Anda di halaman 1dari 22

TERAPI DIET PADA PASIEN ANEMIA GIZI

Nama Kelompok :

Alifah Zahrani Putri

Dita Millenia

Dinda Pratiwi

Elsa Putri

Ezi Putri Monika

Marisa Aulia Tunnisa

Wellira Sahputri

Dosen Pembimbing:

Nurhamidah, M.Biomed

PROGRAM STUDI S1 GIZI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka dapat
menyelesaikan makalah Diet penyait infeksi dan defisiensi “TERAPI DIET PADA PASIEN
ANEMIA GIZI”

Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi
mencapai kesempurnaan makalah berikutnya.
Sekian saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Padang, April 2021

penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mukosa
pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Hm),
dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi
kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang
optimal. Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan
kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi)
sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth Corwin, 2002).

Dimana insidennya 30% pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama
tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat
infeksi parasit gastrointestinal. Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas
10 gr/dl, tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental.
Bahaya anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ
tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan kematian. Sel darah merah mengandung hemoglobin
yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh.  Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang
mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006). Anemia merupakan masalah medik yang paling
sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama
masyarakat, terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).

Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi,


karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia
defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis
terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri.
Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat
mempercepat pemulihan kondisi pasien.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian anemia ?
2. Apa Klasifikasi anemia ?
3. Apa penyebab anemia ?
4. Apa patofisiologi anemia ?
5. Apa pencegahan anemia ?

3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian anemia
2. Untuk mengertahui klasifikasi anemia
3. Untuk mengetahui penyebab anemia
4. Untuk mengetahui patofisiologi anemia
5. Untuk mengetahui pencegahan anemia
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANEMIA

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah


merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah. Anemia
Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia terjadi karena kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia sebagian besar anemia ini
disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi
atau Anemia Gizi Besi.

B. Klasifikasi Anemia

1. Anemia Nutrisional

• Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi adalah satu jenis anemia yang disebabkan kekurangan zat


besi sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah yang sehat. Zat
besi diperlukan tubuh untuk menghasilkan komponen sel darah merah yang dikenal
sebagai hemoglobin. Saat tubuh mengalami anemia defisiensi besi, maka sel
darah merah juga akan mengalami kekurangan pasokan hemoglobin yang berfungsi
mengangkut oksigen dalam sel darah merah untuk disebarkan ke seluruh
jaringan tubuh. Tanpa pasokan oksigen yang cukup dalam darah, tubuh juga tidak
mendapat oksigen yang memadai sehingga dapat merasa lemas, lelah, dan sesak
napas.

Terdapat banyak faktor yang bisa menyebabkan anemia defisiensi besi. Kondisi
tersebut antara lain:

a. Makanan yang sedikit mengandung zat besi. Mengonsumsi makanan dengan


sedikit kandungan zat besi dalam waktu lama dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat besi. Makanan yang sarat zat besi terdapat pada daging, telur,
atau sayuran berdaun hijau. Setiap hari, orang dewasa setidaknya
membutuhkan zat besi sebanyak 8 mg. Kebutuhan itu bertambah besar pada
anak-anak dan wanita berusia 50 tahun, yaitu sejumlah 18 mg.
b. Masa kehamilan. Wanita hamil sering mengalami anemia defisiensi besi
karena simpanan zat besi dalam tubuhnya digunakan untuk memenuhi
volume darah tubuhnya yang meningkat, sekaligus memenuhi kebutuhan
hemoglobin untuk perkembangan janin.
c. Perdarahan. Perdarahan dapat mengakibatkan seseorang kehilangan sel darah
merah, sehingga zat besi dalam darah juga berkurang. Kondisi ini umumnya
dialami wanita yang mengalami menstruasi dengan perdarahan yang banyak
atau berlebihan. Selain itu, beberapa kondisi medis seperti polip pada usus,
luka dalam lambung, serta kanker usus, juga dapat menyebabkan perdarahan
di dalam tubuh sehingga tubuh rentan mengalami defisisensi zat besi. Di
samping itu, konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen
atau diclofenac, secara terus menerus juga dapat menyebabkan perdarahan
pada lambung yang mengakibatkan tubuh kekurangan zat besi.
d. Malabsorpsi Zat Besi. Zat besi dalam makanan yang kita konsumsi diserap
dalam usus halus. Gangguan pada usus halus, seperti penyakit Celiac atau
pasca operasi usus, dapat membatasi kemampuan usus dalam menyerap
nutrisi dari makanan, termasuk zat besi, sehingga bisa menyebabkan
seseorang mengalami anemia defisiensi besi. Selain itu, konsumsi obat maag,
teh, kopi, susu, produk makanan dari susu, serta makanan dengan tingkat
asam fitat yang tinggi, misalnya sereal, dapat menghambat penyerapan zat
besi dari makanan.
Selain penyebab yang sudah disebutkan, terdapat beberapa faktor yang membuat
seseorang lebih rentan terkena anemia defisiensi besi, yaitu:
a. Vegetarian.  Orang yang tidak mengonsumsi daging atau vegetarian
lebih berisiko mengalami anemia defisiensi besi, , jika tidak
menggantinya dengan makanan sarat zat besi lainnya.
b. Wanita dalam masa subur. Kondisi ini memungkinkan untuk hamil
atau mengalami menstruasi yang berlebihan, sehingga berisiko
mengalami anemia defisiensi besi.
c. Masalah pada bayi. Bayi yang lahir prematur, memiliki berat badan
lahir yang rendah, atau kurang asupan air susu juga berisiko
mengalami anemia kekurangan zat besi.
d. Mendonorkan darah secara rutin. Donor darah secara rutin dapat
mengurangi simpanan zat besi dalam tubuh sehingga memicu tubuh
kekurangan zat besi, terutama jika tidak diimbangi makanan sarat zat
besi.
Gejala yang muncul pada anemia defisiensi besi meliputi:
 Mudah lelah dan lemah.
 Nafsu makan menurun, terutama pada bayi dan anak-anak.
 Nyeri dada, detak jantung menjadi cepat, dan sesak napas.
 Pucat.
 Pusing atau pening,
 Kaki dan tangan dingin.
 Kesemutan pada kaki.
 Lidah bengkak atau terasa sakit (glositis).
 Makanan terasa aneh.
 Telinga berdengung.
 Kuku menjadi rapuh atau gampang patah.Rambut mudah patah atau
rontok.
 Mengalami kesulitan dalam menelan (disfagia).
 Luka terbuka di ujung mulut.
 Restless leg syndrome (tungkai yang bergerak tidak terkontrol saat
berbaring atau tidur).
Diagnosis anemia defisiensi zat besi dapat diperoleh melalui pemeriksaan darah. Tes
hitung darah lengkap dapat menunjukkan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin,
dan hematokrit (persentase sel darah merah dalam darah). Anemia ditandai dengan
kadar hemoglobin dan hematokrit yang lebih rendah dari normal.
Selain tes hitung darah lengkap untuk melihat anemia, tes darah lainnya juga dapat
dilakukan untuk:
 Melihat banyaknya zat besi dalam darah, dan ferritin atau proteinyang
menyimpan zat besi dalam tubuh.
 Melihat kemampuan tubuh mengikat zat besi (transferrin and total iron-
binding capacity) dan jumlah sel darah merah tidak matang (retikulosit), yang
biasanya rendah dalam anemia defisiensi zat besi.
 Melihat ukuran dan bentuk sel darah merah melalui apusan darah tepi
(peripheral blood smear). Anemia defisiensi besi umumnya ditunjukkan
dengan ukuran sel darah merah yang lebih kecil dari normal dan warna darah
yang lebih pucat.
Setelah pemeriksaan darah menujukkan pasien mengalami kekurangan zat besi,
sejumlah pemeriksaan penunjang lain diperlukan untuk memastikan penyebab anemia
tersebut. Pemeriksaan tersebut berupa:
 Pemeriksaan darah dalam tinja. Pemeriksaan feses atau tinja ini dilakukan jika
dicurigai penyebab anemia defisiensi besi adalah perdarahan saluran cerna.
 Endoskopi. Pemindaian ini dilakukan untuk melihat sumber perdarahan dalam
saluran pencernaan yang bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
 USG panggul. Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang mengalami
menstruasi dengan perdarahan banyak, untuk melihat penyebab kondisi
tersebut.

komplikasi anemia defisiensi besi

Anemia yang tidak tertangani dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi yang membahayakan. Salah satunya adalah masalah pada jantung, seperti
detak jantung yang cepat dan tidak beraturan. Kondisi ini dapat
memicu kardiomegali atau gagal jantung. Untuk wanita hamil, komplikasi yang
timbul dari anemia defisiensi besi adalah kelahiran prematur atau berat badan lahir
yang rendah pada bayi. Pada bayi dan anak-anak, komplikasi yang dapat muncul
adalah gangguan pertumbuhan. Selain itu, anak-anak penderita anemia ini juga rentan
terkena infeksi. Kondisi ini dapat dicegah dengan memberi asi pada bayi selama 1
tahun, dan memberi sereal yang diperkaya zat besi (setelah bayi berusia 6 bulan)
sampai bayi bisa mengonsumsi makanan padat lainnya.
Meningkatkan Asupan Zat Besi 

Penderita anemia defisiensi zat besi memerlukan tambahan asupan zat besi dari
makanan. Oleh karena itu, para penderita disarankan untuk lebih banyak
mengonsumsi:

 Daging merah, ayam, serta ati ayam.


 Kacang-kacangan seperti kacang hitam, kacang hijau, kacang merah.
 Makanan laut atau boga bahari seperti tiram, kerang dan ikan.
 Sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan brokoli.
 Sereal yang diperkaya zat besi.Buah kering, seperti kismis dan aprikot.

Mengonsumsi Suplemen Penambah Zat Besi

Suplemen penambah zat besi merupakan penanganan utama yang dilakukan dokter


untuk memperbaiki defisiensi zat besi yang dialami pasien. Umumnya, pasien diminta
mengonsumsi 150-200 mg setiap hari. Namun, dosis tersebut akan disesuaikan dokter
berdasarkan kadar zat besi dalam tubuh pasien. Pemberian suplemen penambah zat
besi ini biasanya dilakukan selama beberapa bulan untuk dapat memperbaiki
defisiensi zat besi. Jika usus tidak bisa menyerap zat besi dengan baik, penambah zat
besi dapat diberikan melalui infus.

• Anemia defisiensi vitamin (B12,B6,C,E)

Anemia defisiensi vitamin B12 atau folat (vitamin B9) adalah kondisi yang
berkembang ketika tubuh kekurangan vitamin B12 atau folat. Keadaan ini yang
menyebabkan tubuh menghasilkan sel darah merah yang tidak berfungsi dengan
baik. Anemia jenis ini akan terjadi, jika asupan makanan dengan vitamin B12 atau
folat pada tubuh tidak cukup, atau mengalami kesulitan memproses/menyerap zat-
zat tersebut.

Penyebab Anemia Defisiensi Vitamin B12

 Mengidap anemia pernisiosa. Tubuh menyerap vitamin B12 melalui


lambung. Agar proses penyerapan vitamin B12 dari makanan yang
dikonsumsi lancar, sebuah protein bernama faktor intrinsik akan
menempelkan dirinya pada vitamin B12. Anemia pernisiosa adalah penyakit
autoimun yang memengaruhi lambung. Penyakit autoimun berarti sistem
kekebalan tubuh menyerang sel sehat tubuh sendiri. Pada anemia pernisiosa,
terjadi defisiensi, karena vitamin B12 tidak dapat diserap oleh tubuh. Hal ini
disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel dalam lambung
yang menghasilkan faktor instrinsik.
 Faktor makanan yang dikonsumsi. Ikan, daging dan berbagai produk olahan
susu adalah menu makanan yang menyediakan banyak kandungan vitamin
B12. Vegetarian atau orang yang hanya mengonsumsi makanan berasal dari
tumbuhan, mungkin tidak memiliki cukup vitamin B12 dalam menu mereka.
Hal ini juga dapat terjadi pada orang-orang yang memiliki menu sangat
sederhana dalam jangka waktu lama.
 Penyakit yang memengaruhi usus. Saat tubuh tidak dapat menyerap vitamin
B12 seperti biasanya, penyakit yang memengaruhi usus atau sebagian dari
sistem pencernaan bisa menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah penyakit
Crohn, yaitu penyakit jangka panjang yang menyebabkan peradangan pada
dinding sistem pencernaan. Kondisi ini dapat membuat tubuh kekurangan
vitamin B12.
 Kondisi yang memengaruhi lambung. Kondisi lambung atau operasi
lambung bisa menjadi penyebab terhalangnya proses pennyerapan vitamin
B12.Konsumsi obat-obatan tertentu. 
 Konsumsi obat-obatan tertentu bisa mengurangi kandungan vitamin B12
pada tubuh. Misalnya proton pump inhibitor (PPIs), yaitu obat untuk
mengatasi masalah pencernaan.
Gejala Anemia Defisiensi Vitamin B12

 Gejala umum anemia, seperti lemah, letih, lesu, dan pucat.


 Lidah perih dan berwarna kemerahan atau radang lidah.
 Warna kulit menjadi kekuningan.
 Sariawan di mulut.
 Indra peraba terasa berbeda atau fungsinya berkurang.
 Kemampuan merasakan sakit berkurang.
 Penglihatan terganggu.
 Mudah marah.Perubahan cara berjalan dan bergerak.
 Depresi, yaitu merasa sedih sekali dan berlangsung lama.
 Demensia, yaitu kemampuan mental berkurang terkait ingatan, pemahaman,
dan penilaian.
 Psikosis, yaitu kondisi yang memengaruhi pikiran dan mengubah pola pikir,
perasaan, dan perilaku.
Diagnosis Anemia Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Folat
Diagnosis bisa dilakukan dokter dengan beberapa langkah berikut ini:
 Memeriksa ukuran sel darah merah apakah melebihi normal.
 Memeriksa tingkat hemoglobin dalam darah.
 Memeriksa kadar vitamin B12 di dalam darah.Memeriksa kadar folat di dalam
darah.
Jika dicurigai mengidap defisiensi vitamin B12, dokter akan menyarankan pengidap
untuk menjalani beberapa pemeriksaan tambahan, yaitu:
 Pemeriksaan antibodi. Antibodi dalam darah pengidap akan diperiksa.
 Pemeriksaan asam methylmalonic. Pada pemeriksaan ini, dokter akan
memeriksa apakah zat asam methylmalonic terdapat dalam darah pengidap.
 Tes schilling. Pengidap akan diminta untuk menelan sejumlah kecil radioaktif
vitamin B12, kemudian darahnya akan diperiksa untuk memastikan apakah
tubuh menyerap vitamin B12.
 Pemeriksaan oleh dokter spesialis sistem pencernaan, spesialis hematologi,
dan ahli gizi.

Pencegahan Anemia Defisiensi Vitamin B12 dan Asam Folat;

Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan
vitamin B12 dan folat. Sumber vitamin B12 yang baik adalah daging, telur, ikan
salmon, ikan kod, sereal, produk kedelai, susu, dan produk olahan susu. Bagi
vegetarian atau vegan, ada produk pengganti untuk daging dan produk olahan susu.
Sedangkan sumber folat yang baik, di antaranya beras cokelat, kol, brussel, brokoli,
asparagus, kacang polong, dan kacang arab.

• Anemia defisiensi Asam Folat

Penyebab dari Anemia Defisiensi Folat

 Makanan yang tidak sehat dan tidak seimbang.


 Mengubah jenis atau pola makan harian, misalnya untuk alasan menurunkan
berat badan.
 Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga berisiko mengalami anemia
defisiensi folat.
 Terjadinya malabsorpsi pada penderita penyakit Celiac. Kondisi ini dapat
memengaruhi sistem pencernaan, sehingga tubuh tidak dapat menyerap folat.
 Buang air kecil berlebihan, seperti pada pengidap penyakit ginjal, jantung,
dan hati, menyebabkan kehilangan folat dari tubuh.
 Konsumsi obat-obatan tertentu. Efek dari obat-obatan tertentu menyebabkan
folat dapat berkurang jumlahnya dan kadang sulit diserap tubuh.
 Bayi prematur yang lahir sebelum 37 minggu masa kehamilan cenderung
akan mengalami anemia defisiensi folat, karena tubuh mereka yang sedang
berkembang membutuhkan lebih banyak vitamin folat daripada bayi lahir
usia kandungan normal.
 Faktor kehamilan. Jika sedang hamil atau berencana untuk hamil, disarankan
minum suplemen asam folat 0,4 miligram per hari dan dilakukan hingga
kehamilan berusia 12 minggu. Hal ini dilakukan untuk memastikan ibu dan
bayi memiliki cukup folat dalam tubuh. Dan bertujuan membantu bayi
tumbuh dan berkembang.
Gejala Anemia Defisiensi Folat
 Gejala umum anemia.
 Kemampuan indra peraba menurun, misalnya berkurang atau hilangnya rasa
sentuhan dan rasa sakit.
 Kemampuan otot melemah.
 Merasa depresi.

• Anemia defisiensi copper

Tembaga adalah mineral yang bermanfaat untuk mencegah dan mengobati defisiensi
tembaga. Manfaat tembaga adalah membantu tubuh menggunakan zat besi dan gula,
serta berguna dalam menjalankan fungsi saraf dan pertumbuhan tulang. Pada bayi,
tembaga berperan penting dalam membantu perkembangan otak, sistem kekebalan
tubuh, dan pertumbuhan tulang yang kuat. Tembaga sangat penting karena
kekurangan tembaga dapat memicu penyakit anemia dan osteoporosis. Dalam
kondisi normal, kebutuhan tembaga dapat terpenuhi melalui makanan. Namun, saat
seseorang tidak dapat mencukupi kebutuhan tembaga dari makanan atau mengalami
defisiensi tembaga, maka diperlukan suplemen tambahan.

Ada beberapa kondisi yang membuat seseorang perlu mendapat asupan tembaga,
misalnya:

 Diare.
 Gangguan pencernaan, ginjal, dan pankreas.
 Luka bakar.
 Menjalani operasi bedah perut.
 Stres berkepanjangan.

Dosis dan Aturan Pakai Tembaga

Suplemen tembaga biasanya tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul. Berikut adalah
pembagian dosis tembaga berdasarkan tujuan penggunaannya:

Untuk mengatasi defisiensi Dosis yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi
dan usia penderita, serta seberapa parah tingkatan defisiensi tembaga yang dialami.

2. Anemia Non Nutrisional

• Anemia sickle sell (sel sabit)

Anemia sel sabit adalah jenis anemia akibat kelainan genetik di mana bentuk sel
darah merah tidak normal sehingga mengakibatkan pembuluh darah kekurangan
pasokan darah sehat dan oksigen untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Dalam
kondisi normal, bentuk sel darah merah itu bundar dan lentur sehingga mudah
bergerak dalam pembuluh darah, sedangkan pada anemia sel sabit, sel darah
merah berbentuk seperti sabit yang kaku dan mudah menempel pada pembuluh
darah kecil. Akibatnya, aliran sel darah merah yang mengandung hemoglobin atau
protein pembawa oksigen terhambat hingga menimbulkan nyeri dan kerusakan
jaringan.

gejala serius yang meliputi:

 Kulit dan bagian putih mata berubah warna menjadi kuning.


 Demam tinggi.Perut bengkak dan terasa sangat sakit.
 Nyeri hebat pada perut, dada, tulang, atau sendi yang tidak hilang.
 Menunjukkan gejala stroke, yaitu kelumpuhan setengah badan
yang mengakibatkan sulit berjalan, berbicara, atau gangguan penglihatan
secara tiba-tiba.

Penyebab Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit bukanlah penyakit menular. Kondisi ini disebabkan mutasi gen
yang diturunkan dari kedua orang tua (harus keduanya) atau disebut resesif
autosomal. Sedangkan anak yang mewarisi mutasi gen hanya dari salah satu
orang tua hanya jadi pembawa penyakit anemia sel sabit dan tidak menunjukkan
gejala apa pun. Mutasi gen pada penderita anemia sel sabit menyebabkan produksi
sel darah merah dengan bentuk yang tidak normal, sehingga menimbulkan berbagai
gangguan pada tubuh.

Diagnosis Anemia Sel Sabit

Diagnosis anemia sel sabit dilakukan melalui pemeriksaan analisa Hb untuk


melihat keberadaan haemoglobin S atau hemoglobin cacat yang memunculkan
anemia sel sabit. Jumlah dari Hb yang normal juga akan diperiksa untuk
menentukan seberapa berat anemia, sehingga dapat mengarahkan ke pemeriksaan
selanjutnya untuk melihat kemungkinan komplikasi. Untuk mendiagnosis anemia
sel sabit sejak dalam kandungan juga dapat dilakukan dengan mengambil sampel
air ketuban untuk mencari keberadaan gen sel sabit.

Komplikasi Anemia Sel Sabit

Adanya penyumbatan pada pembuluh darah bisa menurunkan fungsi atau bahkan
merusak organ-organ tubuh, seperti ginjal, limpa, hati, dan otak. Kondisi ini dapat
menimbulkan beberapa komplikasi, di antaranya:

 Kebutaan, akibat penyumbatan pembuluh darah pada mata yang seiring


waktu akan merusak retina.
 Acute chest syndrome dan hipertensi pulmonal, akibat sumbatan sel sabit di
dalam pembuluh darah paru-paru. Kedua kondisi yang ditandai dengan
gejala sesak napas ini tergolong mematikan.
 Stroke, akibat terhambatnya aliran darah di dalam otak.
 Batu empedu, akibat penumpukan zat bilirubin yang dihasilkan dari sel
darah merah yang rusak secara cepat. Hal ini dapat menimbulkan nyeri
perut dan tubuh tampak berwarna kuning (jaundice).
 Luka pada kulit, akibat sumbatan di pembuluh darah kulit.
 Priapismus atau ereksi berkepanjangan, yang menimbulkan rasa sakit
dan berisiko menyebabkan kerusakan pada penis serta kemandulan.
Priapismus terjadi akibat penyumbatan aliran darah di dalam penis.

• Anemia pada thalassemia minor

Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan dari orang tua. Kelainan


ini membuat penderitanya mengalami anemia atau kurang darah. Kurang darah
yang dialami penderita thalasemia akan menimbulkan keluhan cepat lelah, mudah
mengantuk, hingga sesak napas. Akibatnya, aktivitas penderita thalasemia akan
terganggu. Thalasemia perlu diwaspadai, terutama thalasemia yang berat (mayor),
karena dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal jantung, pertumbuhan
terhambat, gangguan hati, hingga kematian.

Gejala anemia tersebut antara lain:

 Kulit pucat
 Mudah lelah
 Terlihat lemah
 Pusing
 Tidak nafsu makan
 Sulit berkonsentrasi
 Mudah marah
 Jantung berdebar
 Sesak napas

Selain kurang darah, terdapat beberapa kelainan yang dapat dialami oleh penderita
thalasemia, seperti:

 Penyakit kuning.
 Kelainan bentuk wajah, seperti tupai.
 Perut membengkak, akibat pembesaran organ limpa (splenomegali) dan
pembesaran hati (hepatomegali).

penyebab thalasemia

Thalasemia terjadi akibat kelainan genetik. Gen yang mengalami kelainan (mutasi)
adalah gen yang menghasilkan komponen sel darah merah (hemoglobin). Kondisi
ini menyebabkan gangguan produksi sel darah merah yang sehat, sehingga sel
darah merah akan lebih cepat dihancurkan. Kondisi ini membuat penderita
thalasemia mengalami anemia atau kurang darah. Jika salah satu orang tua
memiliki kelainan genetik yang menyebabkan thalasemia, anak yang dilahirkan
berisiko mengalami thalasemia jenis ringan (thalasemia minor). Namun jika kedua
orang tua memiliki kelainan genetik ini, anak yang dilahirkan berisiko mengalami
thalasemia yang berat, yaitu thalasemia mayor. Selain berdasarkan tingkat
keparahannya, thalasemia juga dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan rantai gen
yang rusak, yaitu thalasemia alfa dan thalasemia beta.

Diagnosis Thalasemia,

Thalasemia dapat diketahui melalui gejala yang timbul, serta pemeriksaan yang
dilakukan oleh dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan darah untuk melihat
kelainan sel darah merah dan kelainan genetik penyebab thalasemia.

Komplikasi Thalasemia,

Penyakit thalasemia dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan tumbuh


kembang, kerusakan tulang, hingga penyakit jantung. Selain itu, penanganan
thalasemia dengan transfusi berisiko menimbulkan penumpukan zat besi di dalam
tubuh penderita.

• Anemia pada olahraga

tips olahraga pengidap anemia ;

 Santai, Jangan Terlalu Intens


Ingatlah, kamu enggak berada dalam kondisi yang 100 persen fit dan sehat.
Kata ahli seperti dilansir dalam Livestrong, olahraga yang intens bisa
menimbulkan masalah baru bagi pengidap anemia. Alaannya simpel,
olahraga yang berat bisa meningkatkan kebutuhan zat besi satu hingga dua
miligram perhari.
 Awasi Keluhannya
Kuat tidaknya pengidap anemia saat berolahraga amat bergantung pada
tingkat keparahan anemia atau kurangnya zat besi dalam tubuhnya. Namun,
kata ahli, ada aturan sederhana yang mesti kamu ikuti. Sederhana kok,
segeralah berhenti dari latihan fisik jika kamu mengalami nyeri dada, sesak
napas, palpitasi (jantung berdebar-debar). Setelah itu, mintalah saran atau
penanganan yang tepat dari dokter.
 Pilih Latihan Aerobik
Menurut ahli seperti dilansir dalam The Health Site, latihan aerobik
merupakan jenis latihan yang baik untuk pengidap anemia. Kamu bisa kok
memilih latihan aerobik seperti renang, lari, atau bersepeda. Kuncinya,
lakukan latihan tersebut dengan santai, alias jangan menghabiskan semua
energi yang kamu miliki.
 Perhatikan Pola Makan
Bagi pengidap anemia yang ingin berolahraga, sebaiknya jelilah untuk
memilih makanan agar kebugaran tubuh tetap terjaga. Pengidap anemia
sebaiknya enggak hanya fokus pada makanan yang mengandung banyak zat
besi dan vitamin C saja. Misalnya, seperti daging merah, bayam, kacang
kedelai, kerang, atau tiram. Sebaiknya, lengkapilah menu makanan kamu
dengan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan asam lemak
esensial.
 Lihat Waktunya
Sangat penting untuk menjaga interval waktu agar makanan yang kamu
konsumsi bisa tercerna dengan baik, bukannya berubah menjadi lemak.
Menurut ahli, interval waktu antara waktu makan dan olahraga enggak
boleh lebih dari 3-4 jam. Kamu juga bisa mengonsumsi camilan 45 menit
sebelum berolahraga untuk membantu meningkatkan energi.
 Hindrasi Tubuh
Ingatlah, kurang minum justru akan memperburuk kondisi anemia. Kata
ahli, cukupilah kebutuhan cairan tubuh sebanyak dua sampai tiga liter
perharinya. Yang perlu diketahui, kekurangan cairan akan menimbulkan
banyak masalah bagi tubuh, sebab 70 persen tubuh manusia itu terdiri dari
air.
tanda anemia yang sering diabaykan
 Selalu Merasa Lelah
Kata ahli dari University of Chicago Associate Professor of
Medicine, kelelahan merupakan satu gejala yang amat dominan. Alasannya
sederhana, anemia membuat tubuh enggak memiliki cukup hemoglobin dan
peredaran oksigen jadi tidak merata ke seluruh tubuh.
 Sakit di Bagian Dada
Ketika hanya sedikit sel darah merah yang beredar di dalam tubuh, jantung
perlu bekerja ekstra untuk memompanya ke seluruh bagian tubuh. Hal
inilah yang bisa menimbulkan rasa nyeri di bagian dada.
 Sering Pusing dan Sesak Napas
Tanpa zat besi dan vitamin B12 yang cukup, tubuh kamu enggak akan bisa
menghasilkan hemoglobin yang dibutuhkan tubuh. Padahal, hemoglobin
yang kaya zat besi ini, memungkinkan oksigen mengikat sel-sel darah dan
membawanya dalam aliran darah ke seluruh tubuh. Ketika tubuh
kekurangan hemoglobin, akibatnya beberapa bagian tubuh enggak bisa
menerima oksigen yang mereka butuhkan. Alhasil, kamu akan merasa sesak
napas dan pusing karena oksigen yang begitu sedikit di kepala.

C. Penyebab Umum dari Anemia / Etiologi :


 Kehilangan darah atau Perdarahan hebat seperti, Perdarahan  Akut (mendadak), 
Kecelakaan, Pembedahan, Persalinan, Pecah pembuluh darah, perdarahan Kronik
(menahun), Perdarahan menstruasi yang sangat banyak, serta hemofilia.
 Berkurangnya pembentukan sel darah merah seperti, Defesiensi zat besi,
defesiensi vitamin B12, defesiensi asam folat,dan Penyakit kronik.
 Gangguan produksi sel darah merah seperti, Ketidak sanggupan sumsum tulang
belakang membentuk sel-sel darah.

Tanda dan Akibat Anemia

Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni:

1) Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L).


2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat.
3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan  menjadi
pucat.
4) Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan
pingsan.

Akibat dari penyakit anemia yakni:

a. Anak-anak:
 Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
 Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
 Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena system imun menurun.
b. Wanita:
 Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
 Menurunkan produktivitas kerja.
 Menurunkan kebugaran.
c. Remaja putri:
 Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
 Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
 Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
 Mengakibatkan muka pucat.
d. Ibu hamil:
 Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
 Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau  BBLR
(<2,5 kg).
 Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.
D. Patofisiologi anemia gizi

Anemia gizi besi terjadi ketika pasokan zat besi tidak mencukupi untuk pembentukan sel
darah merah optimal, sehingga sel sel darah merah yang terbentuk berukuran lebih kecil
(mikrositik), warna lebih muda (hipokromik). Simpanan besi dalam tubuh termasuk besi
plasma akan habis terpakai lalu konsentrasi transferin serum mengikat besi untuk
transportasinya akan menurun. Simpanan zat besi yang kurang akan menyebabkan deplesi zat
massa sel darah merah dengan hemoglobin yang di bawah normal, setelah itu pengangkutan
darah ke sel-sel di berbagai bagian tubuh juga berada di bawah kondisi normal (Irianto,
2014).

E. Pencegahan Anemia

Upaya untuk mencegah anemia antara lain ;

a. Makan-makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, hati,
ayam, telur) dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-
kacangan dan tempe).
b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung sumber vitamin C yang
bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya daun katuk, daun
singkong, bayam, jambu, jeruk, tomat, dan nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari khususnya saat mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia segera konsultasikan ke dokter
untuk mencari penyebabnya dan diberikan pengobatan.
e. Menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, es teh, minuman yang
mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan yang akan menghambat
penyerapan asupan zat besi di dalam tubuh.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah


merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
Penyebab Umum dari Anemia / Etiologi : Kehilangan darah atau Perdarahan hebat seperti,
Perdarahan  Akut (mendadak),  Kecelakaan, Pembedahan, Persalinan, Pecah pembuluh darah,
perdarahan Kronik (menahun), Perdarahan menstruasi yang sangat banyak, serta hemofilia.
Berkurangnya pembentukan sel darah merah seperti, Defesiensi zat besi, defesiensi vitamin
B12, defesiensi asam folat,dan Penyakit kronik. Gangguan produksi sel darah merah seperti,
Ketidak sanggupan sumsum tulang belakang membentuk sel-sel darah. Patofisiologi anemia
gizi Anemia gizi besi terjadi ketika pasokan zat besi tidak mencukupi untuk pembentukan sel
darah merah optimal, sehingga sel sel darah merah yang terbentuk berukuran lebih kecil
(mikrositik), warna lebih muda (hipokromik).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/20805804/TERAPI_NUTRISI_PADA_ANEMIA

https://www.alodokter.com/anemia-defisiensi-besi/gejala

https://www.halodoc.com/kesehatan/anemia-defisiensi-vitamin-b12-dan-folat

https://www.halodoc.com/kesehatan/anemia-defisiensi-vitamin-b12-dan-folat

Anda mungkin juga menyukai