling tinggi.
d. Ven bersama, pipa ven ini dimana pipa ven dipasang untuk melayani dua alat
plambing yang dipasang bertolak belakang.
e. Ven basah, dimana pipa ven ini berfungsi menerima air buangan dari alat
plambing selain kloset.
f. Ven pelepas, dimana pipa ven ini berfungsi untuk melepas tekanan udara
dalam pipa pembuangan.
g. Ven balik, pipa bagian ven tunggal yang membelok kebawah setelah bagian
tegak keatas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing.
h. Ven yoke, yaitu pipa ven yang menghubungkan pipa tegak air buangan pada
pipa tegak ven.

3.3.2 Penentuan Dimensi Pipa Ven

Tabel 3.12 Ukuran Pipa Tegak Ven Dan Ven Cabang


Ukuran pipa Unit alat Ukuran Pipa Ven yang disyaratkan
tegak air plambing yang 3 40 50 65 80 100 125 150 200
kotoran atau dihubungkan 2
air buangan
Panjang Ukur Maksimum Pipa Ven (m0

32 2 9
40 8 1 45
5
40 10 9 30
50 12 9 20
50 20 7 15
65 42 9 30 90
80 10 9 30 60 180
80 30 18 80 150
80 60 15 24 120
100 100 10 30 75 300
100 200 27 75 270
100 500 20 54 210
125 200 10 24 105
125 500 9 20 90
125 1100 6 15 60
150 350 7 15 60 120 390
150 620 5 9 35 90 330
150 960 7 30 75 300
150 1900 6 20 60 210
200 600 15 45 150 390
200 1400 12 30 120 360
200 2200 9 24 105 330
200 3600 7 18 75 240
250 1000 22 35 300
250 2500 15 30 150
250 3800 9 24 105
250 5600 7 18 75
Sumber : SNI 03-7065-2005

3.4 Sistem Instalasi Air Hujan

3.4.1 Pengaliran Air Hujan

Menurut Worm dan Hatttum (2006), system penyaluran dari permukaan atap
biasanya terdiri dari talang dan pipa penyalur. Sistem ini berguna untuk mengangkut
air hujan dari atap menuju tampungan. Untuk pengoprasian yang efektif dari system
penampungan air hujan,desain, dan konstruksi yang cermat sangatlah penting, sebab
talang dan pipa penyalur merupakan bagian yang paling lemah dari system
penampung ini.
3.4.2 Penentuan Dimensi Pipa Air Hujan

Ukuran talang hujan dipengaruhi oleh luat atap yang dilayani dan sesuai
dengan tabel 3.13 yang diizinkan untuk talangnya. Apabila atap tersebut mendapat
tambahan air hujan dari dinding yang berdekatan, harus ditambah dengan
memperhitungkan 50% luas dinding terluas yang dianggap sebagai atap (SNI 03-7066-
2005).

Tabel 3.13 Beban Maksimum yang Diizinkan Untuk Talang Atap

Pipa Datar
Talang Atap Datar Terbuka
Pembuangan Air Hujan
Ukuran Pipa Tegak
Pipa (mm) Air Hujan Kemiringan Kemiringan
1% 2% 4% ½% 1% 2% 4%
50 63
65 120
80 200 75 105 105 15 20 30 40
100 425 170 245 345 30 45 65 90
125 800 310 435 620 55 80 115 160
150 1290 490 700 990 85 12 175 250
5
200 2690 1065 1510 2135 180 26 365 520
0
250 1920 2710 3845 330 47 665 945
0
300 3090 4365 6185
350 5525 7800 11055
CATATAN : Tabel ini berdasarkan pada curah hujan 100 m per jam. Bila curah hujan lebih besar, nilai
luas pada table tersebut diatas harus disesuaikan dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10
dibagi dengan kelebihan curah hujan dalam mm perjam. Pipa tegak air hujan yang tidak berbentuk
pipa (selinder), maka dapat berbentuk lain asalkan pipa tersebut dapat masuk kedalam penampang
bentuk lain tersebut, talang atap yang tidak berbentuk setengah lingkaran harus mempunyai
penampang luas yang sama.
Sumber : SNI 03-7065-2005
BAB IV

TINJAUAN UMUM GEDUNG

4.1 Fungsi Gedung Secara Umum

Bangunan yang akan direncanakan mengenai sistem plambing ini merupakan gedung
perpustakaan dengan nama Perpustakaan ABATASA. Perpustakaan Abatasa merupakan
perpustakaan umum. Perpustakaan Abatasa terletak di Jalan Sunan Gunung Jati No.
06, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat. Gedung perpustakaan ini sama seperti
perpustakaan pada umumnya, yang membadakan adalah terdapat fasilitas-fasilitas
yang lebih lengkap serta ruang koleksi yang lebih beragam. Terdapat ruang untuk
koleksi buku-buku langka, ruang Multemedia yang lengkap, serta ruang meeting yang
nyaman. Bangunan Perpustakaan di buat dengan konsep sebaik mungkin agar para
pengunjung merasa nyaman sehingga meningkatkan minat baca pada masyarakat
Indonesia.

Dalam perencanaannya Perpustakaan ABATASA akan dibuat bangunan 5 lantai dengan


luas akan dibangun 5 lantai dengan luas bangunan 550 m2 pada setiap lantainya.
Kategori untuk setiap lantai berbeda, antara lain:

 Lantai 1 terdiri dari receptionist, ruang tunggu, ruang pelayanan keanggotaan,


loker, dan musholah
 Lantai 2 terdiri dari cafeteria, ruang multimedia, ruang baca anak,ruang
pelayanan, ruang staff, dan loker
 Lantai 3,4, dan 5 terdiri dari ruang koleksi, ruang koleksi buku langka, ruang
pelayanan keanggotaan, ruang baca private, ruang meeting dan musholah

4.2 Fungsi Gedung Setiap Lantai

Dalam merencanakan system plambing suatu bangunan dipengaruhi oleh beberapa hal
salah satunya ada fungsi ruang yang akan dibuat serta jumlah populasi maksimum
yang akan menempatinya. Dengan mengetahui fungsi dan luas ruang dapat
diperhitungkan populasi yang akan menempati ruang sehingga dapat pula dihitung
jumlah kebutuhan aing bersih. Berikut merupakan peruntukan ruang dari Gedung
Perpustakaan ABATASA pada masing-masing lantai yang dapat dilihat dari table 4.1
NO. RUANGAN LUAS LUAS EFEKTIF STANDAR
(M2) (M2/ORANG)
Per % M2
Ruangan
1. LANTAI Ruang tunggu 23,53 55 12,941 1,6
1 Ruang 41.83 55 23,006 1
pelayanan
keangotaan
Ruang cctv 6.39 55 3.514 1,5
Loker 40.04 55 22.022 1,5
Musholah 23.06 70 16.142 1
2 Lantai 2 Ruang baca 29,23 55 16.076 1,5
anak
Ruang 15.35 55 8,442 1
pelayanan
Ruang 15.81 55 8,695 1
Multemedia
Cafeteria 56,87 55 34.122 2
Loker 13,43 55 7.386 1,5
3. Lantai 3, Ruang koleksi 45,43 55 24,986 8,1
4, dan 5 buku
Ruang koleksi 13,23 55 7,276 4
buku langka
Ruang 22,27 60 13,362 2,5
meeting
Ruang baca 10,53 55 5,791 1,5
private
musholah 23,06 70 16,142 1
BAB III
DASAR PERENCANAAN

3.1 Sistem Instalasi Air Bersih

3.1.1 Definisi Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air
minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia,
biologi dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping
(Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990).

3.1.2 Sumber Air Bersih

Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah, contohnya
contohnya air yang berasal dari mata air di pegunungan. Air danau atau air tadah
hujan yaitu air yang ditampung dan diolah sebagai air minum. Pengolahan ini
dilakukan oleh PDAM. Air dalam tanah, baik dangkal maupun dalam (yang memerlukan
ijin pengeboran dari pemda setempat). (Ridwan, 2011)

Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah: (Ridwan, 2011)

a. Sumur pompa/galian = 5 – 15 m
b. Sumur pompa dengan mesin = 15 – 40 m
c. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = 50 - 100 m
d. Sumur pompa dalam/deep well = kedalaman > 100 m

Anda mungkin juga menyukai