Anda di halaman 1dari 4

ANEMIA DEFISIENSI BESI

PADA BAYI DAN ANAK

Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di
seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita.

Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa
kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan
tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena
penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang. Selain itu ADB juga banyak ditemukan
pada masa remaja akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat
oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puteri.
ADB pada anak akan memberikan dampak yang negatif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Selain itu berkurangnya kandungan besi dalam tubuh juga
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan organ tubuh akibat oksigenasi ke jaringan
berkurang. Masalah yang paling penting yang ditimbulkan oleh defisiensi besi yang
berlangsung lama, adalah menurunkan daya konsentrasi dan prestasi belajar pada anak.

Peran Zat Besi Dalam Tubuh


Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system saraf yaitu
diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme saraf.
Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan
seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi
ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi
terjadi pada masa kehamilan maka akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.

Saat lahir, bayi memiliki Hb dan cadangan zat besi yang tinggi karena zat besi ibu mengalir
aktif melalui plasenta ke janin tanpa perduli status besi sang ibu.
Setelah lahir akan terjadi 3 tahap, yaitu:
1. Usia 6-8 minggu akan terjadi penurunan kadar Hb sampai 11 g/dl, karena eritropoeisis
berkurang dan umur sel darah merah janin memang pendek
2. Mulai umur 2 bulan, Hb akan meningkat sampai 12,5 g/dl, saat ini eritorpoeisis mulai
meningkat dan cadangan besi mulai dipakai (deplesi)
3. Diatas usia 4 bulan cadangan besi mulai berkurang dan dibutuhkan zat besi dari makanan.

Pada bayi aterm, deplesi jarang terjadi sebelum usia 4 bulan, dan anemia juga jarang terjadi
bila mulai dikenalkan makanan saat usia 4-6 bulan. Tetapi pada bayi premature, deplesi dapat
terjadi pada usia 3 bulan karena pertumbuhan lebih cepat dan cadangan besi memang lebih
sedikit.

Penyebab Defisiensi Besi


Beberapa faktor yang dapat memicu kekurangan zat besi pada manusia adalah status
hematologik ibu hamil, Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), Bayi kembar, Infeksi,
Infestasi parasit.
Sedangkan faktor faktor yang dapat menjadi penyebab kekurangan zat besi pada anak adalah:
1. Pertumbuhan yang cepat
2. Pola makanan.
Susu merupakan sumber kalori utama bayi. Zat besi pada ASI merupakan zat besi yang
mudah diserap, tetapi zat besi pada susu formula memiliki bentuk ikatan non-heme
sehingga lebih sulit diserap oleh usus. Pada bayi aterm, pemberian ASI saja sampai usia 6
bulan masih dapat memenuhi kebutuhan zat besi bayi, tetapi tidak bagi bayi premature.
Komposisi makanan kita yang lebih banyak mengandung sereal/serat juga berperan
dalam penyerapan zat besi. Besi pada serat bersifat non-heme dan serat sendiri dapat
menghambat penyerapan zat besi.
3. Infeksi.
4. Kuman penyebab infeksi menggunakan zat besi untuk pertumbuhan dan multiplikasinya.
Sehingga anak yang sering infeksi dapat menderita kekurangan zat besi
5. Perdarahan saluran cerna
6. Malabsorbsi (gangguan penyerapan makanan dalam usus)

Penyebab defisiensi besi berdasarkan umur


1. Bayi kurang dari 1 tahun
a. Cadangan besi kurang, a.l. karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar,
ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat
dan anemia selama kehamilan.
b. Alergi protein susu sapi

2. Anak umur 1-2 tahun


a. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni
berlebih.
b. Obesitas
c. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis.
d. Malabsorbsi.

3. Anak umur 2-5 tahun


a. Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau
minum susu berlebihan.
b. Obesitas
c. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis baik bakteri, virus ataupun
parasit).
d. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel / poliposis dsb).

4. Anak umur 5 tahun-remaja


a. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan(a.l infestasi cacing tambang) dan
b. Menstruasi berlebihan pada remaja puteri.
MENCEGAH ANEMIA DEFISIENSI BESI
PADA ANAK

Usaha sederhana mencegah ADB adalah dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat
besi. Usahakan bayi mendapat air susu ibu eksklusif. Untuk bayi baru lahir, ibu ibu harus
menggalakkan ASI sampai 4-6 bulan. Setelah usia 6 bulan apabila tidak mendapat air susu ibu
sebaiknya diberi susu formula yang difortifikasi zat besiserta hindari minum susu segar sapi
yang berlebihan. Pemberian tambahan zat besi dianjurkan pula sejak bayi sampai usia remaja,
diberikan sebagai usaha pencegahan terhadap anemis.
Banyak bahan makanan di sekitar kita yang kaya kandungan zat besidan mudah absorbsi
besinya. Sayuran berdaun hijau seperti selada air, kangkung, brokoli, bayam hijau, buncis dan
kacang-kacangan kaya akan zat besi. Bahan makanan hewani seperti daging merah dan
kuning telur juga kaya zat besi dan lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan sumber
nabati.Dalam proses pengolahan bahan makanan, sangat perlu diperhatikan pengolahan yang
baik dan benar sehingga kandungan zat makanan misalkan zat besi tidak berkurang dari bahan
makanan tersebut.

Apakah ADB Dapat Diobati?


Tentu saja ADB dapat dan harus segera diobati bila diagnosis sudah ditegakkan. Pada
keadaan anemia defisiensi zat besi dapat diberikan preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/
feroglukonat), diberikan diantara waktu makan pengobatan dilanjutkan sampai 2-3 bulan
setelah kadar Hb normal untuk mengisi cadangan besi dalam tubuh. Dengan pemberian yang
teratur, kadar Hb akan meningkat 1 g/dl tiap 1-2 minggu. Penyerapan dapat ditingkatkan
dengan pemberian vitamin C. Penyerapan akan berkurang akibat zat tannin (teh), susu, telur,
fitat dan fosfat yang terdapat dalam tepung gandum. Setelah kadar besi normal di dalam
tubuh, penting untuk ibu ibu untuk mencegah agar tidak sampai jatuh dalam keadaan anemia
lagi.
Anak yang mengalami ADB biasanya terlihat mudah lelah, lemas, dan pucat. Anak sering kali
sulit berkonsentrasi saat belajar sehingga prestasinya menurun. Pada keadaan anemia berat,
dapat terjadi kegagalan jantung yang membahayakan jiwa.
Apabila Anda menemukan gejala anemia seperti itu pada anak Anda, sebaiknya segera
diperiksakan ke dokter. Pemeriksaan darah rutin dan kadar besi dalam darah perlu dilakukan
segera agar pengobatan dapat diberikan.

Di RS Palang Biru Kutoarjo terdapat Poli Anak yang dilayani oleh dr. Sulistyo Suharto, Sp. A
setiap hari Senin s.d. Sabtu mulai pukul 13.00 WIB s.d. selesai. Apabila anak Anda
mengalami gejala yang lebih berat bisa langsung dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS
Palang Biru yang selalu buka 24 jam. Kami pastikan anak Anda akan kami tangani secara
cepat dan tepat.

Meskipun RS Palang Biru Kutoarjo adalah rumah sakit swasta, pasien tidak perlu khawatir
atau takut untuk periksa karena mutu pelayanan di RS Palang Biru Kutoarjo telah
terakreditasi PARIPURNA oleh KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit).
RS Palang Biru Kutoarjo dapat melayani pasien yang terdaftar sebagai anggota BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk Anda yang mengalami kecelakaan lalu lintas,
RS Palang Biru Kutoarjo juga telah bekerjasama dengan PT. Jasa Raharja. Selain itu, RS
Palang Biru Kutoarjo juga bekerja sama dengan perusahaan asuransi lainnya, antara lain Sinar
Mas, Prudential, AdMedika, KAI, BNI Life dan masih banyak lagi.

Salam sehat!

Anda mungkin juga menyukai