Anda di halaman 1dari 13

Pengayaan

Anemia Defisiensi Besi

Oleh:
Bergitha Inawa Galla M – 1161050256
Amelia – 1261050170

Pembimbing:
dr. Syilvia Jiero, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD PASAR MINGGU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 15 MEI – 10 JUNI 2017
JAKARTA
1
Definisi
• Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia akibat kekurangan zat besi untuk
sintesis hemoglobin,
• Dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling banyak pada anak dan
menyebabkan masalah kesehatan yang paling besar di seluruh dunia terutama di
negara sedang berkembang termasuk Indonesia.

2
Epidemiologi
• Prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak karena:
• terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak
yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan,
• atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang.
• Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat:
• percepatan tumbuh,
• asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat
menstruasi pada remaja puteri.
• Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian anemia defisiensi besi
(ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%.
• Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan
48,1%.
3
Peran zat besi dalam tubuh
• Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system saraf yaitu
diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme
saraf.
• Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan
seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi
ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi
terjadi pada masa kehamilan maka akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas
bayi.

4
Penyebab defisiensi besi menurut umur
• Bayi kurang dari 1 tahun
• Cadangan besi kurang, a.l. karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa
suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan.
• Alergi protein susu sapi
• Anak umur 1-2 tahun
• Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih.
• Obesitas
• Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis.
• Malabsorbsi.
• Anak umur 2-5 tahun
• Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu berlebihan.
• Obesitas
• Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis baik bakteri, virus ataupun parasit).
• Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel / poliposis dsb).
• Anak umur 5 tahun-remaja
• Kehilangan berlebihan akibat perdarahan(a.l infestasi cacing tambang) dan
5
• Menstruasi berlebihan pada remaja puteri.
Penegakkan Diagnosa

1. Anamnesis:
• Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan
• Mudah lelah, lemas, mudah marah, tidak ada nafsu makan, daya tahan
tubuh terhadap infeksi menurun, serta gangguan perilaku dan prestasi
belajar.
• Gemar memakan makanan yang tidak biasa (pica) seperti es batu, kertas,
tanah, rambut
• Memakan bahan makanan yang kurang mengandung zat besi, bahan
makanan yang menghambat penyerapan zat besi seperti kalsium dan fitat
(beras, gandum), serta konsumsi susu sebagai sumber energi utama sejak
bayi sampai usia 2 tahun (milkaholics)
• Infeksi malaria, infestasi parasit seperti ankylostoma schistosomia

6
Penegakkan Diagnosa

2. Pemeriksaan Fisik
• Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh
keluaraga. Bila kadar Hb <5 g/dL ditemukan gejala iritabel dan anoreksia.
• Pucat ditemukan bila kadar Hb <7 g/dL
• Tanpa organomegali
• Dapat ditemukan koilonikia, glositosis, stomatitis angularis, takikardia,
gagal jantung, protein-losing enteropathy
• Rentan terhadap infeksi
• Gangguan pertumbuhan
• Penurunan aktivitas kerja

7
Penegakkan Diagnosa
3. Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap yang terdiri dari: Hb rendah, MCV, MCH dan MCHC rendah. Red cell distribution width (RDW) yang lebar
dan MCV yang rendah merupakan salah satu skrining defisiensi besi.
• Nilai RDW tinggi > 14.5% pada defisiensi besi, bila RDW normal (<13%) pada talasemia trait.
• Ratio MCV/RBC (Mentzer index) >> 13 dan bila RDW index (MCV/RBC x RDW) 220, merupakan tanda anemia
defisiensi besi, sedangkan jika < 220 merupakan tanda talasemia trait.
• Apusan darah tepi: mikrositik, hipokromik, anisositosis, dan poikilositosis.
• Kadar besi serum yang rendah, TIBC, serum ferritin < 12ng/mL dipertimbangkan sebagai diagnostik defisiensi besi.
• Nilai retikulosit: normal atau menurun, menunjukkan produksi sel darah merah yang tidak adekuat
• Serum transferrin receptor (STfR): sensitif untuk menentukan defisiensi besi, mempunyai nilai tinggi untuk
membedakan anemia defisiensi besi dan anemia akibat penyakit kronik
• Kadar zinc protoporphyrin (ZPP) akan meningkat
• Terapi besi (therapeutic trial): respons pemberian preparat besi dengan dosis 3 mg/kgBB/hari, ditandai dengan
kenaikan jumlah retikulosit antara 5–10 hari diikuti kenaikan kadar hemoglobin 1 g/dL atau hematokrit 3% setelah 1
bulan menyokong diagnosis anemia defisiensi besi. Kira-kira 6 bulan setelah terapi, hemoglobin dan hematokrit dinilai
kembali untuk menilai keberhasilan terapi.
Pemeriksaan penunjang tersebut dilakukan sesuai dengan fasilitas yang ada. 8
Penegakkan Diagnosa

• Kriteria diagnosis ADB menurut WHO:


1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata 31% (N: 32-35%)
3. Kadar Fe serum < 50µg/dL (N: 80-180 µg/dL)
4. Saturasi transferin <15% (N: 20-50%)

• Kriteria ini harus dipenuhi, paling sedikit kriteria nomor 1, 3, dan 4. Tes yang paling efisien
untuk mengukur cadangan besi tubuh yaitu ferritin serum.

• Bila sarana terbatas, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:


• Anemia tanpa perdarahan
• Tanpa organomegali
• Gambaran darah tepi: mikrositik, hipokromik, anisositosis, sel target
• Respons terhadap pemberian terapi besi
9
Tatalaksana
• Mengetahui faktor penyebab: riwayat nutrisi dan kelahiran, adanya perdarahan yang abnormal,
pasca pembedahan.
• Preparat Besi
• Preparat yang tersedia ferous sulfat, ferous glukonat, ferous fumarat, dan ferous suksinat. Dosis
besi elemental 4-6 mg/kgBB/hari. Respons terapi dengan menilai kenaikan kadar Hb/Ht setelah
1 bulan, yaitu kenaikan kadar Hb sebesar 2 g/dL atau lebih.
• Bila respons ditemukan, terapi dilanjutkan sampai 2-3 bulan.
• Komposisi besi elemental:
• Ferous fumarat: 33% merupakan besi elemental
• Ferous glukonat: 11.6% merupakan besi elemental
• Ferous sulfat: 20% merupakan besi elemental
• Transfusi darah
• Jarang diperlukan, hanya diberi pada keadaan anemia yang sangat berat dengan kadar Hb < 4
g/dL. Komponen darah yang diberi PRC.
10
Pencegahan
• Pencegahan Primer
• Mempertahankan ASI eksklusif hingga 6 bulan
• Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun
• Menggunakan sereal/makanan tambahan yang difortifikasi tepat pada waktunya, yaitu sejak usia 6
bulan sampai 1 tahun
• Pemberian vitamin C seperti jeruk, apel pada waktu makan dan minum preparat besi untuk
meningkatkan absrobsi besi, serta menghindari bahan yang menghambat absorbsi besi seperti teh,
fosfat, dan fitat pada makanan.
• Menghindari minum susu yang berlebihan dan meningkatkan makanan yang mengandung kadar
besi yang berasal dari hewani.
• Pendidikan kebersihan lingkungan.

11
Pencegahan
• Pencegahan Sekunder
• Skrining ADB
• Skrining ADB dilakukan dengan pemeriksaan Hb atau Ht, waktunya disesuaikan dengan berat badan lahir dan usai bayi.
Waktu yang tepay masih kontroversial. American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan antara usia 9-12 bulan, 6 bulan
kemudian, dan usia 24 bulan. Pada daerah dengan risiko tinggi dilakukan tiap tahun sejak usia 1 tahun sampai 5 tahun.
• Skrining dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan MCV, RDW, ferritin serum, dan trial terapi besi. Skrining dilakukan sampai
usia remaja.
• Nilai MCV yang rendah dengan RDW yang lebar merupakan salah satu alat skrining ADB.
• Skrining yang paling sensitif, mudah dan dianjurkan yaitu zinc erythrocyte protopotphyrin (ZEP).
• Bila bayi dan anak diberi susu sapi sebagai menu utama dan berlebihan sebaiknya dipikirkan melakukan skrining untuk
deteksi ADB dan segera memberi terapi.
• Suplemen besi
Merupakan cara paling tepat untuk mencegah terjadianya ADB di daerah dengan prevalens tinggi. Dosis besi elemental yang
dianjurkan:
• Bayi berat lahir normal dimulai sejak usia 6 bulan dianjurkan 1 mg/kgBB/hari
• Bayi 1.5-2.0 kg: 2 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu.
• Bayi 1.0-1.5 kg: 3 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu.
• Bayi < 1 kg: 4 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu.
• Bahan makanan yang sudah difortifikasi seperti susu formula untuk bayi dan makanan pendamping ASI seperti sereal.
12
13

Anda mungkin juga menyukai