Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

HUBUNGAN KONSUMSI JUNKFOOD DENGAN


TERJADINYA ANEMIA PADA REMAJA DI SMPN 1
JAYANTI

DI SUSUN OLEH

NURUL SOLIHAT

2215201074

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN UNIVERSITAS


MUHAMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2023
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Nyeri

2.1.1. Pengertian

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia, yang tidak hanya

terjadi di Negara berkembang tetapi juga di Negara maju. Penderita anemia diperkirakan

dua miliar,dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. Bahkan WHO

menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern

ini. Kelompok yang berisiko tinggi menderita adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak

usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian kelompok pria juga tidak terlepas dari

kejadian anemia. Anemia merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia.

( Dodik Briawan, 2012

2.1.2. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi dari anemia disampaikan Kodiyat, 2000 dikutip oleh Dodik Briawan, 2012 ,

menggolongkan anemia menjadi dua tipe ,yaitu anemia gizi dan anemia non gizi dIbagi

menjadi beberapa jenis yaitu: 1. Anemia pernisiosa merupakan anemia yang disebabkan

defisiensi vitamin B12 dalam darah 2. Anemia defesiensi folat (asam folat) yang

disebabkan defisiensi asam folat di dalam darah. 3. Anemia defisiensi besi adalah anemia

yang disebabkan defisiensi besi di dalam darah

2.1.3. Batasan Anemia

Tabel 2.1 Batasan Anemia Menurut WHO

Kelompok Batas Normal

Anak Balita 11 gr%

Anak Usia Sekolah 12 gr%

Wanita Dewasa 12 gr%

Laki-Laki Dewasa 13 gr%


Ibu Hamil 11 gr%

Sumber : WHO/UNICEF/ UNU,1997 dikutip oleh Natalia Erlina Yuni dalam

buku kelainan darah tahun 2017 hal 69

2.1.4. Gejala Anemia

Gejala anemia secara umum (Dodik Briawan, 2012 )

1. Cepat Lelah

2. Pucat ( kulit, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan)

3. Jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan

4. Nyeri dada

5. Napas tersenggal/ pendek saat melakukan aktifitas ringan

6. Pusing dan mata berkunang

7. Cepat marah

8. Tangan dan kaki dingin atau mati rasa

2.1.5. Faktor Faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja

putri

Penyebab utama anemia dalam tubuh adalah pola konsumsi,terutama wanita

yang kurang mengkonsumsi makanan sumber hewani yang daya serapnya > 15%.

( Dodik Briawan, 2012 ) Pada umumnya anemia sering terjadi pada wanita dan

remaja putri daripada pria hal ini di karenakan: 1. Wanita dan remaja putri pada

umumnya lebih sering mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat

besinya sedikit dibandingkan dengan makanan hewani sehingga kebutuhan tubuh

akan zat besi tidak terpenuhi. 2. Remaja putri biasanya lebih ingin tampil

langsing, sehingga membatasi asupan makanan. 3. Setiap hari manusia

kehilangan zat besi 0,6 mg di ekstraksi, khususnya melalui feses. 4. Remaja putri

mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ±1.3 mg per hari,
sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria. Penyebab anemia gizi

pada remaja putri juga dapat terjadi karena asupan besi yang tidak cukup,

kehilangan darah yang menetap, penyakit dan kebutuhan meningkat yaitu sebagai

berikut :( Natalia Erlina Yuni , 2017)

1. Asupan zat besi yang tidak cukup Pada masa remaja, yang merupakan masa

penting dalam pertumbuhan. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak

mengandung zat besi dalam jumlah cukup, maka kebutuhan terhadap zat besi

tidak terpenuhi, ini dikarenakan rendahnya kualitas dan kuantitas zat besi pada

makanan yang kita konsumsi. Kurangnya konsumsi sayuran dan buah-buahan

serta lauk pauk akan meningkatkan resiko anemia zat besi. Remaja yang belum

sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan masih dalam masa pencarian

identitas diri, cepat dipengaruhi lingkungan. terutama Keinginan memiliki tubuh

yang langsing, membuat remaja membatasi makan. Aktivitas remaja yang padat

menyebabkan mereka makan di luar rumah atau hanya makan makanan ringan,

yang sedikit mengandung zat besi , selain itu dapat menggangu atau

menghilangkan nafsu makan.

2. Defisiensi asam folat Pemberian asam folat sebesar 35% menurunkan risiko

anemia. Defisiensi asam folat terutama menyebabkan gangguan metabolisme

DNA, akibatnya terjadi perubahan morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat

cepat membelah diri seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel epitel

lambung dan usus, vagina dan serviks. Kekurangan asam folat menghambat

pertumbuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan gangguan darah lainnya,

peradangan lidah dan gangguan saluran cerna.

3. Kehilangan darah ( zat besi ) Pendarahan atau kehilangan darah dapat

menyebabkan anemia yang disebabkan oleh :


a. Pendarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis,

varises, esophagus dan hemoroid. Selain itu pendarahan juga dapat berasal

dari saluran kemih seperti hematuri, pendarahan pada saluran nafas seperti

hemaptoe. ( Dodik Briawan, 2012 )

b. Kecacingan (terutama cacing tambang). Infeksi cacing tambang

menyebabkan pendarahan pada dinding usus, akibatnya sebagian

darah akan hilang dan akan dikeluarkan bersama tinja. Setiap hari

satu ekor cacing tambang akan menghisap 0.03 sampai 0.15 ml darah

dan terjadi terus menerus sehingga kita kan kehilangan darah setiap

harinya, hal ini yang menyebabkan anemia.

c. Penyakit (Sindrom Malabsorbsi) Penyakit yang dapat mempengaruhi

terjadinya anemia seperti gastritis, ulkus peptikum dan diare.

d. Kebutuhan tubuh terhadap zat besi yang meningkat Kebutuhan zat

besi wanita lebih tinggi dari pria karena terjadi menstruasi dengan

pendarahan sebanyak 50-80 ccc setiap bulan dan kehilangan zat besi

sebesar 30-40 mg. Remaja yang anemia dan kurang berat badan lebih

banyak melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

dibandingkan dengan wanita dengan usia aman dengan usia

reproduksi aman untuk hamil. Penambahan berat badan yang tidak

adekuat lebih sering terjadi pada orang yang ingin kurus , ingin

menyembunyikan kehamilannya, tidak mencukupi sumber

makanannya.

2.1.6. Akibat Anemia Gizi

Pada remaja menurunkan konsentrasi dan niat belajar. Menurut tingginya

anemia pada remaja ini kan berdampak pada prestasi belajar siswa karena anemia

pada remaja akan menyebabkan daya konsentrasi menurun sehingga


mengakibatkan menyebabkan prestasi belajar menurun. Sedangakan pada

kesehatan reproduksi remaja yang anemia dan kurang berat badan lebih banyak

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan

wanita dengan usia aman dengan usia reproduksi aman untuk hamil.( Natalia

Erlina, 2017 ).

2.1.7. Definisi Zat Besi

Defenisi Zat Besi Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi

tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah)

yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Heomoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang

mengantarkan eritriosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe

(zat besi), protoporfirin dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe) ( Dodik Briawan,

2012 )

Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro dan ferri. Konversi kedua

bentuk tersebut relatif mudah. Pada umumnya besi dalam bentuk ferri karena

terikat hemoglobin sedangakan pada proses transport transmembran, deposisi

dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam bentuk fero. Dalam tubuh ,

besi diperlukan untuk pembentukan kompleks besi sulfur dan heme. Kompleks

besi sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam metabolisme

energi. Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral cincin

yang berperan mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dam

mioglobin dalam otot. (Merryana Adriani, 2015 )

a) Fungsi Zat Besi

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh : sebagai alat angkut

oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam

sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh

Rata-rata kadar besi dalam tubuh sebesar 3-4 gram. Sebagian besar ( ± 2 gram )
terdapat dalam bentuk hemoglobin dan sebagian kecil (±130 mg) dalam bentuk

miglobin. Simpanan besi dalam tubuh terutama terdapat dalam hati dalam bentuk

feritim dan hemosiderin. Dalam plasma, transferin mengangkut 3 mg besi untuk

dibawa ke sumsum tulang untuk eritropoesis dan mencapai 24 mg per hari.

Sistem retikuloendoplasmaakan mendegradasi besi dari eritrosit untuk dibawa

kembali ke sumsum tulang unuk eritropoesis. ( Dodik Briawan 2012 ) Zat besi

adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemogobin).

Selain itu, mineral juga berperan sebagai komponen untuk membentuk

miglobin (protein yang membawa oksigen ke otot ), kolagen ( protein yang

terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi

juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.( Merryana Adriana, 2015)

b) Sumber Zat Besi

Sumber zat besi adalah makan heawani, seperti daging, ayam dan ikan.

Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran

hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu diperhatikan

kualitas besi di dalam makanan, dinamakan juga ketersediaan biologik. Pada

umumnya besi dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik

tinggi, besi di dalam serealia dan kacang- kacangan mempunyai ketersediaan

biologik sedang, dan besi dalam sebagian besar sayuran, terutama yang

mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaaan

biologik yang rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari,

yang terdiri atas campuran sumber besi bersal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan

serta sumber gizi lainyang dapat membantu sumber absorbsi. Berikut bahan

makanan sumber besi.( Dodik Briawan, 2012 )

Kebutuhan Zat Besi Pada Remaja Kebutuhan besi dalam badan sangat kecil

yaitu 35 mg/Kg berat badan wanita atau 50 mg/Kg berat badan pria. Besi dalam

badan sebagian terletak dalam sel-sel darah merah sebagai sebuah heme, suatu
pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi. Dalam satu molekul

hemoglobin terdapat empat heme. Besi juga terdapat dalam sel-sel otot,

khususnya dalam mioglobin ( Merryana Adriani, 2015 )

Kebutuhan zat besi pada seseorang sangat sangat bergantung pada usia dan

jenis kelamin. Kebutuhan zat besi pada wanita lebih banyak daripada laki-laki

karena wanita mengalami menstruasi setiap bulan. Wanita hamil, bayi dan anak-

anak lebih beresiko unyuk mengalami anemia zat besi daripada yang lainnya.

Berikut kebutuhan zat besi yang terserap menurut umur pada wanita. Kebutuhan

besi dalam badan sangat kecil yaitu 35 mg/Kg berat badan wanita atau 50 mg/Kg

berat badan pria. Besi dalam badan sebagian terletak dalam sel-sel darah merah

sebagai sebuah heme, suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi.

Dalam satu molekul hemoglobin terdapat empat heme. Besi juga terdapat dalam

sel-sel otot, khususnya dalam mioglobin. ( Dodik Briawan,2012 )

c) Protein

adalah molekul yang terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang

terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Protein mempunyai fungsi

membangun serta memelihara sel-sel dalam jaringan tubuh dan sintesis porfirin

nukleus hemoglobin. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang

baik karena memiliki susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan

manusiadibandingkan dengan sumber protein dari bahan makanan nabati Protein

berfungsi sebagai zat pembangun yang berperan penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan seseorang. Kebutuhan protein bagi remaja tergantung

pada tingkat pertumbuhan individu.Remaja berisiko kekurangan protein karena

pola konsumsi makan yang salah dengan membatasi masukan makanan karena

ingin menurunkan berat badan atau diet vegetarian. Makanan sumber protein

berasal dari bahan makanan hewani yaitu telur, daging, ikan, unggas, susu serta

hasil olahannya seperti keju sedangkan kacang-kacangan, tempe dan tahu


merupakan sumber protein nabati. Kurangnya asupan protein akan

mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi zat

besi, disamping itu makanan yang tinggi protein terutama yang berasal dari

hewani banyak mengandung zat besi.( Tejasari, 2016 )

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein yang Dianjurkan Pada Remaja

Wanita

Golongan Umur AKP (Gram ) Golongan Umur AKP (Gram )

10 – 11 Tahun 50

13 – 15 Tahun 57

16 – 18 Tahun 50

19 – 29 Tahun 50

Sumber : DR. Merryana Adriani dalam buku pengantar gizi masyarakat tahun

2013 hal 41

d) Remaja

Masa remaja merupakan periode pertumbuhan anak-anak menuju proses

kematangan manusia dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan fisik, biologis, dan

psikologis yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik yang terjadi akan

memengaruhi status kesehatan dan nutrisinya.

Ketidakseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhannya akan menimbulkan

masalah gizi baik berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Banyak kasus

kesehatan saat dewasa ditentukan oleh kebiasaan hidup sehat sejak usia remaja.

Status gizi yang optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit yang terkait

dengan diet pada usia dewasa.(Dodik Briawan, 2012)

WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.

Walaupun batasan tersebut didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita,

batasan ini berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut
dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Remaja

yang masih dalam mencari identitas diri, seringkali mudah tergiur oleh modernisasi

dan teknologi yang mempengaruhi konsumsi makanan pada remaja yang condong

melihat ke makanan yang cepat saji dari pada kandungan gizi yang ada di dalamnya.

Salah satunya adalah fast food. Fast food adalah makanan cepat saji yang diperoleh

dari makanan luar rumah yang disajikan dengan sediki twaktu dan tidak perlu

menunggu waktu lagi sejak makanan dipesan sampai makanan di pesan. Kehadiran

fast food dalam industri makanan di Indonesia bias mempengaruhi pola makan pada

remaja. Beberapa tahun terakhir banyak tempat untuk pembelian fast food di

beberapa kota besar di Indonesia baik di Mall ataupun di pinggir jalan. Fast food

juga ditawarkan dengan harga yang terjangkau oleh kantong-kantong remaja,

kebiasaan mengkonsumsi fast food juga sudah menjadi gaya hidup bagi remaja. Fast

food umumnya mengandung lemak, kolestrol, garam dan energi yang sangat tinggi.

Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur jadi pola makan, akan

berdampak negatif pada keadaan gizi pada remaja. Hal inilah yang menyebabkan

remaja putri sangat beresiko tinggi untuk menderita anemia. Kurangnya kesiapan

secara mental dan fisik pada remaja putri akan member dampak pada keturunan yang

akan dihasilkan.(Ida Marlena, 2012 )

e) Pola Makan

Pola makan adalah tingkah laku atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhannya kana makan yang meliputi sikap, kepercayaan dab pemilihan makanan

Makanan merupakan kebutuhan bagi makhluk hidup , makanan yang dikonsumsi

beragam jenis dengan berbagai jenis pengolahannya. Seorang remaja biasanya telah

mempunyai kebiasaan terhadap pilihan makanan sendiri yang telah ia senangi dan

pada masa remaja telah terbentuk kebudayaan makan tergantung pengalaman dan

respon terhadap lingkungannya.( Merryana Adriani, 2012 )


Dikutip oleh Merryana Adriani dalam buku Pengantar Gizi Masyarakat.

Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja. Pada

fase ini fisik seseorang terua berkembang, demikian pula aspek sosial maupun

psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam

gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan yang

akan dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi

seorang remaja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan, ada 2 faktor yang

mempengaruhi kebiasaan makan yaitu :

1. Faktor Ekstrinsik yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia,

yang terdiri dari lingkungan alam, lingkungan ekonomi, lingkungan sosial ,

lingkungan budata dan agama.

2. Faktor Intrinsik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri manusia yang

terdiri dari asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang

sakit, penilaian lebih terhadap mutu makanan dan pengetahuan gizi.

Pola Makan Remaja Makanan merupakan kebutuhan bagi hidup manusia,

makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Pada

masyarakat dikenal pola makan dan kebiasaan makan dimana seseorang/sekelompok

orang tinggal.Salah satu fungsi utama makanan adalah memberikan energi. Energi itu

tidak hanya diperlukan untuk aktivitas atau kegiatan berat tetapi juga untuk berfungsinya

organ - organ tubuh. Jumlah energi yang dicerna dari makanan diukur dalam kalori dan

kebutuhan kalori harian seorang seorang akan bergantung pada usia, jenis kelamin,

tingkat kegiatan, laju metabolisme dan iklim dimana seorang tinggal. Setiap manusia,

membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya,sikap manusia terhadap

makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respon- respon yang

diperlihatkan orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak. Seorang remaja
biasanya telah mempunyai pilihan makanan sendiri yang ia telah senangi dan pada masa

remaja telah terbentuk kebudayaan makan tergantung pengalamam dan respon terhadap

lingkungannnya. ( Ida Marlena,, 2012 )

Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja.Pada

fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun

psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya

hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan

dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi seorang remaja.

Pola makan individu dalam keluarga memiliki proses yang mengahasilkan kebiasaan

makan yang terjadi sejak dini sampai dewasa dan akan berlangsung selama hidupnya.

Kebiasaan makanan adalah tingkah laku atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.

( Ida Marlena, 2012 )

Dimasa remaja akan terdapat banyak situasi yang berbahaya yang memungkinkan

seseorang untuk makan secara kurang maupun lebih. Dan pada masa remaja kegiatan

maupun aktivitas sering sekali menurun dikarenakan oleh jumlah konsumsi makanan

yang kurang maupun lebih.Salah satu hal yang paling penting yang harus dilakukan

remaja agar selalu sehat bukan hanya untuk saat itu tetapi juga menunjang kesehatan

seumur hidupnya adalah mengkonsumsi makanan yang bergizi. ( Ida Marlena, 2012 )

Pada masa pertumbuhan tubuh remaja sangat membutuhkan protein, vitamin dan

mineral. Jika remaja cukup makan, maka remaja tersebut tidak akan sakit. Ada jenis-jenis

makanan tertentu yang sangat penting bagi gadis remaja. Ketika ia mulai mendapat

menstruasi,tiap bulan ada sejumlah darah yang keluar. Remaja putri tersebut akan

menghadapi resiko anemia atau kurang darah. Darah haid harus diganti dengan memakan

buah buahan yang mengandung zat besi dan kalsium untuk tulangnya kuat.( Ida Marlena,

2012 )

Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap


kebiasaan makan mareka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan diluar rumah

dan lebih banyak pengaruh dalam memilih makanan yang akan dimakannya. Mereka juga

lebih suka mencoba-coba makanan baru, salah satunya adalah fast food. Pola makan

remaja yang perlu dicermati adalah tentang frekwensi makan, jenis makanan dan jumlah

makan.Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang

dikonsumsi pada tiap kali makan.( Merry Adriani, 2012 )

Frekuensi Makan Frekuensi makan adalah jumlah keseringan makan dalam

sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif.Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh

melalui alat- alatpencernaan mulai dari mulut samapi usus halus. Lama makanan dalam

lambungtergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara 3-4 jam.

Makajadwal makan akan menyesuaikan dengan kosongnya lambung. Porsi makan

pagitidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan malam secukupnya saja.Menu

sarapan yang baik harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak, serta cukup air

untuk mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi. ( Merryana Adriani,

2012 )

Jenis Makanan Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau

dimakan, dicerna,akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.

Menyediakanvariasi makanan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan rasa

bosan.Sehingga mengurangi selera makan. Menyusun hidangan sehat

memerlukanketerampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh

kombinasibahan makanan yang diperhitungkan dengan tepat akan memberikan hidangan

sehatbaik secara kualitas maupun kuantitas.( Merryana Adriani, 2012 )

Tujuan makan Secara umum, tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah

memperoleh energi yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak,

mengatur metabolisme tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan

penyakit. ( Merry Adriani, 2012 )


2.1.8. Kerangka Teori

Pola Makan

Faktor Faktor yang Akibat Tidak teratur


mempengaruhi Makan

Faktor Ekstrinsik
Faktor Intrinsik yang Asupan zat gizi yang tidak
yang terdiri dari
terdiri dari asosiasi seimbang, menyebabkan
Lingkungan, alam
emosional, keadaan anemia pada remaja
sosial, budaya dan
jasmani
agama

Pola Makan

2.1.9. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Anemia Pada
1. Pola makan
Remaja Putri
2.2. Penelitian Terdahulu

Nama
Judul
Peneliti / Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun
Mei Lisa Hubungan penelitian ini merupakan Berdasarkan hasil riset ditentukan
Kristiana Tingkat penelitian Riset kuantitatif tingkat pengetahuan dan
Dewi, Siti Pengetahuan dengan desain cross kebiasaan makan remaja putri,
Maimunah, Tentang sectional ini bertujuan guna serta hubungan antara pola makan
Endri mengetahui hubungan pola remaja putri dengan kesadaran
Anemia
Ekayamti. makan remaja putri dengan mereka akan anemia. Hasil
(2023).
dengan Pola analisis bivariat adalah sebagai
tingkat pengetahuan anemia
Konsumsi berikut:Gambaran Tingkat
pada siswa kelas XI
Makanan pada Akuntansi SMK N 1 Pengetahuan Tentang Anemia
Remaja Putri Ngawi. Populasi penelitian Dari hasil riset diperoleh 105
di SMK ini berjumlah 160 siswa responden mempunyai
Negeri 1 kelas XI Akuntansi SMK pengetahuan yang baik serta
Ngawi Negeri 1 Ngawi. Sebanyak sebanyak 15 responden memiliki
120 sampel diambil dengan pengetahuan kurang tentang
menggunakan teknik anemia, hal ini sejalan dengan
purposive sampling. temuan yang dilaksanakan oleh
Hasna (2015) 3 Di SMA Kota
Yogyakarta, 46 siswa (16 tahun)
berpengetahuan baik memiliki 30
(65,2%), 16 siswa (34,8%)
memiliki pengetahuan buruk, dan
45 siswa berusia 17 mempunyai
pengetahuan baik Ya 34 (75,6%),
11 (24,4%) Tidak baik.
Rizka Hubungan Analisis data yang Dari hasil penelitian didapatkan
Oktaviana* , Pola Makan digunakan pada penelitian analisis data hubungan antara
M. Rizal Dan Status ini terdiri dari analisis status gizi dan kejadian anemia
Permadi. Gizi Dengan univariat dan analisis dengan uji korelasi Rank
(2022) bivariat. Analisis univariat Spearman didapatkan nilai p =
Kejadian
digunakan untuk melihat 0,070 lebih besar jika
Anemia Pada distribusi frekuensi dan dibandingkan p = 0,05 maka H0
Santriwati presentase dari setiap diterima yang artinya tidak ada
Pondok variabel. Analisis bivariat hubungan antara status gizi
Pesantren dilakukan untuk dengan kejadian anemia. Nilai
Nama
Judul
Peneliti / Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun
Annuriyyah mengetahui hubungan Rho 0,234 artinya korelasi lemah.
Rambipuji antara dua variabel. Hasil penelitian ini sejalan
Variabel independen adalah dengan penilitian yang dilakukan
pola makan dan status gizi oleh Restuti dan Susindra (2016)
serta variabel dependen yang mengungkapkan bahwa
adalah dengan kejadian tidak terdapat hubungan antara
anemia di pondok status gizi dengan kejadian
pesantren, yang dibuktikan anemia pada remaja putri (p >
dengan uji statistik Rank 0,05).
Spearman. Analisis data
dilakukan secara
komputerisasi dengan
menggunakan program
SPSSv.16.
Nur Asirah, Hubungan Penelitian ini merupakan Hasil penelitian yang didapatkan
Saifuddin Pola penelitian observasional prevalensi anemia pada anak
Sirajuddin, Konsumsi analitik, menggunakan sekolah dasar negeri Cambaya
Nurhaedar Pangan rancangan studi potong Kecamatan Ujung Tanah Kota
Jafar (2014) Sumber Zat lintang (cross sectional Makassar sebesar 40%, angka ini
Besi Dengan study). Data hasil penelitian termasuk masalah kesehatan
Kadar diperoleh dengan masyarakat yang berat. Pola
Hemoglobin pengumpulan data primer konsumsi semua sumber bahan
Anak dan sekunder. Data primer makanan (sumber zat besi heme,
Sekolah Dasa diperoleh dari data hasil sumber zat besi nonheme, sumber
penelitian langsung pelancar absorbsi zat besi dan
lapangan mengenai sumber penghambat absorbsi zat
identitas dan karesteristik besi) sebagian besar jarang
anak. Data pola konsumsi dikonsumsi oleh anak sekolah
diperoleh dengan cara dasar negeri Cambaya Kecamatan
wawancara menggunakan Ujung Tanah Kota Makassar, hal
kuesioner food frekuensi tersebut dikarenakan kesukaan
semikuantitatif, kadar anak sekolah terhadap jenis
hemoglobin anak sekolah makanan dimana anak usia
dasar menggunakan alat sekolah dasar lebih menyenangi
blood hemoglobin makanan instan dan makanan
photometer merek jajanan dibandingkan makanan
Hemocue. Analisis data yag diolah di rumah. Tidak ada
pada penelitian ini hubungan antara pola konsumsi
menggunakan analisis pangan sumber zat besi heme
univariat dan bivariat. dengan kadar hemoglobin pada
Analisis bivariat dilakukan anak sekolah dasar.
untuk mengetahui
hubungan variabel
dependen dan idependen
dalam bentuk tabulasi
silang (crosstab) dengan
menggunakan program
SPSS dengan uji statistik
Chi square Test dan
Nama
Judul
Peneliti / Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun
disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi

Kebaruan penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu

yang mempunyai karekteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian,

meskipun berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel

penelitian atau metode analisis yang digunakan. Peneliti telah melakukan

review beberapa jurnal penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan tema

penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu sebagai berikut:

2. Perbedaan dengan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu

tempat, jumlah populasi dan sampel.

3. Analisa data yang digunakan uji T yang tidak berpasangan yaitu kelompok

intervensi anamnesa pola makan dan Tingkat pengetahuan tentang anemia

Anda mungkin juga menyukai