DI SUSUN OLEH
NURUL SOLIHAT
2215201074
2.1.1. Pengertian
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia, yang tidak hanya
terjadi di Negara berkembang tetapi juga di Negara maju. Penderita anemia diperkirakan
dua miliar,dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. Bahkan WHO
ini. Kelompok yang berisiko tinggi menderita adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak
usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian kelompok pria juga tidak terlepas dari
kejadian anemia. Anemia merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia.
Klasifikasi dari anemia disampaikan Kodiyat, 2000 dikutip oleh Dodik Briawan, 2012 ,
menggolongkan anemia menjadi dua tipe ,yaitu anemia gizi dan anemia non gizi dIbagi
menjadi beberapa jenis yaitu: 1. Anemia pernisiosa merupakan anemia yang disebabkan
defisiensi vitamin B12 dalam darah 2. Anemia defesiensi folat (asam folat) yang
disebabkan defisiensi asam folat di dalam darah. 3. Anemia defisiensi besi adalah anemia
1. Cepat Lelah
2. Pucat ( kulit, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan)
4. Nyeri dada
7. Cepat marah
2.1.5. Faktor Faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja
putri
yang kurang mengkonsumsi makanan sumber hewani yang daya serapnya > 15%.
( Dodik Briawan, 2012 ) Pada umumnya anemia sering terjadi pada wanita dan
remaja putri daripada pria hal ini di karenakan: 1. Wanita dan remaja putri pada
akan zat besi tidak terpenuhi. 2. Remaja putri biasanya lebih ingin tampil
kehilangan zat besi 0,6 mg di ekstraksi, khususnya melalui feses. 4. Remaja putri
mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ±1.3 mg per hari,
sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria. Penyebab anemia gizi
pada remaja putri juga dapat terjadi karena asupan besi yang tidak cukup,
kehilangan darah yang menetap, penyakit dan kebutuhan meningkat yaitu sebagai
1. Asupan zat besi yang tidak cukup Pada masa remaja, yang merupakan masa
mengandung zat besi dalam jumlah cukup, maka kebutuhan terhadap zat besi
tidak terpenuhi, ini dikarenakan rendahnya kualitas dan kuantitas zat besi pada
serta lauk pauk akan meningkatkan resiko anemia zat besi. Remaja yang belum
sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan masih dalam masa pencarian
yang langsing, membuat remaja membatasi makan. Aktivitas remaja yang padat
menyebabkan mereka makan di luar rumah atau hanya makan makanan ringan,
yang sedikit mengandung zat besi , selain itu dapat menggangu atau
2. Defisiensi asam folat Pemberian asam folat sebesar 35% menurunkan risiko
DNA, akibatnya terjadi perubahan morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat
cepat membelah diri seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel epitel
lambung dan usus, vagina dan serviks. Kekurangan asam folat menghambat
varises, esophagus dan hemoroid. Selain itu pendarahan juga dapat berasal
dari saluran kemih seperti hematuri, pendarahan pada saluran nafas seperti
darah akan hilang dan akan dikeluarkan bersama tinja. Setiap hari
satu ekor cacing tambang akan menghisap 0.03 sampai 0.15 ml darah
dan terjadi terus menerus sehingga kita kan kehilangan darah setiap
besi wanita lebih tinggi dari pria karena terjadi menstruasi dengan
pendarahan sebanyak 50-80 ccc setiap bulan dan kehilangan zat besi
sebesar 30-40 mg. Remaja yang anemia dan kurang berat badan lebih
adekuat lebih sering terjadi pada orang yang ingin kurus , ingin
makanannya.
anemia pada remaja ini kan berdampak pada prestasi belajar siswa karena anemia
kesehatan reproduksi remaja yang anemia dan kurang berat badan lebih banyak
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan
wanita dengan usia aman dengan usia reproduksi aman untuk hamil.( Natalia
Erlina, 2017 ).
Defenisi Zat Besi Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi
yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Heomoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang
(zat besi), protoporfirin dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe) ( Dodik Briawan,
2012 )
Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro dan ferri. Konversi kedua
bentuk tersebut relatif mudah. Pada umumnya besi dalam bentuk ferri karena
dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam bentuk fero. Dalam tubuh ,
besi diperlukan untuk pembentukan kompleks besi sulfur dan heme. Kompleks
besi sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam metabolisme
energi. Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral cincin
Besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh : sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam
sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh
Rata-rata kadar besi dalam tubuh sebesar 3-4 gram. Sebagian besar ( ± 2 gram )
terdapat dalam bentuk hemoglobin dan sebagian kecil (±130 mg) dalam bentuk
miglobin. Simpanan besi dalam tubuh terutama terdapat dalam hati dalam bentuk
kembali ke sumsum tulang unuk eritropoesis. ( Dodik Briawan 2012 ) Zat besi
adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemogobin).
terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi
Sumber zat besi adalah makan heawani, seperti daging, ayam dan ikan.
hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu diperhatikan
umumnya besi dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik
biologik sedang, dan besi dalam sebagian besar sayuran, terutama yang
yang terdiri atas campuran sumber besi bersal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan
serta sumber gizi lainyang dapat membantu sumber absorbsi. Berikut bahan
Kebutuhan Zat Besi Pada Remaja Kebutuhan besi dalam badan sangat kecil
yaitu 35 mg/Kg berat badan wanita atau 50 mg/Kg berat badan pria. Besi dalam
badan sebagian terletak dalam sel-sel darah merah sebagai sebuah heme, suatu
pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi. Dalam satu molekul
hemoglobin terdapat empat heme. Besi juga terdapat dalam sel-sel otot,
Kebutuhan zat besi pada seseorang sangat sangat bergantung pada usia dan
jenis kelamin. Kebutuhan zat besi pada wanita lebih banyak daripada laki-laki
karena wanita mengalami menstruasi setiap bulan. Wanita hamil, bayi dan anak-
anak lebih beresiko unyuk mengalami anemia zat besi daripada yang lainnya.
Berikut kebutuhan zat besi yang terserap menurut umur pada wanita. Kebutuhan
besi dalam badan sangat kecil yaitu 35 mg/Kg berat badan wanita atau 50 mg/Kg
berat badan pria. Besi dalam badan sebagian terletak dalam sel-sel darah merah
sebagai sebuah heme, suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi.
Dalam satu molekul hemoglobin terdapat empat heme. Besi juga terdapat dalam
c) Protein
adalah molekul yang terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang
terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Protein mempunyai fungsi
membangun serta memelihara sel-sel dalam jaringan tubuh dan sintesis porfirin
baik karena memiliki susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan
berfungsi sebagai zat pembangun yang berperan penting untuk pertumbuhan dan
pola konsumsi makan yang salah dengan membatasi masukan makanan karena
ingin menurunkan berat badan atau diet vegetarian. Makanan sumber protein
berasal dari bahan makanan hewani yaitu telur, daging, ikan, unggas, susu serta
mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi zat
besi, disamping itu makanan yang tinggi protein terutama yang berasal dari
Wanita
10 – 11 Tahun 50
13 – 15 Tahun 57
16 – 18 Tahun 50
19 – 29 Tahun 50
Sumber : DR. Merryana Adriani dalam buku pengantar gizi masyarakat tahun
2013 hal 41
d) Remaja
kematangan manusia dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan fisik, biologis, dan
psikologis yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik yang terjadi akan
masalah gizi baik berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Banyak kasus
kesehatan saat dewasa ditentukan oleh kebiasaan hidup sehat sejak usia remaja.
Status gizi yang optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit yang terkait
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.
batasan ini berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut
dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Remaja
yang masih dalam mencari identitas diri, seringkali mudah tergiur oleh modernisasi
dan teknologi yang mempengaruhi konsumsi makanan pada remaja yang condong
melihat ke makanan yang cepat saji dari pada kandungan gizi yang ada di dalamnya.
Salah satunya adalah fast food. Fast food adalah makanan cepat saji yang diperoleh
dari makanan luar rumah yang disajikan dengan sediki twaktu dan tidak perlu
menunggu waktu lagi sejak makanan dipesan sampai makanan di pesan. Kehadiran
fast food dalam industri makanan di Indonesia bias mempengaruhi pola makan pada
remaja. Beberapa tahun terakhir banyak tempat untuk pembelian fast food di
beberapa kota besar di Indonesia baik di Mall ataupun di pinggir jalan. Fast food
kebiasaan mengkonsumsi fast food juga sudah menjadi gaya hidup bagi remaja. Fast
food umumnya mengandung lemak, kolestrol, garam dan energi yang sangat tinggi.
Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur jadi pola makan, akan
berdampak negatif pada keadaan gizi pada remaja. Hal inilah yang menyebabkan
remaja putri sangat beresiko tinggi untuk menderita anemia. Kurangnya kesiapan
secara mental dan fisik pada remaja putri akan member dampak pada keturunan yang
e) Pola Makan
Pola makan adalah tingkah laku atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhannya kana makan yang meliputi sikap, kepercayaan dab pemilihan makanan
beragam jenis dengan berbagai jenis pengolahannya. Seorang remaja biasanya telah
mempunyai kebiasaan terhadap pilihan makanan sendiri yang telah ia senangi dan
pada masa remaja telah terbentuk kebudayaan makan tergantung pengalaman dan
Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja. Pada
fase ini fisik seseorang terua berkembang, demikian pula aspek sosial maupun
gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan yang
akan dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi
seorang remaja.
1. Faktor Ekstrinsik yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia,
2. Faktor Intrinsik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri manusia yang
terdiri dari asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang
makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Pada
orang tinggal.Salah satu fungsi utama makanan adalah memberikan energi. Energi itu
tidak hanya diperlukan untuk aktivitas atau kegiatan berat tetapi juga untuk berfungsinya
organ - organ tubuh. Jumlah energi yang dicerna dari makanan diukur dalam kalori dan
kebutuhan kalori harian seorang seorang akan bergantung pada usia, jenis kelamin,
tingkat kegiatan, laju metabolisme dan iklim dimana seorang tinggal. Setiap manusia,
diperlihatkan orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak. Seorang remaja
biasanya telah mempunyai pilihan makanan sendiri yang ia telah senangi dan pada masa
remaja telah terbentuk kebudayaan makan tergantung pengalamam dan respon terhadap
Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja.Pada
fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun
psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya
hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan
dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi seorang remaja.
Pola makan individu dalam keluarga memiliki proses yang mengahasilkan kebiasaan
makan yang terjadi sejak dini sampai dewasa dan akan berlangsung selama hidupnya.
Kebiasaan makanan adalah tingkah laku atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.
Dimasa remaja akan terdapat banyak situasi yang berbahaya yang memungkinkan
seseorang untuk makan secara kurang maupun lebih. Dan pada masa remaja kegiatan
maupun aktivitas sering sekali menurun dikarenakan oleh jumlah konsumsi makanan
yang kurang maupun lebih.Salah satu hal yang paling penting yang harus dilakukan
remaja agar selalu sehat bukan hanya untuk saat itu tetapi juga menunjang kesehatan
seumur hidupnya adalah mengkonsumsi makanan yang bergizi. ( Ida Marlena, 2012 )
Pada masa pertumbuhan tubuh remaja sangat membutuhkan protein, vitamin dan
mineral. Jika remaja cukup makan, maka remaja tersebut tidak akan sakit. Ada jenis-jenis
makanan tertentu yang sangat penting bagi gadis remaja. Ketika ia mulai mendapat
menstruasi,tiap bulan ada sejumlah darah yang keluar. Remaja putri tersebut akan
menghadapi resiko anemia atau kurang darah. Darah haid harus diganti dengan memakan
buah buahan yang mengandung zat besi dan kalsium untuk tulangnya kuat.( Ida Marlena,
2012 )
dan lebih banyak pengaruh dalam memilih makanan yang akan dimakannya. Mereka juga
lebih suka mencoba-coba makanan baru, salah satunya adalah fast food. Pola makan
remaja yang perlu dicermati adalah tentang frekwensi makan, jenis makanan dan jumlah
makan.Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif.Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alat- alatpencernaan mulai dari mulut samapi usus halus. Lama makanan dalam
lambungtergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara 3-4 jam.
pagitidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan malam secukupnya saja.Menu
sarapan yang baik harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak, serta cukup air
untuk mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi. ( Merryana Adriani,
2012 )
Jenis Makanan Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau
dimakan, dicerna,akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Tujuan makan Secara umum, tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah
memperoleh energi yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak,
mengatur metabolisme tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan
Pola Makan
Faktor Ekstrinsik
Faktor Intrinsik yang Asupan zat gizi yang tidak
yang terdiri dari
terdiri dari asosiasi seimbang, menyebabkan
Lingkungan, alam
emosional, keadaan anemia pada remaja
sosial, budaya dan
jasmani
agama
Pola Makan
Anemia Pada
1. Pola makan
Remaja Putri
2.2. Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Peneliti / Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun
Mei Lisa Hubungan penelitian ini merupakan Berdasarkan hasil riset ditentukan
Kristiana Tingkat penelitian Riset kuantitatif tingkat pengetahuan dan
Dewi, Siti Pengetahuan dengan desain cross kebiasaan makan remaja putri,
Maimunah, Tentang sectional ini bertujuan guna serta hubungan antara pola makan
Endri mengetahui hubungan pola remaja putri dengan kesadaran
Anemia
Ekayamti. makan remaja putri dengan mereka akan anemia. Hasil
(2023).
dengan Pola analisis bivariat adalah sebagai
tingkat pengetahuan anemia
Konsumsi berikut:Gambaran Tingkat
pada siswa kelas XI
Makanan pada Akuntansi SMK N 1 Pengetahuan Tentang Anemia
Remaja Putri Ngawi. Populasi penelitian Dari hasil riset diperoleh 105
di SMK ini berjumlah 160 siswa responden mempunyai
Negeri 1 kelas XI Akuntansi SMK pengetahuan yang baik serta
Ngawi Negeri 1 Ngawi. Sebanyak sebanyak 15 responden memiliki
120 sampel diambil dengan pengetahuan kurang tentang
menggunakan teknik anemia, hal ini sejalan dengan
purposive sampling. temuan yang dilaksanakan oleh
Hasna (2015) 3 Di SMA Kota
Yogyakarta, 46 siswa (16 tahun)
berpengetahuan baik memiliki 30
(65,2%), 16 siswa (34,8%)
memiliki pengetahuan buruk, dan
45 siswa berusia 17 mempunyai
pengetahuan baik Ya 34 (75,6%),
11 (24,4%) Tidak baik.
Rizka Hubungan Analisis data yang Dari hasil penelitian didapatkan
Oktaviana* , Pola Makan digunakan pada penelitian analisis data hubungan antara
M. Rizal Dan Status ini terdiri dari analisis status gizi dan kejadian anemia
Permadi. Gizi Dengan univariat dan analisis dengan uji korelasi Rank
(2022) bivariat. Analisis univariat Spearman didapatkan nilai p =
Kejadian
digunakan untuk melihat 0,070 lebih besar jika
Anemia Pada distribusi frekuensi dan dibandingkan p = 0,05 maka H0
Santriwati presentase dari setiap diterima yang artinya tidak ada
Pondok variabel. Analisis bivariat hubungan antara status gizi
Pesantren dilakukan untuk dengan kejadian anemia. Nilai
Nama
Judul
Peneliti / Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun
Annuriyyah mengetahui hubungan Rho 0,234 artinya korelasi lemah.
Rambipuji antara dua variabel. Hasil penelitian ini sejalan
Variabel independen adalah dengan penilitian yang dilakukan
pola makan dan status gizi oleh Restuti dan Susindra (2016)
serta variabel dependen yang mengungkapkan bahwa
adalah dengan kejadian tidak terdapat hubungan antara
anemia di pondok status gizi dengan kejadian
pesantren, yang dibuktikan anemia pada remaja putri (p >
dengan uji statistik Rank 0,05).
Spearman. Analisis data
dilakukan secara
komputerisasi dengan
menggunakan program
SPSSv.16.
Nur Asirah, Hubungan Penelitian ini merupakan Hasil penelitian yang didapatkan
Saifuddin Pola penelitian observasional prevalensi anemia pada anak
Sirajuddin, Konsumsi analitik, menggunakan sekolah dasar negeri Cambaya
Nurhaedar Pangan rancangan studi potong Kecamatan Ujung Tanah Kota
Jafar (2014) Sumber Zat lintang (cross sectional Makassar sebesar 40%, angka ini
Besi Dengan study). Data hasil penelitian termasuk masalah kesehatan
Kadar diperoleh dengan masyarakat yang berat. Pola
Hemoglobin pengumpulan data primer konsumsi semua sumber bahan
Anak dan sekunder. Data primer makanan (sumber zat besi heme,
Sekolah Dasa diperoleh dari data hasil sumber zat besi nonheme, sumber
penelitian langsung pelancar absorbsi zat besi dan
lapangan mengenai sumber penghambat absorbsi zat
identitas dan karesteristik besi) sebagian besar jarang
anak. Data pola konsumsi dikonsumsi oleh anak sekolah
diperoleh dengan cara dasar negeri Cambaya Kecamatan
wawancara menggunakan Ujung Tanah Kota Makassar, hal
kuesioner food frekuensi tersebut dikarenakan kesukaan
semikuantitatif, kadar anak sekolah terhadap jenis
hemoglobin anak sekolah makanan dimana anak usia
dasar menggunakan alat sekolah dasar lebih menyenangi
blood hemoglobin makanan instan dan makanan
photometer merek jajanan dibandingkan makanan
Hemocue. Analisis data yag diolah di rumah. Tidak ada
pada penelitian ini hubungan antara pola konsumsi
menggunakan analisis pangan sumber zat besi heme
univariat dan bivariat. dengan kadar hemoglobin pada
Analisis bivariat dilakukan anak sekolah dasar.
untuk mengetahui
hubungan variabel
dependen dan idependen
dalam bentuk tabulasi
silang (crosstab) dengan
menggunakan program
SPSS dengan uji statistik
Chi square Test dan
Nama
Judul
Peneliti / Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun
disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi
yang mempunyai karekteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian,
meskipun berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel
review beberapa jurnal penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan tema
3. Analisa data yang digunakan uji T yang tidak berpasangan yaitu kelompok