Anda di halaman 1dari 17

NCP KOMUNITAS

MAKALAH ANEMIA GIZI BESI

OLEH :

 Clara Natalia (PO.62.31.3.18.204)


 Deri Septia Tita (PO.62.31.3.18.205)
 Lolae Natalia (PO.62.31.3.18.214)
 Nanik Pratiwi (PO.62.31.3.18.218)
 Nurita Putri (PO.62.31.3.18.223)
 Sri Utami (PO.62.31.3.18.233)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ANEMIA GIZI BESI ”
dengan baik. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah
memberikan arahan dan bimbingan demi menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sebelumnya kami meminta maaf apabila di dalam makalah ini banyak kesalahan-kesalahan
dalam pengetikan. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi
kita semua. Sekian dan terima kasih.

Palangkaraya, 17 Januari 2020

i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.....................................................................................................................................
Latar Belakang ..........................................................................................................1
1.2.....................................................................................................................................T
ujuan ..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.....................................................................................................................................P
engertian Anemia Zat Besi ........................................................................................3
2.2.....................................................................................................................................P
enyebab Anemia Zat Besi .........................................................................................3
2.3.....................................................................................................................................D
ampak Anemia Zat Besi ............................................................................................6
2.4.......................................................................................................................Program
Gizi Yang Dilaksanakan Saat Ini Untuk Mengatasi Masalah Anemia .......8
2.5.......................................................................................................................Presentase
Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Tambah Darah (Fe) di Kalteng ............12
BAB III PENUTUP
3.1.....................................................................................................................................K
esimpulan .................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah
lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis
kelamin. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang berfungsi mengangkut
oksigen dan karbondioksida dalam tubuh.
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah
generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus
dilakukan sejak dini, secara sistematis dan berkesinambungan. Kualitas
bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini(Judarwanto,
2010).Usia anak sekolah dasar di Indonesia lazimnya yaitu umur 7-12 tahun,
sedangkan WHO menyebutkan bahwa anak sekolah dasar adalah anak yang berusia
antara 7-15 tahun, kelompokini rentan terhadap empat masalah gizi di Indonesia.
Masalah gizi di Indonesia yang muncul sebagai akibat kebiasaan makan yang salah
pada anak usia sekolah adalah Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Energi Protein (KEP) dan
Anemia.
Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan
awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan
dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari
makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang. Selain itu
ADB juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat percepatan tumbuh, asupan
besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada
remaja puteri. Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian
anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8%
dan 48,1%.

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi
terutama anemia defisiensi besi. Wanita hamil berisiko tinggi mengalami anemia
defisiensi besi karena kebutuhan zat besi meningkat secara signifikan selama
kehamilan. Pada masa kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih
banyak dibandingkan saat tidak hamil menginjak triwulan kedua sampai dengan
triwulan ketiga. Pada triwulan pertama kehamilan, kebutuhan zat besi lebih rendah
disebabkan jumlah zat besi yang ditransfer ke janin masih rendah.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi usia 0-6 bulan. ASI
yang diproduksi dipengaruhi oleh asupan makan dan riwayat gizi ibu. Anemia
merupakan salah satu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan
mikronutrien seperti zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Anemia ibu akan
berhubungan dengan performa ibu, kualitas dan kuantitasASI yang akan berpengaruh
pada status gizi bayi.

1.2. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian dari anemia
2. Agar mahasiswa mengetahui penyebab dan dampak dari anemia
3. Agar mahasiswa mampu melakukan program gizi dalam mencegah dan mengatasi
masalah anemia gizi besi
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Anemia Zat Besi


Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul, karena kekurangan zat besi sehingga
pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu. Anemia
terjadi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam tubuh tidak
adekuat sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik di dalam tubuh. Anemia ditandai
dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin atau hematokrit nilai ambang batas
yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan
hemoglobin, meningkatnya kerusakan eritrosit, atau kehilangan darah yang
berlebihan. Defisiensi Fe berperan besar dalam kejadian anemia, namun
defisiensi zat gizi lainnya, kondisi nongizi, dan kelainan genetik juga
memainkan peran anemia. Defisiensi Fe diartikan sebagai keadaan biokimia Fe yang
abnormal disertai atau tanpa keberadaan anemia.
Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin dan tempat
tinggal. Kriteria anemia menurut WHO (1968) sebagai berikut :
Kriteria Kadar Hb
Laki – laki dewasa < 13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl
Wanita hamil < 11 g/dl
Anak umur 6 – 14 tahun < 12 g/dl
Anak umur 6 bulan – 6 tahun < 11 g/dl

2.2. Penyebab Anemia Zat Besi


Anemia terjadi karena berbagai penyebab yang berbeda di setiap wilayah.
Terdapat beberapa faktor yang sering menyebabkan kejadian anemia, pertama adalah
rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya, yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi makanan sumber zat besi. Zat gizi lain yang menyebabkan terjadinya
anemia adalah kekurangan vitamin A, vitamin C, asam folat, riboflavin, dan
vitamin B12. Kedua, penyerapan zat besi yang rendah, disebabkan komponen
penghambat di dalam makanan seperti fitat.
3

a. Penyebab Anemia Pada Anak Sekolah


Ketika seseorang terkena anemia, sel dan jaringan tubuh akan kekurangan
asupan oksigen sehingga memengaruhi kinerja tubuh. Zat besi juga berperan
penting dalam menjaga fungsi otot, menghasilkan energi, dan perkembangan
otak. Akibatnya, anak dengan defisiensi zat besi mungkin mengalami kesulitan
belajar dan masalah perilaku.
Masalah ini juga dapat terjadi pada anak yang gemar pilih-pilih makanan
sehingga mereka mungkin tidak mendapat asupan zat besi yang cukup. anemia
lebih umum di kalangan anak sekolah yang melewatkan makan pagi atau
tidak makan sayuran hijau dan buah-buahan. Terkadang kondisi ini juga
didukung oleh orang tua yang kesulitan menemukan makanan sehat yang tinggi
zat besi. Anak-anak atau remaja yang vegetarian juga berpotensi kekurangan zat
besi, karena zat besi yang terkandung dalam daging lebih mudah diserap daripada
zat besi dalam sayuran.

b. Penyebab Anemia Pada Balita


Masalah yang dialami oleh balita sering disebabkan karena terlalu banyak
minum susu sapi lebih dari 24 ons sehari atau kurang mengonsumsi makanan
kaya zat besi, seperti daging merah dan sayuran berdaun hijau. Masalah ini dapat
terjadi pada anak yang gemar pilih-pilih makanan, sehingga ia tidak mendapatkan
asupan zat besi yang cukup.

c. Penyebab Anemia Pada Remaja Putri


Penyebab anemia pada remaja putri adalah Pertumbuhan yang cepat, Ketidak
cukupan asupan makanan kaya zat besi atau makanan sumber vitamin C,
Melakukan diet vegan, Melakukan diet yang membatasi asupan kalori, Sering
melewatkan waktu makan, Suka melakukan olahraga yang berat, Kehilangan
banyak darah saat menstruasi.
4

d. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil


Anemia pada ibu hamil paling sering disebabkan oleh masalah kekurangan zat
besi. Anemia ini disebut dengan anemia defisiensi zat besi. Zat besi diperlukan
untuk membantu tubuh memproduksi sel darah merah segar yang kaya oksigen
dan nutrisi. Aliran darah, oksigen, serta nutrisi sangat penting untuk mendukung
proses tumbuh kembang janin dan memelihara kondisi plasenta tetap optimal.
Penyebab utama dari anemia pada ibu hamil jenis ini adalah kurang makan
makanan kaya zat besi, sejak dari sebelum dan semasa hamil. Namun,
mendapatkan asupan zat besi bagi anemia pada ibu hamil dari makanan saja tidak
akan cukup untuk memenuhi kebutuhan Anda sepanjang kehamilan. Kekurangan
darah merah atau anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan Anda cepat merasa
lelah atau lemah karena organ dalam tubuh tidak menerima cukup oksigen dan
nutrisi Anemia kerap dikaitkan dengan meningkatnya kelahiran prematur,
penyakit infeksi, serta kematian ibu dan anak. Separuh dari jumlah penderita
anemia pada ibu hamil mengalami defisiensi zat besi. Kondisi ini dapat
berpengaruh pada pertumbuhan janin atau bayi, baik saat kehamilan maupun
sesudahnya.. Anda juga mungkin mengalami gejala lain, seperti sesak napas,
pusing, atau sakit kepala. Kenyataannya, ketika hamil volume darah akan
bertambah hingga 50 persen untuk bisa mencukupi keperluan diri sendiri dan
janin yang sedang tumbuh. Oleh karena itu kebutuhan zat besi harian tubuh juga
harus dipenuhi lewat suplemen zat besi, agar terhindari dari anemia pada ibu
hamil.

e. Penyebab Anemia Pada Ibu Menyusui


Ibu menyusui dapat terkena penyakit anemia defisiensi besi pasca melahirkan.
Penyakit ini disebabkan tubuh kehilangan banyak darah selama persalinan, serta
pola makan tidak teratur. Dengan begitu, tubuh kekurangan zat besi yang
membuat kadar sel darah merah menjadi rendah dan penyebaran oksigen
terhambat. Hal tersebut menyebabkan saluran ASI menjadi tersumbat yang dapat
mengganggu produksi ASI tidak lancar. Ibu penderita anemia defisiensi besi
biasanya akan mengalami gangguan menstruasi akibat produksi hormon prolaktin
yang tidak lancar. Padahal, hormon ini berfungsi mengatur siklus menstruasi dan
produksi ASI.

2.3. Dampak Anemia Zat Besi


1. Dampak anemia pada anak sekolah
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
 Menurunkan sistem kekebalan tubuh.
 Gangguan pertumbuhan organ tubuh.
 Gangguan perilaku.
b. Gangguan perkembangan otak
 Simpul syaraf terganggu,
 Penurunan konsentrasi,
 Daya ingat rendah.

2. Dampak Anemia Pada Balita


a. Bayi prematur dan bayi dengan bobot rendah usia 2 bulan dan lebih. Bayi
normal dilahirkan dengan cadangan zat besi yang terakumulasi selama bulan-
bulan terakhir menjelang persalinan. Cadangan zat besi ini dapat bertahan
selama 4 - 6 bulan. Berbeda dengan bayi normal, bayi prematur hanya
mempunyai cadangan zat besi sekitar 2 bulan.
b. Bayi yang mengonsumsi susu sapi sebelum berusia 1 tahun. Susu sapi
mengandung kadar zat besi yang rendah. Selain mengganggu penyerapan zat
besi oleh tubuh, susu akan menggantikan makanan kaya zat besi yang
seharusnya dikonsumsi anak. Di samping itu, susu juga dapat mengiritasi
lapisan usus bayi dan akhirnya menyebabkan perdarahan. Pendarahan yang
bersatu dalam feses, bersamaan dengan rendahnya asupan zat besi, dapat
menyebabkan anemia pada anak.
c. Bayi di masa menyusui yang tidak menerima makanan yang diperkaya zat besi
setelah berusia 4 bulan. Zat besi dalam ASI diserap tiga kali lebih baik dari
besi dalam susu formula. Namun, ketika bayi mulai mengenal makanan padat,
ia membutuhkan zat besi tambahan dalam bentuk sereal dan makanan kaya zat
besi lainnya.
d. Bayi normal dan bayi yang diberi susu formula rendah zat besi. Namun,
kebanyakan susu formula bayi sekarang diperkaya dengan zat besi.

3. Dampak Anemia Pada Remaja Putri


a. Terganggunya pertumbuhan dan perkembangan.
b. Kelelahan.
c. Meningkatkan kerentanan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh
yang menurun.
d. Menurunkan fungsi dan daya tahan tubuh
e. Lebih rentan terhadap keracunan
f. Terganggunya fungsi kognitif

4. Dampak Anemia Pada Ibu Hamil


Efek anemia bagi ibu dan janin bervariasi dari ringan sampai berat. Bila kadar
hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dL, maka dapat timbul komplikasi yang
signifikan pada ibu dan janin. Kadar hemoglobin serendah itu tidak dapat
mencukupi kebutuhan oksigen janin dan dapat menyebabkan gagal jantung pada
ibu. Beberapa penelitian juga menemukan hubungan antara anemia ibu pada
trimester satu dan dua dengan kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu).
Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, Abortus, lamanya waktu
partus karena kurang daya dorong rahim, pendarahan post – partum, rentan
infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4 g –
persen.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan shock bahkan kematian ibu saat
persalinan, meskipun tak disertai pendarahan, kematian bayi dalam kandungan,
kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat bawaan, dan anemia pada bayi
yang dilahirkan.

5. Dampak Anemia Pada Ibu Menyusui


Adapun dampak anemia pada ibu menyusui adalah ibu menjadi lesu dan
mudah lelah, sehingga tak bertenaga untuk aktif menyusui.

2.4. Program gizi yang dilaksanakan saat ini untuk mengatasi masalah
anemia.
1. Pemberian bubur kacang hijau kepada yang datang ke posyandu guna mengurangi
resiko anemia gizi besi serta.
2. Pemberian tablet tambah darah untuk wanita usia subur serta ibu hamil.
Pada wanita usia subur diberikan sebanyak 1 kali dalam seminggu dan satu kali
sehari salama haid, sedangkan untuk ibu hamil diberikan setiap hari selama
kehamilannya atau minimal 90 tablet.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 88 TAHUN 2014
TENTANG
STANDAR TABLET TAMBAH DARAH
BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa wanita usia subur dan ibu hamil rentan terhadap
kekurangan gizi besi dan dapat menyebabkan perdarahan
saat persalinan pada ibu hamil dan merupakan salah satu
penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia;
b. bahwa untuk melindungi wanita usia subur dan ibu hamil
dari kekurangan gizi dan mencegah terjadinya anemia gizi
besi maka perlu mengonsumsi tablet tambah darah;
c. bahwa agar tablet tambah darah sesuai dengan kebutuhan
wanita usia subur dan ibu hamil serta adanya keterpaduan
nama dagang dan komposisi produk tablet tambah darah
yang beredar di masyarakat, perlu adanya standar tablet
tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Tablet Tambah
Darah Bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008
tentang Registrasi Obat sebagaimana diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1120/Menkes/Per/XII/2008;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 1438);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/


VIII/2010 tentang Organisasi dan Tatalaksana Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 585) sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 108/Menkes/
SK/IV/2014 tentang Pemberlakuan Farmakope Indonesia Edisi
V;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 328/Menkes/SK/
VIII/2013 tentang Formularium Nasional;

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR


TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN
IBU HAMIL.
Pasal 1
Standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil sebagaiman
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 2
Standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah daera
provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan semua pihak yang berkaitan dengan progra
pemberian tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil.
Pasal 3
Tablet tambah darah yang akan digunakan sebagai program pemberian tablet tambah
darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil wajib memiliki izin edar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

10

Pasal 4
1. Pembinaan terhadap standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil
dilaksanakan oleh Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi, dan kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing secara
terpadu.
2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui :
a. komunikasi, informasi, dan edukasi;
b. pemberdayaan masyarakat;
c. monitoring, evaluasi, bimbingan teknis; dan
d. supervisi.
3. Pengawasan terhadap standar tablet tambah darah bagi wanita usia
subur dan ibu hamil dilaksanakan oleh Kepala Badan Badan yang
melaksanakan tugas dan tanggung jawab di bidang pengawasan obat dan
makanan.
Pasal 5
1. Pihak yang menyediakan tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil
wajib mengacu dan menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri ini paling
lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.
2. Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun produk tablet tambah darah bagi wanita
usia subur dan ibu hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih beredar di
masyarakat, pihak yang menyediakan tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan
ibu hamil wajib menarik produk tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu
hamil.

Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

11

3. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah (Fe) Di Kalteng
Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90
tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil yan
mendapatkan minimal 90 tablet Fe (Fe3) di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2016 sebesar 76.4% lebih rendah bila dibandingkan dengan cakupan Fe 90 tablet.
Pada tahun 2015 sebesar 80,33%. Cakupan tertinggi dicapai Kabupaten Gunung Mas
sebesar 91,92%. Sedangkan Cakupan Fe3 yang terendah adalah Kabupaten Barito
Timur sebesar 49,11%, diikuti oleh Kabupaten Murung Raya sebesar 60,0%. Untuk
lebih lengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 32). Trend Cakupan Ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe di Provinsi Kalimantan Tengah dari Tahun 2010 – 2016 dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2010 – 2016
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017
Dari gambar diatas terlihat bahwa trend cakupan pemberian tablet tambah darah pada ibu
hamil mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir yaitu tahun 2014, tahun 2015 dan
tahun 2016. Ini akan memberikan implikasi pada peningkatan resiko kematian pada ibu dan
anak serta terjadinya komplikasi kehamilan pada ibu hamil dan ibu nifas.

12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah.
Anemia dapat diketahui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia
dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Banyak cara penangan yang
dilakukan untuk mengatasi penyakit ini salahsatunya adalah pemberian tablet tambah
darah serta pemberian bubur kacang hijau.
13

DAFTAR PUSTAKA

https://www.neliti.com/id/publications/136746/hubungan-kejadian-anemia-pada-ibu-menyusui-
dengan-status-gizi-bayi-usia-0-6-bula
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/545/4/3.%20Chapter2.pdf.pdf
https://www.academia.edu/33814273/ANEMIA_DEFISIENSI_ZAT_BESI
https://www.google.co.id/url?
q=https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2016/21_Kalteng
_2016.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwih6fSZzIznAhVggUsFHSUWBrMQFjAFegQIAhAB&usg=AOvV
aw3Lb6Dy_XymuizNpsqKjvTA

Anda mungkin juga menyukai