Tugas ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Plumbing dan Peralatan
Instrumentasi (TLA – 206)
Disusun Oleh :
DIAH ADESTI
25-2019-040
Dosen :
Djoni Kusmulyana Usman, Ir., M. Eng
Asisten :
Dilla Tarasyabani Putri
PENDAHULUAN
Adapun sistematika pelaporan yang digunakan dalam mengerjakan tugas besar ini,
yaitu:
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan dan
juga sistematika pelaporan dari pembuatan tugas besar ini.
2. BAB 2 REFERENSI
Bab 2 pada tugas besar ini membahas mengenai referensi dari standar atau
peraturan yang digunakan dalam merencanakan pembuatan sistem plambing
dan dasar teori terkait perencanaan pembuatan sistem plambing di
Perpustakaan umum daerah
3. BAB 3 DASAR PERANCANGAN
Pada bab 3 akan dibahas mengenai dasar perencanaan dari instalasi air bersih,
air hujan , air ven, dan juga air buangan pada Perpustakaan umum daerah
4. BAB 4 TINJAUAN UMUM GEDUNG
Bab 4 berisi tentang tinjauan gedung Perpustakaan umum daerah yang
membahas gambaran umum dan fungsi gedung.
5. BAB 5 PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PLAMBING
Pada bab 5 tugas besar ini akan dibahas mengenai skematik sistem
perencanaan, perhitungan jumlah populasi yang ada di Perpustakaan umum
daerah, Perhitungan kebutuhan alat plambing yang dibutuhkan oleh
Perpustakaan umum daerah, sumber air, reservoir dan pompa, penentuan
dimensi pipa, kehilangan tekanan beserta gambar-gambar. Dan Skematik
perencanaan air buangan dan penentuan dimensi pipa air buangan pada
Perpustakaan umum daerah beserta gambar-gambar. Serta berisikan
perencanaan instalasi perpipaan air hujan yang meliputi Catchment area air
hujan, penentuan dimensi pipa air hujan dan juga gambar-gambar.
BAB II
REFERENSI
Dalam penulisan laporan tugas besar plambing menggunakan berbagai referensi yang
didapatkan dari beberapa sumber. Sumber yang digunakan, yaitu:
DASAR PERENCANAAN
Menurut PP No. 82 Tahun 2001, air ialah semua air yang berasal dari atas dan
bawah permukaaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Dan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 disebutkan bahwa definisi air bersih ialah
air yang dapat di pergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak.
a. Air Angkasa
Air angkasa atau air hujan ialah sumber air utama di bumi. Meskipun saat
pretisipasinya merupakan air yang paling bersih, air ini cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer yang disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme, dan gas (Chandra,2012).
b. Air Permukaan
Air ini meliputi bahan bahn air seperti sungai, danau, rawa, waduk, terjun dan
sumur permukaan. Sebagian besar air permukaan berasal dari air hujan yang jatuh
ke permukaan bumi (Chandra,2012).
c. Air Tanah
Air tanah merukan air yang tersimpan di dalam lapisan batuan yang mengalami
pengikisan secara terus menerus oleh alam (Sanropie,1984). Air tanah memiliki
beberapa kelebihan dibanding dengan sumber lainnya, yaitu air tanah biasanya
bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu adanya proses purifikasi atau
penjernihan. Namun air tanah mengandung zat-zat mineral dengan konsentrasi
tinggi seperti magnesium, kalium, dan logam berat seperti besi (Chandra, 2012).
3.1.3 Sistem Pengaliran
Metode dari pendistribusian air tergantung tofogradi dari sumber air konsumen
berada. Menurut Howard S.P (1985), sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai
berikut :
a. Cara Gravitasi
b. Cara Pemompaan
Menurut Noerbambang dan Morimura 2005, sistem penyediaan air bersih yang
banyak digunakan dapat dikelompokan sebagai berikut :
Namun pada sistem ini harus dipasang alarm pada tangki bawah dan tangki
atas yang memberikan suara untuk tangki rendah dan muka air penuh.
ajar : 1: ita :
2: 26-50 2: 51-100 1-50
1-10 1: 1-
besar, 3: 51-100 3: 101-150 2: 51-100
gymnasiu 4: 101-200 4: 151-200 3: 101-150 2: 11-20 25
Jangka
Pemakaia Waktu
Perbandinga
n Air Rata- Pemakaia
N n Luas Lntai
Jenis Gedung Rata n Air Rata- Keterangan
o Efektif/Total
Sehati Rata
(%)
(liter) Sehari
(Liter)
1 Perumahan Setiap
Mewah 250 8-10 42-45 penghuni
2 Rumah Biasa Setiap
160-250 8-10 50-53
penghuni
3 Apartemen Mewah 250
liter
Menengah
200-250 8-10 45-50
180 liter
Bujangan
100 liter
4 Asrama 120 8 Bujangan
5 Rumah Sakit Mewah 8-10 45-48 (setiap
>1000 tempat
Menengah tidur
pasien)
Pasien luar
500-1000 8 liter
Umum Keluarga
350-500 160 liter
Staf 120
liter
6 Sekolah Dasar Guru 100
40 5 58-60
liter
7 SLTP Guru 100
50 6 58-60
liter
8 SLTA atau PT Guru/dosen
80 6
100 liter
9 Rumah toko Penghuni
100-200 8
160 liter
10 Gedung kantor Setiap
100 8 50-60
pegawai
11 Toserba Pemakaian
hanya
termasuk
3 7 55-60 kasus
belum
termasuk
restoran
12 Pabrik/Industri Pria 60 Per orang
Wanita 8 setiap
100 giliran
13 Stasiun/Termina Setiap
3 15
l penumpang
14 Restoran Penghuni
30 5
160 iter
15 Restoran Umum Penghuni
160 liter
Pelayan
160 liter
15 7 70% tamu
perlu 15
ltr/orang
untuk
kakus
16 Gedung Setiap
Pertunjukan penonton
30 5 53-55
(untuk 1
kali)
17 Gedung Bioskop Setiap
penonton
10 3
(untuk 1
kali)
18 Toko Pengecer 40 6 30
liter/tamu,
150
liter/staf
atau 5 liter
per hari/m²
lantai
19 Hotel 250-300 10 Setiap
tamu
Staf 120-
150 liter
Penginapan
200 ltr
20 Peribadatan Jumlah
10 2
jemaah
21 Perpustakaan Setiap
25 6
pembaca
22 Bar Setiap
30 6
tamu
23 Perk. Sosial Setiap
30
tamu
24 Kelab Malam Setiap
120-350
tamu
25 Gedung Setiap
150-200
perkumpulan tamu
26 Laboratorium 100-200 8 Setiap staf
Sumber : SNI 03-6481-2000
Kebutuhan air bersih pada sistem plambing gedung yang terus menerus
mengharuskan direncanakannya peralatan penampung air atau biasa disebut tangki
air. Tangki air juga harus dapat menjamin kualitas air didalamnya. Berikut adalah
jenis-jenis tangki air:
Sebelum air dari jaringan air bersih kota dipompa menuju jaringan pipa
penyediaan air gedung, air akan dialirkan melewati katup bola dan ditampung
kedalam tangki air bawah. Menurut SNI 03-7065-2005 tangki air bawah harus
direncanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
tangki air tidak merupakan bagian struktural dari bangunan tersebut,
dan bila diletakkan diluar bangunan harus kedap dan tahan terhadap
beban yang mempengaruhinya.
tangki yang dipasang pada lantai terbawah yang berjarak dengan bak
penampung air kotor atau air buangan harus tidak kurang dari 5
meter.
ruang bebas disekeliling tangki untuk pemeriksaan dan perawatan,
disebelah atas, dinding, dan di bawah dasar tangki harus minimal 60
cm.
lubang perawatan berdiameter minimal 60 cm, dengan tutup lubang
harus berada kira- kira 10 cm lebih tinggi dari permukaan plat tutup
tangki, mempunyai kemiringan yang cukup.
pipa keluar dari tangki dipasang minimal 20 cm diatas dasar tangki.
konstruksi tangki dan penempatan lubang pengisian dan pengeluaran
air harus dapat mencegah timbulnya bagian air yang terlalu lama
diam dalam tangki.
b. Tangki Air Atas
Air dari tangki air bawah akan disedot menggunakan pompa menuju ke
tangki ini. Tangki atas direncanakan untuk memuat kebutuhan puncak, dan
pada umumnya direncanakan dengan kapasitas yang cukup untuk waktu
kebutuhan puncak tersebut, yang biasanya 30 menit. Pada kejadian tertentu
bisa terjadi jika kebutuhan puncak dimulai ketika muka air berada pada kondisi
terendah dalam tangki atas, alhasil harus ditentukan jumlah air yang bisa
ditampung pada waktu 10 hingga 15 menit dengan pompa angkat.
Menurut SNI 03-7065-2005 Tangki air atas direncanakan pada
ketinggian yang cukup untuk memberikan tekanan statik pada alat plambing
tertinggi dibangunan tersebut.
c. Tangki tekan
Tangki tekan ialah tangki harus direncanakan dengan tekanan yang
cukup untuk memenuhi persyaratan minimum pada alat plambing terjauh dan
tertinggi. Menurut SNI 03-6481-2000 konstruksi tangki air mempunyai kriteria
sebagai berikut :
Tangki air harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bocor, tahan
terhadap binatang perusak, korosi dan tekanan yang timbul pada saat
digunakan.
Tangki atas harus ditutup dan dilengkapi dengan ven, yang bukaannya
terlindungi.
Tangki atas digunakan dalam menyimpan air cadangan untuk
kebutuhan singkat dan untuk menstabilkan tekanan air karena adanya
fluktuasi pemakaian air sehari-hari.
Tangka bawah harus direncanakan dengan baik agar dapat
menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk system
tersebut.
3.1.8 Laju Aliran Air
Laju aliran pipa sangat mempengaruhi kapasitas peralatan dan ukuran pipa
dalam perancangan sistem air bersih suatu bangunan. Menurut Soufyan M.
.Noerbambang dan Morimura (2005) terdapat tiga metode untuk memperoleh besarnya
laju aliran air yaitu :
a. Berdasarkan Jumlah Pemakai
Metode ini berdasarkan pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni dan
perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari dapat
diperkirakan, meskipun jenis maupun jumlah alat plambing belum ditentukan.
Tetapi apabila jumlah penghuni sudah diketahui atau ditetapkan dalam gedung
tersebut, maka angka tersebut dapat dipakai untuk menghitung pemakaian air
rata-rata sehari berdasarkan ”standar” mengenai pemakaian air per orang per hari
untuk sifat penggunaan gedung tersebut. Angka pemakaian air yang diperoleh
dengan metode ini biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah,
tangki atap, pompa, dan sebagainya.
Perhitungan Jumlah Penghuni
Jumlah penghuni : Beban penghunian ruangan Bangunan / Luas
Pemakaian Air Rata-Rata Perhari
Qh = Qd/T
Keterangan : Qd = Jumlah penghuni x pemakaian air per orang/hari.
Qh = Pemakaian air rata-rata (m3 /hari).
T = Jangka waktu pemakaian (h).
Pemakaian Air Pada Jam Puncak
b. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat
diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil juga harus diketahui
jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.
Rumus menghitung faktor pemakaian :
Keterangan :
Yn = Faktor pemakaian (%).
Y1 = Jenis alat plambing pada jumlah 1.
Y2 = Jenis alat plambing pada jumlah 2.
X1 = Jumlah alat plambing 1.
X2 = Jumlah alat plambing 2.
Xn = Jumlah alat plambing yang akan dicari.
Tabel 3.4 Pemakaian Air Tiap Alat Plambing
No Nama alat plambing Pemakaian Penggunaan Laju aliran Waktu
air untuk per jam air untuk
penggunaan (liter/menit) pengisian
satu kali
(liter)
1 Kloset (dengan katup 13,5-16,5 6-12 110-180 8,2-10
gelontor)
2 Kloset (dengan 13-15 6-12 15 60
tangka gelontor)
3 Peturasan (dengan 5 12-20 30 10
katup gelontor)
4 Peturasan, 2-4 orang 9-18 12 1,8-3,6 300
(dengan tangka (@4,5)
gelontor)
5 Peturasan, 5-7 orang 22,5-31,5 12 4,5-6,3 300
(dengan tangka (@4,5)
gelontor)
6 Bak cuci tangan kecil 3 12-20 10 18
7 Bak cuci tangan 10 6-12 15 40
biasa (lavatory)
8 Bak cuci dapur (sink) 15 6-12 15 60
dengan keran 13
mm
9 Bak cuci dapur (sink) 25 6-12 25 60
dengan keran 22
mm
10 Bak mandi rendam 125 3 30 250
(bathtub)
11 Pancuran mandi 24-60 12 120-300
(shower)
12 Bak mandi gaya Tergantung 3 30
jepang ukurannya
Sumber : Soufyan M. Noerbambang & Morimura (2005)
c. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing
Dalam metode ini, untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban
(fixture unit). Pada setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua alat
plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan
kurva. Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing
dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan
serempak dari alat-alat plambing.
Tabel 3.5 Unit Beban alat Plambing Untuk Penyediaan Air Dingin
Jenis Alat Jenis Unit alat plambing
Keterangan
Plambing penyediaan air Pribadi Umum
Kloset Katup gelontor 6 10
Kloset Tangka
3 5
gelontor
Peturasan Katup gelontor
10
dengan tiang
Peturasan Katup gelontor
terbuka (urinall 5
stall)
Peturasan Tangki
terbuka (urinall gelontor 3
stall)
Bak cuci (kecil) Keran 0,5 1
Bak cuci tangan Keran 1 2
Bak mandi Keran
rendam (Bath pencempur air
2 4
Tub) dengan dingin
dan panas
Pancuran Keran
mandi (Shower) pencempur air
2 4
dengan dingin
dan panas
Pancuran Keran
mandi tunggal pencempur air
2
dengan dingin
dan panas
Bak cuci (untuk tiap
2
bersama keran)
Bak cuci pel Keran Gedung
3 4
kantor,dsb.
Bak cuci dapur Keran Untuk umum ;
2 4 hotel atau
restoran, dll
Bak cuci piring Keran 5
Bak cuci Keran 3
pakaian (satu
sampai tiga)
Pancuran Keran air
2
minimum minum
Pemanas air Katup bola 2
Sumber : Soufyan M. Noerbambang & Morimura (2005)
a. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa air buangan dari perumahan,
institusi, komersial, dan industri.
b. Kotoran dari masyarakat rumah tangga , industri, air tanah/permukaan
serta buangan lainnya (kotoran umum).
c. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan,
perkantoran, industri maupun tempat umum lainnya, dan biasanya
mengandung zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan
manusia setra menggangu kelestarian lingkungan hidup.
d. Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya
mungkin baik.
Menurut Notoatmodjo (2003), air buangan ialah air yang berasal dari berbagai
sumber yang dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah
ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar
mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
b. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan
jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih
rumit.
c. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang
berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
a. Air kotor : Air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari
bidet, peturasan, kloset, dan alat-alat plambing sejenisnya.
b. Air bekas : Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing seperti bak mandi
(bath up), bak dapur, bak cuci tangan dan alat-alat plambing sejenisnya.
c. Air hujan : Air buangan dari atap, genting, halaman dan sebagaianya.
d. Air buangan khusus : Air buangan yang mengandung racun, gas dan bahan
berbahaya yang berasal dari industri, air buangan dari rumah pemotongan
hewan yang bercampur dengan darah dan daging hewan, tempat pengobatan,
tempat pusat listrik tenaga nuklir yang berbahaya, tempat pemeriksaan di
e. rumah sakit, tempat laboratorium pengobatan atau penelitian yang memakai
bahan yang bersifat radioaktif.
f. Air buangan restoran : Air buangan yang mengandung banyak lemak dan
heksan.
Nilai beban
n
Alat plambing atau kelompok alat plambing unit alat
o
plambing
1 Kelompok alat plambing di kamar mandi yang terdiri dari bak
cuci tangan, bak mandi/dus dan kloset dng katup penggelontor 8
langsung
2 Kelompok alat plambing di dalam kamar mandi yang terdiri
dari bak
6
cuci tangan, bak mandi/ dus dan kloset dengan katup
penggelontor
3 Bak mandi dengan perangkap 40 mm 2
4 Bak mandi dengan perangkap 50 mm 3
5 Bidet dengan perangkap 40 mm 3
6 Gabungan bak cuci dan bak cuci pakaian dengan perangkap 40
3
mm
7 Gabungan bak cuci dan bak cuci pakaian yang menggunakan
peng- gerus sisa makanan (perangkap 40 mm terpisah untuk 4
tiap unit)
8 Unit dental atau peludahan 1
9 Bak cuci tangan untuk dokter gigi 1
10 Pancuran air minum 0,5
11 Mesin cuci piring untuk rumah tangga 2
12 Lubang pengering lantai 1
13 Bak cuci dapur untuk rumah tangga 2
14 Bak cuci dapur rumah tangga dengan unit penggerus sisa
3
makanan
15 Bak cuci tangan dengan lubang pengeluaran air kotor 40 mm 2
16 Bak cuci tangan dengan lubang pengeluaran air kotor 25 mm
1
atau 32 mm
17 Bak cuci tangan pemangkas rambut, salon kecantikan, kamar
2
Bedah
18 Bak cuci tangan jenis majemuk seperti pancuran cuci atau bak
cuci, 2
untuk tiap bak cuci tangan setaraf
19 Bak cuci pakaian (1 atau 2 bagian) 2
20 Dus pada ruang dus 2
21 Dus pada kelopok dus untuk tiap dus 3
22 Bak cuci untuk kamar bedah 3
23 Baka cuci jenis ppenggelontor bibir untuk katup gelontor
8
langsung
23 Bak cuci jenis umum dengan pengeluaran dan perangkap pada
3
lantai
24 Bak cuci seperti pot, ruang cuci atau sejenis 4
25 Bak cuci jenis umum yang dengan pengeluaran dan
2
perangankap
26 Peturasan dengan katup glontor 25 mm 8
27 Peturasan dengan katup glontor 20 mm 4
28 Peturasan dengan tangki gelontor 4
29 Kloset dengan katup gelontor 8
30 Kloset dengan tangki gelontor 4
31 Kolam renang untuk tiap volume, 50 m3 1
32 Alat plambing yang tak tercantum diisini dengan pengering
1
atau perangkap berukuran 32 mm
33 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
2
perangkap berukuran 40 mm
34 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
3
perangkap berukuran 50 mm
35 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
4
perangkap berukuran 63 mm
36 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
5
perangkap berukuran 90 mm
37 Alat plambing yang tak tercantum disini dengan pengering atau
6
perangkap berukuran 110 mm
Sumber : SNI 03-7065-2005
Tabel 3.9 Beban Maksimum Yang Diijinkan Untuk Perpipaan Air Buangan
(dinyatakan dalam unit beban alat plambing)
Tabel 3.10 Ukuran Minimum Pipa Perangkap dan Pengering Alat Plambing
Pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai
dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan agar mampu
mengalirkan dengan cepat air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian
padat. Kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu per diameter pipanya
(dalam mm) (Noerbambang, Soufyan & Morimura 2005).
Jenis pipa ven menurut Soufyan M. Noerbambang dan Morimura (2005) adalah
sebagai berikut :
a. Ven tunggal, pipa ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
disambungkan pada sistem ven yang lainnya atau langsung ke udara
luar/terbuka.
b. Ven lup, pipa ven ini melayani dua atau lebih alat plambing (maksimum 8) dan
disambungkan ke ven pipa tegak.
c. Ven pipa tegak, merupakan perpanjangan dari pipa tegak buangan, diatas
cabang mendatar pipa air buangan yang paling tinggi.
d. Ven bersama, pipa ven ini dimana pipa ven dipasang untuk melayani dua alat
plambing yang dipasang bertolak belakang.
e. Ven basah, dimana pipa ven ini berfungsi menerima air buangan dari alat
plambing selain kloset.
f. Ven pelepas, dimana pipa ven ini berfungsi untuk melepas tekanan udara
dalam pipa pembuangan.
g. Ven balik, pipa bagian ven tunggal yang membelok kebawah setelah bagian
tegak keatas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing.
h. Ven yoke, yaitu pipa ven yang menghubungkan pipa tegak air buangan pada
pipa tegak ven.
32 2 9
40 8 1 45
5
40 10 9 30
50 12 9 20
50 20 7 15
65 42 9 30 90
80 10 9 30 60 180
80 30 18 80 150
80 60 15 24 120
100 100 10 30 75 300
100 200 27 75 270
100 500 20 54 210
125 200 10 24 105
125 500 9 20 90
125 1100 6 15 60
150 350 7 15 60 120 390
150 620 5 9 35 90 330
150 960 7 30 75 300
150 1900 6 20 60 210
200 600 15 45 150 390
200 1400 12 30 120 360
200 2200 9 24 105 330
200 3600 7 18 75 240
250 1000 22 35 300
250 2500 15 30 150
250 3800 9 24 105
250 5600 7 18 75
Sumber : SNI 03-7065-2005
Menurut Worm dan Hatttum (2006), system penyaluran dari permukaan atap
biasanya terdiri dari talang dan pipa penyalur. Sistem ini berguna untuk mengangkut
air hujan dari atap menuju tampungan. Untuk pengoprasian yang efektif dari system
penampungan air hujan,desain, dan konstruksi yang cermat sangatlah penting, sebab
talang dan pipa penyalur merupakan bagian yang paling lemah dari system
penampung ini.
3.4.2 Penentuan Dimensi Pipa Air Hujan
Ukuran talang hujan dipengaruhi oleh luat atap yang dilayani dan sesuai
dengan tabel 3.13 yang diizinkan untuk talangnya. Apabila atap tersebut mendapat
tambahan air hujan dari dinding yang berdekatan, harus ditambah dengan
memperhitungkan 50% luas dinding terluas yang dianggap sebagai atap (SNI 03-7066-
2005).
Pipa Datar
Talang Atap Datar Terbuka
Pembuangan Air Hujan
Ukuran Pipa Tegak
Pipa (mm) Air Hujan Kemiringan Kemiringan
1% 2% 4% ½% 1% 2% 4%
50 63
65 120
80 200 75 105 105 15 20 30 40
100 425 170 245 345 30 45 65 90
125 800 310 435 620 55 80 115 160
150 1290 490 700 990 85 12 175 250
5
200 2690 1065 1510 2135 180 26 365 520
0
250 1920 2710 3845 330 47 665 945
0
300 3090 4365 6185
350 5525 7800 11055
CATATAN : Tabel ini berdasarkan pada curah hujan 100 m per jam. Bila curah hujan lebih besar, nilai
luas pada table tersebut diatas harus disesuaikan dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10
dibagi dengan kelebihan curah hujan dalam mm perjam. Pipa tegak air hujan yang tidak berbentuk
pipa (selinder), maka dapat berbentuk lain asalkan pipa tersebut dapat masuk kedalam penampang
bentuk lain tersebut, talang atap yang tidak berbentuk setengah lingkaran harus mempunyai
penampang luas yang sama.
Sumber : SNI 03-7065-2005
BAB IV
Bangunan yang akan direncanakan mengenai sistem plambing ini merupakan gedung
perpustakaan dengan nama Perpustakaan ABATASA. Perpustakaan Abatasa merupakan
perpustakaan umum. Perpustakaan Abatasa terletak di Jalan Sunan Gunung Jati No.
06, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat. Gedung perpustakaan ini sama seperti
perpustakaan pada umumnya, yang membadakan adalah terdapat fasilitas-fasilitas
yang lebih lengkap serta ruang koleksi yang lebih beragam. Terdapat ruang untuk
koleksi buku-buku langka, ruang Multemedia yang lengkap, serta ruang meeting yang
nyaman. Bangunan Perpustakaan di buat dengan konsep sebaik mungkin agar para
pengunjung merasa nyaman sehingga meningkatkan minat baca pada masyarakat
Indonesia.
Dalam merencanakan system plambing suatu bangunan dipengaruhi oleh beberapa hal
salah satunya ada fungsi ruang yang akan dibuat serta jumlah populasi maksimum
yang akan menempatinya. Dengan mengetahui fungsi dan luas ruang dapat
diperhitungkan populasi yang akan menempati ruang sehingga dapat pula dihitung
jumlah kebutuhan aing bersih. Berikut merupakan peruntukan ruang dari Gedung
Perpustakaan ABATASA pada masing-masing lantai yang dapat dilihat dari table 4.1
NO. RUANGAN LUAS LUAS EFEKTIF STANDAR
(M2) (M2/ORANG)
Per % M2
Ruangan
1. LANTAI Ruang tunggu 23,53 55 12,941 1,6
1 Ruang 41.83 55 23,006 1
pelayanan
keangotaan
Ruang cctv 6.39 55 3.514 1,5
Loker 40.04 55 22.022 1,5
Musholah 23.06 70 16.142 1
2 Lantai 2 Ruang baca 29,23 55 16.076 1,5
anak
Ruang 15.35 55 8,442 1
pelayanan
Ruang 15.81 55 8,695 1
Multemedia
Cafeteria 56,87 55 34.122 2
Loker 13,43 55 7.386 1,5
3. Lantai 3, Ruang koleksi 45,43 55 24,986 8,1
4, dan 5 buku
Ruang koleksi 13,23 55 7,276 4
buku langka
Ruang 22,27 60 13,362 2,5
meeting
Ruang baca 10,53 55 5,791 1,5
private
musholah 23,06 70 16,142 1
BAB III
DASAR PERENCANAAN
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air
minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia,
biologi dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping
(Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990).
Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah, contohnya
contohnya air yang berasal dari mata air di pegunungan. Air danau atau air tadah
hujan yaitu air yang ditampung dan diolah sebagai air minum. Pengolahan ini
dilakukan oleh PDAM. Air dalam tanah, baik dangkal maupun dalam (yang memerlukan
ijin pengeboran dari pemda setempat). (Ridwan, 2011)
Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah: (Ridwan, 2011)
a. Sumur pompa/galian = 5 – 15 m
b. Sumur pompa dengan mesin = 15 – 40 m
c. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = 50 - 100 m
d. Sumur pompa dalam/deep well = kedalaman > 100 m