Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Kehidupan manusia air bersih berperan penting dalam berbagai
macam bentuk kegiatan sehari-hari. Dalam keperluan rumah tangga saja misalnya,
air bersih banyak digunakan untuk keperluan mencuci, memasak makanan dan
minuman serta keperluan-keperluan mandi cuci kakus dan lain sebagainya. Elemen
Air yang paling dibutuhkan untuk berlangsungnya kehidupan makhluk hidup di
bumi. Air yang dibutuhkan manusia ialah air bersih, dimana menurut Peraturan
Menteri Kesehatan R.I No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Persyaratan Kualitas Air
Bersih, air yang memenuhi syarat kesehatan ialah jernih, tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna, tidak mengandung kuman dan zat-zat berbahaya.
Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia, dimana kebutuhannya dari
hari kehari dirasakan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dan ketergantungan masyarakat dan juga pola hidup masyarakat terhadap
air. Air bersih merupakan salah satu faktor penting bagi kesehatan manusia. Maka
dari itu air bersih pun menjadi salah satu dari sekian banyak kebutuhan yang sangat
diprioritaskan bagi seluruh makhluk hidup. Kuantitas air ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor teknis yaitu pemakaian meter air, dan faktor sosial
ekonomi yaitu populasi dan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat. Salah satu
sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
dan makhluk hidup lainnya yaitu sungai (Simanjuntak et al., 2021).
Sungai adalah wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan
kiri oleh garis sempadan. Sungai terdiri atas palung sungai dan sempadan sungai.
Sungai sangat penting bagi kehidupan manusia yaitu sebagai sarana untuk
mendapatkan air bersih, untuk kebutuhan hidup sehari-hari, untuk pengairan sawah,
transportasi dan sebagainya. Kelestarian fungsi sungai perlu dijaga dan
dipertahankan, karena sungai adalah sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Sekarang ini, terjadi penurunan kualitas air sungai yang

1
kemudian akan bermuara ke laut. Penurunan kualitas air ini ditandai dengan
perubahan warna air dan bau. Suatu sungai dikatakan tercemar jika kualitas airnya
sudah tidak sesuai dengan peruntukkannya. Kualitas air ini didasarkan pada baku
mutu kualitas air sesuai kelas sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Seperti halnya di kota Kendari, terdapat beberapa aliran Sungai yang telah
tercemar dan dipenuhi banyak sampah. Hal dikarenakan oleh berbagai limbah
domestik masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi sungai. Kurangnya kesadaran
akan kualitas air ini menyebabkan air Sungai kotor dan mengandung banyak bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan. Perlunya diadakan tindakan khusus untuk mengatasi
masalah tersebut misalnya seperti memberikan pemahaman kepada Masyarakat akan
pentingnya menjaga kualitas air dan melakukan pengolahan limbah domestik
sebelum dialirkan ke sungai.
Oleh karena itu, kami kelompok V (Lima) Teknik Rekayasa Infrastruktur dan
Lingkungan melakukan praktikum mata kuliah Rekayasa Penyehatan Lingkungan
pada Uji Kualitas Air. Dengan menggunakan alat Fluke Thermometer untuk
mengukur suhu air serta pH Tester untuk mengukur ph air. Bertempat di Jalan
Bunggasi, Anduonohu, Kecamatan Poasia, Pada tanggal 29 Oktober 2023 pukul
07.37 WITA. Praktikum ini kami lakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas
air serta tingkat pencemaran air di kawasan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum uji kualitas air ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana menentukan tingkat pencemaran yang di lihat dari parameter
suhu, pH, Total Suspended Solid dan Total Dissolved Solid ?
2. Bagaimana mengetahui kondisi air aliran sungai berdasarkan Indeks Kualitas
Air dan membandingkannya dengan aliran sungai lainnya?
3. Bagaimana menentukan status mutu air berdasarkan KepMenLHK No. 27
Tahun 2021?

2
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum uji kualitas air ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menentukan tingkat pencemaran yang di lihat dari parameter suhu, pH,
Total Suspended Solid dan Total Dissolved Solid
2. Untuk mengetahui kondisi air aliran sungai berdasarkan Indeks Kualitas Air
dan membandingkannya dengan aliran sungai lainnya
3. Untuk menentukan status mutu air berdasarkan KepMenLHK No. 27 Tahun
2021

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum Uji Kualitas Air ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Untuk Diri sendiri
Manfaat dari praktikum uji kualitas air untuk diri sendiri yaitu saya dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kualitas air dan tigkat pencemaran
pada air.

1.4.2 Untuk Ilmu Pengetahuan


Manfaat dari praktikum uji kualitas air untuk ilmu pengetahuan yaitu dapat
memberikan pengetahuan kepada orang banyak mengenai uji kualitas air dan tingkat
pencemaran pada air. Sehingga nantinya mereka memiliki pemahaman akan kualitas
air dan dapat mengurangi penyebab dari menurunnya tingkat kualitas air.

1.4.3 Untuk Instansi/Pemerintah


Manfaat dari praktikum uji kualitas air untuk Instansi/Pemerintah dapat
menjadi acuan atau sumber referensi untuk melakukan suatu uji terhadap kualitas air.

3
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari laporan percobaan uji kualitas air adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum,manfaat
praktikum dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisikan teori-teori dasar yang berhubungan dengan praktikum sebagai
landasan teoritis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi uraian tentang metodologi penelitian mengenai bahan, alat, waktu, dan
tempat, prinsip percobaan dan lain sebagainya berkaitan dengan metodologi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisikan tentang pembahasan yang menyangkut pengolahan data yang di
peroleh dari hasil praktikum

BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan hasil praktikum yang di tarik dari tujuan serta saran
yang di harapkan apat memberikan masukkan untuk pada praktikum selanjutnya.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air


Air adalah merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan generasi sekarang maupun
generasi yang akan datang. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya
air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat dan kualitas air domestik yang semakin menurun (Rohmawati &
Kustomo, 2020).
Misalnya sel hidup, baik hewan maupun tumbuhan, sebagian besar tersusun
oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan. Dari
sejumlah 40 juta mil kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah,
ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat
digunakan untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta mil-kubik, 97%
terdiri dari air laut dan jenis air lain yang berkadar garam tinggi, 2,5% berbentuk
salju dan es-abadi yang dalam keadaan mencair baru dapat dipergunakan secara
langsung oleh manusia (Novita Sunarti et al., 2016).

2.1.1 Air Bersih


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/IX/1990
ditegaskan bahwa air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-
hari dan yang kualitasnya memenuhi syarat kesejahteraan untuk diminum. Air bersih
merupakan sumber kehidupan bagi setiap orang dan merupakan anugerah Tuhan
yang harus disyukuri sehingga semua berkewajiban untuk menjaga air ini tetap lestari
dan hadir semaksimal mungkin, baik kuantitas maupun kualitasnya. Oleh karena itu,
masyarakat harus memiliki kesadaran untuk berperan secara aktif dalam upaya

5
pelestarian kualitas air. Air adalah zatyang paling penting dalam kehidupan setelah
udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh manusia terdiri dari air dan tidak
seorang pun dapat bertahan lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum air (Ronika et al.,
2022). Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau
dalam kondisi standar (Suparyanto dan Rosad, 2020).
Menurut Indarto (2010) Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan
mengikuti suatu aliran yang disebut “Cyclus Hydrologie”. Laut adalah penampung
air terbesar di bumi. Sinar matahari yang dipancarkan ke bumi memanaskan suhu air
di permukaan laut, danau, atau yang terikat pada permukaan tanah. Kenaikan suhu
memacu air mengalami perubahan dari cair menjadi gas yang disebut proses
evaporasi (evaporation). Sedangkan air yang terperangkap di permukaan tanaman
juga mengalami perubahan wujud menjadi gas yang disebut sebagai proses
transpirasi (transpiration). Air yang menguap naik ke atmosfer membentuk uap air
setelah melalui proses evaporasi dan transpirasi. Selanjutnya uap di atmosfer menjadi
dingin dan terkondensasi membentuk awan (clouds). Awan terbawa oleh angin
mengelilingi bumi, sehingga awan terdistribusi ke seluruh penjuru dunia. Ketika
awan sudah tidak mampu lagi menampung air, maka 10 awan akan menyebabkan
titik-titik air yang jatuh ke bumi sebagai hujan.
Air memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia, seperti garam-
garam, asam, beberapa jenis gas, dan banyak molekul organik sehingga air disebut
pelarut universal. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat
di bawah tekanan dan temperatur standar (Hanafiah, A.K., 2012:99). Berdasarkan
peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
kuantitas air yang kurang mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan

6
kualitas air untuk keperluan domestik semakin menurun. Kondisi seperti ini
menimbukan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang
bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, pengolahan sumber daya air
sangat penting agar dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan.
Salah satu pengelolaannya dengan pemantauan dan interprestasi data kualitas
air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi. Salah satu sumber air yang dapat
dimanfaatkan adalah air tanah atau air sumur. Air sumur adalah air tanah dangkal
sampai kedalaman kurang dari 30 meter, air sumur umumnya pada kedalaman 15
meter dan dinamakan juga sebagai air tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut
tidak berada di dalam tekanan.

2.2 Sumber – Sumber Air


Macam – macam air dan pembagiannya antara lain (Wicaksono, 2019):
1. Air permukaan, yaitu air hujan yang mengalir di atas permukaan bumi
dikareknakan tidak mampu terserap kedalam tanah (lapisan tanah bersifat
rapat air) sehingga sebagian besar air akan tergenang dan cenderung mengalir
menuju daerah yang lebih rendah. Contoh air permukaan antara lain sungai,
air danau, dan air laut.
2. Air angkasa, yaitu air yang berasal dari udara atau atmosfer yang jatuh
kepermukaan bumi. Komposisi air yang terdapat dilapisan udara berkisar
0,001% dari total air yang ada dibumi. Contoh air angkasa antara lain air
hujan, air salju, dan air es.
3. Air tanah, yaitu segala macam jenis air yang terletak dibawah lapisan tanah
dan menyumbang sekitar 0,6% dari total bumi. Hal ini menjadikan air tanah
lebih banyak daripada air sungai dan danau aoabila digabungkan maupun air
yang terdapat di atmosfer. Menurut Alamsyah (2006) air tanah digoongkan
menjadi tiga, yaitu air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air. Golongan
tersebut berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan mineral yang terkandung di
air tanah.

7
1. Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman kurang lebih 15 mete di bawah
permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung pada kedalaman ini cukup
terbatas. Biasanya hanya digunakan untuk keperluan rumah tangga, seperti
minum, mandi, dan mencuci. Penggunaan air tanah dangkal berupa sumur
berdinding semen maupun sumur bor. Secara fisik, air tanah terlihat jernih
dan tidak berwarna (bening) karena telah mengalami proses filtrasi oleh
lapisan tanah. Kualitas air tanah dangkal cukup baik dan layak digunakan
sebagai bahan baku air minum. Kuantitas air tanah dangkal dipengaruhi oleh
musim. Pada saat musim hujan, jumlah air tanah dangkal berlimpah, tetapi
jumlahnya terbatas saat musim kemarau.
2. Air tanah dalam terdapat pada kedalaman 100-300 meter di bawah
permukaan tanah. Air tanah dalam berwarna jernih dan sangat baik digunakan
sebagai air minum karena telah mengalami proses penyaringan berulang-
ulang oleh lapisan tanah. Air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik
daripada air tanah dangkal. Hal ini disebabkan proses filtrasi air tanah dalam
lebih panjang, lama, dan sempurna dibandingkan air tanah dangkal. Kuantitas
air tanah dalam cukup besar dan tidak terlalu dipengaruhi oleh musim,
sehingga air tanah dalam dapat digunakan untuk kepentingan industri dan
dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama.
3. Mata air adalah air tanah yang keluar langsung dari permukaan tanah. Mata
air biasanya terdapat pada lereng gunung, dapat berupa rembesan (mata air
rembesan) dan ada juga yang keluar di daerah dataran rendah (mata air
'umbul'). Mata air memiliki kualitas air hampir sama dengan kualitas air tanah
dalam dan sangat baik untuk air minum. Selain untuk air mim, mata air dapat
digunakan untuk keperluan lainnya, seperti mandi dan mencuci. Kuantitas air
yang dihasilkan oleh mata air cukup banyak dan tidak dipengaruhi oleh
musim, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan umum dalam
jangka waktu lama.

2.3 Syarat – syarat Air Bersih

8
Syarat- syarat air bersih Agar manusia tidak menerima akibat buruk dari
penggunaan air, maka harus mengenal syarat-syarat air yang dapat digolongkan
sebagai air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Ichsan
(1979) pada dasarnya air dikatakan bersih, apabila telah memenuhi persyaratan,
yaitu:
1. Syarat fisik, artinya air tersebut harus tidak berwarna (jernih), tidak berbau,
tidak berasa, tidak keruh, mempunyai suhu di bawah udara setempat (segar).
2. Syarat-syarat kimia, air tidak mengandung racun atau zat-zat mineral dalam
jumlah terlalu banyak dan tidak boleh mengandung zat kimia yang
dipergunakan dalam pengolahan dengan jumlah yang terlalu besar.
Berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan
segala makhluk yang membahayakan bagi kesehatan manusia, dan tidak
mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh. Parameter pengukuran
kualitas air selalu dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut (Walid et al.,
2020):
1. Parameter fisis meliputi bau, kekeruhan, rasa, temperature dan warna
2. Parameter kimia meliputi: Air raksa (Hg), Arsen (As), Barium (Ba),
Cadmium (Cd), Khromium (Cr), Tembaga (cu, Sianida (Cn), Fluorida (F),
Timbal (Pb), Nitrat dan nitrit, Aluminium (Al). Khlorida (Cl), Kesadahan,
Besi (Fe), Mangan (Mn), pH, Sulfat, Zat padat terlarut (TDS) dan Seng (Zn)
3. Parameter Biologis mencakup Coliform dan bakteri E Coli Lebih lanjut
kualitas air bersih harus memenuhi kriteria berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990. tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Lebih lanjut kualitas air bersih harus memenuhi kriteria berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/PER/IX/1990. Tentang syarat-

9
syarat dan pengawasan kualitas air. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh
kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam
pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumber daya air
Air permukaan dapat mengalami pencemaran. Pencemaran adalah suatu
penyimpangan dari keadaan normalnya. Menurut tempat terjadinya, pencemaran
dapat digolongkan menjadi pencemaran udara, air, dan tanah. Berdasarkan PP Nomor
82 Tahun 2001 Pasal 1. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energy, dana tau komponen lain ke dalam air oleh tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Air dikatakan tercemar dapat dilihat dari beberapa parameter yaitu fisika (temperatur,
residu terlarut dan residu tertahan). Kimia (PH, DO, BOD dan COD), dan biologi
(Total Caliform) dimana masing-masing parameter memiliki standar yang
telah ditentukan.

2.4 Sungai
Sungai adalah tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata
air sampai muara dengan dibatasi oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah Nomor
35 Tahun 1991). Sungai mengalir dari hulu dalam kondisi kemiringan lahan yang
curam berturut-turut menjadi agak curam, agak landai, dan relatif rata. Arus relatif
cepat di daerah hulu dan bergerak menjadi lebih lambat dan makin lambat pada
daerah hilir. Sungai merupakan tempat berkumpulnya air di lingkungan sekitarnya
yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang
mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau daerah penyangga.
Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktivitas dan perilaku
penghuninya (Wardhana, 2001). Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu
sumberdaya alam yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan dan
penghidupan manusia.
Menurut Masduqi, dkk (2009) ada dua fungsi utama sungai secara alami yaitu
mengalirkan air dan mengangkat sedimen hasil erosi pada Daerah Aliran Sungai dan
alurnya (Self Purification). Kedua fungsi ini terjadi bersamaan dan saling
mempengaruhi.

10
2.5 Pencemaran Air
Menurut Undang-Undang no. 32 tahun 2009 pengertian pencemaran
lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran air
menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran air tawar menjadi masalah penting di negara-negara dengan
pendapatan rendah sampai menengah, dimana air sungai yang tidak diolah
dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, hal ini terjadi karena kurangnya akses ke
sumber air bersih dan kurangnya penegakan hukum terhadap industri-industri yang
membuang air limbah ke sungai. Kegiatan manusia (antropogenik) dan proses alami
menjadi penyebab penurunan kualitas air permukaan, sehingga sudah tidak dapat
digunakan sesuai dengan peruntukannya lagi (Şener et al, 2017).
Penelitian tentang pencemaran sungai di Indonesia dan dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat : Indonesia telah membuat kemajuan dalam peraturan
lingkungan dengan dibuatnya Undang-Undang no. 32 tahun 2009 dalam peraturan
tersebut terlah diakui bahwa di Indonesia telah terjadi penurunan kualitas lingkungan
yang serius, dalam peraturan tersebut juga telah dirancang tindakan-tindakan yang
dapat dilakukan untuk mengurangi emisi dan polusi lainnya. Terlepas dari aturan
yang telah dibuat dan penegakan hukum yang dilakukan, kualitas sumber air di
Indonesia tetap rendah, bahkan penelitian yang dilakukan oleh KLH di 35 sungai di
Indonesia merupakan sumber air minum 18 yang tidak sehat. Sumber pencemaran air
yang belum diatur di Indonesia adalah buangan air limbah rumah tangga dan kota,
limbah rumah tangga setiap hari langsung dibuang ke sungai sedangkan limbah air
dari perko masih banyak yang belum diolah dan langsung dibuang ke sungai. Secara
umum pencemaran air di Indonesia berasal dari limbah cair industri dan limpasan
pertanian, pencemaran dari industri menyebabkan masuknya logam berat dan

11
merkuri ke sumber air. Peraturan pencemaran air di Indonesia sering kali tidak
diberlakukan untuk industri kecil dan rumah tangga.

Tabel 2.1 Karakteristik Sumber Pencemar Point Source dan Non Point Source
Point Source Non Point Source
- Effluent limbah cair (perkotaan dan - Limpasan dari pertanian
industri - Limpasan dari padang rumput dan
- Limpasan dan lindi dari perkebunan
lokasi pembuangan limbah - Limpasan dari limbah perkotaan
- Limpasan dan ilfiltrasi dari tempat baik limbah cair maupun sampah
pemberian pakan ternak dengan jumlah penduduk <
100.000
- Lindi dari septic tank
(Sumber: Singh, 2017)

Pencemaran air diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat


tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Maksud tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan
berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air.
Sedangkan air lingkungan yang telah tercemar ditandai dengan adanya perubahan-
perubahan seperti Temperatur, pH atau konsentrasi ion hydrogen, warna, bau dan
rasa air terlarut, adanya endapan, adanya koloid, adanya bahan terlarut, adanya
mikroorganisme dan meningkatnya radioaktivitas air lingkungan Gabriel (2001).

Sumber-sumber pencemaran air berdasarkan asal pencemarannya meliputi:

12
1. Sumber domestik (rumah tangga): perkampungan, kota pasar, jalan, dan
sebagainya.
2. Sumber non-domestik (non rumah tangga): industri (pabrik), pertanian,
peternakan, perikanan, serta sumber-sumber lainnya yang banyak memasuki
badan air. Secara langsung maupun tidak langsung pencemar tersebut akan
berpengaruh terhadap kualitas air, baik untuk keperluan air minum, air industri
maupun keperluan lainnya.

Selanjutnya, komponen pencemaran air juga dapat dikelompokkan atas bahan


buangan padatan, bahan buangan organik, bahan buangan anorganik, bahan buangan
cairan berminyak, bahan buangan zat kimia dan bahan buangan berupa panas
(Wisnu, 2004). Aktivitas manusia di DAS yang berupa kegiatan pertanian, aktivitas
industri berupa pencetakan dan pencelupan tekstil, industri kertas, pertambangan, dan
limbah domestik menyebabkan terjadinya eutrofikasi ekosistem pesisir. Populasi
penduduk juga berpengaruh langsung terhadap kualitas air sungai, tingginya jumlah
penduduk memiliki korelasi terhadap penurunan kualitas air sungai (parameter :
TDS, COD, Cl, K, Na, NH3-N, PO4-P, Total Fosfat dan Total Fosfat terlarut),
tingginya pertumbuhan penduduk menyebabkan area vegetasi dan lahan basah
dikonversi menjadi pemukiman, industri dan lahan pertanian, solusinya adalah
dengan desentralisasi penduduk di perkotaan.
Aktivitas pertanian juga memiliki korelasi terhadap pencemaran sungai,
penggunaan pupuk dan pestisida memiliki korelasi dengan peningkatan jumlah N di
dalam air sungai, penggunaan pupuk hanya sekitar 30-35% yang terserap oleh
tanaman dan sisanya terbawa air limpasan, pupuk dan pestisida yang terbawa air
limpasan ke sungai menyebabkan penurunan kualitas air sungai, eutrofikasi,
penurunan keanekaragaman hayati sungai, dan dampak yang terburuk adalah zat
kimia dari pupuk dan pestisida akan terakumulasi dalam rantai makanan yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia dan ekosistem sungai. Limbah cair domestik dan
limbah cair industri menjadi penyebab utama pencemaran air sungai, solusi untuk hal
ini adalah dengan membuat pengolahan limbah domestik di pemukiman sepanjang
daerah aliran sungai dan meningkatkan efisiensi pengolahan air limbah industri.

13
2.5.1 Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu proses yang menimbulkan kerusakan lingkungan
dan kesehatan manusia. Berikut dampak yang dihasilkan dari pencemaran air yakni
sebagai berikut:
a. Ekosistem: Pencemaran air dapat menimbulkan kerusakan ekosistem, seperti
menghilangi mikroba dan makhluk hidup lainnya yang terjadi di dalam air.
Pencemaran air juga dapat menghasilkan kerusakan ekosistem di dalam sungai,
danak, danau.
b. Kesehatan: Pencemaran air dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti
diare, salmonella, cholera, dan hepatitis A. Pencemaran air juga dapat
menyebabkan kanker, karena adanya zat kimia berbahaya seperti benzene, toluen,
dan arsenik.
c. Ekonomi: Pencemaran air dapat menimbulkan kerusakan ekonomi, seperti
menurunkan kualitas air untuk keperluan hidup dan industri, meningkatkan biaya
pengolahan air, dan menurunkan nilai properti sekitar sungai, danau.
d. Estetika: Pencemaran air dapat menimbulkan kerusakan estetika, seperti
menghasilkan warna gelap dan kotoran di dalam sungai, danau, dan
menghasilkan bau yang tidak sedar.
e. Kualitas laut: Pencemaran air dapat menimbulkan kerusakan kualitas laut, seperti
meningkatkan kadar zat kimia berbahaya, meningkatkan kadar lumpur, dan
meningkatkan kadar bahan organik.
f. Kualitas udara dan laut: Pencemaran air dapat menimbulkan kerusakan kualitas
udara dan laut, seperti meningkatkan kadar ozon, meningkatkan kadar sulfur
dioksida, meningkatkan kadar nitrogen oksida, dan meningkatkan kadar karbon
dioksida.
g. Kualitas air, udara, dan laut: Pencemaran air dapat menimbulkan kerusakan
kualitas air, udara, dan laut, seperti meningkatkan kadar zat kimia berbahaya,
meningkatkan kadar lumpur, meningkatkan kadar bahan organik, meningkatkan
kadar ozon, meningkatkan kadar sulfur dioksida, meningkatkan kadar nitrogen
oksida, dan meningkatkan kadar karbon dioksida.

14
h. Kesehatan dan ekonomi: Pencemaran air dapat menimbulkan kerusakan
kesehatan dan ekonomi, seperti meningkatkan biaya pengolahan air,
meningkatkan biaya pengolahan limbah, meningkatkan biaya pengolahan udara,
meningkatkan biaya pengolahan laut, meningkatkan biaya pengolahan tanah,
meningkatkan biaya pengolahan air laut, meningkatkan biaya pengolahan udara
laut, meningkatkan biaya pengolahan tanah laut, meningkatkan biaya pengolahan
udara laut, dan meningkatkan biaya pengolahan tanah laut.

Faktor emisi limbah dari pemukiman sesuai dengan Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup no. 01 tahun 2010 seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Faktor Emisi Limbah dari Sumber Pencemar Pemukiman


Sumber Pencemar Faktor Emisi (gr/kapita/hari)
BOD COD TN TP
Pemukiman
a. Limbah cair tanpa diolah 53 101,6 22,7 3,8
b. Pakai septic tank 12,6 24,2 5,4 0,9
(Sumber : Permen LH no. 01 tahun 2010)

Kapasitas air limbah domestik diperlukan untuk mengetahui sumbangan air


limbah domestik terhadap pencemaran sungai, jika tidak tersedia data tentang
kapasitas air limbah domestik maka dapat dilakukan perkiraan bahwa kapasitas
limbah domestik adalah sebesar 150-380 liter/orang/hari. Menurut Tchobanoglus,
volume air limbah dapat diperkirakan dari jumlah total penggunaan air bersih, air
limbah diperkirakan sekitar 60-75% dari penggunaan air bersih, dimana
penggunaan air bersih untuk keperluan rumah tangga sekitar 100 L/orang/hari.
Komposisi air limbah domestik terdiri dari air dan partikel padat terlarut yang
berupa protein, karbohidrat, lemak dan zat anorganik, 70% zat terlarut merupakan
bahan organik, keberadaan senyawa organik di dalam air dapat diketahui dengan
parameter BOD, COD, TOC dan TOD.
Sumber pencemar air sungai selain dari limbah domestik juga dari kegiatan
pertanian. Sumber pencemar dari kegiatan pertanian berasal dari sisa pemakaian

15
pupuk dan jerami , pupuk yang digunakan setiap Ha sawah terdiri dari 200 kg
Nitrogen, 100 kg Phospor, dan 100 kg Kalium, sedangkan pestisida yang digunakan
setiap Ha sawah adalah sebesar 2 L. Pupuk yang digunakan pada kegiatan pertanian
hanya 80% yang terserap oleh tanaman, 20% akan ikut terbawa aliran terutama saat
musim hujan. Setiap Ha sawah akan menghasilkan 3 ton jerami yang menghasilkan
30 kg emisi BOD dan sebanyak 20% dari emisi tersebut akan terbawa aliran air
(Kartika, 2012).
2.6 Parameter Kualitas Air Bersih
Menurut Arsyad (2000), kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk
dipergunakan bagi pemenuhan kebutuhan tertentu bagi kehidupan manusia, seperti
untuk mengairi tanaman, minuman ternak, serta kebutuhan langsung untuk diminum,
mandi, mencuci, dan sebagainya. Kualitas air ditentukan oleh kandungan sedimen
tersuspensi dan bahan kimia yang terlarut di dalam air tersebut. Setiap parameter
kualitas air yang terukur memiliki kadar yang berbeda-beda, tergantung pada daerah
dan aktivitas manusia yang terdapat di lingkungan tersebut. Menurut Atmojo et al.
(2004), menyatakan bahwa aktivitas domestik dapat menjadi penyebab utama
tingginya tingkat pencemaran di suatu perairan, khususnya total coliform. Jumlah
coliform mengindikasikan tingkat pencemaran air di suatu lingkungan. Pengelolaan
yang tepat sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian lingkungan perairan.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1405 /
Menkes / SK / XII / 2022 tentang penyehatan lingkungan kerja perkantoran dan
industri terhadap pengertian mengenai air yang dipergunakan sebagai keperluan
sehari-hari dan kualitasnya telah memenuhi kualitas Kesehatan air bersih yang sesuai
kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian, kualitas air akan beda dari suatu
kegiatan ke kegiatan lain. Persyaratan air minum dapat ditinjau dari tiga parameter
antara lain:

1. Parameter Fisik
Parameter fisik menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492 / Menkes / Per / IV / 2010 umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air
tersebut. Parameter fisik air tersebut meliputi:

16
a. Bau (Odor): Bau adalah sifat fisik yang menentukan keausan dan kesakitan yang
diakibatkan oleh zat kimia yang berasal dari sumber-sumber seperti lumpur,
organisme hidup, dan zat kimia yang disebut sebagai zat kimia organik dan
anorganik. Air normal tidak memiliki bau yang khas, namun jika bau khas
terdeteksi, maka air tersebut tidak layak untuk penggunaan.
b. Kekeruhan (Turbidity): Kekeruhan adalah sifat fisik yang menentukan kesamaan
dan kesihatan air. Kekeruhan terjadi karena adanya partikel-partikel yang
berukuran halus dan besar yang menyebabkan gelapannya. Air normal tidak
memiliki kekeruhan yang khas, namun jika kekeruhan khas terdeteksi, maka air
tersebut tidak layak untuk penggunaan.
c. Rasa (Taste): Rasa adalah sifat fisik yang menentukan kesamaan dan kesihatan
air. Rasa terjadi karena adanya zat kimia yang berasal dari sumber-sumber
seperti lumpur, organisme hidup, dan zat kimia yang disebut sebagai zat kimia
organik dan anorganik. Air normal tidak memiliki rasa yang khas, namun jika
rasa khas terdeteksi, maka air tersebut tidak layak untuk penggunaan.
d. Suhu (Temperature): Suhu adalah sifat fisik yang menentukan ketepatan dan
kestabilan air. Air normal memiliki suhu antara 25-26 °C.
e. Warna (Color): Warna adalah sifat fisik yang dapat dilihat dan diukur secara
subjektif. Warna air normal adalah seperti air bersih dan transparan, dengan
warna yang tidak berubah-ubah dari sudut ke sudut.

2. Parameter Kimia
Parameter kimia air dikelompokkan sebagai berikut:
a. Dissolved Oxygen (DO): Dissolved Oxygen adalah oksigen yang tercampur
dalam air dan memiliki peranan penting dalam proses biogeokimia. Dissolved
Oxygen dapat menghasilkan efek yang lebih aman dan tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
b. Biochemical Oxygen Demand (BOD): Biochemical Oxygen Demand adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba untuk menghilangkan zat organik
dalam air. BOD dapat menghasilkan efek yang lebih berbahaya bagi kesehatan

17
manusia dan lingkungan, tetapi efektivitasnya dapat lebih rendah dibandingkan
anorganik.
c. Chemical Oxygen Demand (COD): Chemical Oxygen Demand adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh kimia untuk menghilangkan zat organik dan
anorganik dalam air. COD dapat menghasilkan efek yang lebih berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan, tetapi efektivitasnya dapat lebih rendah
dibandingkan anorganik.
d. Total Suspended Solid (TSS): Total Suspended Solid adalah jumlah zat padat yang
tercampur dalam air. TSS dapat menghasilkan efek yang lebih berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan, tetapi efektivitasnya dapat lebih rendah
dibandingkan anorganik.
e. Total Dissolved Solid (TDS): Total Dissolved Solid adalah jumlah zat padat yang
tercampur dalam air dan tidak terlihat. TDS dapat menghasilkan efek yang lebih
berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, tetapi efektivitasnya dapat
lebih rendah dibandingkan anorganik.

3. Parameter Biologi
Pengujian kualitas air dengan parameter biologi menggunakan dua indikator yaitu
kandungan bakteri Coliform total dan bakteri Fecal coliform. Bakteri coliform dapat
bersumber dari limbah, limpasan pertanian, kontaminasi dengan tinja dan lainnya.
Secara umum dari segi biologi air yang berasal dari tiga lokasi tersebut dalam kondisi
tercemar dimana dari hasil uji laboratorium ditemukan adanya bakteri total coliform
dan coliform fecal dalam sampel. Air dingin yang ada di Karangan Hilir secara
biologi dalam kondisi tercemar dimana dari hasil pengujian di laboratorium
ditemukan adanya bakteri Coliformtotal dan coliform fecal yang masing-masing
sekitar 40 individu/ 100 ml air. Berdasarkan baku mutu air, jumlah bakteri dalam air
dingin tersebut tidak melebihi ambang batas yang dipersyaratkan sehingga masih
dapat dimanfaatkan. Parameter biologi air merupakan sejumlah faktor yang
mempengaruhi kualitas air, termasuk:

18
a. Kandungan oksigen (O2): Oksigen adalah gas yang paling penting untuk
kehidupan hewan dan tanaman. Normal kandungan oksigen dalam air adalah
antara 8,0 mg/l sampai 13,0 mg/l.
b. Kandungan karbon dioksida (CO2): Karbon dioksida adalah gas yang dihasilkan
oleh proses metabolisme dan respirasi. Normal kandungan karbon dioksida
dalam air adalah antara 1,0 mg/l sampai 5,0 mg/l.
c. Kandungan nitrat (NO3-): Nitrat adalah senyawa yang mengandung nitrogen dan
oksigen, yang dapat menyebabkan eutrofisiasi dan meningkatnya kadar zat besi.

Tabel 2.3 Baku Mutu Air Nasional (Sungai dan Sejenisnya)


Kelas Kelas Kelas Kelas
No Parameter Unit Keterangan
1 2 3 4
1 Temperatur °C Dev Dev 3 Dev 3 Dev 3 Perbedaan
3 dengan suhu
udara di atas
permukaan
air
2 Padatan mg/L 1.000 1.000 1.000 1.000 Tidak
terlarut total berlaku
(TDS) untuk muara
3 Padatan mg/L 40 50 100 400
tersuspensi
total (TSS)
4 Warna Pt-Co 15 50 100 Tidak
Unit berlaku
untuk air
gambut
(berdasarkan
kondisi
alaminya)
5 Derajat 6-9 6-9 6-9 6-9 Tidak
keasaman berlaku
(pH) untuk air
gambut
(berdasarkan
kondisi
alaminya)

19
6 Kebutuhan mg/L 2 3 6 12
oksigen
biokimiawi
(BOD)
7 Kebutuhan mg/L 10 25 40 80
oksigen
kimiawi
(COD)
8 Oksigen mg/L 6 4 3 1 Batas
terlarut (DO) minimal
9 Sulfat (SO42-) mg/L 300 300 300 400
10 Klorida (Cl-) mg/L 300 300 300 600
11 Nitrat mg/L 10 10 20 20
(sebagai N)
12 Nitrit mg/L 0,06 0,06 0,06
(sebagai N)
13 Amoniak mg/L 0,1 0,2 0,5
(sebagai N)
14 Total nitrogen mg/L 15 15 25
15 Total Fosfat mg/L 0,2 0,2 1,0
(sebagai P)
16 Fluorida (F) mg/L 1 1,5 1,5
17 Belerang mg/L 0,002 0,002 0,002
sebagai H2S
18 Sianida (CN) mg/L 0,02 0,02 0,02
19 Klorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 Bagi air baku
air minum
tidak
dipersyaratka
n
20 Barium (Ba) mg/L 1,0
terlarut
21 Boron (B) mg/L 1,0 1,0 1,0 1,0
terlarut
22 Merkuri (Hg) mg/L 0,001 0,002 0,003 0,004
terlarut
23 Arsen (As) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,10
terlarut
24 Selenium (Se) mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
terlarut
25 Besi (Fe) mg/L 0,3
terlarut

20
26 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
(Cd) terlarut
27 Kobalt (Co) mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
terlarut
28 Mangan (Mn) mg/L 0,1
terlarut
29 Nikel (Ni) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,1
terlarut
30 Seng (Zn) mg/L 0,05 0,05 0,05 2
terlarut
31 Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
(Cu) terlarut
32 Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,03 0,03 0,5
terlarut
33 Kromium mg/L 0,5 0,5 0,5 1
heksavalen
(Cr-(VI))
34 Minyak dan mg/L 1 1 1 10
lemak
35 Deterjen total mg/L 0,2 0,2 0,2
36 Fenol mg/L 0,002 0,005 0,01 0,02
37 Aldrin/ µg/L 17
Dieldrin
38 BHC µg/L 210 210 210
39 Chlordane µg/L 3
40 DDT µg/L 2 2 2 2
41 Endrin µg/L 1 4 4
42 Heptachlor µg/L 18
43 Lindane µg/L 56
44 Methoxychlor µg/L 35
45 Toxapan µg/L 5
46 Fecal MPN/ 100 1.000 2.000 2.000
Colifrom 100 mL
47 Total MPN/ 1.000 5.000 10.00 10.00
Colifrom 100 mL 0 0
48 Sampah nihil nihil nihil nihil
49 Radioaktivita
s
Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross-B Bq/L 1 1 1 1
(Sumber: Lampiran VI PP No 22 Tahun 2021)

21
Adapun beberapa parameter kualitas air bersih adalah sebagai berikut:
2.6.1 Suhu
Suhu air sungai merupakan faktor pembatas sebagian organisme akuatik. Suhu
juga mempengaruhi kandungan oksigen dalam air. Suhu air adalah derajat celcius
(°C) atau kelvin (K) yang menunjukan kepekatan energi termal dalam air. Suhu air
dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, jumlah dan jenis mikroba yang
tumbuh di dalamnya, dan proses-proses biologi yang berlangsung di dalamnya.

Suhu air bervariasi antara 0-100 °C, dengan suhu 0 °C adalah suhu pemecahan
air menjadi gelas dan suhu 100 °C adalah suhu pemecahan air menjadi uap. Suhu air
yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah antara 15-30 °C.

Tabel 2.4 Standar Suhu Air beserta Parameter


Parameter Standar Suhu Udara Keterangan
1 2 3
+3° C Untuk jenis air minum
38 ° C Air limbah golongan I
40 ° C Air limbah golongan II
+1 - 3° C Standar untuk jenis air
30 ° C Bangunan
(Sumber: MENKES/SK/VIII/2002)

2.6.2 Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman (pH) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH juga merupakan
suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam proses penyediaan air, pH
menjadi suatu faktor yang harus dipertimbangkan. Guna mengingat bahwa pH dan
air akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan. Untuk
kejadian ini banyak contoh yang dapat diambil, misalnya dalam melakukan koagulasi
kimiawi, pelunakan air (water softning) dan pencegahan korosi.

22
Untuk pH air sungai berkisar 4-9 pH yang cocok untuk organisme akuatik
tidak sama tergantung pada jenis organisme tersebut. Perubahan pH menjadi hal yang
peka bagi sebagian besar biota akuatik. Organisme akuatik lebih menyukai pH yang
mendekati pH normal (netral). pH air sungai dibagian hulu tengah dan hilir berturut-
turut biasanya 6,0 – 6,5 pada musim hujan, nilai pH cenderung lebih tinggi mungkin
akibat akumulasi senyawa karbonat dan bikarbonat sehingga air sungai lebih basa
(Novitny dan Olem, 1994; Sundra 2010).

Tabel 2.5 Pengaruh pH terhadap Komunitas Biologi Perairan


Nilai pH Pengaruh Umum
1 2
6,0 – 6,5 1. Keanekaragaman plankton dan betos sedikit menurun
2. Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas tidak
mengalami perubahan
5,5 – 6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan
bentos semakin tampak.
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih
belum mengalami perubahan yang berarti.
3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona
litoral
5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar.
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar.
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa

23
zooplankton dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
(Sumber: Modifikasi Baker et al; 1990 dalam Efendi, 2003)

2.6.3 Total Suspended Solid (TSS)


Total Suspended Solid (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 µm atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Material yang termasuk ke dalam TSS antara lain bakteri, jamur,
ganggang, tanah liat, lumpur, sulfida, dan logam oksida. Material tersebut merupakan
tempat berlangsungnya reaksi heterogen yang berfungsi sebagai bahan pembentuk
endapan yang paling awal dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik pada
suatu perairan. Besarnya TSS pada suatu perairan menunjukkan kondisi sedimentasi
dari perairan tersebut (Nasution, 2008)
Tabel 2.6 TSS Pencemar Air
Total Suspended Solid Kategori
1 2
4 Sangat baik
10 Cukup
15 Baik
20 Kurang
35 Sangat kurang
(Sumber: Mandra, 2011)

Perhitungan TSS dapat dirumuskan sebagai berikut:

( B−A ) (Pers….2.1)
TSS =
V

Keterangan:
TSS = Padatan tersuspensi total (gr/ml)
B = Berat kertas saring + residu kering (mg)
A = Berat kertas saring (gr)

24
V = Volume sampel (ml)

2.6.4 Total Dissolved Solid (TDS)


Total Dissolved Solid (TDS) adalah zat terlarut (baik zat organik maupun zat
anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah zat
terlarut dalam part permillon (ppm) atau sama dengan miligram per liter (mg/L).
Umumnya berdasarkan zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat, melewati
saringan yang tertinggal dalam residu, saringan yang berdiameter 2 mikrometer. TDS
merupakan residu dari penguapan dan pengeringan pada suhu 103° C - 105° C dalam
portable meter kebanyakan bahan bakar terdapat dalam bentuk terlarut yang terdiri
dari garam-garam anorganik selain itu juga gas-gas yang terlarut. Penyebab utama
terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion ion yang umum dijumpai
diperairan contohnya limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, hingga limbah
industri (Misnani, 2010).
Tabel 2.7 TDS Untuk Air
Total Dissolved Solid (ppm) Tingkat Keterangan
1 2 3
0 - 50 Sangat rendah Air hasil reserve atmosfir
50 – 150 Rendah Air dari mata air pegunungan
150 - 300 Sedang Air biasa dikonsumsi manusia
300 - 500 Berat Tidak boleh dikonsumsi
<900 Sangat berat Tidak boleh dikonsumsi
(Sumber: Madra, 2011)

Perhitungan TDS dapat dirumuskan sebagai berikut:


( B−A )
TSS = (Pers…..2.2)
V

Keterangan:
TSS = Padatan terlarut total (gr/ml)
B = Berat cawan petri + residu kering (gr)
A = Berat kertas saring (gr)

25
V = Volume sampel (ml)

2.7 Indeks Kualitas Air


Indeks Kualitas Air di kembangkan dengan konsep bahwa nilai indeks yang
semakin tinggi menunjukkan kualitas air yang semakin baik. Indeks Kualitas Air
(IKA) memberikan nilai Tunggal terhadap kualitas air yang diperoleh dari integrasi
beberapa parameter penyusunnya pada waktu dan lokasi tertentu. IKA di gunakan
untuk menyederhanakan data kualitas air yang kompleks dan di gunakan untuk
memberikan indikasi awal secara cepat tentang kondisi kualitas air sehingga dapat di
gunakan sebagai alat ukur pengurangan laju pencemaran air. IKA dapat memberikan
indikasi kesehatan badan air di berbagai titik dan dapat di gunakan untuk melacak
perubahan waktu ke waktu (Ratnaningsih et al., 2018).
Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat
dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau
sebagian dari suatu Sungai. Indeks Pencemaran (IP) mencakup berbagai kelompok
parameter kualitas yang independent dan bermakna. Kualitas air atas dasar Indeks
Pencemaran (IP) ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat
menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk
memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran
senyawa pencemar. selain itu air untuk Keperluan Higiene Sanitasi adalah air dengan
kualitas tertentu yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
berbeda dengan kualitas air minum.
Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang
undangan yang berlaku. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang
menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu
tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan, Sedangkan
kualitas lingkungan yang sehat ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
(Suhartawan et al., 2022)
.

26
Mengacu pada Peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2003 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air, klasifikasi mutu air di tetapkan
menjadi 4 kelas yaitu:
1. Kelas I, air yang di peruntukannya untuk air baku, air minum, dan peruntukan
lainnya dengan mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
2. Kelas II, air yang dapat di gunakan untuk sarana dan prasarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengaliri pertanian, dan
peruntukkan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan guna
tersebut.
3. Kelas III, air yang dapat di gunakan untuk pembudidayaan ikan, air tawar, air
untuk mengaliri pertanian dan peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas IV, air yang dapat di gunakan untuk mengaliri pertanian dan peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Berdasarkan Kepmen lh no. 115 tahun 2003, hasil perhitungan menggunakan
metode indeks pencemaran akan dibandingkan dengan status mutu air sesuai baku
mutu yang ditetapkan. Hasil penelitian menyatakan bahwa index pencemar
dipegaruhi oleh jumlah parameternya (ada beberapa parameter yang tak memenuhi
baku mutu) serta tidak cukup sensitif dalam membedakan kelas untuk menentukan
status mutu air pada tiap lokasi dan saat sampling.
Analisa perhitungan IKA dapat di lakukan sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah masing-masing status mutu (baik, cemar ringan, cemar
sedang, dan cemar berat) untuk seluruh lokasi.
2. Menghitung persentase dari jumlah masing-masing status mutu dengan
jumlah totalnya.
3. Mentransformasikan nilai IP ke dalam nilai IKA (per Mutu Air), di lakukan
dengan mengalikan bobot nilai indeks dengan presentase pemenuhan baku
mutu. Presentase pemenuhan baku mutu di dapatkan dari hasil penjumlahan
titik sampel yang memenuhi baku mutu terhadap jumlah sampel dalam
persen. Sedangkan bobot indeks di berikan Batasan sebagai berikut;

27
1) 70 untuk memenuhi baku mutu
2) 50 untuk tercemar ringan
3) 30 untuk tercemar sedang
4) 10 untuk tercemar berat
4. Setelah di dapatkan nilai Indeks Kualitas Air (IKA), maka dapat di
kategorikan kualitas suatu aliran Sungai.
Indeks pencemaran dapat di hitung dengan
ci
Pi j
Li j (Pers..……2.3)

Keterangan :
Pi j = Indeks pencemar
ci = Konsentrasi sampel parameter kualitas air
Li j = Konsentrasi baku peruntukan air
Tabel 2.8 Nilai Indeks Kualitas Air
No. Kategori Rentang Angka
1 Sangat baik 90 - 100
2 Baik 70 - 90
3 Sedang 50 - 70
4 Kurang 25 - 50
5 Sangat kurang 0 – 25
(Sumber : modul percobaan Uji Kualitas Air, 2023)

2.8 Pengolahan Air


2.8.1 Pengolahan Secara Fisika
Pengolahan Secara Fisika Pengolahan secara fisika yaitu tahap penyaringan
dengan cara yang efisien dan mudah untuk mennyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar biasanya dengan menggunakan sand filter dengan ukuran silica yang
disesuaikan dengan bahan tersuspensi yang mudah mengendap atau bahan-bahan
yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Tahap penyaringan (screening) merupakan
cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran

28
besar biasanya dengan menggunakan sand filter dengan ukuran silica yang
disesuaikan dengan bahan-bahan tersuspensi yang akan disaring. Bahan tersuspensi
yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan,
pada proses ini bisa dilakukan tanpa tambahan bahan kimia bila ukurannya sudah
besar dan mudah mengendap tapi dalam kondisi tertentu dimana bahan-bahan
terususpensi sulit diendapkan maka akan digunakan bahan kimia sebagai bahan
pembantu dalam proses sedimentasi, pada proses ini akan terjadi pembentukan flok-
flok dalam ukuran tertentu yang lebih besar sehingga mudah diendapkan.

2.8.2 Pengolahan Secara Kimia


Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-
logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan
kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya
berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa
reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan
hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam
tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.
Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr
(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan
reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun
seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan
mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen
peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan

29
secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan
kimia.

2.8.3 Pengolahan Secara Biologi


Pengolahan air buangan secara biologis adalah salah satu cara pengolahan
yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang
terkandung dalam air buangan dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk
melakukan perombakan substrat tersebut. Proses pengolahan air buangan secara
biologis dapat berlangsung dalam tiga lingkungan utama, yaitu:

1. Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam


air cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas. Tahap
aerob adalah proses utama dalam pengolahan air secara biologi, dan
melibatkan dua tahap, yaitu tahap rawat inlet dan tahap rawat outlet. Tahap
rawat inlet adalah proses untuk menghilangkan zat-zat organik dan bakteri
berbahaya dari air limbah dan air buangan, dengan menggunakan mikroba
aerob. Tahap rawat outlet adalah proses untuk menghilangkan sisasisa zat-zat
organik dan bakteri berbahaya dari air yang sudah diproses di tahap rawat
inlet, dengan menggunakan mikroba aerob
2. Lingkungan anoksik, yaotu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam
air ada dalam konsentrasi yang rendah.
3. Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak
terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas
berlangsungnya proses metabolisme aerob. Tahap anaerob adalah proses
untuk menghilangkan sisasisa zat-zat organik dan bakteri berbahaya dari air
yang sudah diproses di tahap rawat inlet dan tahap rawat outlet, dengan
menggunakan mikroba anaerob. Tahap anaerob digunakan untuk
menghilangkan sisasisa zat-zat organik yang masih ada di air setelah proses
aerob.

30
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Lokasi


3.1.1 Waktu Praktikum
Adapun waktu pengambilan sampel dan uji laboratorium praktikum Rekayasa
Penyehatan Lingkungan (RPL) percobaan Uji Kualitas Air adalah sebagai berikut:
Hari, tanggal : Minggu, 29 Oktober 2023
Waktu : 07.37 – 15.24 WITA

3.1.2 Lokasi Praktikum


Adapun lokasi pengambilan sampel dan uji laboratorium praktikum Rekayasa
Penyehatan Lingkungan (RPL) percobaan Uji Kualitas Air dilakukan di Jalan
Bunggasi, Anduonohu, Kecamatan Poasia dan di Laboratorium Teknik Kelautan,
Fakultas Teknik Universitas Haluoleo, Kendari.

31
Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Uji Laboratorium
(Sumber: Google Maps, 2023)

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum Rekayasa Penyehatan
Lingkungan pada Uji Kualitas Air sebagai berikut
1. Pengukuran Suhu dan pH
a) Fluke Thermometer, yakni alat yang berfungsi untuk menampilkan hasil
pengukuran suhu air

32
Gambar 3.2 Fluke Thermometer
(Sumber: Kelompok V, 2023)

Keterangan:
1. Menyalakan atau mematikan alat.
2. Fungsi Shift
3. Menyalakan atau mematikan cahaya layar
4. Melakukan pembacaan maksimum, minimum, dan rata-rata
5. Mengkonversi suhu dari Celcius (°C), Fahrenhait (°F), dan Kelvin (K)
6. Menahan atau melepaskan pembacaan yang tampil di layar
7. Memulai atau menghentikan Setup
8. Menggulir opsi Setup atau menaikkan pengaturan layar
9. Menggulir opsi Setup atau menurunkan pengaturan layar
10. Masuk ke opsi Setup atau menyimpan pengaturan layar
11. Probe temperatur
12. Layar

b) pH meter, yakni alat yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman atau
kebasahan suatu sampel air dengan meletakan sensing electrode

33
Gambar 3.3 pH Meter
(Sumber: Kelompok V, 2023)

Keterangan:
1. Tombol ON/OFF: Menyalakan/mematikan alat
2. Layar LCD: Bacaan nilai pH
3. Tutup pelindung: Melindungi sensing electrode

c) Alat tulis dan blanko data, yakni untuk mecatat dan memasukan nilai hasil
percobaan

Gambar 3.4 Alat tulis dan blanko data

34
(Sumber: Kelompok V, 2023)

d) Stopwatch, Alat yang digunakan untuk mengatur tempo waktu penyaringan


air

Gambar 3.5 Stopwatch


(Sumber: Kelompok V, 2023)

e) Botol kaca, digunakan sebagai tempat sampel air yang diambil dari Sungai

35
Gambar 3.6 Botol Kaca
(Sumber: Kelompok V, 2023)

f) Penggaris, digunakan untuk mengukur tinggi muka air Sungai

Gambar 3.7 Penggaris


(Sumber: Kelompok V, 2023)
2. Pengukuran TSS dan TDS
a) Blanko data, digunakan untuk mencatat dan memasukan data hasil percobaan
TSS dan TDS

36
Gambar 3.8 Blanko data
(Sumber: Kelompok V, 2023)

b) Tabung Ukur, digunakan untuk mengukur volume larutan

Gambar 3.9 Tabung ukur


(Sumber: Kelompok V, 2023)

c) Corong Segitiga, berfungsi sebagai alat bantu untuk memasukan larutan ke


dalam tabung ukur serta media untuk meletakan kertas saring

37
Gambar 3.10 Corong segitiga
(Sumber: Kelompok V, 2023)

d) Pipet Ukur, digunakan untuk mengambil atau memindahkan cairan dalam


jumlah yang sedikit

Gambar 3.11 Pipet ukur


(Sumber: Kelompok V, 2023)
e) Pinset, digunakan sebagai alat bantu mengambil atau meletakkan sesuatu

Gambar 3.12 Pinset


(Sumber: Kelompok V, 2023)

38
f) Kertas Saring dan cawan, Kertas saring yakni media yang digunakan untuk
memisahkan partikel suspensi dan larutan. Kertas saring dapat menahan
partikel berukuran lebih dari 2 Nm sehingga zat yang lebih kecil disebut zat
terlarut. Cawan digunakan sebagai media/tempat kertas saring ketika akan
diletakaan di oven

Gambar 3.14 Cawan dan kertas saring


(Sumber: Kelompok V, 2023)
g) Desikator, berfungsi menghilangkan air dan kristal hasil pemurnian

Gambar 3.15 Desikator


(Sumber: Kelompok V, 2023)

39
h) Oven, digunakan untuk memanaskan sampel hingga air kering serta menjadi
bahan yang steril

Gambar 3.16 Oven


(Sumber: Kelompok V, 2023)

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Rekayasa Penyehatan


Lingkungan percobaan Uji Kualitas Air adalah sebagai berikut:

a) Air Sungai, digunakan sebagai objek praktikum

40
Gambar 3.17 Air Sungai
(Sumber: Kelompok V, 2023)

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan praktikum Rekayasa Penyehatan Lingkungan
(RPL) uji kualitas air adalah sebagai berikut:
3.3.1 Prosedur Percobaan Fluke Thermometer
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Masukkan Probe Thermometer kebadan sungai. Gunakan pengukuran
suhu dalam derajat celcius.
c. Catat nilai suhu yang tertera.
d. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 periode dengan rentang waktu 30
menit.

3.3.2 Prosedur Percobaan pH Meter


a. Siapkan alat dan bahan.
b. Buka tutup pelindung pH meter.
c. Nyalakan pH meter dengan menggeser tombol ON/OFF.
d. Rendam sensing electrode kedalam sampel uji.
e. Tunggu 5 detik untuk mencatat nilai pH yang tertera pada layar LCD.
f. Ulangi tahap c – e sebanyak 3 kali, sehingga didapatkan 3 data pengukura
untuk periode 1.
g. Setelah dicatat 3 data, tutup pH meter.
h. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 periode.

3.3.3 Prosedur Percobaan TSS dan TDS


a. Timbang cawan petri dan kertas saring, kemudian catat nilainya.
b. Letakkan kertas saring pada corong segitiga yang berada di atas gelas
ukur
c. Masukkan sampel air ke dalam gelas ukur (untuk sungai relatif jernih
sebanyak 100 ml, dan untuk sungai relatif keruh sebanyak 50 ml).

41
d. Menyaring air menggunakan kertas saring dan tunggu hingga air benar-
benar berhenti menetes. Residu yang tertahan di kertas saring adalah TSS
dan yang lolos ke dalam gelas ukur adalah TDS.
e. Untuk kadar TSS, letakkan residu sampel yang tertahan di kertas saring
ke atas cawan petri, kemudian dioven selama ± 1,5 jam dengan suhu
105°C.
f. Untuk kadar TDS, masukkan sampel sebanyak 20 ml ke dalam cawan
petri, kemudian letakkan kertas saring ke dalam cawan berisi sampel
TDS, lalu oven selama ± 1,5 jam dengan suhu 105°C.
g. Untuk kedua sampel setelah dipanaskan, sampel dimasukkan ke dalam
desikator selama ± 20 menit.
h. Timbang sampel kemudian catat nilai yang dihasilkan (masing-masing
sampel TSS dan TDS berjumlah 2 sampel).

3.4 Bagan Alir Percobaan

Mulai

Pengumpulan Data

Pengambilan Data
42
Data Pimer:

- Uji laboratorium
- Suhu Dan pH
- TDS dan TSS

Data Sekunder:

- Jurnal
- P KepMenLHK No. 27
Tahun 2021

Analisa Data dan Pembahasan

Selesai

43

Anda mungkin juga menyukai