Disusun oleh:
Kelompok 4 / Kelas B
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air mempunyai peranan besar terhadap kehidupan, baik itu
kehidupan manusia maupun binatang dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena
itu air merupakan bahan yang sangat vital dan juga merupakan sumber
dasar untuk kelangsungan hidup di atas bumi. Air adalah bagian dari
lingkungan fisik yang sangat esensial, tidak hanya dalam proses-proses
hidup tetapi juga untuk proses-proses lainnya, seperti industri, pertanian,
pemadam kebakaran dan lain sebagainya (Supriyono, 2004).
Air bersih merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari, yang harus memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes No.416 tahun
1990 dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Air
minum yaitu air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan yang
dapat diminum. Air minum dapat dikatakan sehat dan berkualitas apabila
memenuhi syarat kesehatan yang berlaku, yaitu memenuhi persyaratan
fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang terdapat dalam
parameter wajib dan parameter tambahan pada Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 mengenai persyaratan kualitas
air minum.
Sumber air dapat diperoleh dari mata air, air tanah, air permukaan,
dan air hujan, tetapi menurut Suripin (2001), hanya 3% saja dari sumber
tersebut yang bisa dikonsumsi oleh manusia. Air sungai memiliki
keuntungan tersendiri dibanding dengan sumber air permukaan lain, dari
segi ketersediaannya maupun kemudahan pengambilannya. Sungai Pelus
merupakan salah satu sungai yang terdapat di Purwokerto, keberadaannya
sangat vital bagi penduduk pedesaan yang di laluinya, antara lain Desa
Pandak, Kedung Malang, Grendeng, Karang Wangkal, Arcawinangun,
Dukuh Waluh, Mersi, Sokaraja dan masih banyak yang lainnya. Sungai
Pelus mengalir di antara pemukiman masyarakat sehingga sungai tersebut
sangat lazim digunakan untuk keperluan sehari-hari masyarakat seperti
MCK dan tempat pembuangan sampah. Kondisi perairan Sungai Pelus di
daerah tengah memiliki temperatur udara sebesar 25C dan temperatur air
sebesar 24C. Kecepatan arus sebesar 12 m/s, dan besar pH airnya 6
dengan substrat bebatuan mendominasi perairan. Namun yang menjadi
masalah, air Sungai Pelus tersebut belum memenuhi syarat sebagai air
bersih karena adanya kontaminasi sampah dan limbah rumah tangga.
Dalam rangka penyediaan air yang bersih dan sehat, maka
dibutuhkan teknologi yang dapat mengolah sumber air. Oleh karena itu
kami berinisiatif untuk membuat prototype pengolahan air minum dari
sumber air Sungai Pelus, agar dapat menghasilkan sumber air minum yang
memenuhi syarat kesehatan yang dapat digunakan secara aman oleh
masyarakat.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara pengolahan air sungai menjadi air bersih.
2. Mahasiswa dapat merancang prototype pengolahan air minum secara
sederhana.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui cara pengolahan air sungai menjadi air
bersih dan dapat mendesain pengolahan air secara sederhana.
2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Hasil prototype diharapkan dapat menjadi referensi baru dalam
pengolahan air sungai menjadi air bersih di laboratorium Jurusan
Kesehatan Masyarakat.
3. Bagi Masyarakat
Desain pengolahan air sungai menjadi air bersih ini dapat menjadi
salah satu alternatif untuk pengolahan air bersih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Mata Air
Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku
karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah
akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar.
Biasanya mata air terletak di daerah terbuka, sehingga mudah
terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.
A. Desain Prototype
Tahapan proses pengolahan air minum ini terdiri dari beberapa tahap,
yakni sebagai berikut.
1. Intake air baku (air Sungai Pelus) ke bak penampungan
2. Aerasi dengan pemompaan udara
3. Sedimentasi I
4. Koagulasi dengan pemberian tawas sebagai koagulan
5. Flokulasi
6. Sedimentasi II
7. Filtrasi (Penyaringan)
8. Desinfeksi dengan kaporit
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan prototype pengolahan air
minum ini adalah
1) Tawas
2) Kaporit
3) Kerikil kecil
4) Pasir zeolit
5) Pasir koarsa
6) Pasir aktif
7) Dakron
8) Air sungai pelus
Gambar 3.1
Desain Prototype Sistem Pengolahan Air Minum
Tahap 1. Intake
Tahapan ini merupakan tahap penampungan air baku pada bak
penampungan yang diambil dari air sungan pelus. Pada tahapan ini juga
terdapat saringan untuk menyaring kotoran- kotoran terapung yang
berukuran besar serta dilengkapi keran air untuk mengatur debit air yang
keluar pada bak aerator.
Tahap 2. Aerasi
Tahapan ini merupakan tahapan mengontakkan air baku dengan oksigen
agar kandungan zat besi, magnesium, dan alumunium yang ada dalam air
baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara membentuk senyawa
yang dapat diendapkan. Pada tahapan ini menggunakan pompa atau keran
air untuk mengatur tekanan air ke inlet aerator melalui pipa, kemudian air
melalui pipa utama sampai nozzle yang dilengkapi lubang- lubang kecil
sehingga air disemprotkan dan terjadi kontak dengan udara. Setelah itu air
melewati pipa outlet menuju pipa sedimentasi.
Tahap 3. Sedimentasi 1
Tahapan sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel besar.
Padabak sedimentasi ini dilengkapi dengan tangga kaca yang bertujuan
mempercepat proses sedimentasi. Setelah melalui proses pengendapan 45
menit, air kemudian dialirkan melalui pipa ke bak koagulasi.
Tahap 4. Koagulasi
Tahapan koagulasi berfungsi untuk mengumpalkan kotoran- kotoran yang
tidak bisa diendapkan pada tahap sedimentasi 1 dengan pembubuhan tawas
dari kotak tawas yang berada diatas bak koagulasi sehingga bisa dipakai
secar otomatis. Pada tahapan ini dilakukan pengadukan secara cepat yang
dibantu dengan kipas pada bak selama 2 menit untuk mempercepat reaksi
antara tawas dengan kotoran- kotoran kecil. Setelah itu dibiarkan beberapa
saat sehingga gumpalan kotoran atau disebut flok tumbuh menjadi besar
dan berat dan cepat mengendap. Kemudian air dialirkan kembali melalui
pipa ke bak flokulasi.
Tahap 5. Flokulasi
Tahapan Flokulasi berfungsi bertujuan untuk mempercepat proses
penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi.
Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan
serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang
ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Untuk efek
penjernihan air secara keseluruhan, belum cukup flok yang bisa dipisahkan
dari air secara efektif, karena belum dapat menjamin dengan pasti apakah
kualitas air yang diinginkan bisa tercapai hanya dengan kondisi ini saja
sehingga dilanjutkan ke tahap sedimentasi 2.
Tahap 6. Sedimentasi 2
Tahapan Sedimentasi 2 dilakukan agar flok-flok yang ada pada air dapat
mengendap sehingga air yang dihasilkan jernih. Setelah proses flokulasi,
air dialirkan ke bak penampung sedimentasi yang dibuat dari galon
terbalik dengan tutup bukaan di dasar galon. Tujuan digunakan galon yang
memiliki tutup ini adalah untuk sewaktu-waktu jika bak sedimentasi penuh
dengan kotoran pada dasar baknya maka tutup bawah dapat dibuka untuk
menguras bersih bak sedimentasi kembali. Proses sedimentasi dapat terjadi
bila kotoran yang didalam air mempunyai berat jenis lebih besar daripada
air sehingga mudah tenggelam. Proses ini dilakukan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat berada didasar
bak pengendapan, sedangkan air dibagian atas.
Tahap 7. Filtrasi
Tahapan Filtrasi berfungsi untuk menyaring partikel-partikel zat padat
yang terdapat pada air sehingga air yang dihasilkan memenuhi syarat. Pada
proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan
semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat
akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih
melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih
harus dilakukan proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan
mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang
berbentuk persegi panjang dalam posisi vertikal yang dilengkapi dengan
sebuah keran di sebelah bawah. Untuk media penyaring digunakan kerikil,
pasir, arang dan dakron. Susunan media penyaring dari yang paling atas ke
bawah adalah sebagai berikut:
Lapisan 1 : Kerikil berfungsi untuk menyaring partikel-partikel
berukuran besar
Lapisan 2 : Arang berfungsi untuk menghilangkan bau
Lapisan 3 : Pasir Zeolit berfungsi untuk mengikat Mg, Fe dan Al
Lapisan 4 : Pasir Kuarsa berfungsi untuk menghilangkan kekeruhan dan
bau
Lapisan 5 : Pasir Aktif berfungsi untuk menghilangkan warna kuning,
menghilangkan Fe dan Mn
Diantara lapisan yang satu dengan yang lain diberikan dakron sebagai
pemisah media
Tahap 8. Desinfektan
Air yang sudah melewati tahap filtrasi kemudian dialirkan ke bak
penampung yang berbentuk kotak dengan keran di bawahnya yaitu untuk
diberikan desinfektan. Tahap ini berfungsi untuk membunuh bakteri
dengan membubuhkan bahan kimia tertentu pada proses pengolahan air.
Pada proses pengolahan air minum ini menggunakan kaporit sebagai
bahan desinfektan yang diletakkan pada dasar bak desinfeksi lalu air
campuran kaporit didiamkan beberapa menit lalu dialirkan melalui
saringan air. Tahap ini merupakan tahap terakhir proses pengolahan air
sebelum dikonsumsi.
A. Anggaran
1. Alat
a. Pipa kecil 3 meter Rp. 25.000
b. Keran air 4 buah x Rp. 10.000 Rp. 40.000
c. Bak/aquarium 7 buah ukuran 20x10x10 cm dari fiber Rp. 245.000
d. Galon ukuran kecil 1 buah Rp. 20.000
e. Kipas kecil Rp. 20.000
f. Dinamo kecil aquarium Rp. 50.000
g. Lem fiber Rp. 25.000
h. Kabel 1 meter Rp. 3.000
i. Saklar Rp. 5.000
j. Kerikil Rp. -
k. Selang kecil 1 meter Rp. 5.000
l. Kotak tawas terbuat dari kotak makanan kecil Rp. 7.000
m. Baling- baling plastik 2 buah untuk mengaduk kaporit
dan untuk alat flokulasi Rp. 20.000
n. Kain saringan Rp. 10.000
o. Gelas minum untuk menampung hasil akhir Rp. 5.000
Total Rp. 480.000
2. Bahan
Jumlah air baku 1,5 liter
a. Tawas kg x Rp. 5.000 Rp. 2.500
b. Kaporit kg x Rp. 32.000 Rp. 8.000
c. Pasir zeolit kg x Rp. 5.000 Rp. 2.500
d. Pasir koarsa kg x Rp. 5.000 Rp. 2.500
e. Pasir aktif kg x Rp. 5.000 Rp. 2.500
f. Dakron kg x Rp. 80.000 Rp. 20.000
Total Rp. 38.000
Jumlah total Rp. 518.000
DAFTAR PUSTAKA
Narita, K dkk. 2010. Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Penentuan Dosis
Tawas pada Proses Koagulai Sistem Pengolahan Air Bersih. Fakultas
Teknologi Industri. ITS. Surabaya.
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi.
Yogjakarta.