BAB II
2.1 Pengertian
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin
dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang paling sering pada
bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan nutrisi tertentu.
Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan dewasa kira-kira 5 g. untuk
mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertam
kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan untuk
menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu untuk mempertahankan
keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus direabsorbsi setiap hari.
Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak sekolah dasar berumur 7-
13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia yang diderita,50% di antaranaya menderita ADB.
ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang anak.Hal ini disebabkan karena
defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan antara lain kelainan kuku
(kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan pemberian besi,dapat
pula memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya tahan tubuh terhadap
infeksi,gangguan prestasi belajar,atau gangguan mental yang lainnya yang dapat berlangsung lama
bahkan menetap.Oleh karena itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus dimulai sedini
mungkin.Demikian juga tindakan pencegahannya
Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada tahap awal kita
akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian jika kekurangan berlanjut kadar
besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses pembentukan hemoglobin akan terganggu
dan menyebabkan anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang
diperlukan untuk pamatangan eritrosit.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan
yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
2.2 Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorpsi, serta
kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
- Saluran cerna à Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
hemoroid, dan infeksi cacing tambang
2. Faktor nutrisi à akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak
baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat à seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan
2.3 Patofisiologi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi semakin menurun.
Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi
berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang. Sehingga menimbulkan
gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut iron
deficien erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut iron
deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim
yang dapat menimbulkan gejala pada kuku epitel mulut dan faring, serta berbagai gejala lainnya
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe
mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit
mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.
3. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne, syok
4. Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat kompensasi
adalah:
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya sering di kaitkan
dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman
O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta
distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang
dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat
digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
2. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10 g/dl
terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb
turun <> 100 µg/dl eritrosit
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah
sebagai berikut :
a. Koilorikia à Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan menjadi
cekung seperti sendok.
b. Atrofi papilla lidah à Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
c. Stomatitis angularis à adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan.
2.5 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering dipakai adalah
ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop).
Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai adalah 4-6 mg besi
elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama
2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.1,2
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Dapat
menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb
tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini
mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung berdasarkan :
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
Ø Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia yang
sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi. Pemberian PRC
dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman
sambil menunggu respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb
< style="font-weight: bold;">II.
2. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum
Meckel.
3. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari
hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)
Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta
memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat
diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat
secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan
pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita yang tidak
dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.
4. Pencegahan
Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada masa awal
kehidupan adalah meningkatkan penggunaan ASI eksklusif, menunda penggunaan susu sapi sampai
usia 1 tahun, memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan
asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6 bulan, memberikan
suplementasi Fe kepada bayi yang kurang bulan, serta pemakaian PASI (susu formula) yang
mengandung besi.
2.6 Komplikasi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan
kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah
terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap
ini. Tahap ini terbagi atas:
1) Anamnesa
a. Identitas Pasien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
c. Riwayat Kesehatan.
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan
apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan apakah pasien dulu pernah
kekurangan makanan yang mengandung asam folfat, Fe.
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia defisiensi besi
yang cenderung diturunkan secara genetik.
2. Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Tanda :
Ø Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
Ø Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala :
Ø Riwayat kehilangan darah kronis, mis, perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebihan)
Tanda :
Ø TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural
Ø Disritmia Abnormalitas EKG, misl. depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T :
takikardia
Ø Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)
dan dasar kuku (Catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan); kulit
seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA)
Ø Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)
Ø Kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB)
Ø Rambut : Kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur (AP)
c. Integritas Ego
Gejala :
Tanda :
Ø Depresi
d. Eliminasi
Gejala :
Tanda :
Ø Destensi abdomen
e. Makanan/Cairan
Gejala :
Ø Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi
(DB)
Ø Tidak pernah puas mengunyah atau jika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat tanah liat dan
sebagainya (DB)
Tanda :
Ø Lidah tampak merah daging/halus 9AP : defisiensi asam folat dan vitamin B12.
Ø Membran mukosa kering pucat
Ø Bibir : Selitis, mis. Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB)
f. Higiena
Tanda :
g. Neurosensori
Gejala :
Tanda :
Ø Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg positif, paralisis
(AP)
h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
i. Pernapasan
Gejala :
Tanda :
Ø Takipnea, ortopnea dan dispnea
j. Keamanan
Gejala :
Ø Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis. Benzen, insektisida, fenilbutazon, naftalen
Ø Gangguan penglihatan
Tanda :
Ø Limfadenopati umum
k. Seksualitas
Gejala :
Ø Impoten
Tanda :
3. Pemeriksaan SADT
Sediaan apus darah tepi memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat hipokrom, mikrositik, kadang
ditemukan target cell dan poikilosit berbentuk pensil/ pencil cell. Jumlah retikulosit rendah
sebanding dengan derajat anemia.
4. Pemeriksaan Fisik
Ø jantung
B. Diagnosa Keperawatan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, tidak mau
makan
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai oksigen deng
kebutuhan miokard
C. NCP
3. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan - Berikan susu pada - Terlalu banyak
kebutuhan asuhan keperawatan bayi sebagai makanan minum susu, akan
berhubungan dengan selama 1 x 24 jam suplemen setelah menurunkan masukan
anoreksia, mual, diharapkan anak makanan padat
muntah, tidak mau mendapatkan diberikan. makanan padat.
makan kebutuhan nutrisi
yang tepat. - Sajikan makanan - Mengurangi resiko
sedikit tapi sering dari penurunan terjadi
KH : pada 3 kali dalam porsi muntah.
besar.
- Berat badan anak -
kembali normal. - Instruksikan
keluarga untuk - Untuk memenuhi
- Anak memberikan asupan kebutuhan nutrisi dan
mendapatkan makanan yang cukup suplemen yang
suplemen yang dan suplemen (Fe). dibutuhkan oleh
dibutuhkan missal tubuh.
(Fe) - Dorong klien untuk
makan semua -
- Tidak mengalami makanan atau
tanda malnutrisi. - Klien mungkin
makanan tambahan. hanya makan sedikit
karena kehilangan
minat pada makanan
- Berikan pilihan serta mengalami mual.
makanan yang mereka
sukai. - Makanan yang
mereka makan pasti
- Ukur masukan diet dihabiskan.
harian dengan jumlah
kalori. - Memberikan
informasi tentang
kebutuhan pemasukan
atau defisiensi.
Suhu : 37 C - Agar
memaksimalkan
HR : 60 x/i - Kaji adanya ekpansi paru
RR: 20x/i edema.
- Memenuhi
kebutuhan oksigen
- Diuretik bertujuan
untuk menurunkan
volume plasma dan
- Posisikan pasien menurunkan retensi
pada keadaan semi cairan dijariangan,
fowler sehingga menurunkan
resiko terjadi edema
paru
- Berikan oksigen
sesuai indikasi
- Kolaborasi
pemberian diuretik.
6. Resiko perdarahan Setelah diberikan - Awasi nadi, TD, dan - Peningkatan nadi
b/d penurunan faktor asuhan keperawatan CVP bila ada. dengan penurunan TD
pembekuan darah selama 24 jam dan CVP dapat
diharapkan anak menunjukkan
dapat mnurunkan kehilangan volume
resiko perdarahan. darah sirkulasi,
KH : memerlukan evaluasi
lanjut.
- Mempertahankan - Catat perubahan
homeastasis dengan mental atau tngkat - Perubahan dapat
tanpa perdarahan. menunjukkan
- Menunjukkan kesadaran perbahan perfusi
perilaku penurunan jaringan serebral
resiko perdarahan. sekunder terhadap
hipoolemia,
hipoksemia.
- Dorong
menggunakan sikat gigi - Pada adanya
halus gangguan faktor
pembekuan, trauma
minimal dapat
menyebabkan
perdarahan mukosa.
- Meminimalkan
- Gunakan jarum kecil kerusakan jaringan,
untuk injeksi, tekan menurunkan resiko
lebih lama pada bagian perdarahan/hematoma
bekas suntikan.
- Koagulasi
- memanjang,
berpotensi untuk
- Hindarkan resiko perdarahan.
penggunaan produk
yang mengandung
aspirin
- Indikator anemia,
kolaborasi
perdarahan aktif/
- Awasi Hb/Ht dan terjadinya komplikasi
faktor pembekuan (contoh: KID)
- Menungkatkan
sintesis protombin dan
- Berikan obat sesuai koagulasi
indikasi. Vitamin
tambahan (contoh: vit
K, D, C)
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS :
Ny.K 35 tahun datang ke RS Raden, dengan keluhan klien mengatakan dadanya nyeri, sakit kepala
dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan
berat badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak napas, dan klien
tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak pucat, pada sudut
tampak bercak berwarna pucat keputihan, kuku pasien tampak melengkung seperti sendok.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD : 110/70 mmHg, Suhu : 35 0 C, HR : 89x/i, RR :
25x/i, (Hb didapat ; Hb 9 g/dl, kadar zat besi 3mg),TB 158 cm, BB : 45 Kg.
A. PENGKAJIAN
DS :
Ø Klien mengatakan sesak napas dan lemas, cepat lelah pada saat beraktivitas
DO :
Ø TD : 110/70
Ø Suhu : 350 C
Ø HR : 89x/i
Ø RR : 25x/i
Ø BB : 45 Kg
B. ANALISA DATA
Do :
Ø TD : 110/70mmHg
Ø HR : 89x/i
Ø RR : 25x/i
DO :
Ø BB 50 Kg
DO :
Ø HR : 89x/i
Ø RR : 25x/i
C. NCP
1. Gangguan rasa Klien akan Ø Kaji keluhan nyeri, Ø Nyeri pada anemia
nyaman nyeri b.d menunjukan lokasi dan lamanya (skala membuat hipoksia dan
penurunan O2 ke kebutuhan 0-10). dapat menimbulkan infark.
jaringan Oksigen
terpenuhi Ø Observasipetunjuk Ø Petunjuk non verbal
nyeri non verbal. Misal: yang dapat membantu
KH: denggan bergerak, mengevaluasi nyeri dan
ekspresi wajah. keefektifan terapi.
- Menunjukkan
postur badan Ø Biarkan anak Ø Meningkatkan
rileks. mengambil posisi yang kenyamanan dan resiko
nyaman misal gunakan terjadinya cedera
- Bebas posisi miring, tinggikan menurunkan nyeri dan
bergerak. kepala sedikit pada meningkatkan
- Mampu tempat tidur tanpa kenyamanan.
istirahat dengan menggunakan bantal.
tepat. Ø Lakukan pijatan lokal
hati-hati pada area luka.
Ø Hangat menyebabkan
vasodilatasi, meningkatkan
sirkulasi. Dingin
menyebabkan
vasokontriksi.
Ø Kolaborasi tentang
pemenuhan diet klien
Ø Meningkatkan secara
fsikologis .
Ø Meningkatkan
pemenuhan sesuai dengan
kondisi klien
Ø Meningkatkan kontraksi
Ø Selama aktivitas kaji otot sehingga membantu
EKG,dispnea,sianosis,kerja aliran vena balik.
dan frekuensi nafas,serta
keluhan subjektif. Ø Untuk mengetahui
fungsi jantung bila
dikaitkan dengan aktivitas.
Ø Untuk mendapatkan
cukup waktu resolusi bagi
tubuh dan tidak terlalu
memaksa kerja jantung.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang
diperlukan untuk pamatangan eritrosit.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan
yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorpsi, serta
kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
Ø Saluran cerna à Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid,
dan infeksi cacing tambang
2. Faktor nutrisi à akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak
baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat à seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik
lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to Diagnosis
and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New York;
Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1.
Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html