PENDAHULUAN
1
68,9%. Saat ini, Indonesia tidak berada pada arah yang tepat untuk
mencapai target MDG tentang masalah air bersih pada tahun 2015. Saat ini,
bahkan di provinsi-provinsi yang berkinerja lebih baik (Jawa Tengah dan di
Yogyakarta), sekitar satu dari tiga rumah tangga tidak memiliki akses ke
persediaan air bersih. Perbandingan dengan tahun 2007 menunjukkan akses
air bersih pada tahun 2010 telah mengalami penurunan kira-kira sebesar
tujuh persen.3
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai
batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem
penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah
persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi
dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek
samping.
Ketersediaan air bersih selain untuk kebutuhan sehari-hari, juga sangat
penting untuk menghindari masyarakat dari penyakit yang ditularkan
melalui air seperti diare, ataupun penyakit tidak menular yang bisa
disebabkan karena kandungan yang terdapat di dalam air seperti dermatitis.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui kualitas air bersih di RT 01 RW13 Dusun Girimulya Desa
Binangun Kota Banjar.
2
2. Mengetahui gambaran kesehatan lingkungan di RT 01 RW13 Dusun
Girimulya Desa Binangun Kota Banjar.
3. Mengetahui gambaran promosi kesehatan yang sudah dilakukan di RT
01 RW13 Dusun Girimulya Desa Binangun Kota Banjar .
4. Mengetahui gambaran kejadian penyakit kulit di RT 04/RW13 Dusun
Girimulya Desa Binangun Kota Banjar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Air laut
4
Air laut mempunyai sifat asin karena kandungan garam NaCl. Kadar
garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak
memenuhi syarat untuk air minum.
c. Air angkasa (Hujan)
Air angkasa terjadi dari proses evaporasi dari air permukaan dan
evotranspirasi dari tumbuh-tumbuhan oleh bantuan sinar matahari dan
melalui proses kondensasi kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan,
salju ataupun embun. Air angkasa mempunyai sifat tanah (soft water)
karena kurang mengandung garam-garam dan zat-zat mineral sehingga
terasa kurang segar juga boros terhadap pemakaian sabun.
d. Air tanah
Air tanah (ground water) adalah cadangan air yang bersumber dari
air presipitasi dan merembes menjadi air infiltasi berada di bawah
permukaan litosfer tertampung dalam cekungan-cekungan dan mengalir
membentuk sungai bawah tanah dan muncul sebagai mata air.6
Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber lain.
Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu
mengalami proses purifikasi. Persediaan air tanah juga cukup tersedia
sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah
juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber air
lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang
tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium,
kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air.
Selain itu, untuk menghisap dan mengalirkan air ke atas permukaan,
diperlukan pompa.7
Air tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal yaitu air yang terjadi karena proses peresapan
air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian juga bakteri
sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat
kimia karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia
tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Pengotoran juga masih
5
terus berlangsung terutama pada muka air yang dekat dengan muka
tanah. Air tanah ini digunakan sebagai sumber air minum melalui
sumur-sumur dangkal. Sebagai sumber air minum, ditinjau dari segi
kualitas agak baik. Tetapi dari segi kuantitas kurang cukup dan
tergantung pada musim.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam yaitu air tanah yang terdapat setelah lapisan
rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam ini tidak semudah
pengambilan air tanah dangkal. Biasanya air tanah dalam ini berada
pada kedalaman antara 100 –300 meter. Pada umumnya kualitas air
tanah dalam lebih baik dari air tanah dangkal karena penyaringannya
lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia
tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur
maka air menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO 3)2 dan
Mg(HCO3)2.
c. Mata air
Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak
terpengaruhi oleh musim dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam.5
6
tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur
pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan
konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba.
Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang
baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di
dalam sumur. Pada segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali
ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar
diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat
dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur
tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa
pakar dibidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10
meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang
berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air,
saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan
permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding)
sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan
rapat.5,8
Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Jarak
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus
diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian
untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber
pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta
kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan
jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan
sebagainya.7
7
Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur
gali harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen).8
Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur
harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar
perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi.
Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang
disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton.
Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah
yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim
kemarau.8
3. Bibir Sumur Gali
Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara
lain :
Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal
70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta
untuk aspek keselamatan.8
Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau
lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut
adalah daerah banjir.
Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut
sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan
tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding
sumur.7
Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-
hal sebagai berikut:
a. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan
perjalanan air dalam tanah 3 meter/hari.
b. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical
sedalam 3 meter.
c. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara
horizontal sejauh 1 meter.
8
d. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur
digunakan maupun sedang tidak digunakan.
e. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur. Saluran
pembuangan air limbah dari sekitar sumur dibuat dari tembok
yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10m.
Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada
dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa,
tapi air sumur diambil dengan mempergunakan pompa.
Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk
terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi
sumur selalu tertutup. 8
B. Sumur Bor
Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam
ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai
sehingga sedikitdipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari
pengotoran mikrobiologidan secara langsung dapat dipergunakan
sebagai air minum. Air tanah ini dapatdiambil dengan pompa tangan
maupun pompa mesin.
2.3.2 Air Pipa
Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat selain air
sumur gali adalah air pipa atau air kran. Air bersih yang bersumber dari
air kran di salurkan melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Namun, setiap PDAM di setiap daerah belum tentu memiliki kualitas
dan kuantitasnya sama dengan daerah lainnya.
a. Syarat-syarat Fisik
1. Air tak boleh berwarna
9
2. Air tak boleh berasa
3. Air tak boleh berbau
4. Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ±25º C).
5. Air harus jernih.
Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh
setiap jenis air minum dimana dilakukan penyaringan dalam
pengolahannya. Kadar (bilangan) yang disyaratkan dan tidak boleh
dilampaui adalah sebagai berikut :
b. Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral
atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang
telah ditentukan. PH yang dianjurkan untuk air minum adalah 7,0-
8,5.
c. Syarat-syarat biologis
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri
penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri-
bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan
yaitu 1 coli/100 ml.air. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usu
besar (faeces) dan tanah.
d. Syarat-syarat radiologis
10
Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan
bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta
dan gamma.5
2.4.2 Persyaratan Kuantitatif
Dalam penyediaan air bersih ditinjau dari banyaknya air baku
yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang akan
dilayani. Kebutuhan air untuk masyarakat perkotaan adalah 150
ltr/org/hari (DPU cipta Karya). Jumlah air yang dibutuhkan sangat
tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan sosial ekonomi
masyarakat setempat.
2.4.3 Persyaratan Kontinuitas
Untuk penyediaan air bersih sangat erat hubungannya dengan
kuantitas air yang tersedia yaitu air baku yang ada di alam. Air baku
untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi
debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim
hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa jumlah air bersih yang
direncanakan dapat memenuhi kebutuhan selama 24 jam.
a. Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air bersih yang
digunakan untuk keperluan rumah tangga. Kebutuhan air domestik
sangat ditentukan oleh jumlah penduduk, dan konsumsi perkapita.
Kota besar dengan jumlah penduduk 500.000-1.000.000 jiwa
memiliki kebutuhan air 170L/orang/hari. Lain halnya dengan
pedesaan yang memiliki penduduk <200.000 jiwa, kebutuhan air
domestik berkisar 80L/orang/hari.5
b. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik untuk industri, pariwisata,
tempat ibadah, tempat sosial, serta tempat-tempat komersial atau
tempat umum lainnya.8
11
Menurut Permenkes No. 2269/MENKES/PER/XI/2011 pengertian
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekan sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang/keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.9
2.5.1 Tatanan PHBS Rumah Tangga
Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah
tangga yang bertujuan memberdayakan anggota sebuah rumah tangga
untuk tahu, mau dan mampu menjalankan perilaku kehidupan yang
bersih dan sehat serta memiliki peran yang aktif pada gerakan di tingkat
masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat rumah tangga
adalah tercapainya rumah tangga yang sehat.
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga
yang dapat dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktek
perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut
ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :
1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga
kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar
dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman.
Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang
beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
2. Pemberian ASI eksklusif
Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0
hingga 6 bulan menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan
praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat rumah tangga.
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala.
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan
bayi. Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1
bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau
pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi.
12
Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini
kasus gizi buruk.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan
kebersihan diri sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai
jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.
5. Menggunakan air bersih.
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup
sehat. Air bersih yang digunakan untuk mandi, masak, mencuci
haruslah sesuai standar kesehatan yang berlaku.
6. Menggunakan jamban sehat.
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang
berkaitan dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan
pembersihan.
7. Memberantas jentik nyamuk.
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan
memutus siklus hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting
dalam pencegahan berbagai penyakit.
8. Konsumsi buah dan sayur.
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan
mineral serta serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan
sehat.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun
aktivitas bekerja yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan
masalah kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau
setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat menghindarkan
keluarga dari berbagai masalah kesehatan.10
13
Selain PHBS dalam tatanan rumah tangga, masih terdapat tatanan
lain yang tidak kalah penting seperti PHBS di sekolah dan juga PHBS
di tempat kerja. Keseluruhan dari materi PHBS bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang terlibat
pada setiap tatanan.
Sekolah yang sehat dengan anggota komunitas tingkat sekolah
yang berperilaku hidup bersih dan sehat dapat mencegah sekolah
menjadi titik penularan atau sumber berbagai penyakit. Demikian pula
dengan PHBS di tempat kerja dimana keamanan dan kesehatan menjadi
sesuatu yang tidak kalah penting.
Perilaku hidup bersih dan sehat yang berasal dari
implementasi materi PHBS dapat menjadi kunci untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat. Menjalankan praktek indikator –
indikator PHBS di berbagai tatanan dapat menjadi sebuah gerakan
untuk memasyarakatkan perilaku hidup bersih dan sehat dimanapun dan
juga kapanpun.10
14
3. Air seni, air pembersih dan penggelontoran tidak mencemari tanah
disekitarnya.
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan dan harus terbuat dari bahan-bahan
yang kuat dan tahan lama.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang.
6. Luas ruangan cukup.
7. Ventilasi cukup baik.
8. Tersedia air dan alat pembersih.
9. Cukup penerangan.
15
4. Jamban bor (Bored hole latrine)
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih
kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk
perkampungan sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak
mudah terjadi pengotoran tanah permukaan (meluap).
5. Jamban keranjang (Bucket latrine)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian
dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat
meninggalkan tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya
menarik lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di
sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Penggunaan jenis
jamban ini biasanya menimbulkan bau.
6. Jamban parit (Trench latrine)
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat
defaecatie. Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan
jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran standar sanitasi,
terutama yang bberhubungan dengan pencegahan pencemaran
tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan pencapaian tinja oleh
hewan.
7. Jamban empang / gantung (Overhung latrine)
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam,
selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air
permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat
tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat menimbulkan wabah.
8. Jamban kimia (Chemical toilet)
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda
sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan
dalam kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula
digunakan dalam rumah.
16
2.7 Macam-macam Sumber Air
Berdasarkan macam dan sumbernya dibedakan atas tiga bagian yaitu 11,12:
a. Air Angkasa
Air angkasa adalah air hujan sebelum jatuh ke permukaan bumi
yang terjadi dari proses evaporasi dari air permukaan dan
evapotranspirasi dari tumbuh-tumbuhan oleh bantuan sinar matahari, dan
melalui proses kondensasi kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan
salju ataupun embun.
b. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang berada di atas permukaan tanah
baik yang mengalir maupun yang tergenang seperti sungai, danau dan
waduk.
c. Air Tanah
17
2.8 Sumur Gali
Sumur merupakan sumber air yang banyak digunakan masyarakat
Indonesia. Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan sebagai air rumah
tangga, maka air sumur harus dilindungi dari bahaya pengotoran
a. Sumur yang baik harus memenuhi syarat-syarat 14.15:
1) Syarat lokasi
Untuk menghindari pengotoran yang harus diperhatikan adalah
jarak sumurdengan kakus, lubang galian sampah, lubang galian
untuk limbah dan sumber-sumber pengotoran lainnya tidak kurang
dai 10 meter. Dan bila tidak memungkinkan (kurang dari 10 meter)
konstruksi lubang galian untuk sumber-sumber pengotoran tersebut
dibuat kedap air. Jangan dibuat ditempat yang ada airnya dalam
tanah, dan jangan dibuat di tanah yang rendah yang mungkin
terendam bila banjir (hujan).
2) Syarat konstruksi
a) Sumur gali tanpa pompa
(1) Dinding sumur 3 meter dalamnya dari permukaan tanah
dibuat dari tembok yang tidak tembus air.
(2) Satu setengah meter dinding berikutnya ( sebelah bawahnya
) dibuat dari batas yang ditembok.
(3) Kedalaman sumur dibuat sampai mencapai lapisan tanah
yang mengandung air cukup banyak walaupun musim
kemarau.
(4) Di atas tanah dibuat dinding tembok yang kedap air,
setinggi minimal 70cm.
(5) Lantai sumur dibuat kedap air dan agak miring dan
ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat
atau persegi.
(6) Dasar sumur diberi kerikil agar airnya tidak keruh bila
ditimba.
(7) Permukaan tanah sekitar bangunan sumur dibuat miring
untuk memudahkan pengeringan
18
(8) Saluran pembuangan air limbah dan sekitar sumur dibuat
tembok dan panjangnyaminimal 10 meter.
b) Sumur gali yang dilengkapi pompa
Pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa
hanya disini air sumur diambil dengan menggunakan pompa.
Dalam hal ini kemungkinan pengotoran lebih sedikit dari karena
sumur selalu ditutup.
2.9 Sumur Resapan
Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah
yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam
tanah. Sumur resapan ini kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan
merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan
sumur air minum berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan.
Dengan demikian konstruksi dan kedalamannya berbeda. Sumur resapan
digali dengan kedalaman di atas muka air tanah. Sumur air minum digali
lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah13,14,15.
Secara sederhana sumur resapan diartikan sebagai sumur gali yang
berbentuk lingkaran. Sumur resapan berfungsi untuk menampung dan
meresapkan air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah baik melalui atap
bangunan, jalan dan halaman.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-2453-2002,
dapat diketahui bahwa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah
sumur resapan untuk lahan pekarangan rumah adalah sebagai berikut14,15:
b. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah
berlereng, curam atau labil.
c. Sumur resapan harus dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh
dari septic tank (minimum 5 m diukur dari tepi), dan berjarak
minimum 1 m dari fondasi bangunan.
d. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal 2
m di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table)
tanah minimum 1,5 m pada musim hujan.
19
e. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan
tanah menyerap air) lebih besar atau sama dengan 2,0 cm/jam (artinya,
genagan air setinggi 2 cm akan teresap habis dalam 1 jam), dengan
tiga klasifikasi, yaitu sebagai berikut:
Permeabilitas sedang (geluh kelanauan, 2,0-3,6 cm/jam atau
0,00056-0,001 cm/detik).
Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus, 3,6-36 cm/jam atau
0,001-0,01 cm/detik).
Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar, lebih besar dari 36 cm/jam
atau lebih besar dari 0,01 cm/detik).
2.10 Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah,
keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng-
lereng gunung atau sepanjang tepi sungai. Berdasarkan munculnya
kepermukaan air tanah terbagi atas 2 (dua) yaitu 14:
1. Mata air mengalir (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya
berat sendiri. Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis,
air tanah tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.
2. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan.
Air artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke
permukaan bumi.
Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu
memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai
kemungkinan untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau salju misalnya,
yang berasal dari air angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu,
gas, ataupun meteri-materi yang berbahaya lainnya. Demikian pula air
permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat mineral
ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan (Gabriel, 2001).
2.11 Pencemaran Air
Pencemaran air umumnya terjadi oleh tingkah-laku manusia seperti
oleh zat-zat detergen, asam belerang dan zat-zat kimia sebagai sisa
pembuangan pabrik-pabrik kimia/industri. Pencemaran air juga
20
disebabkan oleh pestisida, herbisida, pupuk tanaman yang merupakan
unsur-unsur polutan sehingga mutu air berkurang 13,14.
Pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor :
KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan
adalah : masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan berubahnya tatanan
air oleh kegiatan manusia atau oleh peruses alam sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang
atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1).
Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam
zat atau kondisi (panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang
telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan
tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena
tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak
sesuai dengan kebutuhan tertentu. Sebagai contoh suatu sumber air yang
mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat
digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga
listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga
(keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Supardi, 2003).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran air bersih,
diantaranya14,15:
a. Jamban
Tanah tersusun dari berbagai jenis material (batu, pasir, dll)
yang akan menyaring bakteri yang melewatinya. Semakin jauh jarak
jamban dengan sumber air bersih, maka jumlah bakteri semakin
sedikit. Namun sebaliknya, jika jarak jarak jamban semakin dekat
dengan sumber air bersih, maka menyebabkan jumlah bakteri
semakin banyak.26
b. Sumber Pencemar
Karakteristik limbah ditentukan oleh jenis sumber pencemar.
Perbedaan karakteristik limbah mempunyai pengaruh yang berbeda
21
pula terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali.25
Jumlah sumber pencemar menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi pencemaran air bersih. Semakin banyak sumber
pencemar dengan jarak maksimal 10 meter, maka semakin besar
pengaruhnya terhadap penurunan kualitas bakteriologis sumur gali.
Ini disebabkan karena faktor yang mempengaruhi tingkat resiko
pencemaran.25
Tingkat risiko pencemaran air sumur gali dibagi menjadi 4
kategori, yaitu sangat tinggi (<25%), tinggi (25-50%), sedang (51-
22
dengan kondisi tidak retak/bocor, mudah dibersihkan, dan tidak
tergenang air.
g. Letak Ember dan Tali Timba
Cara pengambilan air dengan menggunakan timba membuat
sumur selalu dalam keadaan terbuka yang mengakibatkan kotoran
mudah masuk kedalam sumur. Sedangkan letak ember yang
diletakkan di sembarang tempat dapat menjadi sumber pencemar
untuk sumur karena kotoran atau mikroorganisme yang menempel
distribusi.7
i. Kontruksi Dinding Sumur
Dinding bagian dalam sumur gali 3 meter dari permukaan
tanah harus kedap air agar perembasan air permukaan yang telah
tercemar tidak masuk. Sumur yang masih mengandung bakteri
diperkirakan sampai kedalaman 3 meter. Oleh karena itu, dinding
dalam yang melapisi sumur sebaiknya dibuat kedap air dengan
telah tersaring.30
Aliran tanah memberikan pengaruh secara terus menerus
23
air tanah.31 Aliran air yang mengarah kearah berlawanan dengan
pencemaran.32
2.12 Tingkat Resiko Pencemaran Air Sarana Sumur Gali
Air dalam perjalanannya mulai dari sumber asalnya dapat
mengalami resiko pencemaran sebelum sampai ke konsumen melalui
berbagai cara dan sarana penyediaan air minum, mempunyai kemungkinan
besar untuk terjadinya pencemaran air.Pencemaran fisik, kimia,
bakteriologi maupun radio aktif akan berakibat menimbulkan gangguan
kemudian menyempit hingga jarak 115 meter.29 Sumur gali adalah salah
satu konstruksi sumur yang paling umun dan meluas dipergunakan untuk
mengambil air tanah bagi masyarakat sebagai sumber air minum dan air
bersih. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang
24
relatif dekat dari tanah permukaan, oleh karena itu mudah terkena
kontaminasi melalui rembesan.
Kontaminasi paling umum adalah karena rembesan air dari sarana
pembuangan kotoran manusia dan binatang, oleh karenanya perlu
diperhatikan persyaratan fisik kontruksi sumur gali yang memenuhi
syarat seperti.14,15
a. Memiliki bibir sumur yang kedap air dengan tinggi 80 - 100 cm.
b. Memiliki cincin sumur yang kedap air sedalam 300 cm
c. Memiliki lantai sumur kedap air dan memiliki kemiringan yang
mengarahkeluar menuju saluran pembuangan air limbah (SPAL)
d. Memiliki sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang kedap air
a) Septic Tank (terdiri dari 2 bak yang kedap air, di mana bak utama
lebihbesar sebagai tempat penampungan kotoran dan bak kedua
sebagai bak peresapan air dan tertutup).
b) Memiliki dudukan yang kedap air dan leher angsa
c) Memiliki rumah kakus, memiliki cukup air sebagai penggelontor.
2.13 Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media
penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai
macam penularan, terutama penyakit perut 14,15.
Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air
dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya.
Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu 14,15:
8. Water borne disease
25
Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum,
di mana air minum tersebut bila mengandung kuman patogen
terminum oleh manusia maka dapat terjadi penyakit. Di antara
penyakit tersebut adalah: penyakit kholera, penyakit typhoid,
penyakit hepatitis infektiosa, penyakit dysentri dan gastroenteritis.
26
sehingga air tidak mengandung mikroba-mikroba yang
menimbulkan penyakit seperti: infeksi fungus pada kulit,
penyakit conjunctivitis (trachoma) dan sebagainya.
c. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan
selaput lendir.
Penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih
untuk hygiene perseorangan yang ditujukan untuk mencegah
infeksi insekta parasit pada tubuh dan pakaian. Insekta parasit
akan mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila
kebersihan perseorangan dan kebersihan umum tidak terjamin.
Yang termasuk parasit ini adalah Sarcoptes scabies, louse borne
relapsing fever dan sebagainya.
3. Water bashed disease
Adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang
sebagian siklus hidupnya di air seperti schistosomiasis. Larva
schistosoma hidup di dalam keong-keong air. Setelah waktunya larva
ini akan mengubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit atau
kaki manusia yang berada dalam air tersebtu. Dan air ini sangat erat
hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari seperti
menangkap ikan, mandi, cuci dan sebagainya.
4. Water related insect vectors
Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya
tergantung pada air misalnya Malaria, Demam Berdarah, Filariasis,
Yellow fever dan sebagainya. Nyamuk Aedes aegypti yang
merupakan penyakit dengue berkembang dengan mudah bila di
lingkungan tersebut terdapat tempat-tempat genangan atau
penampungan air bersih seperti gentong air, pot dan sebagainya.
2.13.1 Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau
(mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida.
Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik
27
secara langsung yaitu, melalui sentuhan langsung dengan penderita
maupun secara tak langsung atau apapun yang pernah
dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat
tungau sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian
kulit seperti disela-sela jari, siku, selangkangan16
Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren,
penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terajaga,
sanitasi yang buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab
dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Kelainan
kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan16.
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung
maupun kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak
langsung yang saling bersentuhan atau dapat pula melalui alat-alat
seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini
dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita
dengan orang yang sehat. Penularan skabies terjadi ketika orang-
orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan
rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama
dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai
oleh masyarakat luas16.
2.13.2 Diare
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan
patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi.
Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon
dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai
lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen
seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,
tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja
28
rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta
mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear16.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin
yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa
lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak
ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul,
terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada
pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit16.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik
dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan
gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak
dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang
menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah
malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam
magnesium16.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik
absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini
dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin
kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek,
atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti
gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat
menyebabkan diare sekretorik16.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan
mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi
dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti
gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau
akibat radiasi16.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini
terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau
diabetes melitus16.
29
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada
infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja
peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi
bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang
menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif
mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan
atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi
enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu
atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan
mukosa usus16.
1. Adhesi
Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan
antara struktur polimer fimbria atau pili dengan reseptor atau
ligan spesifik pada permukaan sel epitel. Fimbria terdiri atas
lebih dari 7 jenis, disebut juga sebagai colonization factor
antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan pada enteropatogen
seperti Enterotoxic E. Coli (ETEC)
Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada infeksi
Enteropatogenic E.coli (EPEC), yang melibatkan gen EPEC
adherence factor (EAF), menyebabkan perubahan konsentrasi
kalsium intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah
membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang ekstensif tidak
terlihat pada infeksi EPEC ini dan diare terjadi akibat shiga like
toksin. Mekanisme adhesi yang ketiga adalah dengan pola
agregasi yang terlihat pada jenis kuman enteropatogenik yang
berbeda dari ETEC atau EHEC.
2. Invasi
Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran
basolateral sel epitel usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di
dalam fagosom dan menyebar ke sel epitel sekitarnya. Invasi
30
dan multiplikasi intraselluler menimbulkan reaksi inflamasi
serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat
dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin,
dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin
shiga yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini
akan menimbulkan gejala sistemik seperti demam, nyeri perut,
rasa lemah, dan gejala disentri. Bakteri lain bersifat invasif
misalnya Salmonella.
3. Sitotoksin
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang
dihasilkan oleh Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik.
Kuman lain yang menghasilkan sitotoksin adalah
Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC) serogroup 0157 yang dapat
menyebabkan kolitis hemoragik dan sindroma uremik hemolitik,
kuman EPEC serta V. Parahemolyticus.
4. Enterotoksin
Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau
Cholera toxin (CT) yang secara biologis sangat aktif
meningkatkan sekresi epitel usus halus. Toksin kolera terdiri
dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit A1 akan
merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi
cAMP intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan
klorida pada sel vilus serta peningkatan sekresi klorida dan
HCO3 pada sel kripta mukosa usus. ETEC menghasilkan heat
labile toxin (LT) yang mekanisme kerjanya sama dengan CT
serta heat Stabile toxin (ST).ST akan meningkatkan kadar cGMP
selular, mengaktifkan protein kinase, fosforilasi protein
membran mikrovili, membuka kanal dan mengaktifkan sekresi
klorida.
5. Peranan Enteric Nervous System (ENS)
31
Berbagai penelitian menunjukkan peranan refleks neural
yang melibatkan reseptor neural 5-HT pada saraf sensorik
aferen, interneuron kolinergik di pleksus mienterikus, neuron
nitrergik serta neuron sekretori VIPergik.
Efek sekretorik toksin enterik CT, LT, ST paling tidak
sebagian melibatkan refleks neural ENS. Penelitian
menunjukkan keterlibatan neuron sensorik aferen kolinergik,
interneuron pleksus mienterikus, dan neuron sekretorik tipe 1
VIPergik. CT juga menyebabkan pelepasan berbagai sekretagok
seperti 5-HT, neurotensin, dan prostaglandin. Hal ini membuka
kemungkinan penggunaan obat antidiare yang bekerja pada ENS
selain yang bersifat antisekretorik pada enterosit.
2.13.3 Dermatitis
Dermatitis akibat iritan yang terakumulasi misalnya
dermatitis kronis pada tangan yang disebabkan oleh air
dan detergen di antara pencuci piring dan ibu rumah
tangga, dan dermatitis akibat cairan pemotong logam di
antara pekerja logam. Pelarut seperti bahan pengencer dan
minyak tanah bila dipakai tidak semestinya seperti sebagai
pembersih kulit sering menyebabkan dermatitis17.
Dermatitis kontak ialah respon inflamasi akut
ataupun kronis yang disebabkan oleh bahan atau substansi
yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis
kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak
alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis.
Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non
imunologik disebabkan oleh bahan kimia iritan.
Sedangkan, dermatitis alergik terjadi pada seseorang yang
telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen dan
merangsang reaksi hipersensitivitas tipe IV17.
32
Dermatitis kontak iritan adalah suatu peradangan
pada kulit yang disebabkan oleh kerusakan langsung ke
kulit setelah terpapar agen berbahaya. Dermatitis kontak
iritan dapat disebabkan oleh tanggapan phototoxic
misalnya tar, paparan akut zat-zat (asam, basa) atau
paparan kronis kumulatif untuk iritasi ringan (air,
detergen, bahan pembersih lemah). Dermatitis kontak
iritan diklasifikasikan menjadi dermatitis kontak iritan
akut dan dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis)17.
2.13.3.1 Dermatitis kontak iritan akut
Di tempat kerja, kasus dermatitis iritan akut
sering timbul akibat kecelakaan atau akibat
kebiasaan kerja yang buruk, misalnya tidak
memakai sarung tangan, sepatu bot, atau apron
bila diperlukan, atau kurang berhati-hati saat
menangani iritan. Hal ini juga disebabkan
kegagalan pekerja biasanya karena ketidak tahuan
mengenali material korosif. Dermatitis iritan akut
dapat dicegah dan pekerja yang terkena tidak
perlu berpindah pekerjaan. Pendidikan kesehatan
sangat penting disini. Pemakaian sarung tangan,
apro, dan sepatu bot yang kedap air saat bekerja
dapat mencegah terjadinya dermatitis iritan akut.
2.13.3.2 Dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis)
Dermatitis kontak iritan jenis ini disebabkan
kontak kulit berulang dengan iritan lemah. Iritan
lemah menyebabkan dermatitis kontak iritan pada
individu yang rentan saja. Lama waktu sejak
pajanan pertama terhadap iritan dan timbulnya
dermatitis bervariasi antara mingguan hingga
tahunan, tergantung sifat iritan, frekuensi kontak.
33
2.14 Upaya-Upaya Pengolahan Air
Air yang tidak memenuhi syarat untuk langsung diminum perlu
diolah terlebih dahulu, sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat
kesehatan. Pekerjaan ini disebut treatment of water yang dengan
kemampuan ilmu pengetahuan secara teknologi banyak cara
melakukannya. Salah satu cara pengolahan air minum yang dilakukan
adalah dengan cara desinfeksi saja berupa bahan chlor atau kaporit.
Maksudnya desinfeksi adalah untuk membunuh bakteri pathogen sebagai
penyebab penyakit yang penyebarannya melalui air antara lain penyakit
typhus, kholera, dysentri dan malaria18.
Menurut Azrul Azwar (2005), ditinjau dari perlu atau tidaknya
pengolahan air, maka salah satu macam air yang perlu dilakukan
pengolahan air dalam tanah atau air permukaan. Air tersebut diperkirakan
hampir tidak terkontaminasi, mempunyai warna yang jernih dan
mengandung E. coli tidak lebih dari 50 ppm setiap 100 mililiter air hasil
pemeriksaan laboratorium setiap bulan18,19.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005, 183 beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengolahan air dengan cara
desinfeksi air adalah :
1. Daya dalam membunuh mikroorganisme pathogen, yang berjenis
bakteri, virus, protozoa dan cacing.
2. Tingkat kemudahan dalam memantau konsentrasinya dalam air.
3. Kemampuan dalam memproduksi residu yang akan berfungsi
sebagai pelindung kualitas air pada sistim distribusi.
4. Kualitas warna, rasa dan bau dari air yang didesinfeksi.
5. Teknologi pengadaan dan penggunaan yang tersedia.
6. Faktor ekonomi.
Selain itu, kemajuan teknologi pengolahan air lainnya, diantaranya19 :
a. Grey water bio Rotasi
Grey water adalah air limbah yang berasal dari aktivitas
domestik masyarakat. Instalasi pengolahan air limbah grey water bio
rotasi ini terdiri dari sistem bio filter dan taman sanitasi dengan
34
resirkulasi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga untuk
digunakan kembali menjadi air bersih. Teknologi ini menjadi salah
satu teknologi tepat guna untuk penyediaan air bersih mengingat 60-
85% dari penggunaan air bersih, 75%-nya menjadi grey water.
Penelitian Luvita, Sugiarto, dan Wijonarko (2015) melakukan
pengolahan grey water melalui reaksi kimia dengan menggunakan
teknologi oksidasi dan filtrasi di daerah Jakarta Timur. Setelah
diproses dengan menggunakan teknologi oksidasi, maka grey water
yang dihasilkan mengalami penurunan kandungan organik, ammonia,
padatan terlarut, dan BOD sehingga sesuai dengan standar baku mutu
air bersih. Di Indonesia, teknologi ini sudah diterapkan di beberapa
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan.
35
Pengolahan air dengan metode reverse osmosis adalah suatu
sistem pengolahan air dari air yang mempunyai konsentrasi tinggi
melalui membran semipermiabel menjadi air yang mempunyai
konsentrasi rendah dikarenakan adanya tekanan osmosis. Metode ini
merupakan metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai
molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi
tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi
membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat
terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut
murni dapat mengalir ke lapisan berikutnya.
Pengolahan air dengan menggunakan teknologi ini banyak
diaplikasikan pada pengolahan air asin menjadi air bersih (desalinasi),
pemurnian air kotor menjadi air bersih, ataupun pemurnian air limbah
menjadi air bersih. Teknologi RO ini merupakan teknologi yang lebih
baru dibandingkan desalinasi air laut. Desalinasi yang menggunakan
sistem RO lebih kompleks jika dibandingkan sistem RO untuk
memurnikan air tawar.
Dalam proses desalinasi, setelah tahap pre-treatment maka air
laut disalurkan ke membran RO yang bertekanan 55 dan 85 bar. Air
yang ke luar berupa air tawar dan air berkadar garam tinggi (brine
water), untuk selanjutnya air tawar dialirkan ke tahapan post treatment
untuk diolah sesuai standar yang diinginkan. Desalinasi dengan
teknologi RO ini dianggap yang paling rendah konsumsi daya
listriknya diantara sistem desalinasi lainnya. Amerika, Jepang, Israel,
Singapura, dan Sanyol merupakan negara-negara yang telah
memanfaatkan teknologi ini untuk memproduksi air bersih21.
36
BAB III
METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
37
3.1.4. Sampel Penelitian
Penentuan besar sampel dalam sebuah penelitian harus
dilakukan secara tepat. Penghitungan sampel akan tepat jika rumus
besar sampel sesuai dengan metode penelitian serta variabel
penelitian yang dicari. Karena keterbatasan waktu penelitian,
sehingga sampel minimum yg digunakan di penelitian ini adalah 40
sampel.
3.1.4.1 Teknik Sampling
Untuk penarikan sampel digunakan purposive
sampling dengan rumah tangga sebagai unit sampling.
3.1.5. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah subjek penelitian
berusia 25-60 tahun dan bertempat tinggal di RT 1/ RW 13, Desa
Binangun selama > 1 bulan.
38
2 Jumlah Air Banyaknya air yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan air per hari.
3 Asal Sumber Air Sarana warga untuk mendapatkan air yang
digunakan sehari-hari.
4 Jarak Sumur ke Jarak ideal dari sumur ke sumber
Jamban kontaminan (jamban), yaitu 10 meter.
5 Kedalaman Sumur Jarak penggalian sumur dari permukaan
bibir sumur sampai permukaan tanah yang
mengandung banyak air.
6 Saluran Air Pipa atau selang yang berfungsi untuk
menyaluran air dari sumber air menuju ke
rumah warga.
7 Lokasi Sumur Letak pembangunan sumur yang
digunakan warga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
PROMOSI KESEHATAN
1 Pengetahuan Hasil tahu responden mengenai sumber air
Responden mengenai yang tidak layak konsumsi di lingkungan
Sumber Air Tidak tempat tinggal dengan kriteria berasa,
Layak Konsumsi berbau, dan berwarna. Dicatat dalam skala
nominal, berupa tahu dan tidak tahu.
2 Pengetahuan Hasil tahu responden mengenai dampak
Responden mengenai mengonsumsi air dari sumber air yang
Dampak Mengonsumsi tidak layak konsumsi di lingkungan tempat
Air yang Tidak Layak tinggalnya. Dicatat dalam skala nominal,
berupa tahu dan tidak tahu.
3 Pengetahuan Hasil tahu responden mengenai cara
Responden mengenai mengolah air yang tidak layak konsumsi
Cara Mengatasi Air menjadi air yang layak konsumsi, melalui
yang Tidak Layak penyaringan, ditambahkan zat tertentu atau
39
Konsumsi diendapkan. Dicatat dalam skala nominal,
berupa tahu dan tidak tahu.
PHBS
1 Persalinan oleh Nakes Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan (bidan, dokter) atau bagi rumah
tangga yang tidak/belum pernah hamil
mengerti kalau persalinan harus ditolong
oleh tenaga kesehatan.
2 ASI Eksklusif Bayi memperoleh ASI eksklusif sejak usia
0-6 bulan tanpa makanan tambahan lain
atau bagi rumah tangga yang tidak punya
bayi mengerti tentang ASI eksklusif.
3 Penimbangan Balita Balita ditimbangkan secara teratur
(minimal 8 kali setahun) bagi rumah
tangga yang tidak punya balita mengerti
tentang penimbangan balita ( posyandu).
4 Gizi Mengkonsumsi beraneka ragam makanan
dalam jumlah cukup dengan gizi seimbang
(ada sayur dan buah setiap hari).
5 Air bersih Menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari hari (tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna dan tidak keruh).
6 Jamban sehat Menggunakan jamban sehat (leher angsa
dengan septic tank dan jamban cemplung
yang ditutup agar tidak berbau).
7 Aktifitas fisik Melakukan olahraga/aktifitas fisik
minimal 30 menit sehari.
8 Tidak merokok Anggota rumah tangga tidak merokok di
dalam rumah, rumah bebas dari asap
rokok.
9 Cuci tangan Mencuci tangan dengan air bersih dan
pakai sabun, terutama sebelum makan dan
40
sesudah BAB.
10 Pemberantasan sarang Pemeriksaan jentik pada tempat-tempat
nyamuk perkembangbiakan nyamuk (tempat
penampungan air) yang ada di dalam
rumah.
PENYAKIT KULIT
1 Penyakit Kulit Keadaan abnormal pada kulit yang
diakibatkan pemakaian air yang
terkontaminasi
2 Pelayanan ke Upaya yang dilakukan penderita untuk
Puskesmas datang ke puskesmas guna mendapatkan
bantuan tenaga medis
3 Frekuensi Riwayat penderita mengalami
kekambuhan dengan keluhan serupa
selama pemakaian air yang
terkontaminasi
4 Mandi Membasuh anggota tubuh dengan air dan
sabun dan menggosok kulit kemudian
seluruh tubuh disiram sampai bersih
DIARE
1 Diare BAB cair lebih dari tiga kali dalam sehari.
2 Wadah Tempat menyimpan air bersih yang siap
dikonsumsi (teko, termos, dispenser, botol,
dll)
41
Pemilihan sampel menggunakan metode purposive
sampling. Pengambilan sampel dilakukan di RT yang terpilih.
Kemudian dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap
subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
3.5.2. Pengisian Kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara pengumpulan
data dan pencatatan. Data diambil dari jawaban pertanyaan yang
disajikan didalam kuesioner tersebut. Sebelumnya, subjek
diberikan informasi berkenaan dengan tujuan penelitian dan
diminta kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian. Pengisian
kuesioner dipandu oleh peneliti dan dikerjakan dalam satu waktu.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. KESEHATAN LINGKUNGAN
Tabel 4.1. Jumlah dan persentase pencapaian indikator Air Bersih rumah
tangga RT 01 RW 13 Dusun Girimulya Desa Binangun.
43
No Indikator Jumlah %
1 Keadaan Air
a. Berasa 26 65
b. Berwarna 17 42.5
c. Berbau 8 20
d. Keruh 10 25
2 Jumlah Air
a. Cukup 20 50
b. Tidak Cukup 20 50
3 Asal Sumber Air
a. Ledeng 0
b. SGL/SPT 0
c. PMA 1 2.5
d. Air Hujan 2 5
e. Sungai 4 10
f. Sumur Bor 36 90
4 Jarak Sumur Ke Jamban
a. 10 Meter 31 77.5
b. Tidak 10 Meter 9 22.5
5 Kedalaman Sumur
a. ≤ 10 Meter 18 45
b. >10 Meter 21 52.5
c. Kurang tahu 1 2.5
d. Tidak memiliki sumur 2 5
6 Saluran Air
a. Terbuka 3 7.5
b. Tertutup 37 92.5
7 Lokasi Sumur
a. Di belakang rumah 23 57.5
b. Di depan rumah 3 7.5
c. Di sebelah rumah 1 2.5
d. Di dekat rumah 2 5
e. Di seberang sungai 5 12.5
f. Didekat Ciseel 3 7.5
g. Tidak punya sumur 3 7.5
8 Dekat Ternak
a. Ya 1 2.5
b. Tidak 39 97.5
9 Dekat Sampah
a. Ya 1 2.5
b. Tidak 39 97.5
10 Mandi
a. Dari air sumur 40 100
b. Lain-lain 0 0
11 Mencuci
a. Dari air sumur 39 97.5
b. Dari pesantren 1 2.5
44
12 Mengolah Makanan
a. Dari air sumur 11 27.5
b. Dari galon 24 60
c. Dari jerigen 1 2.5
d. Dari pesantren 4 10
13 Minum
a. Dari air sumur 7 17.5
b. Dari galon 29 72.5
c. Dari jerigen 1 2.5
d. Dari pesantren 2 7.5
B. PROMOSI KESEHATAN
Tabel 4.2 Pengetahuan Responden mengenai Sumber Air, Dampak
Mengonsumsi, dan Cara Mengatasi Air Tidak Layak Konsumsi
4 Gizi 28 70 12 30
45
Air Bersih 40 100 0 0
5.
7. Aktivitas fisik 10 25 30 75
Pemberantasan jentik
10.
nyamuk 35 87.50 5 12.50
D. PENYAKIT KULIT
Tabel 4.4 Jumlah Kejadian dan Faktor Risiko Penyakit Kulit RT 01 RW 13
Dusun Girimulya Desa Binangun.
No Pertanyaan Jumlah %
1 Riwayat terkena penyakit kulit
a. Ya 7 17.5
b. Tidak 33 82.5
Jika pertanyaan No. 1 Ya, maka dilanjutkan dengan
pertanyaan 2-5
46
7 Cara mandi
a. Menggunakan sabun 40 100
b. Tidak menggunakan sabun 0 0
8 Kebiasaan menggunakan peralatan pribadi
a. Memakai sendiri 11 27.5
b. Memakai bergantian dengan keluarga 29 72.5
E. DIARE
2 Masak air 38 95 2 5
50
40
30
Ya
20 Tidak
10
0
Kejadian Diare Memasak Air Penyimpanan Air Jamban Septitang Cuci tangan
Tertutup dengan sabun
47
BAB V
PEMBAHASAN
48
Sejumlah 36 KK (90%) mendapatkan sumber air dari sumur bor, 4 KK
(10%) dari sungai, 2 KK (5%) dari air hujan, dan 1 KK (2,5%) dari
Perlindungan Mata Air (PMA). Sebanyak 1 KK dari 4 KK pengguna air
sungai, sudah mempunyai sumur. Namun saat kemarau tidak banyak
menghasilkan air, sehingga mengambil air dari sungai Ciseel untuk
memenuhi kebutuhan air.
Sebagian besar responden (77,5%) memiliki sumur dengan jarak 10
meter dari jamban dan sebagian kecil responden (22,5%) memiliki sumur
dengan jarak tidak 10 meter.
Dari 40 responden yang dilakukan survei, 38 responden memiliki
sumur dan 2 responden tidak memiliki sumur. Dari 38 reponden, sebagian
besar (52,5%) kedalaman sumur sedalam >10 meter, ≤ 10 meter
Sebanyak 37 KK (92,5%) mempunyai sumur dengan dilengkapi saluran
air tertutup untuk menghubungkan air dari sumur ke rumah responden.
Sedangkan 3 KK (7,5%) memiliki saluran air terbuka, yaitu mengambil air
dari sungai, dikarenakan tidak memiliki sumur.
Sebanyak 23 KK (57,5%) lokasi sumur responden berada di belakang
rumah, 5 KK (12,5%) memiliki sumur di seberang sungai Ciseel, 3 KK
(7,5%) di dekat sungan Ciseel, 3 KK (7,5%) di depan rumah dan 2 KK (5%)
di dekat rumah.
Sebagian besar responden (97,5%) memiliki letak sumber air jauh dari
ternak, dan sebagian kecil (2,5%) letak sumber air berada di dekat kandang
ternak.
Sebagian besar responden (97,5%) memiliki sumber air jauh dari
tempat pembuangan sampah dan sebagian kecil (2,5%) letak sumber air
berada di dekat tempat pembuangan sampah. Semua responden (100%)
mandi dengan menggunakan air sumur dikarenakan responden menganggap
air tersebut hanya aman untuk mandi dan mencuci.
Sebagian besar (97,5%) menggunakan air sumur untuk mencuci, dan
sebagian kecil (2,5%) mengambil air dari pesantren untuk mencuci. Sebanyak
24 KK (60%) mengolah makanan dengan menggunakan air galon isi ulang.
49
Sebagian kecil 11 KK (27,5%) dari air sumur, 4 KK (10%) air dari pesantren,
dan 1 KK (2,5%) dari jerigen hasil mengambil air di RW lain.
Sebanyak 29 KK (72,5%) minum dari air galon isi ulang. Sebagian
kecil 7 KK (17,5%) minum dari air sumur, 3 KK (7,5%) dari air yang diambil
di pesantren dekat rumah warga, dan 1 KK (2,5%) dari jerigen hasil
mengambil air di RW lain. Alasan responden mengambil air di pesantren
karena air cenderung tidak berasa asin dan jernih.
50
5.3 PHBS
1) Persalinan dengan Tenaga Kesehatan
Pada variabel pencapaian PHBS rumah tangga di bidang persalinan
dengan bantuan tenaga kesehatan, diketahui bahwa sebagian besar
responden (87.50%) telah melakukan persalinan yang dibantu oleh teaga
kesehatan sedangkan sebagian kecil responden (12.50%) melakukan
persalinan dengan bantuan Paraji. Hasil penelitian diperoleh dari pengisian
kuesioner dan didapatkan bahwa responden sebagian besar sudah
melakukan persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan baik bidan
maupun dokter. Adapun responden yang melahirkan dengan bantuan paraji
adalah responden yang telah berusia lanjut pada saat ini.
2) ASI Eksklusif
Pada variabel ini, sebagian besar responden (87.50%)
memberikan ASI eksklusif kepada anaknya dan sebagian kecil responden
(12.50%) tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Responden yang
tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan ASI yang tidak keluar sama
sekali.
3) Timbang Balita
Pada variabel ini, sebagian besar responden (95%) membawa anak
balitanya ke posyandu untuk ditimbang dan sebagian kecil responden (5%)
tidak membawa anak balitanya ke posyandu.
4) Gizi
Pada variabel ini, sebagian besar responden (70%) mengaku selalu
mengonsumsi sayur dan buah setiap hari dalam seminggu dan sebagian
kecil responden (30%) jarang mengonsumsi sayur dan buah setiap hari
dalam seminggu. Hal ini dikarenakan keterbatasan ekonomi responden
sehingga responden belum bisa mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.
5) Air Bersih
51
Sejumlah 40 rumah tangga (100%) tidak memiliki sumber air
bersih. Sumber air bersih yang ada di daerah tersebut berasa asin dan
keruh.
6) Jamban
Sejumlah 39 rumah tangga (97.50%) memiliki jamban yang sehat,
yaitu jamban yang mempunyai septitank pada masing-masing rumah dan
terdapat beberapa rumah tangga mempunyai septitank bersama yang
dikumpulkan di satu lubang. Sedangkan 1 rumah tangga (2.50%) tidak
memiliki jamban.
7) Aktifitas Fisik
Sejumlah 10 rumah tangga (25%) yang anggota keluarganya
melakukan aktivitas fisik sehari hari/olahraga secara teratur minimal 30
menit sehari. Sementara 30 rumah (75%) ada anggota keluarga yang tidak
melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan
sebagian besar anggota rumah tangga yang tidak melakukan aktifitas
fisik/olahraga menganggap bahwa dengan bekerja sehari-hari termasuk
olahraga.
8) Merokok
Sejumlah 31 rumah tangga (77.50%) tidak merokok didalam rumah
sehingga rumah bebas dari asap rokok. Sementara 9 rumah tangga
(22.50%) merokok didalam rumah sehingga rumah tidak bebas dari asap
rokok.
9) Cuci Tangan
Sejumlah 38 rumah tangga (92.50%) memiliki kebiasaan cuci
tangan sebelum makan dan setelah buang air besar menggunakan sabun.
Sedangkan 2 rumah tangga (7.50%) tidak memiliki kebiasaan cuci tangan
sebelum makan atau setelah BAB dengan sabun.
10) Pemberantasan Sarang Nyamuk
Sejumlah 35 rumah tangga (87.50%) telah melakukan
pemberantasan sarang nyamuk maksimal seminggu sekali. Terdapat 5
rumah tangga (12.50%) belum melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan beberapa rumah yang tidak
52
menguras bak mandi maksimal 1 minggu sekali disebabkan merasa belum
kotornya bak atau penampungan air tersebut.
5.4 Penyakit Kulit
7 responden (17.5%) terkena penyakit kulit, sementara 33 responden
lainnya tidak terkena penyakit kulit (33%) saat menggunakan sumber air
tersebut. Dari 7 responden yang terkena penyakit kulit tersebut, 4 responden
mengeluhkan gatal (57.14%) dan 3 responden mengeluhkan gatal dan
terdapat bintik-bintik kemerahan. Keluhan tersebut dirasakan setiap hari oleh
4 responden (57.14%), 2 kali dalam sebulan oleh 2 responden (25.57%) dan
terjadi saat cuaca sedang panas oleh 1 responden (14.48%). 2 orang
responden mengeluhkan bahwa penyakit kulit serupa dikeluhkan oleh
keluarganya dan 5 orang responden tidak mengelukan bahwa keluarganya
menderita penyakit kulit yang serupa. Dari 7 responden yang terkena penyakit
kulit, 7 responden tersebut (100%) melakukan pemeriksaan ke puskesmas dan
telah mendapatkan pengobatan.
40 orang responden (100%) mandi ≥2 kali dan menggunakan sabun.
Sabun yang dipakai yaitu sabun sendiri sebanyak 11 reponden (27.5%) dan
29 responden (72.5%) menggunakan sabun yang digunakan bergantian
dengan keluarga. Jumlah mandi yakni ≥2 kali dalam sehari serta mandi
menggunakan sabun merupakan cara perawatan kulit yang benar agar terhidar
dari berbagai penyakit kulit24
53
Seluruh keluarga (100%) di Dusun Girimulya Desa Binangun
RT01 RW13 memiliki tempat penampungan air bersih yang tertutup dan
selalu dibersihkan minimal 2 hari sekali.
4) Jamban Saptitank
Sejumlah 39 keluarga (97.5%) di Dusun Girimulya Desa Binangun
RT01 RW13 memiliki jamban dengan saptitank sedangkan 1 keluarga
(2.5%) tidak karena ikut di rumah mertuanya.
5) Cuci Tangan
Seluruh keluarga (100%) di Dusun Girimulya Desa Binangun RT
01 RW13 melakukan cuci tangan dengan sabun setiap hari.
Ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan dari penelitian yang telah
peneliti lakukan. Diantaranya, waktu penelitian yang sempit, warga yang
bekerja diluar rumah sehingga sulit dilakukan wawancara, tidak dilakukannya
pemeriksaan kimia air dikarenakan tidak tersedianya bahan dan alat
pemeriksaan yang memadai.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 40 keluarga di RT1
RW 13 Dusun Girimulya Desa Binangun Kota Banjar dapat disimpulkan
bahwa Analisis kualitas air bersih di daerah tersebut adalah sebagai berikut :
6.1.1 Kesehatan Lingkungan
1. Secara kualitas, air responden tidak memenuhi syarat, yaitu berasa
(65%), berwarna (42%), keruh (25%), dan berbau (20%).
2. Kualitas sumur responden sudah memenuhi syarat pembuatan, yaitu
10 meter dari jauh dari ternak (98%, jauh dari sampah (98%), dan
10 meter dari jamban (77%).
54
3. Kebutuhan air non domestic sebagian tercukupi (50%) dan sisanya
tidak tercukupi (50%).
6.1.2 Promosi Kesehatan
Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai kualitas air tidak
layak minum sudah cukup baik (77,5%). Namun pengetahuan akan
dampak konsumsi dan cara mengatasi air tidak layak minum masih
rendah, yaitu dibawah 50%.
6.1.3 PHBS
1. Terdapat beberapa indikator PHBS rumah tangga di RT 01/ RW 13
Dusun Girimulya Desa Binangun yang telah mencapai target PHBS
Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2015 – 2019 sebesar 80%,
yaitu : Persalinan oleh tenaga kesehatan (87,50%), ASI Eksklusif
(87,50%) , Timbang balita (95%), Jamban (97,50%), Cuci tangan
(92,50%) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (87,50%)
2. Terdapat beberapa indikator PHBS rumah tangga di RT 01/ RW 13
Dusun Girimulya Desa Binangun yang belum mencapai target
PHBS Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2015 – 2019 sebesar
80%, yaitu : Gizi (70%), Air bersih (100%), Aktifitas fisik (75%)
dan Tidak Merokok didalam rumah (22,50%)
6.1.4 Penyakit Kulit
1. Kejadian penyakit kulit di daerah tersebut sebesar 7 orang (17%)
dengan keluhan gatal dan terdapat bintik-bintik.
2. 40 orang responden (100%) mandi ≥2 kali dan menggunakan
sabun. Jumlah mandi yakni ≥2 kali dalam sehari serta mandi
menggunakan sabun merupakan cara perawatan kulit yang benar
agar terhidar dari berbagai penyakit kulit.
3. Aspek perilaku kepedulian masyarakat terhadap kesehatan sudah
tergolong baik. Hal ini dibuktikan dengan dari 7 responden yang
terkena penyakit kulit, 7 responden tersebut (100%) melakukan
pemeriksaan ke puskesmas dan telah mendapatkan pengobatan
6.1.5 Penyakit Diare
55
Angka kejadian penyakit menular melalui air yaitu diare di daerah
tersebut sebesar 3 keluarga (7.5%) dengan factor risiko yang minimal
dan tidak adanya pengaruh dari kualitas air bersih.
6.2. Saran
1. Perlu adanya pembahasan pada forum dalam rangka peningkatan
pengetahuan masyarakat mengenai Air Bersih.
2. Perlu dilakukan pencerdasan kepada masyarakat tentang bagaimana
mengelola air bersih berupa promosi kesehatan.
3. Perlu adanya pencerdasan mengenai factor-faktor yang mendukung
terbentuknya lingkungan yang sehat seperti sosialisasi PHBS rumah
tangga, penyuluhan penyakit menular dan tidak menular dengan media
air
4. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap sumber air bersih di RT1 RW13
Dusun Girimulya Desa Binangun Kota Banjar
5. Mengadakan pertemuan rutin dengan pihak terkait membahas kesehatan
lingkungan di RT1 RW13 Dusun Girimulya Desa Binangun Kota
Banjar melalui pembinaan dan pemberdayaan masyarakat.
6. Pemberian penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat mengenai
dampak mengonsumsi air yang tidak sesuai kriteria kesehatan.
7. Pemberian penyuluhan kepada masyarakat mengenai cara pengolahan
air tidak layak minum.
8. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait akan permasalahan air
minum di lingkungan RT 1/RW 13 Ds Binangun.
9. Melakukan penelitian lanjutan mengenai kualitas sumber air dan
kualitas tanah.
56
57