Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Teori

A. Anemia pada Kehamilan

Menurut Alodokter (2016) anemia pada ibu hamil yang tidak ditangani dengan

benar dapat meningkatkan risiko komplikasi yang berbahaya, seperti persalinan prematur.

Selain itu, anemia juga dapat meningkatkan risiko bayi terlahir dengan berat di bawah rata-

rata. Pada sisi ibu, anemia dapat memicu depresi pasca persalinan. Ibu hamil memerlukan

lebih banyak sel darah untuk mendukung perkembangan janin. Ketika mengalami anemia,

kebutuhan ini tidak tercukupi sehingga oksigen yang disalurkan pada jaringan tubuh dan

janin menjadi terbatas. Hal yang perlu dicermati adalah kadang-kadang gejala anemia juga

tampak mirip dengan gejala kehamilan yang umumnya dialami. Apalagi anemia ringan

memiliki kemungkinan tidak menimbulkan gejala yang jelas. Namun, jika kondisi anemia

meningkat, kemungkinan ibu hamil akan merasakan:

• Cepat lelah dan merasa lemah, serta tampak pucat

• Denyut jantung tidak teratur

• Sesak napas

Sebagian penderita anemia memiliki kecenderungan tertentu, seperti keinginan mengonsumsi

bahan-bahan yang tidak umum dimakan, seperti tepung jagung atau bahkan tanah liat. Selain

itu ada beberapa gejala anemia yang mungkin akan dirasakan ibu hamil, seperti sakit kepala,

merasa gatal-gatal, perubahan pada indera perasa, rambut rontok, telinga berdenging, dan

sariawan di pinggir mulut Untuk memastikan diagnosis anemia pada ibu hamil, maka perlu
dilakukan tes darah. Pemeriksaan darah umumnya dilakukan pada pemeriksaan kehamilan

yang pertama, kemudian dilakukan satu kali lagi selama kehamilan

2. Jenis Anemia dalam Kehamilan

Menurut Handayani dan Hariwibowo (2008), jenis-jenis anemia dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Zat Besi

Kondisi anemia yang terjadi ketika tubuh mengalami kekurangan zat besi sehingga

hemoglobin tidak mencukupi. Padahal hemoglobin merupakan salah satu protein dalam sel

darah merah yang membawa oksigen dan paru paru ke tubuh. Pada ibu hamil yang menderita

defisiensi zat besi oksigen tidak terikat oleh darah secara cukup sehingga mengalami

gangguan kekurangan zat besi. Inilah kondisi yang paling umum yang terjadi pada ibu hamil.

2. Anemia Defisiensi Folat

Asam folat masuk dalam kelompok vitamin B. Bahkan tubuh membutuhkan folat dalam

membentuk sel sel baru bahkan sel darah merah yang sehat. Pada saat ibu hamil dibutuhkan

folat tambahan. Kekurangan folat pada ibu hamil akan menyebabkan kondisi tubuh tidak

dapat membuat sel darah merah yang cukup untuk menyangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Bahkan kekurangan folat bisa meningkatkan risiko cacar lahir.

3. Anemia Defisiensi Vitamin B12

Pada tubuh yang membentuk sel darah merah yang sehat maka dibutuhkan vitamin B12.Ibu

hamil tidak hanya mencukupi kebutuhan vitamin B12 dari makanan saja melainkan harus

mendapatkan tambahan.
Apalagi untuk ibu hamil yang tidak menyukai sumber vitamin B12 yaitu daging unggas, susu

dan telur akan kesulitan mencukupi kebutuhan vitamin B12. Konsultasikan dengan dokter

untuk mengurangi kekurangan vitamin B12 pada tubuh ibu hamil

3. Faktor Penyebab Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada ibu hamil terjadi karena adanya peningkatan jumlah plasma dan eritrosit

Peningkatan plasma sebanyak tiga kali pada jumlah eritrosit akan menyebabkan penurunan

perbandingan hemoglobin-hematokrit sehingga akan meningkatkan risiko anemia fisiologis

pada saat hamil. Meskipun pada saat hamil anemia fisiologis termasuk dalam keadaan yang

normal. Ibu hamil dideteksi mengalami anemia apabila ditemukan kadar Hb kurang dari 11

gr/dl pada trimester I dan III kehamilan. Selain itu pada trimester kedua kadar Hb kurang dari

10,5 gr/dl. Sedangkan pada ibu hamil yang mengalami anemia karena penyebabnya adalah

produksi hemoglobin dimana ditemukan adanya defisiensi nutrisi atau produksi rantai

Hemoglobin.

Ibu hamil adalah golongan terbesar mengalami anemia. Ditemukan 56% mengalami

anemia pada saat hamil. Penyebab anemia pada ibu hamil diantaranya adalah produksi rantai

hemoglobin karena adanya penyakit tertentu atau mengalami gangguan produksi hemoglobin

karena kurangnya zat besi, asam folat ataupun vitamin B12.

Pada kondisi tertentu ibu hamil dapat mengalami anemia karena terjadinya pendarahan,

infeksi parasit, kegagalan sumsum tulang atau penyakit tertentu lainnya. Dengan demikian

penyebab anemia pada ibu hamil berbeda-beda sehingga apabila ditarik kesimpulan dari

faktor penyebab anemia pada ibu hamil.


Anemia dibedakan menjadi anemia defisiensi besi, anemia hipoplastik, anemia megaloblastik

dan anemia hemolitik. Untuk mengetahui anemia yang dialami ibu hail diperlukan

pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jumlah eritrosit. eletroforesa Hb, jumlah

retikulosit dan kadar besi serum.

4. Pencegahan Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada ibu hamil dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen zat besi. Salah

satu yang umum diberikan adalah ferrous sulphate, yang dikonsumsi dua hingga tiga kali per

hari. Sebagian orang mengalami efek samping dari konsumsi suplemen zat besi ini, seperti

sakit perut, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati, mual, atau tinja yang berwarna gelap.

Konsultasikan kepada dokter jika efek samping ini terjadi setelah mengonsumsi suplemen zat

besi Ibu hamil memerlukan 27 miligram zat besi per hari. Selain melalui suplemen,

kekurangan zat besi juga bisa ditangani melalui pola makan.

Menambah asupan makanan mengandung zat besi merupakan salah satu cara

mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil. Konsumsi pola makan seimbang,

kemudian tambahkan minimal tiga porsi makanan kaya zat besi. Contoh makanan yang

banyak mengandung zat besi adalah ikan, daging merah, ayam, sayur berwarna hijau gelap,

kacang-kacangan, biji-bijian, dan sereal yang sudah difortifikasi zat besi. Selain itu, sumber

makanan kaya zat besi lainnya yang mudah ditemukan, seperti telur dan tahu. Agar tubuh

dapat menyerap zat besi dengan maksimal, diperlukan juga asupan kaya vitamin C yang

dapat ditemukan dalam jeruk, stroberi, kiwi, dan tomat. Anda dapat mengombinasikan antara

kedua jenis makanan tersebut untuk asupan optimal.


5. Dampak Anemia dalam Kehamilan.

Anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang tidak ditangani maka dapat

meningkatkan risiko seperti bayi prematur atau mengalami berat badan yang rendah saat

lahir. Sedangkan pada ibu hamil akan mengalami kehilangan sejumlah besar darah pada saat

persalinan dan mengalami depresi setelah melahirkan. Sedangkan risiko anemia pada

kehamilan yang disebabkan karena defisiensi folat maka dapat meningkatkan risiko bayi lahir

prematur atau mengalami berat badan yang rendah dan juga bayi mengalami cacat lahir yang

serius pada otak dan tulang belakang. Begitu juga dengan anemia yang disebabkan karena

kekurangan vitamin B12 akan berdampak pada perkembangan janin. Pada ibu yang

mengalami anemia kekurangan vitamin B12 maka akan meningkatkan risiko melahirkan bayi

dengan cacat tabung saraf. Maka dapat disimpulkan dampak anemia pada ibu dan janin

diantaranya dapat menyebabkan keguguran, pendarahan, mengalami depresi setelah

melahirkan, infeksi yang berhubungan dengan intrapartum dan postpartum. Bahkan anemia

yang sangat berat ditandai dengan Hb dibawah 4 gr akan menyebabkan gangguan jantung

bahkan hingga berampak gangguan pada kehamilan dan persalinan.

6. Penatalaksanaan Anemia dalam Kehamilan

Sedangkan untuk pengobatan ibu hamil yang mengalami anemia sebaiknya

dikonsultasikan dengan dokter. Konsumsi suplemen zat besi dan asam folat yang dibutuhkan

oleh tubuh. Bahkan dokter atau bidan akan menyarankan anda untuk menambah dengan

mengkonsumsi makanan dengan kandungan asam folat dan zat besi yang lebih banyak.

Pada ibu hamil yang mengalami anemia akandisarankan untuk melakukan pemeriksaan

dalam jangka waktu tertentu untuk mengontrol kesehatan ibu dan janin. Pemeriksaan ibu

hamil untuk mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak dapat dengan melakukan

pemeriksaan dokter. Pemeriksaan Hemoglobin yang dapat mengukur jumlah hemoglobin


sehingga protein zat besi dapat membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kemudian dilakukan

pemeriksaan hematokrit yang dapat mengukur presentase sel darah merah pada sampel darah.

7. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah hasil

tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek

tertentu (Surajiyo, 2000).

1. Komponen Pengetahuan

Menurut Bahm dalam (Wibisana, 1997), ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan enam

komponen penting: 1) masalah (problems), 2) sikap (attitude); 3) metode (method); 4)

aktivitas (activity); 5) kesimpulan (conclusion); 6) pengaruh (effects). Penjelasannya adalah

sebagai berikut:

1. Masalah (Problems)

Menurut Bahm, suatu masalah bisa dianggap ilmiah, sedikitnya memiliki tiga ciri:

1) terkait dengan komunikasi; 2) sikap ilmiah dan 3) metode ilmiah. Tidak ada masalah yang

disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Jika belum

atau tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain atau masyarakat maka belum dianggap

ilmiah. Tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa

dihadapkan pada sikap ilmiah. Demikian pula tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah

kecuali harus terkait dengan metode ilmiah.


2. Sikap (attitude)

Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Bahm setidaknya harus memiliki enam ciri pokok,

yaitu: 1) keingintahuan (curiosity), 2) spekulasi (speculativeness), 3) kemauan untuk berlaku

objektif (willingness to be objective); 4) terbuka (open maindedness); 5) kemauan untuk

menangguhkan penilaian (willingness to suspend judgment) dan 6) bersifat sementara

(tentativity). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1). Keingintahuan (curiosity). Keingintahuan harus dimiliki oleh seorang ilmuwan, seperti

keinginan untuk menyelidiki, investigasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.

2). Spekulasi (spiculativeness). Hal ini penting dalam rangka menguji hipotesis. Spikulasi

juga merupakan ciri penting dalam sikap ilmiah.

3). Kesadaran untuk berlaku objektif (willingness to he objective). Sikap ini penting, sebab

objektivitas merupakan ciri ilmiah. Sikap demikian harus dimiliki oleh seorang ilmuwan.

Menurut Bahm sikap objektif harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut:

•Memiliki sifat rasa ingin tahu terhadap apa yang diselidiki untuk memperoleh pemahaman

sebaik mungkin;

• Melangkah dengan berdasarkan pada pengalaman dan alasan, artinya, pengalaman dan

alasan saling mendukung, karena alasan yang logis dituntut oleh pengalaman;

• Dapat menerima data sebagaimana adanya (tidak ditambah dan dikurangi).

Hal ini terkait dengan sikap objkektif seorang ilmuwan,

•Bisa menerima perubahan (fleksibel, terbuka), artinya jika objeknya berubah, maka seorang

ilmuwan mau menerima perubahan tersebut:


•Berani menanggung resiko kekeliruan. Oleh sebab itu trial and errormerupakan karakteristik

dari seorang ilmuwan,

•Tidak mengenal putus asa, artinya gigih dalam mencari objek atau masalah, hingga

mencapai pemahaman secara maksimal

4). Terbuka (open mindedness), artinya selalu bersedia menerima kritik dan saran ilmuwan

lain secara lapang dada.

5). Menangguhkan keputusan penilaian (willingness to suspend judgment), artinya bersedia

menangguhkan keputusan sampai semua bukti penting terkumpul.

6). Bersifat sementara, artinya harus menerima bahwa kesimpulan ilmiah bersifat sementara.

3. Metode (Method)

Menurut Bahm, bahwa esensi dari sebuah pengetahuan adalah metode. Setiap pengetahuan

memiliki metodenya sendiri sesuai dengan permasalahannya. Meski diantara para ilmuwan

terjadi perbedaan tentang metode ilmiah, tetapi mereka sepakat bahwa masalh tanpa

observasi tidak akan menjadi ilmiah, sebaliknya observasi tanpa masalah juga tidak akan

menjadi ilmiah. Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan adalah aktivitas menyelesaikan

masalah dan melihat metode ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik yang esensial

bagi penyelesaian masalah. Ada lima langkah esensial dan ideal menurut Bahm- dalam

menerapkan metode ilmiah yang harus dipahami oleh seorang peneliti (ilmuwan),

yaitu 1) memahami masalah; 2) menguji masalah, 3) menyiapkan solusi. 4) menguji hipotesis

dan 5) memecahkan masalah.


4. Aktivitas (Activity)

Aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki dua aspek individual dan sosial.

Aktivitas penelitian ilmiah meliputi: 1) observasi; 2) membuat hiopotesis, 3) menguji

observasi dan hipotesis dengan cermat dan terkontrol.

5. Kesimpulan (Conclusion)

Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap, metode dan aktivitas Kesimpulan

ilmiah tidak pasti, tetapi bersifat sementara dan tidak dogmatis. Bahkan jika kesimpulan

dianggap dogmatis, maka akan mengurangi sifat dasar dari ilmu pengetahuan tersebut. Pada

dasarnya ilmu pengetahuan itu bersifat tidak stabil, setiap generasi berhak untuk

menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.

6. Pengaruh (Effects)

Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: 1) pengaruh terhadap teknologi dan industri;

2) pengaruh pada peradaban manusia. Industrialisasi yang berkembang dengan pesat

merupakan produk dari ilmu pengetahuan yang mempunyai dampak besar terhadap

perkembangan ilmu, sehingga nampak seperti yang terjadi dalam perubahan sifat ilmu itu

sendiri. Proses industrialisasi tidak akan dapat diputarulang yang akhirnya ilmu pengetahuan

itu sendiri mengalami proses terindustrialisasi. Ilmu pengetahuan yang terindustrialisasi ini

menjadi bagian utama dari penggerak ilmu pengetahuan dan menjadi sebuah sumber bidang

penelitian yang memiliki prestise tinggi.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat

yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk

ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau yang diterima.

2. Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi terus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap suatu obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi ataupun kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu obyck ke dalam

komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain


5.Sintesis (Synthesix)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang telah ada.

3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang yaitu:

1. Faktor internal

a. Umur

Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan

sampai berulang tahun akhir. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai pengalaman dan

kematangan jiwa (Wawan dan Dewi, 2011). Menurut The Health Resources and Service

Administration Guidelines Amerika Serikat, dalam buku Kusmiran, (2014) umur remaja

dibagai menjadi 3 tahap, yaitu:

1) Remaja awal (11-14 tahun)

2) Remaja menengah (15-17 tahun)


3) Remaja akhir (18-21 tahun)

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang

diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang

b. Pendidikan

Pendidikan akan mempengaruhi daya ingat setiap seseorang terhadap informasi yang

diterimanya. Dengan pendidikan yang cukup baik terjadi proses pertumbuhan, perkembangan

atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada diri individu. Tingkat

pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang

lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2011). Tingkat Pendidikan :

1) Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 6 tahun pertama masa sekolah anak-

anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

2) Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan selama 6 tahun sekolah yaitu, SMP, SMA yang

melandasi jenjang pendidikan perguruan tinggi

3) Perguruan tinggi

mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis


C. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya

dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur dan bebas karena tidak ada etika yang

mengatur. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan aktivitas seseorang untuk memperoleh

penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan merupakan faktor

yang mempengaruhi pengetahuan. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan potensial serta dapat mengembangkan

kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara

alamiah dan etik (Wawan dan Dewi,2011).

2. Faktor eksternal

a. Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam

menerima informasi.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan

yang lebih luas.

c. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang untuk memilih kebutuhan tentang sesuatu yang

bersifat informal.

d Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memilih kebutuhan hidup semakin tinggi dan tingkat

sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan. 3 Sumber-sumber pengetahuan


Pengetahuan yang dimiliki seseorang berbeda-beda. Hal ini tergantung dari cara

memperolehnya. Adapun cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yaitu:

a. Melalui Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal maupun nonformal. Pengetahuan yang

dimiliki dari pendidikan formal yaitu melalui bangku SD, SMP, SMA, maupun Perguruan

Tinggi. Sedangkan pengetahuan dari pendidikan nonformal misalnya melalui kursus-kursus,

pelatihan dan seminar.

b. Melalui Media Cetak dan Elektronik

Dengan semakin majunya teknologi, banyak informasi yang disebarkan melalui media massa.

Seseorang bisa memperoleh berbagai pengetahuan dari koran, radio, majalah, televisi,

internet dan media lainnya.

c. Petugas Kesehatan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kesehatan juga dapat diperoleh langsung

melalui petugas kesehatan. Proses ini umumnya dilakukan dengan bertanya langsung pada

petugas kesehatan ataupun mengikuti kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan petugas

kesehatan seperti kegiatan penyuluhan kesehatan.


2.2 kerangka konsep

Independen Dependen

Pengaruh pendidikan
Pengetahuan ibu hamil
kesehatan tentang anemia
tentang anemia
pada kehamilan terhadap
pengetahuan ibu hamil

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Hubungan Pengetahuan tentang anemia

Keterangan :

2.3 hipotesis

1. HO: Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang anemia terhadap pengaruh

pendidikan kesehatan 2021

2. HI: Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang anemia terhadap pengaruh

pendidikan kesehatan 2021

Anda mungkin juga menyukai