Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas praktikum Ilmu Gizi
Disusun oleh :
Finalianisya Febriani
P1337431220106
Kelas Regular B
Tingkat 1 Semester 1
Anemia gizi merupakan keadaan kadar hemoglobin dalam darah yang lebih
rendah dari normal akibat kekurangan suatu macam atau lebih zat-zat gizi yang
diperlukan untuk pembentukan darah, seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, dan
protein. Kekurangan asam folat adalah asosiasi umum dari anemia nutrisi dan anemia
defisiensi besi adalah gangguan nutrisi yang paling umum.
Anemia gizi adalah kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi.
Atau dapat juga diartikan Anemia gizi yaitu suatu keadaan dengan kadar
hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidak
mampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam produksi guna
mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal, sedangkan anemia gizi besi
adalah anemia yang timbul, karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel
darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu.
Anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam tubuh
tidak kuat, sehingga tidak dapat berfungsi baik di dalam tubuh. Anemia ditandai
dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin atau hematrokit nilai ambang batas yang
disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan hemoglobin,
meningkatnya kerusakan eritrosit, atau kehilangan darah yang berlebihan. Defisiensi
Fe berperan besar dalam kejadian anemia, namun defisiensi zat gizi lainnya, kondisi
non gizi, dan kelainan genetic juga memainkan peran terhadap anemia.
Anemia Gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan
absorbs. Zat gizi yang bersangkutan dalah besi, protein, pridoksin (vitamin B6) yang
berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem didalam molekul hemoglobin, vitamin
C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferrin ke dalam jaringan
tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi membrane sel darah merah. Anemia Gizi
juga bisa disebabkan dari non gizi yaitu berupa infeksi. Namun, penyebab nomor satu
dari jenis anemia ini adalah kekurangan zat besi.Salah satu peyebab kurangnya asupan
zat besi adalah karena pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih didominasi
sayuran sebagai sumber zat besi (non heme iron), jarang dikonsumsi terutama oleh
masyarakat di pedesaan sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan
penyerapan zat besi.
Selain itu, kekurangan zat besi dalam tubuh seseorang juga bisa berasal dari
bakteri maag . Mikroba ini hidup di jalur pencernaan dan setelah bertahun-tahun
menyebabkan tukak di lapisan perut atau usus kecil Anda. Oleh karena itu, persentase
pasien anemia gizi yang tinggi mungkin memiliki potensi gangguan gastrointestinal
yang menyebabkan kehilangan darah kronis. Ini umum terjadi pada orang yang
mengalami gangguan sistem kekebalan, lansia, dan penderita diabetes. Kehilangan
darah yang tinggi juga bisa berasal dari peningkatan kehilangan darah selama
menstruasi, persalinan, kanker usus, dan kelainan yang menghambat kemampuan
darah untuk membeku. Pengobatan dapat menimbulkan efek samping dan
menyebabkan anemia gizi juga. Obat-obatan yang menghentikan penyerapan zat besi
di usus dan menyebabkan pendarahan dari usus ( NSAID dan Aspirin ) dapat menjadi
penyebab perkembangan kondisi ini. Hidrokortison dan asam valproik juga
merupakan dua obat yang menyebabkan perdarahan sedang dari usus. Amoksisilin
dan fenitoin adalah kemampuan untuk menyebabkan kekurangan vitamin B12.
Penyebab dari anemia defisiensi besi salah satunya adalah adanya pendarahan.
Jika tidak dilakukan tindakan medis, pengidap akan mengalami komplikasi yang
serius, termasuk gagal jantung dan tertundanya perkembangan janin bagi ibu hamil.
Penyebab umum lainnya adalah gangguan tyroid, toksisitas timbal, penyakit infeksi
(misalnya malaria), alkoholisme, dan defisiensi vitamin E.
Gejala anemia gizi karena defisiensi zat besi bergantung pada kecepatan
terjadinya anemia pada diri seseorang. Gejalanya dapat berkaitan dengan kecepatan
penurunan kadar hemoglobin mempengaruhi kapasitas membawa oksigen, maka
setiapn aktivitas fisik pada anemia defisiensi zat besi akan mengeluhkan rasa mudah
Lelah dan mengantuk. Keluhan lainnya adalah sakit kepala, tinnitus dan gangguan cita
rasa. Kadangkala antara kadar hemoglobin dan gejala anemia terdapat korelasi buruk.
Semakin meningkatnya intensitas dafisiensi zat besi, penderita anemia defisiensi zat
besi yang sudah berlangsung lama dapat muncul gejala dengan ditemukannya antrofi
papilaris pada lidah dan bentuk kukunya dapat berubah menjadi bentuk sendok.
Meningkatkan asupan makanan yang kaya zat besi seperti hati ayam, daging merah,
dan bayam.
Mengonsumsi suplemen zat besi dalam bentuk tablet secara rutin dua sampai tiga kali
dalam sehari.
Transfusi sel darah merah (RBC) pada anemia defisiensi besi berat.
Menghilangkan infeksi parasit dengan mengobati infeksi cacing tambang agar dapat
meningkatkan nutrisi dan mengobati anemia.
Pada bayi dan anak, pencegahan dilakukan dengan memberikan ASI atau susu
formula yang sudah difortifikasi zat besi selama satu tahun pertama. Setelah satu
tahun pertama, jangan memberikan susu lebih dari 700 mililiter per hari. Konsumsi
susu yang berlebihan akan menggantikan makanan lain yang kaya akan kandungan
zat besi. Pada bayi di bawah satu tahun, pemberian susu sapi murni tidak dianjurkan,
karena susu sapi murni bukan sumber zat besi yang baik untuk bayi.
Pada wanita hamil, konsumsi suplemen penambah zat besi secara rutin.
Pada orang dewasa, lakukan pencegahan dengan menghindari makanan dan minuman
yang dapat menghambat penyerapan zat besi, serta dengan mengonsumsi makanan
dan minuman kaya vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi.