Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUGAS BESAR

PLUMBING DAN PERALATAN INSTRUMENTASI (TLA-206)

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PLAMBING


DI GEDUNG PERKANTORAN BANK MANDIRI
CABANG SURAPATI KOTA BANDUNG
JAWA BARAT

Tugas ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Plumbing dan
Peralatan
Instrumentasi (TLA – 206)

Disusun Oleh :
SALMA SAAMIYAH D

252019035

Dosen :
Djoni Kusmulyana Usman, Ir., M. Eng

Asisten :

DILLA TARASYABANI PUTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUA
1.1. L a ta r B el aka N
ng
Air merupakan salah satu komponen sumberdaya alam yang menjadi
sumber kehidupan bagi seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Air
juga merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tidak hanya
untuk dikonsumsi, namun kebutuhan akan air juga menopang banyak
aktivitas manusia. Menurut Kodoatie, (2005) “Air merupakan material yang
membuat kehidupan terjadi di Bumi”.

Perkantoran merupakan tempat dimana manusia menghabiskan


waktunya untuk melakukan suatu aktivitas didalamnya. Hal tersebut dapat
mengakibatkan adanya perbedaan kebutuhan setiap orang yang bekerja di
dalam gedung perkantoran. Dalam pernyediaan air bersih perlu memperhatikan
perbandingan jumlah penghuni antara laki-laki dan perempuan dengan
jumlah toilet yang tersedia dalam perkantoran tersebut. Perbedaan
kebutuhan tersebut, diperlukan sebuah perencanaan penyediaan air bersih
serta
pengelolaan saluran air buangan, dan air hujan pada gedung perkantoran
harus berjalan dengan baik. Sistem perencanaan penyedian air bersih, air
buangan
dan air hujan dapat dikenal dengan sebuah nama yaitu sistem palmbing.

Sistem plambing merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam


pembangunan suatu gedung perkantoran. Hal tersebut merupakan bagian
terpenting dalam sebuah gedung dalam aspek kebersihan dan Kesehatan
bagi penghuni didalamnya. Dalam sistem plambing juga diperlukan alat-alat
yang dapat menunjang agar sistem plambing bekerja dengan baik misalnya,
toilet, pipa, pompa dan lain-lain.

Pada sebuah gedung dibutuhkan suatu sistem plambing dimana


merupakan system yang sangat penting dalam pembangunan gedung. Oleh
karena itu, perencanaan sistem plambing dalam gedung harus dirancang
sesuai dengan tahapan-tahapan yang sesuai dengan prosedur yang berlaku
serta dilakukan secara efektif dan efisien.
Tujuan perencanaan ini agar mengetahui langkah-langkah dalam
merancang sebuah sistem perpipaan untuk penyedian air bersih serta
pengelolaan dalam air buangan maupun air hujan di dalam sebuah perkantoran
bank. Sistem plumbing dalam gedung, guna akan memenuhi kebutuhan air
bersih sesuai jumlah penghuni dan penyaluran air kotor secara efisien dan
efektif, sehingga akan senantiasa mengurangi terjadinya saluran yang
mengalami gangguan dan menimbulkan pencemaran.

1.2. Ma ksud d a n T ujua


n

1.2.1. Ma ksud

Maksud dari perencanaan ini diharapkan:

1. Dapat menambah pengetahuan mahasiswa di bidang perencanaan


sistem plambing
2. Dapat mengetahui kebutuhan air bersih serta sistem pembuangan
air kotor yang baik dalam gedung perkantoran bank.
1.2.2. T ujua n

Tujuan yang hendak dicapai mengenai perencanaan sistem plambing


dalam gedung perkantoran bank melalui laporan ini ialah:

1. Menentukan kapasitas air bersih yang dibutuhkan penghuni dalam


gedung perkantoran bank
2. Menentukan sistem pemipaan untuk pipa-pipa air bersih, air kotor,
dan air hujan
1.3. S i ste mat i ka L a
pora n

Dalam penulisan laporan ini disusun secara garis besar terdiri dari 5 bab
sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang pengangkatan aspek
pada laporan perencanaan ini, maksud dan tujuan perencanaan, serta
sistematika penulisan laporan.
BAB II REFERENSI

Pada bab dua ini akan disajikan standar atau peraturan yang dijadikan sebagai
acuan dalam pembuatan laporan.

BAB III DASAR PERENCANAAN

Pada bab tiga membahas dasar perancanaan yang menjelaskan teori-teori


mengenai sistem instalasi air bersih, sistem instalasi air buangan, sistem
ven, dan sistem instalasi air hujan.

BAB IV TINJAUAN UMUM GEDUNG

Pada bab empat akan berisi terkait fungsi Gedung secara umum dimana akan
dijelakan juga fungsi-fungsi dari setiap lantainya.

BAB V PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PLAMBING

Pada bab lima berisi mengenai skematik system perencanaan yang didalamnya
juga memuat perhitungan jumlah populasi, perhitungan kebutuhan alat
plambing, dan perhitungan kebutuhan air bersih. Selain itu, juga berisi terkait
sumber air yang digunakan, reservoir dan pompa, penentuan dimensi pipa yang
akan dipakai, kehilangan tekanan, serta gambar-gambar alat yang digunakan.

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulis mengenai
perancangan sistem plambing lima lantai dalam gedung perkantoran bank.
BAB II
REFERENS
I

2.1. S t a nd ar a ta u Pe r at ur an

Standar atau peraturan yang dipakai dalam pembuatan laporan


perencanaan sistem plambing di Gedung perkantoran bank yaitu :
1. SNI-03-6841-2000 sistem plambing
2. SNI 8153:2015 Sistem plambing pada gedung bangunan
3. SNI 03-7065-2005 Tata cara perencanaan sistem plambing
4. Perencanaan dan pemeliharaan sistem plambing Indonesia – Soufyan Moh.
Noerbambang & Morimura
5. Sularso and Horua Tahar : “ Pompa dan Kompresor : Pemilihan,
Pemakaian, dan pemelihraan”, Jakarta : Pradyana Paramta, 1983
BAB III
DASAR
PERENCANAAN

3.1. S i ste m I nst al a si A ir Be r si h


3.1.1. Definisi Air Bersih

Air bersih adalah air yang dipakai sehari-hari untuk keperluan


mencuci, mandi, memasak dan dapat diminum setelah dimasak
(Kodoatie, 2003).

Air bersih yaitu air yang aman (sehat) dan baik untuk diminum,
tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang segar (Suripin,

2002).

Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk


melakukan segala kegiatan sehingga perlu diketahui bagaimana air
dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah
yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi
kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya
kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kualitas kimia yang
terdiri atas pH, kesadahan dan sebagainya serta kualitas biologi
dimana air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar
kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga
harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas
manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu (Gabriel,
2001).

Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan


manusia dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit,
bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air bersih
tersebut. Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap mahluk hidup dan
kebersihan air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan
(Dwijosaputro, 1981).
3.1.2. Sumber Air Bersih

Macam-macam sumber air yang dapat digunakan untuk air


bersih adalah sebagai berikut:

1. Air Laut
Mempunyai sifat asam, karena mengandung garam (NaCl),
kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dalam keadaan ini air laut
tidak mempunyai syarat untuk air bersih.
2. Atsmosfir
Dalam keadaan murni air hujan sangat bersih, tetapi karena
adnya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran
industri dan lainnya, maka air ini menjadi tercemar. Maka dari itu
untuk menyediakan air hujan sebagai sumber air bersih hendaknya
pada waktu menampung air hujan jangan dimulai saat hujan mulai
turun, karena masih banyak mengandung kotoran yang diakibatkan
adanya pencemaran udara.
3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan
bumi, pada umumnya air permukaan ini akan mendapat
pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-
batang kayu dan kotoran industri dan sebagainya. Air permukaan
terdiri dari beberapa macam yaitu:
a. Air Sungai, dalam penggunaannya sebagai air bersih
haruslah melalui suatu pengolahan yang sempurna, karena
air sungai ini pada umumnya tingkat kotorannya sangat
tinggi.
b. Air dananu/rawa, kebanyakan air dananu atau rawa ini
berwarna, hal ini disebabkan oleh adanya benda-benda yang
membusuk seperti tumbuhan, lumut yang minimbulkan
warna hijau.
4. Air Tanah
Air tanah adalah air yang mempunyai rongga-rongga dalam
lapisan geologi. Air tanah merupakan salah satu sumber air bagi
kehidupan dimuka bumi.
Jenis-jenis air tanah antara lain:
a. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal ini terjadi karena adanya peroses
peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan,
demikian pula dengan benda lain sehingga air tanah akan
jernih. Air tanah ini terdapat pada kedalaman ±15 meter.
Sebagai sumber air bersih, air tanah dangkal ini ditinjau dari
segi kualitasnya agak baik, tetapi kuantitas kurang dan
tergantung pada musim.
b. Air tanah dalam
Air tanah dalam setelah lapisan air yang pertama,
pengambilan air tanah dalam tidak sama dengan mata air
tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukan pipa kedalamnya , kedalaman 100-300 meter.
Jika terkena air tanah besar air akan menjembur keluar,
sehingga dalam keadaan ini disebut sumur artesis. Jika air
tidak dapat keluar denga sendirinya maka digunakan pompa
untuk menbuat air bisa naik ke permukaan.
c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya
ke permukaan tanah. Sehingga mata air yang berasal dari
tanah dalam , hampir tidak terpengaruh oleh musim.

(Sutrisno Totok, 2010)


3.1.3. Sistem Pengaliran
Untuk mendistribusikan air bersih pada dasarnya dapat dipakai
salah satu sistem diantara tiga sistem pengaliran, yaitu:
1. Sistem pengaliran gravitasi
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau
pengolahan berada jauh diatas elevasi daerah layanan dan
sistem ini dapat memberikan energi potensial yang cukup tinggi
sehingga pada daerah layanan yang paling menguntungkan
karena pengoperasian dan pemeliharaannya lebih murah.
2. Sistem pemompaan
Sistem ini digunakan bila elevasi antara sumber air atau
instalasi dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan
air yang cukup. Untuk debit dan tekanan yang diinginkan, air
akan langsung ke jaring pipa distribusi. Sistem ini biasanya
diterapkan pada daerah yang perbedaan elevasinya kecil.
3. Sistem pengolahan pengaliran kombinasi
Sistem ini merupakan pengaliran dimana air bersih dari
sumber atau instalasi pengolahan akan dialirkan ke jaringan
dengan menggunakan pompa dan reservoir distribusi baik
dioprasikan secara berganti atau bersama-sama. Reservoir ini
berfungsi menampung air pada saat kebutuhan air minimum
dan mendistribusikannya pada sat dibutuhkan (biasanya pada
saat kebutuhan air maksimum). Tinggi reservoir yang cukup
akan dapat menambah tinggi tekan.

(Sarwoko M, 1985)

3.1.4. Sistem Penyediaan


Terdapat beberapa sistem penyediaan air bersih, yaitu sebagai
berikut:
1. Sistem Sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung
langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Sebagai
contoh dapat dilihat pada Gambar dibawah. Karena terbatasnya
tekanan dalam pipa utama dan dibatasi ukuran pipa cabang dari
pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan
untuk perumahan dan gedung skala kecil dan rendah (Morimura dan
Noerbambang, 1986)

Gambar 1. Sistem Sambungan Langsung

2. Sistem Tangki Atap


Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki
bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah
muka tanah), lalu dipompakan ke tangki atas. Tangki atas dapat
berupa tangki yang disimpan di atas atap atau di bangunan yang
tertinggi. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan.
sistem tangki atap dapat dilihat pada gambar dibawah . Sistem
tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan
berikut:
1) Fluktuasi tekanan pada alat plambing tidak besar atau
dianggap tidak berarti. Perubahan tekanan diakibatkan
perubahan muka air pada tangki atap,
2) Pompa pengisi tangki atap dapat bekerja secara otomatis
dengan cara yang sederhana sehingga kecil kemungkinan
timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan
dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangka
atap,
3) Perawatan tangki atap sangat sederhana dan mudah
dilaksanakan.

(Morimura dan Noerbambang, 1986).


Gambar 2. Sistem Tangki Atap

3. Sistem Tangki Tekan (Hidrosfor)


Prinsip hidrosfor yaitu air yang telah ditampung dalam
tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu tangki tertutup
sehingga udara di dalamnya terkompesi. Air dari tangki tersebut
dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Daerah fluktuasi
tekanan tergantung pada tinggi bangunan, misalnya untuk
bangunan 2 sampai 3 lantai tekanan air harus mencapai 1,0
kg/cm² sampai 1,5 kg/cm² atau 10 mka sampai 11,5 mka (muka
kolam air), maka sebenarnya volume air efektif yang akan
mengalir hanyalah sekitar 10% dari volume tangki. Sistem tangki
tekan dapat dilihat pada Gambar 5. (Morimura dan Noerbambang, 1986).

Kelebihan sistem tangki tekan, antara lain:


1. Lebih estetik dibandingkan dengan sistem tangki atap
karena tidak perlu menyolok dibandingkan tangka atap.
2. Perawatannya lebih mudah, karena dapat dipusatkan
pada ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya.
3. Harga awal lebih murah dibandingkan dengan sistem
tangki atap.

Kekurangan-kekurangannya:

1. Daerah fluktuasi tekanan 1,0 kg/cm² sangat besar jika


dibandingkan dengan sistem tangki atap yang hampir
tidak ada fluktuasi tekanannya. Fluktuasi tekanan ini akan
berpengaruh terhadap aliran air dan akan berdampak
pada aliran alat plambing.
2. Dengan berkurangnya tekanan udara dalam tangk tekan,
maka dalam setiap beberapa hari sekali harus ditambah
udara kempa dengan kompresor atau menguras seluruh
air dari dalam tangki tekan.
3. Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem
pengaturan otomatik pompa penyediaan air saja dan
bukan sistem penyimpanan air seperti tangki atap.
4. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki,
pompa akan sering bekerja dan hal ini akan
menyebabkan saklar cepat rusak.

(Morimura dan Noerbambang, 1986)

Gambar 3. Sistem Tangki Tekan

4. Sistem tanpa tangki (booster system)


Pada sistem ini tidak dipergunakan tangki apapun, baik
tangki bawah, tangki tekan, dan tangki atap. Air dipompakan
langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap
air langsung dari pompa utama (misalnya, pipa utama
perusahaan air minum). (Noerbambang dan Morimura, 1991).

Ada dua macam pelaksanaan sistem ini, dikaitkan dengan


kecepatan putaran pompa: konstan dan variabel
1. Sistem kecepatan putaran konstan Pada prinsip sistem ini
merupakan sambungan paralel beberapa pompa identik
yang bekerja pada kecepatan putaran konstan. Satu buah
pompa selalu dalam keadaan bekerja, sedang pompa-
pompa lainnya akan ikut bekerja yang diatur secara
otomatis. Oleh suatu alat yang mendeteksi tekanan atau
laju aliran air keluar dari sistem pompa ini.
2. Sistem kecepatan putaran variabel Pada sistem ini laju
aliran air yang dihasilkan oleh pompa diatur dengan
mengubah kecepatan putaran pompa secara otomatis,
oleh suatau alat yang mendeteksi tekanan atau laju aliran
pompa ini.

Secara singkat dapat disimpulkan ciri-ciri sistem tanpa tangki


sebagai berikut:

1. Mengurangi kemungkinan pencemaran air, karena


menghilangkan tangki bawah maupun tangki atas.
2. Mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak
antara air dengan udra relatif singkat.
3. Kalau cara ini diterapkan pada gedung pencangkar langit
maka akan mengurangi beban struktur bangunan.
4. Untuk perumahan dapat menggantikan dengan menara
air.
5. Penyediaan air tergantung pada sumberdaya.
6. Pemakaian lisrik lebih besar.
7. Harga awal lebih tinggi karena pengaturannya

(Noerbambang, Morimura, 1991).

3.1.5. Kebutuhan Alat Plambing


3.1.6. Kebutuhan Air
3.1.7. Tangki Air
3.1.8. Laju Aliran Air
3.1.9. Penentuan Dimensi Pipa Air Bersih
3.1.10. Tekanan Air
3.2. Sistem Instalasi Air Buangan
3.2.1. Definisi Air Buangan
3.2.2. Sumber dan Jenis Air Buangan
3.2.3. Sistem Penyaluran Air Buangan
3.2.4. Nilai Unit Beban Alat Plambing (UBAP) Air Buangan
3.2.5. Penentuan Dimensi Pipa Air Buangan
3.2.6. Kemiringan dan Kecepatan Pipa Air Buangan
3.3. Sistem Instalasi Ven
3.3.1. Jenis Pipa Ven
3.3.2. Penentuan Dimensi Pipa Ven
3.4. Sistem Instalasi Air Hujan
3.4.1. Pengaliran Air Hujan
3.4.2. Penentuaan Dimensi Pipa Air Hujan
Data Bangunan Gedung

1. Jenis Gedung

Jenis Gedung yang digunakan adalah Gedung perkantoran yaitu kantor bank itenas
dengan lima lantai lalu dua lantai nontipikal dan tiga lantai tipikal.

2. Fungsi Gedung

Gedung kantor bank itenas dengan lima lantai, dimana pada lantai pertama merupakan
tempat transaksi antar nasabah (front office) dan back office, lantai kedua merupakan
ruang arsip, lantai ketiga dan keempat merupakan kantor dan kelima merupakan ruang
rapat.

3. Jumlah penghuni dan asumsi yang digunakan

Pada Gedung kantor bank itenas asumsi jumlah total penghuni ± 400 dimana pada
setiap lantai berisikan seperti beriku; pada lantai satu 50 orang, lantai dua 75
orang, lantai tiga 150 orang, lantai empat yaitu 100 orang dan lantai lima adalah 25
orang. Perbandingan antara perempuan dengan laki-laki pada Gedung kantor bank
itenas
yaitu perempuan 60% dan laki-laki 40%.

Lantai Perempua Laki-Laki Jumlah penghuni (orang)


1 30 20 50
2 45 30 75
3 90 60 150
4 60 40 100
5 15 10 25
Jumlah 240 160 400

Tabel 1. Jumlah Penghuni

4. Jam fungsional Gedung

Jam fungsional Gedung perkantoran bank

Jam 08.00-20.00
Dasar Perencanaan

1. Persyaratan perpipaan plumbing secara umum

2. Fungsi alat plumbing


Lantai Tipikal Jumlah Jenis Alat Jumlah Jumlah Jenis Alat Jumlah Keterangan
/ Non Penduduk Plambing Kebutuhan Penduduk Plambing Kebutuhan
Tipikal Perempuan Alat Laki-laki Alat
Plambing Plambing
1 Non 30 • Kloset, • 2, 20 • Kloset, • 1, Belum
Tipikal • Wc , • 2, • urinal, • 1, termasuk
• lavatory • 1 • Wc, • 2, nasabah
• Lavatory • 1 yang
datang
2 Non 45 • Kloset, • 3, 30 • Kloset, • 1, Hanya
Tipikal • Wc , • 2, • urinal, • 1, karyawan,
• lavatory • 1 • Wc, • 2, belum
• Lavatory • 1 termasuk
tamu
3 Tipikal 90 • Kloset, • 4, 60 • Kloset, • 2, Hanya
• Wc , • 2, • urinal, • 1, karyawan
• lavatory • 2 • Wc, • 1,
• Lavatory • 1
4 Tipikal 60 • Kloset, • 4, 40 • Kloset, • 2, Hanya
• Wc , • 2, • urinal, • 1, karyawan
• lavatory • 2 • Wc, • 1,
• Lavatory • 1
5 Tipikal 15 • Kloset, • 1, 10 • Kloset, • 1, Hanya
• Wc , • 1, • urinal, • 1, karyawan,
• lavatory • 1 • Wc , • 1, belum
• lavatory • 1 termasuk
tamu rapat
Tabel 1. Kebutuhan Alat

Anda mungkin juga menyukai