Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI

Oleh :

Rina Sari D.K


Nutrisionis Puskesmas Wadaslintang 1

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Makalah yang berjudul
“Anemia Defisiensi Zat Besi” dapan disusun melauli beberapa sumber yaitu
melalui media pustaka dan media internet.

Makalah ini dibuat sebagai bahan untuk dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang Anemia Defisiensi Zat Besi.

Kritik dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi sangat


diharapkan demi peningkatan makalah ini sehingga dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pembaca.

Wonosobo, 5 Desember 2022

Penulis
i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................ ii

BAB 1 Pendahuluan ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................... 1


B. Rumusan Masalah......................................................... 1

BAB 2 Pembahasan ..................................................................... 2

A. Pengertian Anemia Defisiensi Zat Besi ..................... 2


B. Penyebab Balita terkena Anemia Defisiensi Zat Besi .. 3
C. Gejala Balita yang terkena Anemia Defisiensi Zat Besi 4
D. Cara Pengobatan Anemia Defisiensi Zat Besi .............. 4

BAB 3 Kesimpulan ...................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kata Anemia sudah tidak asing lagi bagi para tokoh dunia, ilmuwan,
tokoh pendidikan, pendidik, maupun peserta didik. Banyak definisi definisi
yang dipaparkan oleh para tokoh dunia, maupun tokoh nasional, juga
pemaparan dari gejala dan cara mengatasi Anemia Defisiensi Zat Besi pada
anak.

Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan  masalah defisiensi nutrien


tersering pada anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang
termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh penderita. Dalam makalah ini nantinya akan dijelaskan penyebab,
akibat, dan juga cara mengatasi balita yang terkena Anemia Defisiensi Zat
Besi.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud Anemia Defisiensi Zat Besi?


2. Apa penyebab balita terserang Anemia Defisiensi Zat Besi?
3. Bagaimana Gejala balita yang terkena Anemia Defisiensi Zat Besi?
4. Bagaimana cara pengoabatan balita yang terserang Anemia Defisiensi
Zat Besi?

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI


Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) di bawah normal. Sedangkan Anemia Defisiensi Besi
merupakan anemia yg disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis
hemoglobin. Berdasarkan hasil penelitian oleh beberapa lembaga kesehatan di
Indonesia, prevelensi anemia pada wanita hamil 50-70% dan balita 30-40%.
Pada balita, Anemia Defisiensi Besi akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan serta mempengaruhi fungsi tubuh secara normal.
Balita akan mudah terserang penyakit karena penurunan daya tahan tubuh.
Berikut ini batasan normal kadar hemoglobin.
Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi
dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat
kehamilan dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai
rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu formula
dengan kadar besi kurang. Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa
remaja akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak adekuat dan
diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puteri. Data
SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB . Angka kejadian anemia
defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survai
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB
pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar
61,3%, 64,8% dan 48,1%.
Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system
saraf yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter,
dendritogenesis dan metabolism e saraf.

2
Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku
dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energy bagi otot
sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama
pada remaja. Bila kekuranganm zat besi terjadi pada masa kehamilan maka
akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.

B. PENYEBAB BALITA TERSERANG ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI


1. Bayi kurang dari 1 tahun
a. Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah,
prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa suplementasi besi,
susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama
kehamilan.
b. Alergi protein susu sapi
2. Anak umur 1-2 tahun
a. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau
minum susu murni berlebih.
b. Obesitas
c. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis.
d. Malabsorbsi.
3. Anak umur 2-5 tahun
a. Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe
jenis heme atau minum susu berlebihan.
b. Obesitas
c. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis baik bakteri,
virus ataupun parasit).
d. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel /
poliposis dsb).
4. Anak umur 5 tahun-remaja
a. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan(a.l infestasi cacing
tambang) dan
b. Menstruasi berlebihan pada remaja puteri.
3
C. GEJALA BALITA YANG TERKENA ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI
Balita yang menderita anemia defisiensi besi akan terlihat pucat, lesu, dan
tidak bergairah. Jika tidak segera diatasi, balita tersebut akan mengalami
ganguan tumbuh kembang seperti gangguan nafsu makan, kuku seperti
sendok, dan ganguan belajar. Tranfusi darah tidak rutin diberikan pada balita
dengan anemia defisiensi besi, kecuali dia mengalami keadaan yang berat
atau kadar Hbnya sangat rendah.

D. CARA PENGOBATAN BALITA YANG TERKENA ANEMIA


DEFISIENSI ZAT BESI
Pengobatan anemia defisiensi besi, yang utama adalah pemberian obat
yang mengandung zat besi dan makanan yang banyak mengandung zat besi.
Seperti, daging berwarna merah dan hati ayam. Periksa kembali darah balita.
Jika ternyata Hb-nya sangat rendah, mungkin memang perlu tranfusi darah.

Penanganan anak dengan anemia defisiensi besi yaitu


1. Mengatasi faktor penyebab.
2. Pemberian preparat besi
a. Oral
1. Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan
dosis 3 mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah
makan dibagi dalam 2 dosis.
2. Diberikan sampai 2-3 bulan sejak Hb kembali normal
3. Pemberian vitamin C 2X50 mg/hari untuk meningkatkan
absorbsi besi.
4. Pemberian asam folat 2X 5-10 mg/hari untuk meningkatkan
aktifitas eritropoiesis
5. Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi (teh, susu
murni, kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan
kloramfenikol.
4
6. Banyak minum untuk mencegah terjadinya konstipasi (efek
samping pemberian preparat besi)

b. Parenteral
Indikasi:
1. Adanya malabsorbsi
2. Membutuhkan kenaikan kadar besi yang cepat (pada pasien
yang menjalani dialisis yang memerlukan eritropoetin)
3. Intoleransi terhadap pemberian preparat besi oral
Pencegahan dalam hal Pendidikan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat :
a. Tentang gizi dan jenis makanan yang mengandung kadar
besi yang tinggi dan absorpsi yang lebih baik misalnya
ikan, hati dan daging.
b. Kandungan besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan
dengan susu sapi tetapi penyerapan/bioavailabilitasnya
lebih tinggi (50%). Oleh karena itu pemberian ASI ekslusif
perlu digalakkan dengan pemberian suplementasi besi dan
makanan tambahan sesuai usia.
c. Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi bakteri /
infestasi parasit sebagai salah satu penyebab defisiensi besi.
5
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia Defisiensi Besi merupakan anemia yg disebabkan kurangnya zat
besi untuk sintesis hemoglobin. Pada balita, Anemia Defisiensi Zat Besi akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan serta mempengaruhi
fungsi tubuh secara normal. Anemia Defisiensi Zat Besi yang dialami oleh balita
biasanya disebabkan balitakurang mendapat sumber besi pada makanannya.
Pengobatan Anemia Defisiensi Zat Besi yang utama adalah pemberian obat yang
mengandung Zat Besi. Seperti daging berwarna merah dan hati ayam.
6
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Anonym. 2015. Anemia Defisiensi Besi. www.alodokter.com. (diakses 12 maret
2015).
Anonym. Anemia Defisiensi Besi. Last3artree.files.wordpress.com. (diakses 12
maret 2015).
Anonym. Balita Anemia Defisiensi Besi. www.ayahbunda.com. (diakses 12 maret
2015).
7

Anda mungkin juga menyukai