Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG DEFISIENSI ZAT BESI

OLEH:

FRANSISKA IRIANI SELADUT (19201013)

GENOFITA EWOL (19201017)

ANASTASIA I. AJENG (19201005)

LUDGARDIS EHOL (19201028)

AURELIA LIS (19201008)

DIANA NURHAYATI (19201009)

ANDIKA PRATAMA (19201006)

FREDERIKUS K OTUNG (19201015)

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmatnya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “DEFISIENSI ZAT
BESI” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini
bertujuan unntuk memenuhi tugas mata kuliah GDK. Penulis juga sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari para pembaca yang bersifat konstruktif demi kelancaran pada
penyusunan makalah selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi referensi tambahan
buat kita semua khususnya teman-teman mahasiswa sarjana keperawatan FKIP Santu
Paulus Ruteng.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Defisiensi Zat Besi
B. Penyebab Defisiensi Zat Besi
C. Gejala Defisiensi Zat Besi
D. Pencegahan Defisiensi Zat Besi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi
untuk proses pembentukan sel darah merah, karena cadangan zat besi kosong
sehingga pembentukan hemoglobin berkurang. World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh
dunia terutama di negara berkembang. Di Indonesia, anemia defisiensi besi masih
merupakan masalah gizi utama, disamping tiga masalah gizi lainnya yaitu (1)
Kurang Energi Protein (KEP), (2) Kurang Vitamin A (KVA) dan (3) Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai
terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah
merah, kemudian dikonversi menjadi hemoglobin, lalu beredar ke seluruh tubuh
yang berfungsi sebagai pembawa oksigen. Kekurangan zat besi mempunyai
pengaruh yang amat besar terhadap tingkat kemampuan dan prestasi belajar, bila
tidak segera diatasi akan terjadi kehilangan sumber daya manusia baru yang
berkualitas. Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat tergantung kepada
keberhasilan bangsa dalam menyiapkan sumber daya manusia yang merupakan
salah satu kebutuhan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan nasional. Pembangunan kesehatan
manusia tidak hanya kesehatan mental maupun fisik tetapi juga kesehatan untuk
mencapai kecerdasan khususnya anak sekolah (Soeida, 2008).
Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya konsentrasi sel darah merah atau
menurunnya kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal, penurunan kadar
tersebut banyak di jumpai pada anak karena kurangnya zat besi, sehingga anemia
ini dapat disebut juga sebagai anemia defisiensi besi (anemia kurang zat besi).
B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan anemia defisiensi besi ?
 Apa saja penyebab dari anemia defisiensi besi ?
 Apa saja gejala dari anemia defisiensi besi ?
 Apa saja pencegahan dari anemia defisiensi besi ?
C. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian dari anemia defisiensi besi
 Untuk mengetahui penyebab anemia defisiensi besi
 Untuk mengetahui gejala dari anemia defisiensi besi
 Untuk mengetahui pencegahan dari anemia defisiensi besi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan kekurangan zat besi
sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah yang sehat. Zat besi diperlukan
tubuh untuk menghasilkan komponen sel darah merah yang dikenal sebagai
hemoglobin. Saat tubuh mengalami anemia defisiensi besi, maka sel darah merah
juga akan mengalami kekurangan pasokan hemoglobin yang berfungsi mengangkut
oksigen dalam sel darah merah untuk disebarkan ke seleuruh jaringan tubuh.
Anemia pada umumnya mudah ditangani. Namun jika dibiarkan tanpa pengobatan,
risiko penderita terserang penyakit dan infeksi semakin besar. Hal ini dikarenakan
defisiensi zat besi juga berpengaruh pada sistem imunitas tubuh.
Hemoglobin di dalam sel darah merah dibutuhkan tubuh untuk mengikat dan
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh organ tubuh. Hemoglobin juga
berperan dalam pembuangan karbondioksida dari sel-sel tubuh ke paru-paru.
B. Penyebab Anemia defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi dapat terjadi apabila tubuh tidak mengandung zat besi dalam
jumlah yang cukup untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin merupakan
bagian dari sel darah merah yang memberikan warna merah pada darah dan
memungkinkan sel darah merah untuk menghantarkan darah yang teroksigenasi ke
berbagai jaringan tubuh.
Pada orang yang tidak mengonsumsi zat besi dalam jumlah yang cukup atau
mengalami kehilangan zat besi yang berlebih, tubuh tidak dapat memproduksi
hemoglobin dalam jumlah yang cukup, dan anemia defisiensi besi dapat terjadi.
Beberapa penyebab dari anemia defisiensi besi dapat mencakup:
 Kehilangan darah. Darah mengandung zat besi di dalam sel darah merah.
Oleh sebab itu, apabila seseorang mengalami kehilangan darah, zat besi
juga akan berkurang.
Wanita yang mengalami menstruasi dengan pengeluaran darah berlebih
dapat memiliki risiko terjadinya anemia defisiensi besi saat haid.
Kehilangan darah yang perlahan dan kronis, misalnya akibat dari ulkus
peptikum, polip usus besar, atau kanker kolorektal, dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
 Kurangnya zat besi di dalam tubuh. Tubuh mendapatkan zat besi secara
reguler dari makanan yang dikonsumsi. Pada individu yang mengonsumsi
zat besi dalam jumlah sedikit, dapat terjadi defisiensi zat besi seiring dengan
berjalannya waktu.
Beberapa contoh makanan yang kaya zat besi adalah daging, telur, sayuran
hijau, dan makanan yang difortifikasi dengan zat besi. Untuk pertumbuhan
dan perkembangan yang adekuat, anak juga membutuhkan zat besi dalam
diet sehari-hari.
 Tanpa suplementasi zat besi, anemia defisiensi besi dapat terjadi pada
wanita hamil karena cadangan zat besi yang disimpan di dalam tubuh
dibutuhkan untuk mengimbangi peningkatan volume darah serta menjadi
sumber hemoglobin untuk janin yang berkembang.
 Ketidakmampuan untuk menyerap zat besi. Zat besi dari makanan diserap ke
aliran darah melalui usus halus. Adanya gangguan usus tertentu, seperti
penyakit celiac, yang memengaruhi kemampuan usus dalam mengabsorpsi zat
gizi dari makanan yang sudah dicerna, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
C. Gejala Defisiensi Besi
Pada tahap awal, tanda dan gejala dari anemia defisiensi besi dapat sangat ringan
dan tidak tampak secara jelas. Namun, seiring dengan berkurangnya kadar zat besi,
anemia dapat memburuk dan tanda dan gejala dapat lebih tampak.
Beberapa tanda dan gejala dari anemia defisiensi besi dapat mencakup:
 Rasa lelah yang berlebih
 Kelemahan
 Kulit tampak pucat
 Nyeri dada, denyut jantung yang cepat, atau sesak napas
 Nyeri kepala atau rasa pusing
 Tangan dan kaki teraba dingin
 Peradangan atau rasa nyeri pada lidah
 Kuku yang rapuh
 Rasa mengidam yang tidak umum terhadap benda yang tidak bernutrisi,
seperti es batu dan sebagainya
 Nafsu makan yang tidak baik, terutama pada anak dengan anemia defisiensi
besi
D. Pencegahan Anemia Defisiensi Besi
Risiko terjadinya anemia defisiensi besi dapat diminimalkan dengan mengonsumsi
makanan yang kaya zat besi.
Beberapa jenis makanan yang kaya zat besi adalah:
 Daging merah dan daging unggas
 Kacang-kacangan
 Sayuran hijau, sepeti bayam
 Buah-buahan, seperti kismis dan apricot
 Sereal, roti, dan pasta yang difortifikasi dengan zat besi
 Kacang polong
Tubuh menyerap zat besi dalam jumlah yang lebih tinggi dari daging dibandingkan
sumber-sumber lainnya. Pada individu yang tidak mengonsumsi daging, asupan makanan
yang kaya zat besi dari sumber lainnya dapat ditingkatkan.
Selain itu, mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C dapat menunjang penyerapan zat
besi oleh tubuh. Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi jus sitrus atau
mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C seperti jeruk, kiwi, brokoli, melon, stroberi, tomat,
dan sebagainya pada saat yang bersamaan dengan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang disebabkan kurangnya zat besi untuk
sintesis hemoglobin. Pengobatan anemia defisiensi zat besi yang utama adalah pemberian
obat yang mengandung zat besi, seperti daging berwarna merah dan hati ayam.
Kurangnya zat besi berakibat pada kurangnya pasokan sel darah merah yang ada dalam
tubuh, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan klinik serta kelainan.

B. Saran

Sebaiknya mencegah anemia defisiensi besi dengan menjaga pola makan yang benar,
istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan besi (Fe) serta mengkonsumsi tablet besi
(Fe) secara teratur sesuai kebutuhan yang dianjurkan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu

https://www.alodokter.com

https://m.klikdokter.com
CARA MENCEGAH ANEMIA
GEJALA ANEMIA

anemia
anemia yang disebabkan
kekurangan zat besi
defisiensi
sehingga terjadi penurunan
jumlah sel darah merah
yang sehat

PENYEBAB

tubuh tidak mengandung zat besi


dalam jumlah yang cukup untuk
memproduksi hemoglobin

Anda mungkin juga menyukai