BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah salah satu zat kekayaan alam yang sangat berharga di muka bumi
ini. Berdasarkan kebutuhan manusia, air merupakan zat yang paling penting untuk
mendukung keberlanjutan kehidupan manusia. Air digunakan oleh manusia untuk
mendukung hampir seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Sebagai
contoh, air digunakan untuk minum, memasak, mencuci, mandi dan bahkan untuk
mendukung kegiatan dengan skala besar seperti industri dan pertanian.
Kertersedian air bersih secara kuantitas dan kualitas berdampak pada
pengguna air tersebut. Kualitas air bersih yang memenuhi syarat mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan, serta
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Untuk mencegah terjadinya
penyebaran penyakit melalui air, perlu dilakukan analisa kualitas air.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017 tentang
standar baku mutu kesehatan lingkunagan dan persyaratan kesehatan air untuk
keperluan hygiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum
bahwa kualitas air yang digunakan hygiene sanitasi berbeda dengan air minum
yaitu penetapan kualitas fisik (tidak berbau, tidak berwarna, tidak keruh, tidak
berasa), tidak mengandung zat kimia, maupun biologis. Salah satu hal yang dapat
mempengaruhi kualitas air bersih adalah Fe yang tinggi pada sumur gali sehingga
dapat menimbulkan perubahan bentuk fisik dan kimia pada air. Kadar Fe pada air
maksimum 1 mg/L pada air yang digunakan untuk hiegene sanitasi.
Di Indonesia, secara umum hampir 50 persen kebutuhan air rumah tangga
berasal dari air tanah (AMPL, 2010:4). Air tanah merupakan salah satu kebutuhan
vital dalam aspek kehidupan masyarakat. Sumber air tanah digunakan dalam
pemenuhan kebutuhan perkotaan maupun perdesaan. Untuk daerah perdesaan
pemenuhan kebutuhan air umumnya berasal dari mataair, ataupun sumur air
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
1
tanah. Menurut Todd (2005) Mata air adalah keluarnya air tanah terkonsentrasi
muncul di permukaan tanah sebagai arus air yang mengalir. Seperti halnya di
Provinsi Jawa Barat Kabupaten Subang Kecamatan Serangpanjang lebih tepatnya
di Desa Cipancar, air mata air dijadikan salah satu andalan untuk melanjutkan
kelangsungan hidup, dari mulai pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti
memasak, minum, mandi, mencuci, sampai untuk mengairi tanaman pertanian.
Kualitas air di Indonesia telah banyak mengalami pencemaran yang
diakibatkan dari limbah industri, pabrik dan limbah rumah tangga yang saat ini
masih sangat perlu dilakukan perbaikan pada pemantauan kualitas air. Perubahan
kualitas air dapat dilihat secara fisik dan kimia yang akan berpengaruh terhadap
kehidupan organisme yang terdapat didalam perairan tersebut. Adanya suatu
organisme dalam perairan dapat digunakan sebagai bioindikator pada kualitas air
tersebut. Pengukuran kualitas air sering dilihat dari parameter fisik dan kimia saja,
dimana pengamatan kualitas air dapat dilakukan dengan melihat komponen
organism yang terdapat pada perairan tersebut yaitu komponen biotik. Komponen
biotik dapat memberikan gambaran pada kualitas air baik secara fisik,kimia dan
biologi dari suatu perairan. Salah satu organisme yang dapat digunakan sebagai
bioindikator dari kualitas air adalah hewan makrozobentos, salah satu contoh dari
makrozobentos adalah hewan-hewan dari gastropoda yang terdapat diperairan.
Dimana gastropoda yang hidup di suatu perairan sangat peka terhadap perubahan
kualitas tempat hidupnya. Salah satunya adalah di aliran sungai kalistail yang
terdapat di kecamatan tegalsari, banyak sekali dijumpai gastropoda dengan jenis
yang berbeda (Odum, 1993).
Ketersediaan air bersih baik kualitas dan kuantitas mutlak menjadi
kebutuhan hidup manusia, hal ini dikarenakan air merupakan sumber daya alam
yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak. Mengingat pentingnya sumber
daya air tersebut, kuantitas ataupun kualitasnya harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.
Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilaksanakan secara arif dan
bijaksana, dengan mempertimbangkan dampak yang mungkin akan timbul akibat
pemanfaatannya.
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
2
B. Tujuan
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Air
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
4
kehidupan manusia. Air terdiri dari unsur kimia, yaitu ion hidrogen dan ion
oksigen. Unsur-unsur inilah yang kemudian membentuk H2O (air). Air merupakan
komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh
manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh
berbentuk larutan dengan pelarut air. Unsur hara dalam tanah hanya dapat diserap
oleh akar dalam bentuk larutannya. Sebagian besar keperluan air sehari-hari
berasal dari sumber air tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM juga bahan
bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai
sumber air harus dipelihara (Achmad, 2004).
Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian
terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan
aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air
mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi
(Kodoatie dan Sjarief, 2010).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengadilan Kualitas Air dan Pengadilan Kualitas Pencemaran, Bab I
Ketentuan Umum pasal 1, menyatakan bahwa : “Air tawar adalah semua air yang
terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil”,
sedangkan menurut Undang-Undang RI No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (Bab I, Pasal I), butir 2 disebutkan bahwa “Air adalah semua air yang terdapat
pada di atas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat”. Butir 3
menyebutkan “Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan atau batua
dibawah permukaan tanah”. Karakteristik kandungan sifat fisik dari air tawar
tergantung dari tempat sumber air itu berasal dan teknik pengolahan air tersebut
apakah menghasilkan air yang baik dikonsumsi.
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air), air
merupakan satu-satunya zat secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H₂O yaitu
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
5
satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau
pada kondisi standar (Allafa, 2008).
B. Kualitas Air
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian,
kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain. Misalnya, kualitas
air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air
minum. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.Air adalah
semua air yang terdapat pada di atas maupun di bawah permukaan tanah termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang
dimanfaat di darat. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No: 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Kualitas Air, definisi
kualitas Mutu Air adalah tingkat kondisi kualitas air yang menunjukkan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.
Menurut Kusnaedi (2010), syarat-syarat sumber mata air yang bisa
digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut:
1. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan, artinya sebaiknya
air minum tidak boleh berwarna untuk alasan esteris dan untuk mencegah
keracunan. Warna dapat disebabkan tanin dan asam humat atau zat organik,
senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan
pengguna air (Slamet, 2004).
2. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedamg
mengalami penguraian oleh mikroorganisme.
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
6
3. Rasanya tawar
Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit,
atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa
asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Air dengan rasa
yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang membahayakan
kesehatan, seperti rasa logam (Slamet, 2004).
4. Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut jernih
atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh partikel bahan yang tersuspensi
sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Untuk standar air
bersih di tetapkan oleh Permenkes RI No. 416 / MENKES / PER / IX / 1990, yaitu
kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU (Depkes RI, 1995).
5. Temperatur
Air yang baik harus memiliki temperatur yang sama dengan temperatur
udara (± 3°C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur diatas atau di
bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan
atau menyerap energi dalam air. Berdasarkan aspek suhu air yang normal akan
mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi
terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet, 2004).
6. Tidak mengandung zat padatan
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan
dan pengeringan pada suhu 103-105°C.
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
7
2. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk
dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu.
4. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air.
5. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.
6. Pencemaran air adalah memasuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
7. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,
mutu air atau kualitas air diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegiatan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan sebagai prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanian, dan peruntukan lain yang memenuhi syarat baku mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan
lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
8
D. Parameter Air
1. pH
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam atau basa sesuatu larutan. Sebagai satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara
empirik pH yang optimum untuk tiap spesifik harus ditentukan. Kebanyakan
mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0 meskipun beberapa bentuk
mempunyai pH optimum rendah 2,0 dan lainnya punya pH optimum 8,5.
Pengetahuan pH ini sangat diperlukan dalam penentuan range pH yang akan
diterapkan pada usaha pengelolaan air bekas yang menggunakan proses-proses
biologis. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpanan standar
kualitas air minum dalam pH ini yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan
lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan
menyebabkan beberapa senyawa menjadi racun, sehingga menggangu kesehatan.
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
9
2. Konduktivitas
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit
didalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam
yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air didalam menghantarkan
arus listrik. Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar
listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garamgaram terlarut dengan
demikian bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain dipengaruhi oleh
jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas juga dipengaruhi oleh nilai temperatur
(Zullazar Zurkarnain, 2015).
3. Total Padatan Tersuspensi (TSS)
Total Suspended Solid atau total padatan tersuspensi dalam air merupakan
partikel-partikel anorganik, organik, dan cairan yang tak dapat bercampur dalam
air. Senyawa padat anorganik antara lain berupa tanah, tanah liat dan lumpur,
sedangkan senyawa padat organik yang sering dijumpai adalah serat tumbuhan,
sel ganggang dan bakteri. Padatan-padatan ini merupakan pencemar alam yang
berasal dari pengikisan air (erosi) saat mengalir (Underwood dan Day, 1984).
Senyawa residu tersuspensilainnya berasal dari aktivitas penduduk yang
menggunakan air. Limbah penduduk dan limbah industri biasanya banyak
mengandung residu tersuspensi. Keberadaan residu tersuspensi dalam air tidak
diinginkan karena alasan menurunnya estetika air disamping residu tersuspensi
dapat menjadi tempat penyerapan bahan kimia atau biologi seperti
mikroorganisme penyebab penyakit (Sunu, 2001).
Batas maksimum kandungan padatan tersuspensi dalam air untuk Kelas I
peruntukan air badan air adalah 50 mg/liter (PPRI-82, 2001).
4. Salinitas
Salinitas laut adalah jumlah kadar garam yang terdapat dalam air laut.
Salinitas berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan. Setiap daerah
perairan di bumi ini memiliki salinitas yang berbeda-beda. Garis yang
menghubungkan kadar salinitas yang sama dalam peta dinamakan isohaline.
Beberapa faktor yang mempengaruhi salinitas air laut diantaranya adalah:
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
10
penguapan, curah hujan, dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara (Agnas
Setiawan, 2013).
5. Detergen
Deterjen merupakan gabungan dari berbagai senyawa dimana komponen
utamanya adalah surface active agents atau surfaktan. Surfaktan dapat
menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan partikel-partikel yang
menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut
dalam air. Untuk keperluan rumah tangga digunakan kelompok surfaktan anion
(deterjen). Surfaktan deterjen yang paling sering digunakan adalah LAS atau
Linier Alkilbenzen Sulfonat (Supriyono dkk., 1998). LAS merupakan konversi
dari Aliklbenzen sulfonat atau ABS, dimana LAS lebih mudah terdegradasi dalam
air dan merupakan deterjen lunak (Abel, 1974).
Kadar surfaktan 1 mg/liter dapat mengakibatkan terbentuknya busa
diperairan. Meskipun tidak bersifat toksik, keberadaan surfaktan dapat
menimbulkan rasa pada air dan dapat menurunkan absorpsi oksigen di perairan
(Effendi, 2003). Limbah deterjen merupakan salah satu pencemar yang bisa
membahayakan kehidupan organisme di perairan karena menyebabkan suplai
oksigen dari udara sangat lambat karena busanya yang menutupi permukaan air
(Connel dan Miller, 1995).
6. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan utama dan
merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat
mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan
proses oksidasi Amonia menjadi Nitrit dan Nitrat adalah proses yang penting
dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi amonia
menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas sedangkan oksidasi nitrit
menjadi Nitrat dilakukan oleh bakteri nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut
merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses
kimiawi.
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
11
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
12
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
13
perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan
rumah tangga (Salmin, 2005). Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah
difusi dari udara dan hasil fotosintesis organisme yang mempunyai klorofil yang
hidup di perairan (Christina, 2014). Semakin tinggi kandungan Dissolved Oxygen
(DO) semakin bagus kualitas air tersebut.
9. Karbon dioksida (CO2)
Salah satu parameter kimia yang ada di dalam perairan yaitu gas karbon
dioksida (CO2) yang dipengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini dalam perairan
jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organisme-organisme yang
melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini akan mempengaruhi
organisme dalam proses fotosintesis. Karbon dioksida (CO2) tidak bertambah
banyak pada kedalaman yang lebih besar kecuali di lapisan dekat dengan dasar,
demikian pula dengan pH. Karena kalsium karbonat yang diendapkan di daerah
trophogenic jatuh perlahan-lahan ke dasar dan bertemu dengan karbon dioksida
(CO2) agresif didaerah tropholytic, serta menambah kosentrasinya di lapisan
bawah karbon dioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang
dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air. Keberadaan karbon dioksida
diperairan sangat dibutuhkan oleh tumbuhan baik yang besar maupun yang kecil
untuk proses fotosintesis. Karbon dioksida (CO2) juga terbentuk dalam air karena
proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga
terdapat dalam air yang telah tercemar. Karbon dioksida pula diperairan berasal
dari difusi atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organik, dan respirasi
tumbuhan dan hewan, serta bakteri aerob dan anaerob.
10. Daya Hantar Listrik (DHL)
Daya Hantar Listrik (DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air
untuk meneruskan aliran listrik. Semakin besar kemampuan air untuk
menghantarkan listrik, memperlihatkan semakin banyaknya garam-garam yang
terkandung di air sehingga mengindikasikan terjadinya intrusi air laut.
Pengukuran DHL bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk
menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air. Kadar
salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
14
Penentuan kriteria keasinan dari air tanah dapat dilakukan dengan cara
menghitung tingkat salinitas (Sutrisno, 2006). Konduktivitas dinyatakan dengan
satuan µmhos/cm atau µSiemens/cm. Nilai DHL berhubungan erat dengan nilai
padatan terlarut total (TDS) (Tebbut, 1992).
11. Kesadahan
Kesadahan merupakan suatu keadaan dengan kandungan kapur yang
berlebihan dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk
endapan maupun dengan anion-anion yang terdapat didalam air membentuk
endapan atau karat pada peralatan logam. Kesadahan pada prinsipnya adalah
terkontaminasinya air dengan unsur kation seperti Na, Ca, Mg. didalam kesadahan
yang paling banyak dijumpai adalah air laut. Pada air tawar permukaan umumnya
kandungan Ca dan Mg dalam kadar yang tinggi (>200 ppm) CaCO 3. Sehingga air
yang mengalir pada daerah batuan kapur akan mempunyai tingkat kesadahan
tinggi. Kesadahan yang tinggi dan mulai berakibat pada peralatan rumah tangga
apabila jumlah diatas 100 ml/L. pada kesadahan diatas 300 mg/L dalam jangka
waktu yang panjang akan berpengaruh pada manusia dengan ginjal yang lemah
sehingga mengalami gangguan pada ginjal. Kesadahan ini dapat digolongkan pada
kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara akan terendap
pada saat pemanasan. Kesadahan tetap akan lebih permanen di dalam air (Asmadi
dkk, 2011).
Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan
tanah dan pembentukan batuan. Umumnya air sadah berasal dari daerah di mana
lapisan tanah atas tebal, dan adanya pembentukan kapur. Kesadahan total adalah
yang disebabkan oleh adanya ion Ca dan Mg secara bersama-sama. Kesadahan
dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif (Sutrisno dan
Suciastuti, 2010).
12. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion dalam air
yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Penyusun
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
15
alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO 3-), karbonat (CO32-), dan
hidroksida (OH). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-),
sulfida (HS-), dan amonia (NH3). Sebagai pembentuk alkalinitas yang utama
adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida, dan bikarbonat adalah paling banyak
terdapat pada perairan alami (Effendi, 2003).
13. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK)
merupakan jumlah oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik
yang ada dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organik menjadi CO2 dan H2O. Pada reaksi ini hampir
semua zat yaitu sekitar 85% dapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O dalam
suasana asam, sedangkan penguraian secara biologi (BOD) tidak semua zat
organik dapat diuraikan oleh bakteri. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
didalam air.
Menurut Metcalf and Eddy (1991), COD adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasikan senyawa organik dalam air, sehingga
parameter COD mencerminkan banyaknya senyawa organik yang dioksidasi
secara kimia. Tes COD digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang
dapat dioksidasi dengan cara menggunakan bahan kimia oksidator kuat dalam
media asam.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang
secara alamiah dapat dioksidasi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air. Maka konsentrasi COD dalam air harus memenuhi standar baku mutu
yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan. Batas maksimum
kandungan COD dalam air untuk Kelas I peruntukan air badan air adalah 10
mg/liter (PPRI-82, 2001).
14. Nitrit
Gas Nitrogen (N2) tidak mudah larut dalam air, tetapi karena jumlah gas di
udara 78% nya adalah gas N2, kadarnya dalam air tetap tinggi. Dalam kondisi
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
16
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
17
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
KELAS KET.
PARAMETER SATUAN
I II III IV
FISIKA
Deviasi
deviasi deviasi deviasi deviasi temperatur dari
Temperatur °C
3 3 3 5 keadaan
alamiahnya
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Bagi pengolahan
air minum secara
Residu konvensional,
mg/L 50 50 400 400
Tersuspensi residu
tersuspensi ≤
5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
Angka batas
DO mg/L 6 4 3 0
minimum
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
18
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
19
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
20
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
21
DAFTAR PUSATAKA
Agustian, R., E, Yudiati., S, Sedjati. 2013. Uji Toksisitas Ekstrak Pigmen Kasar
Mikroalga Spirulina Platensis Dengan Metode Uji Bslt (Brine Shrimp
Lethality Test). Journal of Marine Research. Universitas Dipenogoro.
Semarang.
Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713.
Jakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit: Kanisius. Yogyakarta
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Swadaya.
Kodoatie, R.J, dan Roestam Sjarief, Ph.D, 2008, Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu, Edisi Revisi, Yogyakarta : Penerbit Andi.
Mahida. UN. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:
Rajawali
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
22
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana.
Kodoatie, Robert J., dan Roestam, Sjarie. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta:
Andi.
Sutrisno, C.T, dan Suciastuti, Eni. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Jakarta. PT. Rineka Cipta. Cetakan Keenam.
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
23
KELOMPOK III
SRI ANUGRAH SALIM / D131181005
24