Anda di halaman 1dari 19

ANALISA EVALUASI RENCANA PELAKSANAAN DAN MANFAAT RENCANA

PENGAMANAN AIR MINUM (RPAM) OPERATOR Studi Kasus: SPAM Perum Jasa
Tirta I

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
Nisrina Arifah Hibatullah
NIM. 185100900111025

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
ANALISA EVALUASI RENCANA PELAKSANAAN DAN MANFAAT RENCANA
PENGAMANAN AIR MINUM (RPAM) OPERATOR Studi Kasus: SPAM Perum Jasa
Tirta I

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
Nisrina Arifah Hibatullah
NIM. 185100900111025

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan senyawa penting yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup.
Menurut beberapa penelitian, air menutupi sekitar 72% permukaan bumi, walau begitu,
hanya sekitar 2,5% hingga 3,5% yang dapat dikonsumsi. Melihat fakta tersebut, tentu air
merupakan hal krusial yang harus diperlakukan secara khusus, yaitu dikonservasikan.
Seiring dengan berkembangnya zaman, tanpa disadari semakin banyak aspek dalam
kehidupan yang selain memudahkan manusia juga dapat merusak lingkungan, termasuk
air. Pencemaran air memiliki dampak serius pada kesehatan hingga kematian karena
rusaknya organ tubuh karena konsumsi air yang tercemar.
Melihat pentingnya air bagi kehidupan, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
menyebutkan bahwa akses air bersih merupakan hak asasi setiap manusia yang
dimasukkan dalam Global Sustainable Development Goals (SDG’s). Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan PBB adalah untuk memastikan akses ke air minum yang
aman dan terjangkau untuk semua sebelum tahun 2030. Arahan Air Minum Uni Eropa
(Petunjuk 2020/2184) yang baru mencerminkan hal ini dalam memerlukan pendekatan
berbasis risiko dengan penilaian risiko dan manajemen risiko. Pendekatan Water Safety
Plan (WSP) telah dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak tahun 2004
untuk memastikan air minum yang aman. WHO dan lainnya telah mengembangkan
beberapa pedoman untuk melakukan itu. Negara-negara di seluruh dunia sedang dalam
proses menerapkan WSP dalam pasokan air ukuran besar dan menengah, sedangkan
pasokan kecil tertinggal.
Di Indonesia, upaya untuk pemerataan akses air bersih untuk seluruh masyarakat
sudah dijalankan sejak lama. Namun, pencapaian target penyediaan akses air minum
bagi seluruh masyarakat membutuhkan usaha dan kerja keras dari pemerintah. Beberapa
program pembangunan infrastruktur air minum telah diusahakan oleh pemerintah guna
memenuhi kebutuhan layanan dasar bagi masyarakat khususnya pada wilayah
perdesaan. Dalam usahanya, untuk melayani masyarakat yang berpenghasilan rendah
atau belum terlayani oleh perusahaan air minum secara formal, pemerintah
menyelenggarakan program pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
berbasis masyarakat.
Penyediaan akses terhadap air minum aman merupakan salah satu tantangan
terbesar yang dihadapi sektor air minum di Indonesia. Berdasarkan Studi Kualitas Air
Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Tahun 2020 (Balitbangkes, 2020), baru 11,9 persen
rumah tangga yang mengakses air minum aman, yaitu air minum yang berasal dari
sumber air yang layak, berada di dalam atau di halaman rumah, dapat diakses setiap saat
dibutuhkan, dan kualitasnya memenuhi persyaratan kualitas air minum (persyaratan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 492 Tahun 2010). RPJMN 2020-2024
menargetkan 15 persen rumah tangga dapat mengakses air minum aman pada tahun
2024. Untuk mencapainya, tiga instrumen utama yang saling terkait perlu diterapkan
secara luas dan konsisten, yaitu Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM), Pengawasan
Kualitas Air Minum (PKAM), dan Pengelolaan Air Minum-Rumah Tangga (PAM-RT) atau
pilar 3 STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Kegiatan Rencana Pengamanan Air
Minum (RPAM) ini sendiri memiliki indikator keberhasilan yang ditargetkan secara
berjangka dari 2020-2024 berdasarkan dengan jumlah kabupaten/kota dengan
penyelenggara SPAM yang memiliki dokumen Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM)
(kabupaten/kota)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana keadaan SPAM di Perum Jasa Tirta I?
1.2.2 Apakah upaya Tindakan pengendalian sesuai RPAM sudah berjalan efektif?

1.3 Tujuan
 Melihat proses perkembangan SPAM Perum Jasa Tirta I untuk peluang tingkat
keberlanjutannya
 Evaluasi RPAM bertujuan untuk mengetahui capaian pemenuhan aspek kualitas
Tujuan penelitian: Cari hasil Kaji Ulang dari RPAM/ Kaji Ulang scr mandiri bisa jadi evaluasi
RPAM, hitung skor ulang (Panduan Hal. 82) Output: Rencana Perbaikan (Panduan Hal. 92)
atau engga tujuannya mendapatkan hasil evaluasi RPAM (panduan Hal.122)
Ruang Lingkup: Sampe Output rencana perbaikan aja ngga sampe Susun strategi
komunikasi, dan SOP, rencana perbaikan dan monitoring juga ga termasuk.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti:
Dapat menambah pengalaman dalam riset, dan pendekatan masyarakat secara
lapang.

Bagi Pengelola:
 Diharapkan dapat membantu dalam mempermudah pemantauan dan evaluasi
Lembaga guna memaksimalkan sarana yang sudah tersedia dan untuk
keberlanjutan sarana SPAM.
 Melalui Evaluasi RPAM ini, harapannya dapat diketahui apakah upaya tindakan
pengendalian yang dilakukan telah berjalan efektif atau belum; dengan begitu
selanjutnya dapat dilakukan rekomendasi terkait upaya yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan capaian pemenuhan aspek kualitas

Bagi masyarakat:
Menambah ilmu pengetahuan dan kajian literatur terkait keadaan SPAM di berbagai
studi kasus atau wilayah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Air di Bumi

Di bumi ini ada beberapa sumber air yang sangat penting bagi kehidupan manusia
yang dapat dimanfaatkan untuk penyediaan air bersih. Peradaban sumber air juga
berpengaruh pada perbedaan sifat fisik, kimiawi, dan bakteorologi. Dalam sistem
penyediaan air bersih, sumber air merupakan satu komponen yang mutlak dan harus ada,
karena tanpa sumber air sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Dengan
mengetahui karakteristik masing – masing sumber air serta faktor – faktor yang
mempengaruhinya, diharapkan dapat membantu di dalam pemilihan air baku untuk suatu
sistem penyediaan air bersih, serta mempermudah tahapan selanjutnya di dalam
pemilihan tipe dari pengolahan untuk menghasilkan 7 air yang memenuhi standar kualitas
secara fisik, kimiawi dan bakteriologis. Secara umum sumber air adalah sebagai berikut :

1. Air permukaan

Air permukaan adalah air yang sudah tersedia di alam contohnya sungai,
rawa, danau, laut. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran
selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun,
kotoran industri dan sebagainnya. Kekeruhan air permukaan cukup tinggi karena
banyak mengandung lempung dan substansi organik. sehingga ciri air
permukaan yaitu memiliki padatan terendap (dissolved solid) rendah, dan bahan
tersuspensi (suspended solid) tinggi.

a. Air Sungai
Air Sungai adalah air hujan yang jatuh kepermukaan bumi dan tidak
meresap ke dalam tanah akan mengalir secara grafitasi searah dengan
kemiringan permukaan tanah dan mengalir melewati aliran sungai.
Sebagai salah satu sumber air minum, air sungai harus megalami
pengolahan secara sempurna karena pada umumnya memiliki derajat
pengotoran yang tinggi.
b. Air Danau
Air danau adalah air permukaan yang berasal dari hujan atau air tanah
yang kelar ke permukaan, terkumpul pada suatu tempat yang relatif
rendah/cekung. Yang termasuk kategori ini adalah air rawa, air tendon, air
waduk/dam.
Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber atau
bahan baku air bersih adalah :
- Air waduk yang berasal dari air hujan
- Air sungai yang berasal dari air hujan, air sungai, atau mata air.
Di daerah hulu pemenuhan kebutuhan air secara kuantitas dan
kualitas dapat disuplai oleh air sungai, tetapi di daerah hilir pemenuhan
kebutuhan air sudah tidak dapat disuplai secara kualitas lagi karena
pengaruh lingkungan seperti sedimentasi serta kontaminasi oleh zat – zat
pencemar seperti Total Suspended Oil (TSS) yang berpengaruh pada
kekeruhan dan limbah industri yang telah banyak tercemar di lingkungan.
2. Air Tanah
Air tanah ( Ground Water ) merupakan air yang megandung garam dan
mineral yang terlarut pada waktu air melewati lapisan tanah dan juga air yang
berasal dari air hujan yang jatuh di permukaan bumi lalu meresap ke dalam
tanah dan mengisi rongga – rongga atau pori – pori dalam tanah. Air tanah
biasanya mempunyai kualitas yang baik karena zat – zat pencemar air
tertahan oleh lapisan tanah.
Bila ditinjau dari kedalaman air tanah maka air tanah dibedakan menjadi air
tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal mempunyai kualitas
lebih rendah dibanding kualitas air tanah dalam. Hal ini disebabkan air tanah
dangkal lebih mudah terkontaminasi dari luar dan fungsi tanah sebagai
penyaring lebih sedikit. Air tanah terbagi atas :
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Air tanah lebih banyak mengandung zat kimia
berupa garam – garam terlarut meskipun kelihatan jernih karena sudah
melewati lapisan tanah yang masing – masing mempunyai unsur –
unsur kimia tertentu. Meskipun lapisan tanah di sini berfungsi sebagai
saringan namun pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama
pada muka air yang dekat dengan muka tanah. Air tanah dangkal
umumnya mempunyai kedalaman kurang dari 50 meter.
b. Mata Air
Mata air menurut segi kualitasnya adalah yang sangat baik bila dipakai
sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke
permukaan tanah akibat tekanan sehingga belum terkontaminasi oleh
zat – zat pencemar. Dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata
air sangat terbatas sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan
sejumlah penduduk tertentu. Begitu pula bila mata air tersebut terus –
menerus diambil maka lama kelamaan akan habis.
3. Air Laut
Air laut adalah salah satu sumber air walaupun tidak termasuk kategori
yang biasa dipilih sebagai sumber air baku untuk air bersih atau air minum,
karena memiliki kandungan garam (NaCl) yang cukup besar.
4. Air Hujan
Air hujan dapat menjadi air minum akan tetapi untuk menjadikan air hujan
sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai turun,
karena masih megandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat
agresif terutama terhadap pipa – pipa penyalur maupun bak – bak reservoir,
sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.
Air hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap
pemakaian sabun. Sifat – sifat air hujan :
 Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat –
zat mineral.
 Air hujan umumnya bersifat bersih.
 Dapat bersifat korosif karena mengandung zat – zat yang terdapat
di udara seperti NH3, CO2 Agresif, ataupun SO2 dan adanya
konsentrasi SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air
hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam ( acid rain ).

Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan.
Sehingga hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya
berfluktuasi. Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak
dapat diambil secara terus menerus, karena tergantung dengan musim di
Indonesia. (Fauziah dan Hericah., et al)

2.2 Syarat Air Minum

Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen
kesehatan, syarat-syarat air minum antara lain tidak berasa,tidak berbau,tidak berwarna,
dan tidak mengandung logam-logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat
diminum oleh manusia, namun terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri
atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga
100oC, banyak zat berbahaya, terutama logam tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.

Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah


penyediaan air selalu meningkat, akibatnya kegiatan untuk pengadaan sumber-sumber air
baru setiap saat terus dilakukan. Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di
perkotaan. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah
terkontaminasi rembesan dari tangki septic tank maupun air permukaan(Soemardji,
1985).

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air
mandi harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan internasional WHO
dan APHA (American Public Health Association) ataupun peraturan nasional dan
setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MenKes/SK/VII/2010 dimana
setiap komponen yang diperkenankan berada didalamnya harus sesuai.

2.3 Penyelenggara Sistem Air Minum

Sistem penyediaan air minum (SPAM) sebagai salah satu pemanfaatan sumber


daya air dan pengelolaan sanitasi sebagai salah satu bentuk perlindungan dan
pelestarian terhadap sumber daya air. Penyelenggara sistem air minum atau penyedia
jasa distribusi air minum yang layak di Indonesia diatur dalam Pasal 42 Peraturan
Pemerintah No 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum. Dalam pasal
tersebut, dijelaskan bahwa Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan oleh BUMN/BUMD;
UPT/UPTD; Kelompok Masyarakat; dan/atau Badan Usaha. Penyelenggaraan SPAM
sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya dapat bekerjasama dengan badan usaha
swasta. Dalam Peraturan Pemerintah No.122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) juga dijelaskan tekait hak dan kewajiban penyedia jasa maupun
pelanggan. Selain itu, dijelaskan pula terkait mekanisme dalam pelaksanaannya.

2.4 Rencana Pegamanan Air Minum (RPAM)

2.4.1 Definisi, Tujuan dan Batasan

RPAM adalah salah satu solusi untuk mencapai target akses universal di
tahun 2019, yang kemudian diperpanjang untuk target perluasan hingga tahun
2025. RPAM merupakan upaya melindungi air minum dari hulu sampai hilir melalui
pendekatan manajemen risiko. RPAM dijelaskan oleh Satuan Kerja Direktorat
Pengembangan Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum yang dalam manualnya, dijelaskan bahwa Water Safety Plan
(WSP) atau dapat diterjemahkan sebagai Rencana Pengamanan Air Minum
(RPAM) didefinisikan sebagai upaya pengamanan pasokan air minum baik dari
segi kualitasnya dengan upaya perlindungan (prevention) sumber air dan
pencegahan (protection) pencemaran badan air mulai maupun dari segi
kuantitasnya mulai dari sumber (cathment) sampai ke keran air (water-tap)
penduduk yang dilakukan oleh berbagai pihak secara terpadu dengan
menggunakan pendekatan analisis dan manajemen risiko untuk mencapai standar
kualitas air yang diterima oleh semua pihak. Sejak tahun 2018 pendekatan RPAM
bersifat wajib karena merupakan tanggung jawab operator/pengelola SPAM dan
juga dilakukan penyesuaian konsep yang mana penerapan RPAM saat ini harus
sudah mengikuti konsep yang telah disesuaikan seperti pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Perubahan Konsep RPAM

Tujuan RPAM yaitu untuk menjamin keamanan penyediaan air minum


kepada pemanfaatnya/konsumen. Tujuan lain dari pelaksanaan RPAM adalah:
• Menciptakan pengelolaan dan pelayanan air minum yang menjamin
aspek kualitas (termasuk kuantitas dan kontinuitas)
• Dalam jangka menengah, untuk menciptakan kepentingan yang
seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan air minum
• Dalam jangka panjang, untuk meningkatkan Pendahuluan efisiensi dan
cakupan pelayanan air minum di Indonesia.
Ruang lingkup atau Batasan dari produksi yang dilakukan oleh Operator
Penyedia Air Minum (Operator) adalah pengolahan air baku yang berasal dapat
berasal dari:
1) air permukaan,
2) mata air,
3) air tanah untuk menjadi air minum.
Dari sumber air baku tersebut kemudian dilakukan proses pengolahan oleh
Operator baik secara fisika maupun kimia. Sebagai acuan penilaian besarnya
risiko, acuan hasil produksi dan juga acuan kinerja RPAM, 4K (Kualitas, Kuantitas,
Kontinuitas dan Keterjangkauan) didefinisikan sebagai berikut:
• K1 (Kualitas) adalah acuan kualitas air minum yang layak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. K1 ini akan menggunakan standar air minum yang diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per./IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum,
• K2 (Kuantitas) adalah acuan jumlah air yang dinilai mencukupi bagi pola
hidup/penggunaan air masyarakat. K2 ini akan menggunakan Standar Kebutuhan
Pokok Air Minum yaitu sebesar 10 m3/ kepala keluarga/bulan atau 60
liter/orang/hari,
• K3 (Kontinyuitas) adalah acuan tidak terputusnya aliran air ke dari instalasi
pengolahan air minum 05 kepelanggan. K3 ini akan menggunakan standar lama
pengaliran tak terputus selama 24 jam/hari dengan tekanan air minum (dinamis) di
daerah pelayanan sebesar 1,5 – 5 bar (15 – 50 meter kolom air)
• K4 (Keterjangkauan) adalah acuan harga air minum yang layak bagi masyarakat.
Tarif air minum memenuhi prinsip keterjangkauan apabila pengeluaran rumah
tangga untuk memenuhi Standar Kebutuhan Pokok Air Minum tidak melampaui
4% dari pendapatan masyarakat/ pelanggan.

2.4.2 Komponen RPAM di Indonesia

Komponen-komponen RPAM Indonesia terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu:

(1) RPA-Sumber
(2) (2a) RPAM-Operator-Konsumen
(3) RPAM-Konsumen.

RPAM-Sumber merupakan komponen yang dapat terdiri dari unsur mata air,
sungai, danau, bahkan juga laut. Perlindungan dan pencegahan pencemaran
sumber-sumber air minum tersebut perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk
melindungi masyarakat dan penyelenggara penyediaan air minum olahan dalam
memanfaatkan sumber air tersebut sebagai air baku untuk air minum.

RPAM-Operator dan RPAM-Komunitas Komponen ini dapat dibagi menjadi dua


pengelola yaitu dilakukan oleh Pemerintah Daerah, melalui Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) dan yang dikelola oleh masyarakat (komunitas). RPAM-
Operator mencakup sejumlah hal, dimulai dari:
(1) intake atau penampungan air baku

(2) unit pengolah air minum

(3) unit distribusi air minum yang berupa sistem perpipaan yang mengantarkan
produk hasil olahan berupa air minum kepada pengguna atau masyarakat.

RPAM-Konsumen Lingkup aktifitasnya terletak kepada upaya perlindungan dan


pencegahan pencemaran ulang (rekontaminasi) air minum di tingkat rumah
tangga, promosi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang sangat erat
hubungannya dengan tingkat kesadaran dan pendidikan masyarakat.

2.4.3 Langkah Kerja RPAM

Alur Kerja RPAM menurut Manual dari Direktorat Jendral Cipta Karya dan Tata
Ruang dalam penjelasannya antara lain yaitu seperti pada Gambar 2.2:

Gambar 2.2 Langkah Penyusunan RPAM Operator


(Ditjen Cipta Karya, 2012)

Identifikasi resiko pada RPAM merupakan proses pengolahan dan analisa data melalui
beberapa tahapan yang pada buku panduan kerja, dijabarkan dalam modul 1 yang
berfungsi sebagai tahap dan panduan dalam penyusunan tim RPAM, modul 2 membuat
rantai pasok, dan modul 3 investgasi resiko.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

Pengelolaan mutu dapat diterapkan melalui Total Quality Manajemen (TQM), yang
merupakan payung dari segala sistem manajemen mutu yang ada. TQM dijelaskan dalam
Umiyati (2015), mencakup segala aspek kegiatan organisasi yang harus dikelola dengan
benar dengan tujuan mutu hasil kerjanya dapat memuaskan pemilik dari organisasi
tersebut. ISO 9001:2008 merupakan salah satu manajemen mutu yang berprinsip pada
TQM yang sebagaimana diketahui sangat rinci dan sistematis. Selain itu, di dalamya
terdapat keharusan pengawasan mutu internal secara periodik (Internal Quality Audit).
Saat ini ISO 9001:2008 menjadi pilihan utama bagi lembaga yang dijelaskan dalam buku
pedoman Ditjen Cipta Karya untuk menerapkan sistem manajemen mutu secara
konsisten dan sistematis untuk tercapainya efektivitas dan efesiensi organisasi terutama
dalam perlindungan terhadap air minum yang juga berbasis pada Water Safety Plan.
Sistem Manajemen Mutu dengan ISO 9001:2008 ini dibutuhkan dalam Analisa dan
evaluasi dalam pembentukan kinerja RPAM. Hal ini dikarenakan dalam RPAM juga
memperhatikan terkait kualitas pelayanan terhadap konsumen.

Dijelaskan dalam Rusman et al., (2017) dalam mengetahui penerapan ISO 9001:2008
pada Lembaga pelayanan publik dalam penelitiannya, yaitu PT PLN (persero) Rayon
Mattoangin. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi perkembangan pada era globalisasi
untuk meningkatkan pelayanannya secara profesional ialah Penerapan Sistem
manajemen mutu dengan kriteria yaitu standar yang lebih berorientasi kepada sistem dan
proses, Salah satu standar sistem manajemen mutu (SMM) yang paling populer dan
diterapkan oleh perusahaan pada studi kasusnya adalah ISO 9001: 2008. Pelayanan
sendiri pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang,
kelompok/organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam penelitiannya, sampel dalam penelitian yang digunakan sebanyak 30 orang.
Penelitian Rusman et al., (2017) dilakukan dengan pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa teknik yakni observasi, dokumentasi dan kusioner.

Water Safety Plan

Tahap identifikasi dan Analisa resiko: Kejadian bahaya dan besarnya (skor) risiko perlu diketahui
untuk menjadi referensi awal dalam pelaksanaan RPAM yang berpedoman pada prinsip
manajemen risiko. Untuk mengetahui keberhasilan RPAM, perubahan besarnya risiko-risiko
tersebut (apakah risiko sudah hilang, berkurang atau bahkan bertambah nilainya), akan dievaluasi
pada akhir tahapan pelaksanaan RPAM.(hal 44 pedoman RPAM).

Hasil dari kegiatan evaluasi ini akan menjadi masukan bagi kegiatan Identifikasi Kejadian Bahaya
dan Risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian, terjadisatu rangkaian siklus RPAM
yang diharapkan berjalan terus dengan harapan menjadikan s
BAB III. METODOLOGI

Metodologi penelitian menjelaskan beberapa tahapan pada penelitian, seperti studi


pustaka, pengumpulan data, serta metode yang akan digunakan untuk pengolahan
dan analisis data.

3.1 Studi Pustaka


Studi pustaka merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data, informasi
tertulis atau teori yang berkaitan dengan topik yang dikaji. Hal tersebut dapat
dijadikan acuan untuk melakukan pembahasan dan pemecahan suatu masalah dalam
suatu penelitian. Studi pustaka dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti jurnal,
buku, dokumentasi, internet dan pustaka.

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini meliputi pengumpulan data primer dan sekunder.

a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi
langsung di lapangan. Data primer yang dikumpulkan ialah berupa data tekanan di
jalur distribusi terjauh (critical point) dan bukti pelaksanaan RPAM, yakni berupa
dokumentasi di lokasi timbulnya kejadian bahaya dan risiko.

b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi pustaka terkait teori dan peraturan yang
berhubungan dengan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan RPAM/ water safety
plan, serta database dari Perum Jasa Tirta I berupa dokumen RPAM, data bukti
pelaksanaan, data produksi, daerah pelayanan, jalur pipa air dari sumber air hingga
pelanggan beserta diameter, dan penanggung jawab.

2.1 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data terhadap manfaat RPAM dilakukan untuk mengetahui
manfaat yang dapat diperoleh SPAM Perum Jasa Tirta I dengan dilaksanakannya RPAM
Operator apabila ditinjau dari aspek 4K. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan
data, selanjutnya direkap dalam Tabel 1. Hasil pengolahan data akan dibuat dalam
suatu grafik dan selanjutnya dilakukan analisis secara kualitatif.
Tabel 1. Data Produksi SPAM Perum Jasa Tirta I

No. Data yang Dibutuhkan Satuan Tahun

K1 (Kualitas)

1 Harga air minum Rp/m3 Min. 4 tahun


terakhir

2 Harga air bersih Rp/m3 Min. 4 tahun


terakhir

K2 (Kuantitas)

3 Debit air baku (inlet) m3/det Min. 4 tahun


terakhir
m3/bln Min. 4 tahun
terakhir

Rp/bln Min. 4 tahun


terakhir

4 Debit air produksi m3/det Min. 4 tahun


terakhir

m3/bln Min. 4 tahun


terakhir

Rp/bln Min. 4 tahun


terakhir

5 Debit air terjual m3/det Min. 4 tahun


terakhir

m3/bln Min. 4 tahun


terakhir

Rp/bln Min. 4 tahun


terakhir

6 Kebocoran % Min. 4 tahun


terakhir

m3/det Min. 4 tahun


terakhir

Rp/bln Min. 4 tahun


terakhir

7 Jumlah KK* yang < 10 m3/bln KK Min. 4 tahun


terakhir

8 Jumlah total pelanggan KK Min. 4 tahun


terakhir

K3 (Kontinuitas) Min. 4 tahun


terakhir

9 Lama pelayanan jam/hari Min 4 Tahun


terakhir

10 Jumlah KK dengan tekanan < 0,5 bar KK KK


Konsumen
Tahun
Terakhir

Keterangan : * Kepala Keluarga


DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti, Dewi., Rachmawati., Dyah Asri. 2016. Identifikasi Resiko pada Rencana
Pengamanan Air Minum (RPAM) Operator untuk Sumber Air Permukaan di PDAM Tirta
Raharja Kabupaten Bandung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional 4(2)
Departemen PU Cipta Karya. (2012). Manual Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM)-
Operator.
Fauziah., Hericah Yolanda. 2015. Perencanaan Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih Kelurahan
Pipa Reja Kecamatan Kemuning Palembang. Skripsi. Politeknik Negri Sriwijaya.
Palembang.
Praga, Belinda., Rachmawati.2020. Evaluasi Pelaksanaan dan Manfaat Rencana
Pengamanan Air Minum (RPAM) Operator di PDAM Kota Payakumbuh. Jurnal Online
Institut Teknologi Nasional 8(2)
Rusman, Ridzuan Bin., Abdul Mahsyar., Abdi Abdi. 2017. Penerapan Sistem Manajemen
Mutu Iso 9001:2008 Dalam Pelayanan Publik Di Pt. Pln Rayon Mattoangin.
KOLABORASI Jurnal Administrasi Publik 3 (1)

Umiyati. 2015. PENGARUH SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DAN PARTISIPASI
PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL. Jurnal Etikonomi 14 (1)
Iqbal, Avicena V., Rachmawati. 2019. Tipikal Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM)
Operator Untuk Sumber Air Baku Dari Mata Air. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
7(1)

Anda mungkin juga menyukai