Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

“METODE DAN ANALISIS SAMPLING AIR”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan

Dosen Pengampu : Rosmeri Bukit,SKM.M.Biomed

Disusun Oleh:

Mardiani (183001010008)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidaya-nya kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”METODE DAN ANALISIS SAMPLING
AIR”  Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
makalah ini sehinggga penyusun dapat menyelesaikan  makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini


dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya,
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang sifatnya  membangun.

Jambi, 17 Desember 2020 

             Penulis

 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air


antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-
kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum
(termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut
tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.

Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Di kota
besar, dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi
air minum dalam kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis.
AMDK diproduksi oleh industri melalui proses otomatis dan disertai dengan
pengujian kualitas sebelum diedarkan ke masyarakat. Akan tetapi, pada beberapa
tahun terakhir ini masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal, sehingga
muncul alternatif lain yaitu air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang
(DAMIU). DAMIU adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk keperluan
masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari harganya air minum
isi ulang (AMIU) lebih murah dari AMDK, bahkan ada yang mematok harga hingga
1/4 dari harga AMDK.

Namun dari segi kualitasnya, masyarakat masih meragukan karena belum ada
informasi yang jelas dari segi proses maupun peraturan tentang peredaran dan
pengawasannya. Di Sulawesi Utara, kasus diare lebih banyak dideteksi berdasarkan
gejala klinis yaitu sebesar 5,4% (Riskesdas, 2007). Penyakit diare termasuk dalam
penyakit yang menonjol di Sulawesi Utara dengan menduduki peringkat ke 2 dan
dengan jumlah kasus 32.589. Sedangkan di Kota Manado kasus diare dideteksi
yaitu sebesar 3,1%. ( DinkesSulut, 2008).

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk
hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan
secara bijaksana,dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun
generasi mendatang (Effendi, 2003).

Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang
sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan
kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup yang bergantung pada sumber
daya air tersebut (Effendi,2003).

Pembangunan di negara ini semakinhari semakin pesat. Pesatnya laju


pembangunan ini menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan
terhadap kualitas lingkungan, antara lain terjadinya degradasi kualitas air. Dampak
suatu kegiatan terhadap keseimbangan lingkungan memang merupakan suatu hal
yang sulit dihilangkan sepenuhnya.Satu-satunya upaya yan dapat dilakukan adalah
meminimumkan pengaruh yang mungkin muncul.Sumber daya air yang strategis
dan banyak dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas adalah air sungai.Air sungai
merupakan sumber daya alam yang potensial menerima beban pencemaran limbah
kegiatan manusia. Akibatnya kualitas dan kuantitas air menjadi berkurang (Effendi,
2003).

Kegiatan manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang


dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang buangan,
yaitu sampah dan limbah. Sampah adalah buangan berupa padat merupakan
polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan,
membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi,
menyumbat saluran air dan berbagai akibat negative lainnya (Bahar, 1985).

Menurut Johanis (2002) di negara berkembang, sampah seharusnya ditampung


pada lokasi pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill. TPA-TPA
yang ada di Indonesia masih menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah
ditumpuk menggunung tanpa ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya
adalah terjadi pencemaran air dan udara di sekitar TPA.
Berdasarkan hasil penelitian Tanauma (2000) bahwa banyak air yang digunakan
masyarakat tidak layak lagi digunakan karena telah tercemar akibat kegiatan
manusia seperti membuang sampah di aliran sungai (sampah mengandung
senyawasenyawa kimia anorganik antara lain, nitrit, nitrat, ammonia, kalsium ,
kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH dan mikrobiologi /
total koliform kosentrasinya sangat tinggi),kegiatan pertambangan,industry,kegiatan
ruma tangga dll (Putra, 2012).Adapun menjadi permasalahan dala penelitian ini
adalah terjadinya penurunan kualitas air yang digunakan masyarakat di Indonesia
yang dapat berakibat pada kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Analisis kualitas Air?


2. Bagaimana jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air?
3. Apa dan Bagimana Parameter kualitas Air?
4. Apakah yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana NAB kualitasa Air?
5. Bagaimana pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang Analisis Kualitas
Lingkungan?
6. Bagaimana metode pengambilan sampel Sampel ?
7. Bagaimana metode pengambilan sampel pemeriksaan Sampel?
8. Bagaimana Analisis kualitas air?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apakah pengertian dari Analisis kualitas Air.


2. Untuk Mengetahui Bagaimana jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air.
3. Untuk Mengetahui Apa dan Bagimana Parameter kualitas Air.
4. Untuk Mengetahui Apakah yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana NAB
kualitasa Air.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang
Analisis Kualitas Lingkungan.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana metode pengambilan sampel Sampel .
7. Untuk Mengetahui Bagaimana metode pengambilan sampel pemeriksaan
Sampel
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Analisis kualitas air.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis kualitas Air

Analisa atau analisis atau analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara
detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen
pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Analisa berasal dari kata
Yunani kuno analisis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku
kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas sehingga jika di
gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan. Kata analisis
ini di serap kedalam bahasa inggris menjadi analysis yang kemudian di serap juga
ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.

Kata analisa atau analisis atau analysis digunakan dalam berbagai bidang. Baik
dalam bidang ilmu bahasa, ilmu sosial maupun ilmu alam (sains) dan lain-lain.
Dalam ilmu bahasa atau linguistik analisa didefinisikan sebagai suatu kajian yang
dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut
secara mendalam. Dalam ilmu sosial, analisis dimengerti sebagai upaya dan proses
untuk menjelaskan sebuah permasalahan dan berbagai hal yang ada di dalamnya.
Sedangkan dalam ilmu pasti (sains) pengertian dan definisi analisa adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menguraikan suatu bahan menjadi senyawa-senyawa
penyusunnya. Dalam ilmu kimia, analisa di gunakan untuk menentukan komposisi
suatu bahan atau zat. Contoh bidang yang paling terkenal dengan kegiatan
analisanya adalah bidang Kesehatan. Dalam ilmu Kesehatan digunakan dalam
Analisis berbagai factor penyebab kesehatan.Misalnya Analisis Kualitas Air,udara
dan Makanan.

Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran
kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali
menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan
manusia terhadap air minum.Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada
data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang
diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung
pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat
sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu
lingkungan. Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan
transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan
dari pertanian dan perkotaan.

B. Jens-Jenis Analisis Kualitas Air dan Parameter Kualitas Air

Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk (indikator)


karakteristik air. Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan
peran fungsionalnya (Wardoyo, 1992:)

Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik (warna,
suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD, COD). Jenis
dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat tergantung
pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap badan air
tersebut.

Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:

a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan


warna)
b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan organik)
c. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus), plankton,
fungi, hewan bentik, ikan, tumbuhan air.
d. Menurut jenisnya, parameter kualitas air terdiri atas:
e. Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala umum(pH,
alkalinitas, salinitas, kekeruhan)
f. Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau modus
operandi parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)
g. Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter lain,
khususnya terhadap parameter biologis (DO, bahan beracun)
h. Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain (BOD,
COD, keragaman jenis).

Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:


a. Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan peruntukan air
(untuk kelas 1, kelas 2, dan lain-lain).
b. Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi parameter
kunci bagi suatu peruntukan (alkalinitas terhadap pH).
c. Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi suatu
parameter lain (BOD terhadap DO bagi peruntukan perikanan).

1. Parameter Fisik

Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:

a. Warna

Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna bening, atau
sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh kehadiran bahan-
bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa organik ataupun
tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme seperti plankton,
disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi dan mangan.
Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah industri
kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota air. Disamping itu
warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa organik, yang
melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air.

b. Bau dan Rasa

Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan tidak berasa.
Air yang berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang tidak menyenangkan.Adanya
bau dan rasa pada air, menunjukkan terdapatnya organisme penghasil bau dan juga
adanya bahan-bahan pencemar yang dapat mengganggu kesehatan.

c. Suhu

Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal yang mutlak
dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung di lapangan. Suhu air
yang normal berkisar ± 3 0C dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa disebabkan
oleh berbagai hal, antara lain, air (sungai) yang dekat dengan gunung berapi,
ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan air.
Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses
degradasi baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan suhu air.
Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu .

d. Total padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS)

Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1μm) yang


tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri atas
lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Materi yang tersuspensi
mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi
matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.

2. Parameter Kimia

Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang umum ada
beberapa parameter, diantaranya:

a. pH

pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui


konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan sebagai: pH =
- log (H+).H+ selalu ada dalam keseimbangan yang dinamis dengan air(H2O) yang
membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah
pencemaran air, dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+ tidak hanya
merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan unsur banyak senyawa
lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan ada sebanyak 10-7,
sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen bertambah, maka nilai pH
akan turun dan larutan disebut bersifat asam. Sebaliknya, jika konsentrasi ion
hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik dan larutan disebut bersifat basa.
pH yang ideal bagi kehidupan biota air adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang
sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang
bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan
konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air. pH air
biasanya ditentukan langsung di lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga
dengan kertas pH.
b. Oksigen terlarut (DO)

Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk kelangsungan
kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk proses respirasi. Kemampuan
air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah banyak tergantung pada cukup
tidaknya kadar oksigen terlarut. Adanya oksigen terlarut dalam air berasal dari udara
dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air,
tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan kandungan mineral dalam air.
Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 00C yaitu sebesar 14,16 mg/L.
Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka konsentrasi oksigen dalam air akan
berkurang. Ada dua metode yang umum digunakan untuk analisa oksigen terlarut
dalam air yaitu dengan metode titrasi cara Winkler dan metode elektrokimia dengan
alat DO-meter.

c. BOD

Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga Kebutuhan Oksigen
Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
proses-proses mikrobiologis yang sebenarnya terjadi di dalam air. Angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk
menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di
dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk ataupun industri dan untuk mendesain sistim
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah
proses alamiah, yang kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik maka selama
proses penguraiannya mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam
air tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air. Disamping
itu kehabisan oksigen dapat mengubah keadaan menjadi anaerobik sehingga dapat
menimbulkan bau busuk. Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat
organik oleh oksigen dalam air, dan proses tersebut berlangsung disebabkan
adanya bakter aerobik. Menurut penelitian, untuk supaya 100% bahan organik
terurai, diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari, pada
temperatur inkubasi 20 0C, bahan organik yang dapat diuraikan mencapai 75%,
sehingga waktu ini sudah dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520 dapat
ditentukan dengan mencari selisih antara harga DO0-DO5 dengan metode Azida
modifikasi.

d. COD

Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimiawi adalah
jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat organik yang
terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran
air oleh total zat-zat organik baik yang dapat diuraikan secara biologis, maupun yang
hanya dapat diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD berbeda dengan analisa
BOD, namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat
ditetapkan. Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 – 0,60. Pengukuran
COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.

C. Nilai Ambang Batas (NAB)

Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi dimana manusia mampu
menahannya tanpa menumbulkan gangguan kesehatan selama 40 jam atau 5 hari
dalam seminggu. Mungkin seperti itulah gambaran harfiah dari Nilai ambang batas.

Untuk zat-zat yang memiliki standar NAB, Udara, air, tanah, dan yang sebenernya
Nilai ambang batas ini lebih terkhusus pada zat-zat kimia berbahaya, karena
pertimbangan risiko, tingkat frekuensi dan tingkat kefatalan yang ditimbulkan oleh
zat kimia tersebut maka perlu diupayakan adanya pengendalian. Penetapan nilai
ambang ini merupakan.

Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta penjelasannya:

1. DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin
tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20C. tingkat DO
maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan untuk menunjukkan kadar atau satuan. ppm
ialah singkatan dari part per million atau sama dengan mg/L.

2.BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh
makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka semakin banyak
mikrobanya dan membuat nilai DO turun. Semakin tinggi nilai BOD maka akan
semakin rendah kualitas air.

3. COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya disini ialah
tingkat kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa jadi dipakai untuk mengurai
dan sebagainya. nilai COD juga berbanding terbalik dengn DO.

4. TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut didalam air.
semakin rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas air. banyak tds meter yang
mudah untuk didapatkan dan bisa digunakan hanya dengan mencelupkan ujung alat
tersebut kedalam air.

Berikut ialah batas ambang berbagai parameter kualitas air yang ditetapkan oleh
pemerintah. namun seperti yang kita tahu, peraturan hanyalah sebuah peraturan
tanpa adanya penegakan dan tindak lanjut dari ketetapan tersebut. semoga saja
setiap batas batas kualitas air, udara dan tanah diperhatikan dan dijaga agar tidak
membuat alam ini dan penghuninya menjadi rusak.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1 Ph - 6-7
2 TTS Mgl/L 150
3 BOD Mgl/L 50
4 COD Mgl/L 100
5 Sulfida Mgl/L 1
6 Amonia Mgl/L 20
7 Fenol Mgl/L 1
8 Minyak & Lemak Mgl/L 15
9 MBAS Mgl/L 10
10 Kadmium Mgl/L 0,1
11 Kromheksavalen Mgl/L 0,5
12 Krom total Mgl/L 1
13 Tembaga Mgl/L 2
14 Timbal Mgl/L 1
15 Nikel Mgl/L 0,5
16 Seng Mgl/L 10
17 Kuantitas air limbah max Mgl/L 0,8L/s lahan kawasan terpakai
D. Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel

Tujuan dari pengambilan sampel adalah untuk mengumpulkan sebagian material


bahan dalam volume yang cukup kecil yang mewakili material bahan yang akan
diperiksa secara tepat teliti untuk dapat dibawa dengan mudah dan diperiksa di
laboratorium.Hal ini berarti bahwa perbandingan atau konsentrasi relatif yang tepat
dari semua komponen dalam sampel akan sama seperti dalam material yang
disampling, serta tidak mengalami perubahan-perubahan yang berarti dalam
komposisinya sebelum pemeriksaan dilakukan.

Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil sampel


yang dapat mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengawetan sampel
dengan baik, agar hasil uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitas dan kuantitasnya. Kemungkinan kandungan pada
sampel dapat hilang secara keseluruhan atau sebagian jika prosedur pengambilan
dan pengawetan sampel yang baik tidak diikuti dengan benar.

Pada waktu pengambilan sampel air dilakukan pemeriksaan parameter air yang
harus dilakukan segera / dilakukan dilapangan seperti : pemeriksaan fisika, pH, sisa
Chlor. Metode pengambilan contoh ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam
pengambilan.

Beberapa pengertian yang dimaksud dalam metode ini meliputi :

1. Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteoric
2. Air permukaan adalah air yang terdiri dari : air sungai, air danau, air waduk, air
saluran, mata air, air rawa dan air gua / air karst.
3. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan
terletak pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas.
4. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan
bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air.
5. Akifer adalah suatu laipsan pembawa air.
6. Epilimnion adalah lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama.
7. Termoklin / metalimnion adalah laipsan danau yang mengalami penurunan
suhu yang cukup besar (lebih dari 1O C/m) ke arah dasar danau.
8. Hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif sama
dan lebih dingin dari lapisan atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar
oksigen yang rendah dan relatif stabil.
9. Air Meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasiun meteor , air meteroik
yang ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampungan
air hujan.

a. Prinsip Pengambilan Sampel

· Untuk Menentukan lokasi pengambilan sampel


· Untuk Melakukan pengambilan sampel
· Untuk Melakukan pengawetan sampel
· Untuk Pengepakan sampel dan pengiriman ke laboratorium.

b. Bahan Pemeriksaan

Sampel air, yang berasal dari sumber air, air minum / air bersih, air kolam renang, air
pemandian umum.

Ada 2 macam sampel air :

a. Sampel sesaat (grab sampel)

Sampel yang diambil pada suatu waktu dan tempat tertentu. Contoh : sampel yang
diambil dari sumber air permukaan, sumber air persediaan.

b. Sampel gabungan waktu

Sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang sama, tetapi pada
waktu yang berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24 jam.

Sampel masing-masing diambil dalam kapasitas ± 120 ml setiap interval waktu


tertentu atau satu jam sekali. Sampel-sampel kemudian dicampur pada akhir periode
pengambilan sampel. Jika zat pengawet diperlukan, masukkan zat tersebut kedalam
wadah yang masih kosong (setelah dicuci dengan sampel), sehingga semua bagian
atau porsi dari gabungan sampel akan diawetkan segera setelah diambil dan
digabungkan. Sampel gabungan waktu digunakan untuk menentukan komponen-
komponen yang dapat ditunjukkan tetap tidak berubah. Jumlah / volume sampel
yang diambil untuk keperluan pemeriksaan dilapangan dan dilaboratorium
tergantung pada jenis pemeriksaan yang diperlukan, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk pemeriksaan fisika air diperlukan ± 2 liter.


b. Untuk pemeriksaan kimia air diperlukan ± 5 liter.
c. Untuk pemeriksaan bakteriologi air diperlukan ± 100 ml.

c. Alat dan reagen

a) Alat

Alat-alat yang perlu dipersiapkan dalam pengambilan sampel sebagai berikut:

1. Alat pengambil sampel


2. Alat lain
3. Wadah untuk menyimpan sampel

Berikut penjelasan mengenai alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan contoh :

1. Alat pengambil contoh

Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Terbuat dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat daru
logam)
2. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.
3. Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung / wadah penyimpan
tanpa ada sisa bahan tersuspensi didalamnya.
4. Mudah dan aman dibawa.
5. Kapasitas 1-5 liter, tergantung dari maksud pemeriksaan

Alat pengambil sampel terdiri dari bermacam-macam bentuk tergantung pada jenis
pemeriksaan yang dibutuhkan. Karena peralatan laboratorium di Puskesmas
terbatas, maka yang digunakan adalah alat pengambil contoh tipe sederhana.

Alat pengambil contoh tersebut adalah :

1. Alat pengambil contoh sederhana


2. Terdiri dari botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada air
permukaan secara langsung. Botol biasa yang diberi pemberat untuk
digunakan pada kedalaman tertentu. Pemberat ini diikat dengan kawat
kuningan / kawat tembaga dan tidak boleh memakai kawat besi, sebab besi
mudah berkarat, sehingga mudah putus dan karatnya dapat mencemari air
dengan menambah tinggi kadar besi.
3. Alat pengambil contoh setempat secara mendatar
4. Dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai atau di tempat yang airnya
mengalir pada kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg.
5. Alat pengambil contoh setempat secara tegak.
6. Dipergunakan untuk mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang atau
alirannya sangat lambat seperti di danau, waduk, dan muara sungai pada
kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Ruttner.
a. Alat pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu untuk pemeriksaan
zat padat tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh yang mewakili semua
lapisan air. Contoh alat ini adalah tipe USDH.
b. Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu
dan volume yang diambil.

Digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air limbah atau air sungai yang
tercemar, agar diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu.

6. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan gas terlarut, yang dilengkapi tutup,
sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh.Contoh alat ini adalah tipe
Casella.

7. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi.

b) Reagen

Sarana Pengambilan Contoh Sarana yang dapat digunakan adalah :

1. Sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai tempat


pengambilan contoh.

2. Bila sarana jembatan / lintasan gantung tidak ada, maka dapat menggunakan
perahu.
3. Untuk sumber air yang dangkal dapat dilakukan langsung.

c) Waktu

Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan jam
yang berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun
setiap jam. Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan hari pengambilan pada
waktu pengambilan contoh berikutnya, misalnya pengambilan pertama hari senin
jam 06.00 pengambilan berikutnya hari selasa jam 07.00 dan seterusnya. Waktu
pengambilan contoh dilakukan berdasarkan keperluan sebagai berikut :

1. Untuk keperluan survai pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah, waktu


pengambilan contoh dapat dilaksanakan pada saat survai.

2. Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data pemantauan


kualitas air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap, tergantung
pada jenis sumber air dan tingkat pencemarannya sebagai berikut

a. Sungai / saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama setahun.

b. Sungai / saluran yang telah tercemar ringa sampai sedang, sebulan sekali selama
setahun.

c. Sungai / saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama setahun.

d. Waduk / danau setiap dua bulan sekali selama setahun.

e. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.

f. Air meteorik sesuai dengan keperluan.

g. Untuk studi dan penelitian, perlu disesuaikan.

c. Cara pengambilan sampel

a. Menentukan lokasi pengambilan sampel :

b. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada air permukaan dan air tanah. Lokasi
pengambilan sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan keperluan pengambilan
sampel :
c. Lokasi pengambilan sampel air permukaan :

Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran
sungai dan danau / waduk

d. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai berdasarkan pada :

1. Sumber air alamiah :Yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau
masih sedikit pencemaran.

2. Sumber air tercemar :Yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami
perubahan atau dihilir sumber pencemar.

3. Sumber air yang dimanfaatkanYaitu lokasi pada tempat penyadapan


pemenfaatan sumber air tersebut.

4. Pemantauan kualitas air pada danau / waduk berdasarkan pada :

a) Tempat masuknya sungai ke danau / waduk.

b) Ditengah danau / waduk.

c) Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan

d) Tempat keluarnya air danau / waduk.

e. Menentukan titik pengambilan contoh

a) Air permukaan.Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau /


waduk , dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai dengan ketentuan :

-Sungai dengan debit kurang dari 5 m3 / detik, contoh diambil pada satu titik di
tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.

-Sungai dengan debit antara 5 – 150 m3 / detik, contoh diambil pada dua titik
masing-masing pada ada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari
permukaan air.
2. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3 / detik,contoh diambil minimum pada
enam titik masing-masing pada jarak ¼. ½ dan ¾ lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x
kedalaman dari permukaan air.

3. Di danau / waduk, titik pengambilan contoh di danau / waduk dengan ketentuan :

(1). Danau / waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil pada dua
titik dipermukaan dan di dasar danau / waduk.

4. Danau / waduk dengan kedalaman antara 10-30 meter, contoh diambil pada tiga
titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar danau / waduk.

5. Danau / waduk dengan kedalaman antara 30 – 100 m, contoh diambil pada empat
titik, yaitu di permukaan, di lapisan termoklin ( metalimnion), di atas lapisan
hipolimnion dan di dasar danau / waduk.

(4) Danau / waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan contoh
dapat ditambah sesuai dengan keperluan.

E. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel untuk pemeriksaan sifat fisika dan kimia air.Tahapan


pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :

1. Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air.

2. Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.

3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam


penampung sementara hingga merata.

4. Apabila contoh dimabil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil
dari setiap titik harus sama.

g. Pengambilan contoh untuk pemeriksaan Oksigen terlarut (DO)

Pengambilan contoh dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Cara langsung
Tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai berikut: :

Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai volume ± 300 ml serta
dilengkapi dengan tutup asah.

- Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah
dengan aliran air, sehingga air masuk kedalam botol dengan tenang, atau dapat pula
dengan menggunakan sifon.

1. Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung
udara selama pengisian dan penutupan botol, kemudian botol di tutup.

Contoh siap untuk dianalisis.

2. Dengan alat khusus

Tahapan pengambilan contoh / sampel dengan cara alat khusus sebagai berikut :

-Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai

volume ± 300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.

- Masukkan botol ke dalam alat khusus (tipe Casella).

- Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.

3. Label

Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah contoh diberi label. Pada label
dicantumkan keterangan mengenai :

a. Nomor contoh

b. Nama petugas pengambil contoh

c. Tanggal dan jam pengambilan contoh

d. Tempat pengambilan contoh

e. Jenis pengawet yang digunakan.

4. Pemeriksaan di Lapangan
Pekerjaan yang dilakukan meliputi :

1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan


langsung setelah pengambilan contoh ; unsur-unsur tersebut antara lain : pH, suhu,
daya hantar listrik, alkalinity, acidity dan oksigen terlarut.

2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di


lapangan, yang meliputi : nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam,
keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan dan nama petugas.

3. Pengolahan pendahuluan contoh

a. Penyaringan
Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut sebagai
berikut :
b. Contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan.
c. Masukkan ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang
mempunyai ukuran pori 0 – 0,45 um dan saring sampai selesai.
d. Air saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan
keperluan.
e. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Pestisida

Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :

1. Contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan
gelas ukur.
2. Tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak.
3. Bilas gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-heksana 85 %
dan Diethyl ether 15 %), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke
dalam labu ekstrak dan kocok selama 2 menit.
4. Biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sedikit ± 10 menit.
5. Tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati
tuangkanlah lapisan fase organik nelalui kolom yang berdiameter luar 2 cm
dan berisi Na2SO4 bebas air setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus.
6. Tuangkan kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak.
7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 6 sebanyak 2 kali lagi.
8. Bilas kolom dengan pelarut Hexana ± 20 ml.
9. Satukan hasil ekstrak dalam botol khusus.
10. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Minyak dan Lemak

Kualitas air merupakan subjek yang sangat kompleks dan dicerminkan dari jenis
pengukuran dan indikator air yang digunakan. Pengukuran akan lebih akurat jika
dilakukan di tempat karena air berada dalam kondisi yang ekuilibrium dengan
lingkungannya. Pengukuran di tempat umumnya akan mendapatkan data mendasar
seperti temperatur, pH, kadar oksigen terlarut, konduktivitas, dan sebagainya.

Untuk pengukuran yang lebih kompleks membutuhkan sample air yang kemudian
dijaga kondisinya, dipindahkan, dan dianalisis di tempat lain (misal laboratorium).
Pengukuran seperti ini memiliki dua masalah yaitu karakteristik air pada asmple
mungkin tidak sama dengan sumbernya karena terjadi perubahan secara kimiawi
dan biologis seiring waktu. Bahkan kualitas air dapat bervariasi antara siang dan
malam dan dipengaruhi keberadaan organisme air.[7] Dan air yang teah terpisah
dari lingkungannya akan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, yaitu
botol atau kemasan yang digunakan dalam pengambilan sample. Sehingga bahan
yang digunakan untuk pengambilan sampel harus bersifat inert atau memiliki tingkat
reaktivitas yang minimum sehingga tidak mempengaruhi kualitas air yang diuji.[8]:4
Perubahan kondisi fisik dan kimiawi juga terjadi ketika air sampel dimpompa atau
diaduk, menyebabkan terbentuknya endapan. Ruang udara yang berada di dalam
kemasan sampel juga dapat mempengaruhi karena ada risiko udara larut ke dalam
sampel air. Menjaga kualitas sampel dapat dilakukan dengan mendinginkan sampel
sehingga mengurangi laju reaksi kimia dan perubahan fase.

Cara terbaik untuk mengetahui tingkat perubahan selama pengumpulan sampel


hingga analisis adalah dengan menggunakan dua jenis air yang digunakan
bersamaan dengan pengumpulan sampel. Air jenis pertama, disebut dengan air
"kosong" (tidak selalu air hasil destilasi) adalah air dengan kondisi kimiawi dan
biologis yang sangat kecil sehingga tidak ada karakteristik yang bisa dideteksi. Dan
air jenis kedua merupakan air dengan kondisi yang "dimaksimalkan" sesuai dengan
perkiraan kondisi air sampel. Kedua jenis air ini dipaparkan ke atmosfer sekitar
selama pengambilan sampel, sehingga ilmuwan membawa tiga jenis air dari lokasi
pengambilan sample dan ketiganya dianalisis untuk mengetahui apa yang berkurang
dan bertambah seiring waktu sejak pengambilan sampel hingga analisis di
laboratorium.

a. Pengujian pasca bencana

Berbagai jenis bencana alam hingga bencana buatan manusia akan mengubah
kualitas air secara cepat sehingga pengukuran harus dilakukan untuk menentukan
langkah terbaik dalam penanganan bencana dan mengembalikan kualitas air. Akses
terhadap air bersih dan sanitasi diperlukan bagi korban bencana.

Dalam interval waktu tertentu, kondisi air dapat kembali pasca bencana. Seperti
kasus bencana Tsunami 2004 dan pengukuran yang dilakukan oleh International
Water Management Institute (IWMI) yang berbasis di Colombo mendapati bahwa
kadar garam di setiap sumur meningkat drastis segera setelah tsunami dan kembali
turun ke level semula setelah satu setengah tahun sehingga layak digunakan
sebagai air minum.

b. Analisis kimia

Metode sederhana dalam melakukan analisis kimia adalah pengukuran berdasarkan


unsur tanpa memperdulikan wujud dan bentuk senyawanya. Contohnya adalah
mengukur kadar oksigen dalam air, jika dilakukan pengukuran berdasarkan unsur
akan didapatkan konsentrasi oksigen sebesar 890 ribu miligram per liter air, karena
air (H2O) terbentuk dari hidrogen dan oksigen. Sehingga pengukuran kadar
senyawa tertentu harus dibedakan berdasarkan wujudnya. Untuk pengukuran kadar
oksigen, harus dibedakan berdasarkan oksigen diatomik atau oksigen yang terikat
dengan unsur lain. Oksigen diatomik yang terukur dapat disebut dengan kadar
oksigen terlarut.

Analisis logam berat harus menyertai endapan yang ada di air karena logam berat
yang seharusnya dapat larut mungkin terikat secara adsorpsi dengan partikel lain,
misal partikel tanah liat. Penyaringan sampel dapat menghilangkan endapan
tersebut, sedangkan logam berat yang mengendap di sumber aslinya mungkin saja
dapat terminum oleh manusia dan organisme lain.

c. Indikator untuk air minum

Indikator yang digunakan ketika melakukan pengukuran air minum diantaranya:


 Alkalinitas
 pH
 Warna air
 Rasa dan bau
 Garam-garaman, logam, dan logam berat
 Senyawa organik terlarut
 Senyawa atau unsur radioaktif
 Mikroorganisme

d. Indikator untuk lingkungan

Dalam pengukuran indikator biologis, digunakan istilah EPT yang merujuk kepada
Ephemeroptera, Plecoptera, Trichoptera, tiga ordo serangga bersayap yang hidup di
sekitar perairan. Index EPT, yaitu jumlah EPT ketika kondisi lingkungan sehat, dapat
bervariasi di setiap daerah. Secara umum, semakin banyak organisme EPT,
menunjukan bahwa kualitas ekologi perairan tersebut lebih sehat.Keberadaan
invertebrata makro juga dapat digunakan sebagai indikator.

Moluska bivalvia digunakan sebagai indikator karena moluska termasuk hewan


penyaring yang menghisap air dan menyerap nutrisi dari air yang dihisapnya.
Polutan yang diserap akan terakumulasi di dalam tubuh moluska dan dapat memiliki
efek yang beragam bagi moluska tersebut. Moluska bivalvia juga biasanya bersifat
sessile atau menetap di satu tempat dan jarang sekali berpindah sehingga
pengumpulan sampel moluska cenderung mudah.

a) Indikator fisik

 Temperatur air
 Elektrokonduktivitas
 Padatan terlarut
 Padatan tersuspensi
 Transparansi
 Bau
 Warna
 Rasa
b) Indikator kimia

 pH
 BOD
 COD
 Tingkat kesadahan air
 Logam berat
 Nitrat
 Ortofosfat
 Pestisida
 Surfaktan

c) Indikator biologis

 Ephemeroptera
 Plecoptera
 Trichoptera
 Mollusca
 Escherichia coli
 Bakteri koliform

F. Analisis Kualitas Air

Penetapan-penetapan berikut ini dilakukan untuk menentukanmutu air permukaan :

1. Analisa temperature

Cara metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah dengan
termometer air raksa. Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut
sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala
thermometer (°C).

a. Peralatan

Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110°C.

b. Penetapan contoh uji air permukaan.


a. Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2 menit
sampai dengan 5 menit sampai thermometer menunjukan nilai stabil.
b. Catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih dahulu
thermometer dari air.
c. Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu.

a. Pasang thermometer pada alat pengambil contoh uji.

b. Masukan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu
untuk mengambil contoh uji.

c. Tarik alat pengambil contoh uji sampai ke permukaan.

d. Catat skala yang ditunjukan thermometer sebelum contoh air dikeluarkan dari
alat pengambil contoh.

2. Analisa Total Dissolved Solid (TDS)

Untuk mengukur kandungan padatan terlarut, sampel yang sudah dihomogenkan


disaring menggunakan kertas saring fiber glas. Filtratnya kemudian diuapkan hingga
kering pada oven dengan suhu T 180oC dalam cawan porselin yang diketahui
bobotnya. Pertambahan bobot cawan merupakan bobot padatan terlarut dalam
sampel.

a. Peralatan

1. Analytical Balance
2. Oven Pemanas (104+2oC)
3. Desikator
4. Filtering Apparatus
5. Glass Fibre Filter
6. Hot plate
7. Cawan porselen
8. Gelas beaker
9. Pinset

b. Prosedur Analisa

1. Persiapan
2. Bilas cawan porselen dengan akuades sampai bersih, kemudian dipanaskan
di oven sampai kering yang sebelumnya diberi label/nomor terlebih dulu.
3. Keluarkan cawan dari oven dan masukkan ke dalam desikator sampai dingin
lalu ditimbang (bobot kosong).

c.Penyaringan sampel

1. Siapkan peralatan penyaring yang betul-betul bersih, lalu pasangkan kertas


saring pada peralatan penyaring tersebut.
2. Saring 20 mL air akuades, buang saringannya (hanya untuk membilas saja).
3. Saring 100 mL sampel, pindahkan ke botol plastik kemudian diberi
nomor/label.
4. Untuk sampel air laut volume yang disaring adalah 50 mL.

4. Keterangan: Jika TDS > 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan cara Gravimetri.
Jika TDS < 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan alat Conductivitimeter.

3. Analisis Sample

a. Letakkan cawan di atas hot plate dan biarkan sebentar untuk menghindari
kontaminasi.
b. Tuangkan sampel yang sudah disaring ke dalam cawan sedikit demi sedikit.
Untuk sampel air laut harus dilakukan secara hati-hati karena kalau
menuangkan sampel terlalu banyak akan menyebabkan letupan dari air
garam sehingga mengakibatkan berkurangnya hasil penimbangan.
c. Atur suhu hot plate sehingga menjadi 180oC.
d. Lanjutkan penambahan sampel ke dalam cawan sampai habis dan
menguap, tapi tidak boleh dibiarkan kering.
e. Pindahkan cawan ke dalam oven (105oC) selama satu jam sampai
mengering sempurna.
f. Pindahkan cawan ke dalam desikator sampai dingin, lalu ditimbang.

Perhitungan

TDS (mg/L) = bobot kering (mg) – bobot kosong (mg) x 1000 volume
sample (mL).
4. Analisa Total Suspended Solid (TSS)

Sampel yang telah dikocok dengan merata disaring melalui filter serat gelas standar
yang telah ditimbang sebelumnya lalu residu yang tersisa dikeringkan pada suhu
103o-105oC hingga bobot tetap. Kenaikan bobot dari filter tersebut
merepresentasikan Total Suspended Solid atau Total Padatan Tersuspensi.

Peralatan

Analytical Balance

a. Oven Pemanas (104±2oC)


b. Desikator
c. Cawan aluminium
d. Filtering Apparatus
e. Glass Fibre Filter
f. Gelas beaker
g. Gelas ukur
h. Pinset

Prosedur Analisa

a. Cuci semua peralatan yang akan dipakai untuk menyaring dengan


menggunakan akuades sampai bersih.
b. Siapkan cawan alumunium masing-masing diberi nomor atau label untuk tiap
sampel yang akan diukur, kemudian masukkan ke masing masing cawan
tersebut fiber glass filter.
c. Cawan alumunium kosong harus dipanaskan selama 24 jam untuk kemudian
didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang untuk menetapkan bobot cawan
kosongnya.
d. Siapkan peralatan untuk menyaring (filtering apparatus) kemudian letakkan
fiber glass filter di atasnya lalu dibilas dengan 20 mL akuades.
e. Kocok sampel yang akan dianalisa kemudian tuangkan sebanyak 150 mL
dengan menggunakan gelas ukur.
f. Bilas dinding saringan dengan menggunakan akuades sampai tidak ada
kotoran yang menempel pada dinding tersebut.
g. Untuk sampel air laut harus dibilas dengan akuades sebanyak 250 mL.
h. Setelah sampel disaring, ambil fiber glass filter dari atas alat penyaring
kemudian tempatkan ke dalam cawan yang telah diberi tanda atau label, lalu
dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC selama satu malam.
i. Setelah keesokan harinya ambil fiber glass filter dan cawan alumuniumnya
kemudian masukkan ke dalam desikator hingga dingin lalu ditimbang hingga
bobot tetap.

Perhitungan

TSS (mg/L) =[bobot cawan + sampel kering (mg)]– [bobot cawan kosong (mg)] x
1000 Volume sample (mL)

5. Analisa Derajat Keasaman Menggunakan Alat pH Meter

Pada suhu tertentu sifat asam atau basa air ditunjukan oleh nilai pH-nya
atau aktivitas ion hidrogennya. Alkalinitas maupun keasaman adalah kemampuan
untuk menetralkan asam atau basa air. Sedangkan kapasitas penyanggan
dinyatakan dalam molal per liter. pH adalah –log[H+] yang ditetapkan dengan
metode pengukuran secra potentiometri dengan menggunakan pH meter.

Peralatan dan Bahan

 Peralatan:
a. pH meter dengan perlengkapannya;
b. Piala gelas 250mL;
c. Pengaduk gelas atau magnetic;
d. Kertas tissue;
e. Timbangan analitik; dan
f. Termometer.

 Bahan

Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia dipasaran, atau dapat
juga dibuat dengan cara sebagi berikut:
a. Larutan penyangga, pH 4,004 (25°C) Timbang 10,12g kalium hydrogen ptalat,
KHC8H4O4, larutkan dalam 1000mL air suling.
b. Larutan penyangga, pH 6,863 (25°C).Timbang 3,387g kalium dihidrogen
fosfat, KH2PO4 dan 3,533g dinatrium hydrogen fosfat, Na2HPO4, larutan
dalam 1000mL air suling.
c. Larutan penyangga, pH 10,014 (25°C).Timbang 2,092 natrium hirogen
karbonat, NaHCO3 dan 2,640g natrium karbonat, Na2CO3, larutkan dalam
1000mL air suling.

Prosedur

Persiapan pengujian

a. Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksikerja


alat setiap kali akan melakukan pengukuran.

b. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu
kamar.

Prosedur Analisa

a. Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.
b. Bilas elektroda dengan larutan uji.
c. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukan
pembacaan yang tetap.
d. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

G. Dampak Pencemaran Lingkungan terhadap Lingkungan dan Kesehatan

a. Dampak terhadap Lingkungan

Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Pencemaran air di badan
air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah
menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi
berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya
digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika
tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen.
Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas 4 kelompok:

1. Dampak pencemaran air terhadap kehidupan biota air


2. Dampak pencemaran air terhadap kualitas air tanah
3. Dampak pencemaran air terhadap kesehatan
4. Dampak pencemaran air terhadap estetika lingkungan

a) Dampak pencemaran air terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pada pencemaran air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air
membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.Akibat
matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air limbah secara alamiah yang
seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah yang sulit
terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme,
apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.

b) Dampak pencemaran air terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah
terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di
Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

c) Akibat pencemaran air terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka
perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang
menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan.
Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

b. Dampak pencemaran air terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :

1. Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,


2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
3. Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak
dapat membersihkan diri,
4. Air sebaga media untuk hidup vector penyakit

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran
kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali
menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan
manusia terhadap air minum.Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada
data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang
diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung
pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat
sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu
lingkungan. Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan
transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan
dari pertanian dan perkotaan.

Kualitas air yang menurun dapat berakibat terhadap banyak hal baik terhadap biota
air,lingkungan dan kesehatan manusia.Salah saatu dampaknya terhadap biota air
adalah akan banyaknya biota air yang mati,sedangkan pada manusia banyak
penyakit yang dapat disebabkan seperti diare,penyakit kulit,dan banyak penyakit
lain.

B. Saran

Air merupakan konponen terpenting dalam kehidupan makhluk hidup maka dari itu
sangat penting untuk menghemat penggunaan air dan menjaga sumber air dari
pencemaran karena air yang tercemar tidak layak diguanakan hal ini akan
berdampak berkurangnya sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari.

DAFTAR ISI
Standard Methods for Examination of Water and Wastewater, American Public
Health Association (APHA) 21st ed. (2005), Method 2540 C (Total Dissolved
Solids Dried at 180oC)

Standard Method for Examination of Water and Wastewater, American Public


Health Association (APHA) 21st. Edition (2005), Method 2540 D (Total
Suspended Solid Dried at 103-105oC).

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaann Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Vantha. 2012. Penentuan Kadar Fosfat (PO4).http://rosyidputra98.blog spot.com/


2012/03/penentuankadar- fosfatpo4.html?m=1

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air


dan Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai Keputusan Menteri


Negara lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai