Anda di halaman 1dari 25

lOMoARcPSD|30508295

laporan Penyediaan air bersih

Penyediaan Air Bersih (Universitas Hasanuddin)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)
lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah salah satu zat kekayaan alam yang sangat berharga di muka bumi
ini. Berdasarkan kebutuhan manusia, air merupakan zat yang paling penting untuk
mendukung keberlanjutan kehidupan manusia. Air digunakan oleh manusia untuk
mendukung hampir seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Sebagai
contoh, air digunakan untuk minum, memasak, mencuci, mandi dan bahkan untuk
mendukung kegiatan dengan skala besar seperti industri dan pertanian.
Kertersedian air bersih secara kuantitas dan kualitas berdampak pada
pengguna air tersebut. Kualitas air bersih yang memenuhi syarat mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan, serta
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Untuk mencegah terjadinya
penyebaran penyakit melalui air, perlu dilakukan analisa kualitas air.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017 tentang
standar baku mutu kesehatan lingkunagan dan persyaratan kesehatan air untuk
keperluan hygiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum
bahwa kualitas air yang digunakan hygiene sanitasi berbeda dengan air minum
yaitu penetapan kualitas fisik (tidak berbau, tidak berwarna, tidak keruh, tidak
berasa), tidak mengandung zat kimia, maupun biologis. Salah satu hal yang dapat
mempengaruhi kualitas air bersih adalah Fe yang tinggi pada sumur gali sehingga
dapat menimbulkan perubahan bentuk fisik dan kimia pada air. Kadar Fe pada air
maksimum 1 mg/L pada air yang digunakan untuk hiegene sanitasi.
Di Indonesia, secara umum hampir 50 persen kebutuhan air rumah tangga
berasal dari air tanah (AMPL, 2010:4). Air tanah merupakan salah satu kebutuhan
vital dalam aspek kehidupan masyarakat. Sumber air tanah digunakan dalam
pemenuhan kebutuhan perkotaan maupun perdesaan. Untuk daerah perdesaan
pemenuhan kebutuhan air umumnya berasal dari mataair, ataupun sumur air

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
1

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

tanah. Menurut Todd (2005) Mata air adalah keluarnya air tanah terkonsentrasi
muncul di permukaan tanah sebagai arus air yang mengalir. Seperti halnya di
Provinsi Jawa Barat Kabupaten Subang Kecamatan Serangpanjang lebih tepatnya
di Desa Cipancar, air mata air dijadikan salah satu andalan untuk melanjutkan
kelangsungan hidup, dari mulai pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti
memasak, minum, mandi, mencuci, sampai untuk mengairi tanaman pertanian.
Kualitas air di Indonesia telah banyak mengalami pencemaran yang
diakibatkan dari limbah industri, pabrik dan limbah rumah tangga yang saat ini
masih sangat perlu dilakukan perbaikan pada pemantauan kualitas air. Perubahan
kualitas air dapat dilihat secara fisik dan kimia yang akan berpengaruh terhadap
kehidupan organisme yang terdapat didalam perairan tersebut. Adanya suatu
organisme dalam perairan dapat digunakan sebagai bioindikator pada kualitas air
tersebut. Pengukuran kualitas air sering dilihat dari parameter fisik dan kimia saja,
dimana pengamatan kualitas air dapat dilakukan dengan melihat komponen
organism yang terdapat pada perairan tersebut yaitu komponen biotik. Komponen
biotik dapat memberikan gambaran pada kualitas air baik secara fisik,kimia dan
biologi dari suatu perairan. Salah satu organisme yang dapat digunakan sebagai
bioindikator dari kualitas air adalah hewan makrozobentos, salah satu contoh dari
makrozobentos adalah hewan-hewan dari gastropoda yang terdapat diperairan.
Dimana gastropoda yang hidup di suatu perairan sangat peka terhadap perubahan
kualitas tempat hidupnya. Salah satunya adalah di aliran sungai kalistail yang
terdapat di kecamatan tegalsari, banyak sekali dijumpai gastropoda dengan jenis
yang berbeda (Odum, 1993).
Ketersediaan air bersih baik kualitas dan kuantitas mutlak menjadi
kebutuhan hidup manusia, hal ini dikarenakan air merupakan sumber daya alam
yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak. Mengingat pentingnya sumber
daya air tersebut, kuantitas ataupun kualitasnya harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.
Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilaksanakan secara arif dan
bijaksana, dengan mempertimbangkan dampak yang mungkin akan timbul akibat
pemanfaatannya.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
2

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Tingkat kapasitas air bersih di Kota Makassar sebesar 78 % dan


kemungkinan akan mengalami peningkatan (PDAM Kota Makassar, 2019).
Permasalahan penyediaan air bersih saat ini di Kota Makassar adalah terbatasnya
ketersediaan air baku dan tingginya tingkat kehilangan air, sedangkan konsumsi
air bersih cukup besar sehingga menimbulkan gap pemenuhan kebutuhan akan air
Saat musim kemarau di Kota Makassar sering mengalami kekurangan air
bersih. Dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam hal sumber daya air,
masyarakat di Kota Makassar sebagian telah menggunakan fasilitas air bersih
sumur bor dan pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
namun banyak juga masyarakat yang masih menggunakan sumur gali atau sumur
dangkal sebagai sumber air bersih, salah satu alasannya karena pelayanan air
bersih dari PDAM belum sepenuhnya menjangkau seluruh daerah di Kelurahan
Bulurokeng, sedangkan penggunaan sumur bor tidak memungkinkan dari segi
biaya bagi sebagian masyarakat kecil. Banyak masyarakat yang mengeluhkan
masalah air yang mereka gunakan sebagai air bersih, ada daerah yang airnya licin
saat digunakan dan adapula daerah yang airnya keruh, tapi karena kondisi air yang
kurang sehingga masyarakat tetap menggunakan air tersebut. Namun yang
menjadi permasalahan yaitu masyarakat sekitar tidak tahu air sumur tersebut layak
atau tidak digunakan sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan hal tersebut, pada praktikum ini akan dilakukan pengujian dan
analisis kualitas air pada beberapa lokasi. Parameter kualitas air yang akan diuji
dan dianalisis yaitu parameter fisika dan parameter kimia.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari Laboratorium Lingkungan Terpadu ini, yaitu:


1. Mengetahui metode dalam menganalisis kualitas air.
2. Menganalisis kualitas air sampel berdasarkan.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
3

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Air

Air merupakan bagian dari ekosistem secara keseluruhan. Keberadaan air di


suatu tempat yang berbeda membuat air bias berlebih dan bias berkurang sehingga
dapat menimbulkan berbagai persoalan. Untuk itu, air harus dikelola dengan bijak
dengan pendekatan terpadu secara menyeluruh. Terpadu berarti ketertarikan
dengan berbagai aspek. Untuk sumber daya air yang terpadu membutuhkan
keterlibatan dari berbagai pihak (Robert J. Kodoatie, 2008)
Air adalah cairan H2O berkandungan zat-zat fisik yang menyehatkan
kehidupan. Air dibutuhkan manusia dalam jumlah yang memadai. Penggunaan air
minum untuk kesehatan manusia adalah fluktuatif dan berkelanjutan. Untuk itu
diperlukan sumber-sumber air baku yang memadai dalam jumlah berjangka
Panjang.
Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat dengan kovalen pada satu atom
oksigen. Air adalah zat cair yang tidak berwarna, tidak berasa serta tidak berbau
pada keadaan standart. Zat kimia ini adalah satu pelarut yang mutlak, yang
mempunyai kekuatan untuk melarutkan banyak zat kimia lain, layaknya garam,
gula, asam, lebih dari satu tipe gas serta banyak jenis molekul lainnya. Air
merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah. Air
yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang
terdapat di danau, sungai, dan air tanah (Effendi, 2003). Air yang tersedia selalu
mengalami siklus hidrologi: Pergantian total (replancement) air sungai
berlangsung sekitar 18-20 tahun, sedangkan pergantian uap air yang ada di
atmosfer berlangsung sekitar dua belas hari dan pergantian air tanah dalam (deep
groundwater) membutuhkan waktu ratusan tahun (Miller,1992).
Air bukan merupakan hal yang baru, karena tidak satu pun kehidupan dapat
berlangsung tanpa adanya air. Air juga dikatakan sebagai benda mutlak dalam

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
4

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

kehidupan manusia. Air terdiri dari unsur kimia, yaitu ion hidrogen dan ion
oksigen. Unsur-unsur inilah yang kemudian membentuk H2O (air). Air merupakan
komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh
manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh
berbentuk larutan dengan pelarut air. Unsur hara dalam tanah hanya dapat diserap
oleh akar dalam bentuk larutannya. Sebagian besar keperluan air sehari-hari
berasal dari sumber air tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM juga bahan
bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai
sumber air harus dipelihara (Achmad, 2004).
Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian
terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan
aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air
mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi
(Kodoatie dan Sjarief, 2010).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengadilan Kualitas Air dan Pengadilan Kualitas Pencemaran, Bab I
Ketentuan Umum pasal 1, menyatakan bahwa : “Air tawar adalah semua air yang
terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil”,
sedangkan menurut Undang-Undang RI No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (Bab I, Pasal I), butir 2 disebutkan bahwa “Air adalah semua air yang terdapat
pada di atas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat”. Butir 3
menyebutkan “Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan atau batua
dibawah permukaan tanah”. Karakteristik kandungan sifat fisik dari air tawar
tergantung dari tempat sumber air itu berasal dan teknik pengolahan air tersebut
apakah menghasilkan air yang baik dikonsumsi.
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air), air
merupakan satu-satunya zat secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H₂O yaitu
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
5

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau
pada kondisi standar (Allafa, 2008).

B. Kualitas Air

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian,
kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain. Misalnya, kualitas
air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air
minum. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.Air adalah
semua air yang terdapat pada di atas maupun di bawah permukaan tanah termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang
dimanfaat di darat. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No: 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Kualitas Air, definisi
kualitas Mutu Air adalah tingkat kondisi kualitas air yang menunjukkan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.
Menurut Kusnaedi (2010), syarat-syarat sumber mata air yang bisa
digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut:
1. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan, artinya sebaiknya
air minum tidak boleh berwarna untuk alasan esteris dan untuk mencegah
keracunan. Warna dapat disebabkan tanin dan asam humat atau zat organik,
senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan
pengguna air (Slamet, 2004).
2. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedamg
mengalami penguraian oleh mikroorganisme.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
6

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

3. Rasanya tawar
Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit,
atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa
asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Air dengan rasa
yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang membahayakan
kesehatan, seperti rasa logam (Slamet, 2004).
4. Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut jernih
atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh partikel bahan yang tersuspensi
sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Untuk standar air
bersih di tetapkan oleh Permenkes RI No. 416 / MENKES / PER / IX / 1990, yaitu
kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU (Depkes RI, 1995).
5. Temperatur
Air yang baik harus memiliki temperatur yang sama dengan temperatur
udara (± 3°C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur diatas atau di
bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan
atau menyerap energi dalam air. Berdasarkan aspek suhu air yang normal akan
mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi
terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet, 2004).
6. Tidak mengandung zat padatan
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan
dan pengeringan pada suhu 103-105°C.

Beberapa definisi yang berkaitan dengan kualitas air menurut PP RI Nomor


82 Tahun 2001 antara lain:
1. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, Sungai, rawa, danau,
situ, waduk, dan muara.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
7

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

2. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk
dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu.
4. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air.
5. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.
6. Pencemaran air adalah memasuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
7. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,
mutu air atau kualitas air diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegiatan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan sebagai prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanian, dan peruntukan lain yang memenuhi syarat baku mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan
lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
8

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Penetapan kelas air sebagaimana dimaksud di atas sesuai dengan Pasal 9


pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian.
C. Pencemaran Air

Pencemaran air merupakan kondisi yang diakibatkan adanya masukan


bebasn pencemar/limbah buangan yang berupa gas, bahan yang terlarut, dan
partikulat. Pencemar yang masuk ke dalam badan perairan dapat dilakukan
melalui atmosfer.
Pencemaran air tanah merupakan proses rusaknya air di tanah akibat danya
kontak dari air permukaan tanah/air yang berada di atas permukaan tanah yang
akan meresap masuk ke dalam tanah dengan sumber-sumber pencemaran.
Pencemaran ai tanah dapat terjadi berdasarkan beberapa kemungkinan, baik
secara faktor alam maupun faktor manusia.

D. Parameter Air

1. pH
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam atau basa sesuatu larutan. Sebagai satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara
empirik pH yang optimum untuk tiap spesifik harus ditentukan. Kebanyakan
mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0 meskipun beberapa bentuk
mempunyai pH optimum rendah 2,0 dan lainnya punya pH optimum 8,5.
Pengetahuan pH ini sangat diperlukan dalam penentuan range pH yang akan
diterapkan pada usaha pengelolaan air bekas yang menggunakan proses-proses
biologis. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpanan standar
kualitas air minum dalam pH ini yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan
lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan
menyebabkan beberapa senyawa menjadi racun, sehingga menggangu kesehatan.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
9

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

2. Konduktivitas
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit
didalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam
yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air didalam menghantarkan
arus listrik. Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar
listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garamgaram terlarut dengan
demikian bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain dipengaruhi oleh
jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas juga dipengaruhi oleh nilai temperatur
(Zullazar Zurkarnain, 2015).
3. Total Padatan Tersuspensi (TSS)
Total Suspended Solid atau total padatan tersuspensi dalam air merupakan
partikel-partikel anorganik, organik, dan cairan yang tak dapat bercampur dalam
air. Senyawa padat anorganik antara lain berupa tanah, tanah liat dan lumpur,
sedangkan senyawa padat organik yang sering dijumpai adalah serat tumbuhan,
sel ganggang dan bakteri. Padatan-padatan ini merupakan pencemar alam yang
berasal dari pengikisan air (erosi) saat mengalir (Underwood dan Day, 1984).
Senyawa residu tersuspensilainnya berasal dari aktivitas penduduk yang
menggunakan air. Limbah penduduk dan limbah industri biasanya banyak
mengandung residu tersuspensi. Keberadaan residu tersuspensi dalam air tidak
diinginkan karena alasan menurunnya estetika air disamping residu tersuspensi
dapat menjadi tempat penyerapan bahan kimia atau biologi seperti
mikroorganisme penyebab penyakit (Sunu, 2001).
Batas maksimum kandungan padatan tersuspensi dalam air untuk Kelas I
peruntukan air badan air adalah 50 mg/liter (PPRI-82, 2001).
4. Salinitas
Salinitas laut adalah jumlah kadar garam yang terdapat dalam air laut.
Salinitas berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan. Setiap daerah
perairan di bumi ini memiliki salinitas yang berbeda-beda. Garis yang
menghubungkan kadar salinitas yang sama dalam peta dinamakan isohaline.
Beberapa faktor yang mempengaruhi salinitas air laut diantaranya adalah:

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
10

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

penguapan, curah hujan, dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara (Agnas
Setiawan, 2013).
5. Detergen
Deterjen merupakan gabungan dari berbagai senyawa dimana komponen
utamanya adalah surface active agents atau surfaktan. Surfaktan dapat
menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan partikel-partikel yang
menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut
dalam air. Untuk keperluan rumah tangga digunakan kelompok surfaktan anion
(deterjen). Surfaktan deterjen yang paling sering digunakan adalah LAS atau
Linier Alkilbenzen Sulfonat (Supriyono dkk., 1998). LAS merupakan konversi
dari Aliklbenzen sulfonat atau ABS, dimana LAS lebih mudah terdegradasi dalam
air dan merupakan deterjen lunak (Abel, 1974).
Kadar surfaktan 1 mg/liter dapat mengakibatkan terbentuknya busa
diperairan. Meskipun tidak bersifat toksik, keberadaan surfaktan dapat
menimbulkan rasa pada air dan dapat menurunkan absorpsi oksigen di perairan
(Effendi, 2003). Limbah deterjen merupakan salah satu pencemar yang bisa
membahayakan kehidupan organisme di perairan karena menyebabkan suplai
oksigen dari udara sangat lambat karena busanya yang menutupi permukaan air
(Connel dan Miller, 1995).
6. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan utama dan
merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat
mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan
proses oksidasi Amonia menjadi Nitrit dan Nitrat adalah proses yang penting
dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi amonia
menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas sedangkan oksidasi nitrit
menjadi Nitrat dilakukan oleh bakteri nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut
merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses
kimiawi.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
11

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Masuknya nitrat kedalam badan sungai disebabkan manusia yang


membuang kotoran dalam air sungai, kotoran banyak mengandung amonliak.
Kemungkinan lain penyebab konsentrasi pembusukan sisa tanaman dan
hewan, pembuangan industri, dan kotoran hewan.
Nitrat menyebabkan kualitas air menurun, menurunkan oksigen terlarut,
penurunan populasi ikan, bau busuk, dan rasa tidak enak. Nitrat adalah ancaman
bagi kesehatan manusia terutama bayi, menyebabkan kondisi yang di kenal
methemoglobin yang juga di sebut “sindrom bayi biru”. Air tanah yang digunakan
untuk membuat susu bayi yang mengandung nitrat, saat nitrat masuk kedalam
tubuh bayi nitrat dikonversikan dalam usus menjadi nitrit, yang kemudian
berikatan dengan hemoglobin dan membentuk methemoglobin, sehingga
mengurangi daya angkut oksigen oleh darah (Tresna, 2000). Batas maksimum
kandungan padatan tersuspensi dalam air untuk Kelas I peruntukan air badan air
adalah 10 mg/liter (PPRI-82, 2001).
7. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota golongan lipid. Minyak dan
lemak didalamnya mengandung lipid kompleks (yaitu lesithin, cephalin, fosfatida
serta glikolipid), sterol, berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam
lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut dalam lemak dan hidrokarbon.
Minyak dan lemak terdiri dari trigliserida campuran yang merupakan ester dari
gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buah-
buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman dan sayur-sayuran. Dalam
jaringan hewan lemak terdapat di seluruh badan dan jumlah terbanyak terdapat
pada jaringan adipose dan tulang sumsum. Trigliserida dapat berwujud padat atau
cair, dan hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya.
Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam
lemak tidak jenuh yaitu asam oleat, linoleate atau asam linolenat dengan titik cair
yang rendah. Lemak hewani pada umumnya berbentuk padat pada suhu kamar
karena banyak mengandung asam lemah jenuh, misalnya asam palmitat dan
stearate yang mempunyai titik cair lebih tinggi (Ketaren, 1986).

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
12

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Senyawa organik tersusun dari kombinasi karbon, hidrogen, oksigen,


nitrogen dan unsur penting lain seperti belerang, fosfor dan besi. Kelompok
terpenting bahan organik yang ada pada air buangan adalah protein (40% - 60%),
karbohidrat (25%-50%), lemak dan minyak (10%). Beberapa jenis limbah
mengandung sejumlah minyak, lemak, sabun dan minyak-minyak pelumas.
Sumber limbah dapat berasal dari industri, industri rumah tangga, rumah tangga
dan bengkel-bengkel yang ada di sepanjang sungai. Masuknya lemak dan minyak
tersebut bersama dengan aliran air pencucian langsung maupun terbawa oleh
hujan atau dibuang langsung ke sungai (Metcalf & Eddy, 1991).
8. Disolved Oxygen (DO)
Dissolved Oxygen (DO) merupakan parameter penting yang dibutuhkan
oleh semua organisme, seperti ikan. Penurunan oksigen terlarut dalam perairan
akan sangat berbahaya terutama bagi kehidupan akuatik. Kebanyakan ikan
pada beberapa perairan tercemar mati bukan karena daya racun bahan buangan
secara langsung tetapi karena kekurangan oksigen dalam perairan akibat
digunakan untuk proses degradasi bahan organik oleh mikroorganisme (Sugianti
dan Astuti, 2018). Salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh beban
pencemaran lingkungan air dapat dilakukan dengan mengamati beberapa
parameter kimia seperti oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) yang dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat
yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Oksigen
memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.
Selain itu, oksigen juga menentukan aktivitas biologis yang dilakukan oleh
organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah
nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi
anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia
menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi
dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
13

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan
rumah tangga (Salmin, 2005). Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah
difusi dari udara dan hasil fotosintesis organisme yang mempunyai klorofil yang
hidup di perairan (Christina, 2014). Semakin tinggi kandungan Dissolved Oxygen
(DO) semakin bagus kualitas air tersebut.
9. Karbon dioksida (CO2)
Salah satu parameter kimia yang ada di dalam perairan yaitu gas karbon
dioksida (CO2) yang dipengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini dalam perairan
jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organisme-organisme yang
melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini akan mempengaruhi
organisme dalam proses fotosintesis. Karbon dioksida (CO2) tidak bertambah
banyak pada kedalaman yang lebih besar kecuali di lapisan dekat dengan dasar,
demikian pula dengan pH. Karena kalsium karbonat yang diendapkan di daerah
trophogenic jatuh perlahan-lahan ke dasar dan bertemu dengan karbon dioksida
(CO2) agresif didaerah tropholytic, serta menambah kosentrasinya di lapisan
bawah karbon dioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang
dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air. Keberadaan karbon dioksida
diperairan sangat dibutuhkan oleh tumbuhan baik yang besar maupun yang kecil
untuk proses fotosintesis. Karbon dioksida (CO2) juga terbentuk dalam air karena
proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga
terdapat dalam air yang telah tercemar. Karbon dioksida pula diperairan berasal
dari difusi atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organik, dan respirasi
tumbuhan dan hewan, serta bakteri aerob dan anaerob.
10. Daya Hantar Listrik (DHL)
Daya Hantar Listrik (DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air
untuk meneruskan aliran listrik. Semakin besar kemampuan air untuk
menghantarkan listrik, memperlihatkan semakin banyaknya garam-garam yang
terkandung di air sehingga mengindikasikan terjadinya intrusi air laut.
Pengukuran DHL bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk
menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air. Kadar
salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
14

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Penentuan kriteria keasinan dari air tanah dapat dilakukan dengan cara
menghitung tingkat salinitas (Sutrisno, 2006). Konduktivitas dinyatakan dengan
satuan µmhos/cm atau µSiemens/cm. Nilai DHL berhubungan erat dengan nilai
padatan terlarut total (TDS) (Tebbut, 1992).
11. Kesadahan
Kesadahan merupakan suatu keadaan dengan kandungan kapur yang
berlebihan dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk
endapan maupun dengan anion-anion yang terdapat didalam air membentuk
endapan atau karat pada peralatan logam. Kesadahan pada prinsipnya adalah
terkontaminasinya air dengan unsur kation seperti Na, Ca, Mg. didalam kesadahan
yang paling banyak dijumpai adalah air laut. Pada air tawar permukaan umumnya
kandungan Ca dan Mg dalam kadar yang tinggi (>200 ppm) CaCO 3. Sehingga air
yang mengalir pada daerah batuan kapur akan mempunyai tingkat kesadahan
tinggi. Kesadahan yang tinggi dan mulai berakibat pada peralatan rumah tangga
apabila jumlah diatas 100 ml/L. pada kesadahan diatas 300 mg/L dalam jangka
waktu yang panjang akan berpengaruh pada manusia dengan ginjal yang lemah
sehingga mengalami gangguan pada ginjal. Kesadahan ini dapat digolongkan pada
kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara akan terendap
pada saat pemanasan. Kesadahan tetap akan lebih permanen di dalam air (Asmadi
dkk, 2011).
Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan
tanah dan pembentukan batuan. Umumnya air sadah berasal dari daerah di mana
lapisan tanah atas tebal, dan adanya pembentukan kapur. Kesadahan total adalah
yang disebabkan oleh adanya ion Ca dan Mg secara bersama-sama. Kesadahan
dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif (Sutrisno dan
Suciastuti, 2010).
12. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion dalam air
yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Penyusun

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
15

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO 3-), karbonat (CO32-), dan
hidroksida (OH). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-),
sulfida (HS-), dan amonia (NH3). Sebagai pembentuk alkalinitas yang utama
adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida, dan bikarbonat adalah paling banyak
terdapat pada perairan alami (Effendi, 2003).
13. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK)
merupakan jumlah oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik
yang ada dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organik menjadi CO2 dan H2O. Pada reaksi ini hampir
semua zat yaitu sekitar 85% dapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O dalam
suasana asam, sedangkan penguraian secara biologi (BOD) tidak semua zat
organik dapat diuraikan oleh bakteri. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
didalam air.
Menurut Metcalf and Eddy (1991), COD adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasikan senyawa organik dalam air, sehingga
parameter COD mencerminkan banyaknya senyawa organik yang dioksidasi
secara kimia. Tes COD digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang
dapat dioksidasi dengan cara menggunakan bahan kimia oksidator kuat dalam
media asam.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang
secara alamiah dapat dioksidasi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air. Maka konsentrasi COD dalam air harus memenuhi standar baku mutu
yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan. Batas maksimum
kandungan COD dalam air untuk Kelas I peruntukan air badan air adalah 10
mg/liter (PPRI-82, 2001).
14. Nitrit
Gas Nitrogen (N2) tidak mudah larut dalam air, tetapi karena jumlah gas di
udara 78% nya adalah gas N2, kadarnya dalam air tetap tinggi. Dalam kondisi

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
16

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

aerob nitrogen oleh mikroorganisme renik diubah menjadi Nitrat, sedang


Ammonia diubah menjadi Nitrit. Dalam kondisi anaerob Nitrat diubah oleh
bakteri menjadi Ammonia dan kemudian bersenyawa dengan air menjadi
Ammonium (Mahida, 1984).
Menurut PP 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan
Pengendalian Pencemaran Air, kadar maksimum Nitrit yang diperbolehkan untuk
kelas 1 s/d 3 adalah 0,06 mg/l sedangkan untuk kelas 4 tidak dipersyaratkan.
15. Besi (Fe)
Logam berat (Fe/Ferrum atau besi) merupakan logam berat essensial yang
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,
namun dalam jumlah yang berlebih dapat menimbulkan efek racun. Logam berat
akan bercampur di perairan melalui proses adsorpsi, emulsi dan pengenceran
sebelum mengendap dalam substrat dasar. Penurunan kandungan logam berat Fe
pada air di suatu lokasi bisa berubah karena dipengaruhi oleh hidrodinamika
perairan wilayah tersebut seperti arus, pasang surut, dan gelombang
(Moriarty,1988). Kenaikan nilai kandungan logam berat Fe di air selain karena
aktivitas manusia di darat seperti pembuangan limbah hasil kegiatan industri di
sekitar sungai, juga karena pengaruh pasang surut dan arus sungai yang
mendistribusikan logam berat tersebut ke arah hilir. Fluktuasi kandungan logam
Fe yang terjadi merupakan interaksi dari hasil buangan aktivitas manusia di darat
dan adanya faktor pasang surut dan arus yang membawa massa air dari hulu
menuju muara sungai (Sedjati et al., 2013).

E. Standar Kualitas Air

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 Tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, baku mutu air adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas, yaitu:

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
17

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
KELAS KET.
PARAMETER SATUAN
I II III IV
FISIKA
Deviasi
deviasi deviasi deviasi deviasi temperatur dari
Temperatur °C
3 3 3 5 keadaan
alamiahnya
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Bagi pengolahan
air minum secara
Residu konvensional,
mg/L 50 50 400 400
Tersuspensi residu
tersuspensi ≤
5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
Angka batas
DO mg/L 6 4 3 0
minimum

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
18

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Lanjutan Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas


KELAS
PARAMETER SATUAN KET.
I II III IV
Total Fosfat
mg/L 0,2 0,2 1 5
sebagai P
NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
Angka batas
DO mg/L 6 4 3 0
minimum
Bagi perikanan,
kandungan
amonia bebas
NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) untuk ikan yang
peka ≤ 0,02
mg/L sebagai
NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Bagi pengolahan
air minum
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 secara
konvensional,
Cu ≤ 1 mg/L
Bagi pengolahan
air minum
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) secara
konvensional, Fe
≤ 5 mg/L
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Bagi pengolahan
air minum
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 secara
konvensional,
Cu ≤ 1 mg/L
Bagi pengolahan
air minum
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) secara
konvensional, Fe
≤ 5 mg/L
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
19

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Lanjutan Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas


KELAS
PARAMETER SATUAN KET.
I II III IV
Bagi pengolahan
air minum secara
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
konvensional, Pb
≤ 0,1 mg/L
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Bagi pengolahan
air minum secara
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
konvensional, Zn
≤ 5 mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan
air minum secara
konvensional, Pb
≤ 0,1 mg/L
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Bagi pengolahan
air minum secara
Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) konvensional,
NO2_N ≤ 1
mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Bagi Air Baku
untuk Air
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Minum (ABAM)
tidak
dipersyaratkan
Bagi pengolahan
air minum secara
Belerang sebagai
mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) konvensional, S
H2S
sebagai H2S <
0,1 mg/L
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan
air minum secara
konvensional,
fecal coliform
≤ 2000 jml/100
Total coliform jml/100 ml 1000 5000 10000 10000
ml dan total
coliform
≤ 10000 jml/100
ml

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
20

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Lanjutan Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas


KELAS
PARAMETER SATUAN KET.
I II III IV
RADIOAKTIVITAS
- Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
- Gross-B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan
ug/L 1000 1000 1000 (-)
Lemak
Detergen sebagai
ug/L 200 200 200 (-)
MBAS
Senyawa Fenol
ug/L 1 1 1 (-)
sebagai Fenol
BHC ug/L 210 210 210 (-)
Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor dan
ug/L
Heptachlor 18 (-) (-) (-)
Epoxide
Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)
Methoxyclor ug/L 35 (-) (-) (-)
Endrin ug/L 1 4 4 (-)
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
21

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

DAFTAR PUSATAKA

Abel, P.D., 1974. Toxicity of Syinthetic Detergents to Fish auqtic Invertebrates,


J.Fish, Biol.

Achmad R. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: ANDI Yogyakarta

Agustian, R., E, Yudiati., S, Sedjati. 2013. Uji Toksisitas Ekstrak Pigmen Kasar
Mikroalga Spirulina Platensis Dengan Metode Uji Bslt (Brine Shrimp
Lethality Test). Journal of Marine Research. Universitas Dipenogoro.
Semarang.

Allafa (2008). Air bersih. http//www.indoskripsi.com - Diakses mei 2015.

Asmadi, Khayan, Kasjono H.S. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Connel dan Miller, 1995, Kimia dan Etoksikologi Pencemaran, diterjemahkan


oleh Koestoer, S., hal. 419, Indonesia University Press, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713.
Jakarta.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit: Kanisius. Yogyakarta

Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Swadaya.

Kodoatie, R.J, dan Roestam Sjarief, Ph.D, 2008, Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu, Edisi Revisi, Yogyakarta : Penerbit Andi.

Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82


Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Mahida. UN. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:
Rajawali

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
22

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Metcalf & Eddy, 1991, Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and


Reuse, Third Edition, McGraw-Hill, New York.

S. Ketaren. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Jakarta:


UIPress.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana.

Setiawan, Agnas. 2013. Faktor Kepadatan Penduduk.


http://geograph88.blogspot.com/2013/12/faktor-kepadatan-
penduduk.html (diakses 20 Agustus 2014, 14.15 WIB).

Juli Soemirat Slamet. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Kodoatie, Robert J., dan Roestam, Sjarie. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta:
Andi.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi


Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugianti, Yayuk dan L. P. Astuti. 2018. Respon Oksigen Terlarut Terhadap


Pencemaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan
di Sungai Citarum. Jurnal Teknologi Lingkungan.

Supriyono, E.; Takashima, F.; Strussman, C.A., 1998, Toxicity of LAS to


Juvenile Kuruma Shrimp, Penaeus japonicus: A Histopathological Study
on Acute and Subchronic Levels, Journal of Tokyo University of
Fisheries, Japan.

Sutrisno, C.T, dan Suciastuti, Eni. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Jakarta. PT. Rineka Cipta. Cetakan Keenam.

Sutrisno, CT dan Suciastuti, E. 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih.


Jakarta: Rineka Cipta.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
23

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)


lOMoARcPSD|30508295

LABORATORIUM KUALITAS AIR


DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lantai 3 Gedung Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jln. Poros Malino KM.6, Bontomarannu (92172) Gowa, Sulawesi Selatan

Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO


14001. Jakarta: Grasindo.

Tebbut, T.H.Y. 1992. Priciples of Water Quality Control. Fourth edition.


Pergamon Press, Oxford.

Zurkarnain, Zullazar. 2015. Konduktivitas. (Online), (https://www.


scribd.com/doc/56312795/KONDUKTIVITAS) Diunduh Pada Bulan 2015.

KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
24

Downloaded by diana banoet (banoetdiana1@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai