Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“ANEMIA”

Topik : Anemia

Sub Topik :

1. Menjelaskan tentang anemia


2. Menjelaskan bahaya anemia
3. Menjelaskan tanda-tanda anemia
4. Menjelaskan sumber zat besi

Hari/Tanggal :

Waktu :

Peserta : Ibu hamil yang berada di Puskesmas Jalancagak

Jumlah : orang

I. Tujuan :
A. Umum
Ibu hamil mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan anemia dan
mengetahui bagaimana cara mencegah dan mengatasi anemia.
B. Khusus
1. Menjelaskan tentang anemia
2. Menjelaskan bahaya anemia
3. Menjelaskan tanda-tanda anemia
4. Menjelaskan sumber zat besi
II. Metode :
A. Ceramah
B. Tanya Jawab
III. Media : Leafleat
IV. Materi

Anemia

Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah
sel darah normal pada kehamilan. Peningkatan volume darah ibu terutama terjadi akibat
peningkatan plasma, bukan akibat peningkatan jumlah sel darah merah. Walaupun ada
peningkatan jumlah sel darah merah di dlam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang
dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk
penurunan kadar Hb (hemoglobin). Peningkatan jumlah eritrosit ini juga merupakan
salah satu faktor penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan
sekaligus untuk janin. Ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai
puncaknya pada trimester kedua sebab peningkatan volume plasma terhenti menjelang
akhhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan
konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Definisi yang diterima secara umum
adalah kadar Hb kurang dari 12,0 gram per 100 mililiter (12 gram/desiliter) untuk
wanita tidak hamil dan kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10 gram/desiliter)
untuk wanita hamil. Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi
mencapai kurang lebih 95%.

Walaupun tanpa gejala,anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala berikut:

1. Letih, sering mengantuk, malaise


2. Pusing, lemah
3. Nyeri kepala
4. Luka pada lidah
5. Kulit pucat
6. Membran mukosa pucat (misal, konjungtiva)
7. Bantalan kuku pucat
8. Tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah

Riwayat yang berhubungan dengan potensi kelainan hematologi meliputi :

1. Riwayat anemia karena kekurangan zat besi


2. Riwayat sel sabit
3. Menderita talasemia atau riwayat talasemia dalam keluarga
4. ITP (idiopathic Thrombocytopenic Purpura)
5. Gangguan perdarahan
6. Riwayat pengobatan
7. Kehamilan sebelumnya disertai peningkatan perdarahan (akibat episiotomi, insisi
sesaria, atau untuk terapi darah sebelumnya, atau memat pada lokasi pemasangan
infus)
8. jika sebelumnya mengalami masalah perdarahan, misal, setelah sirkumsisi
9. riwayat sindrom HELLP
10. inveksi HIV (terkait erat dengan anemia dan sindrom seperti ITP)
11. riwayat diet
a. sumber makanan yang kaya zat besi
b. pica, misal mengidam berlebihan dan ingin memakan bahan makanan atau
sesuatu seperti tanah liat atau kotoran, zat pati, es

anemia sebenarnya adalah tanda suatu penyakit, bukan penyakit itu sendiri. Dalam
menentukan etiologi anemia, akan sangat membantu jika kita mempertimbangkan
berbagai tes laboratorium yang hasilnya dapat digunakan mengategori kemungkinan
penyebab anemia, dilanjutkan dengan melakukan diagnosis banding, kemudian
menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium lanjutan yang diperlukan adalah
menentukan anemia tertentu dalam suatu kategori ( misal, kekurangan asam folat atau
B12 pada anemia makrositik ). Berikut adalah pengategorian etiologi anemia
berdasarkan ukuran sel darah merah :

1. Anemia Mikrositik (Penurunan Ukuran Sel Darah Merah)


a. Kekurangan zat besi
b. Talasemia
c. Gangguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak ditemukan di
Asia Tenggara)
d. Keracunan timah
e. Penyakit kronis (infeksi,tumor)
2. Anemia Normositik
a. Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat
Kehilangan sel darah merah akut
b. Gangguan hemolisis darah
 Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)
 gangguan C hemoglobin
 sferocitis (banyak ditemukan di Eropa Utara)
 kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehy-drogenase)
 anemia hemolitik (efek samping obat)
 anemia hemolisis autoimun
c. Penurunan produksi sel darah merah
 Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yang mengancam jiwa)
 Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)
d. Ekspansi-berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi-berlebihan
3. Anemia Makrositik (Peningkatan Ukuran Sel Darah Merah)
a. Kekurangan vitamin B12
b. Kekuranagn asam folat
c. Hipotiroid
d. Keracunan alkohol
e. Penyakit hati dan ginjal kronis

Berdasarkan WHO, anemia Ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr %. Anemia Ibu
hamil di Indonesia bervariasi, yaitu :

1. Hb 11 gr % = Normal
2. Hb 9-10 gr % = Anemia Ringan
3. Hb 7-9 gr % = Anemia Sedang
4. Hb 5-7 gr % = Anemia Berat

Bahaya Anemia pada kehamilan digolongkan menjadi :

1. Bahya selama kehamilan :


a. Dapat terjadi abortus
b. Persalinan prematur
c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d. Mudah terjadi infeksi
e. Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr %)
f. Mola hidatidosa
g. Hiperemesis gravidarum
h. Perdarahan antepartum
i. Ketuban pecah dini (KPD)
2. Bahaya saat Persalinan
a. Gangguan his – kekuatan mengejan
b. Kala pertama dapat berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
c. Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum akibat
atonia uteri
d. Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri

3. Pada masa nifas


a. Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan postpartum
b. Memudahkan infeksi puerperium
c. Pengeluaran ASI berkurang
d. Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e. Anemia kala nifas
f. Mudah terjadi infeksi

Anemia kekurangan zat besi

Anemia kekurangan zat besi termasuk dalam kategori mikrositik dan merupakan
penyebab utama anemia pada kehamilan. Kemungkinan penyebabnya adalah pola diet
dan perdarahan kronis, dengan kasus terbanyak disebabkan oleh kekurangan asupan
makanan.

Wanita dengan hemoglobin kurang dari 10g/dL harus segera diberi tambahan zat besi,
asam folat (400mcg) dalam jumlah lebih besar daripada vitamin prenatal dan suplemen
vitamin lain jika ia belum mengkonsumsinya.

Konseling tentang pengaturan diet sangat penting diberikan karena zat besi lebih
mudah diserap dari bahan makanan dibanding dari zat besi oral. Zat besi heme
terkandung dalam sayuran hijau, corrald green (sejenis sayuran hijau), daging merah,
kuning telur, kismis, buah plum, hati, tiram, dan beberapa sereal yang diperkaya zat
besi yang terkandung dalam daging, ikan dan daging unggas diserap tubuh dalam
jumlah lebih besar daripada zat besi yang terkandung dalam makanan lain. Vitamin C
dan berbagai senyawa dalam daging-dagingan misalnya meningkatkan absorpsi zat besi
nonheme, sedangkan asam phytic (terkadung dalam protein biji-bijian dan kedelai),
kopi, dan kalsium posfat menghambat kemampuan tubuh menggunakan mineral
tersebut. Selain itu, zat besi dari semua sumber makanan lebih mudah diserap dari
makanan yang mengandung zat besi heme. Vitamin A dan C yang terkandung dalam
makanan juga meningkatkan penyerapan zat besi. Sedangkan sumber kalsium yang
diperoleh dari makanan atau obat akan menghambat penyerapan zat besi.

Penatalaksanaan pemberian suplemen zat besi

Keputusan mengenai pemberian suplemen zat besi profilaktik selama kehamilan


untuk mempertahankan Hb 11 g/dL seperti yang direkomendasikan WHO (1992).

Sediaan zat besi oral yang diberikan secara profilaktik berisi salah satu garam besi,
baik dalam bentuk kombinasi dengan asam folat maupun yang tidak. WHO (1992)
mengemukakan bahwa suplemen 30-60 mg/hari harus diberikan secara profilaktif dan
120-240 mg/hari harus diberikan dengan dosis terbagi kepada mereka yang menderita
anemia defisiensi zat besi. Sediaan zat besi yang banyak digunakan antara lain ferus
sulfat, tablet 200 mg yang mengandung 60 mg zat besi; ferus glukonat, tablet 300 mg
yang berisi 35 mg zat besi. Terapi zat besi oral memiliki efek samping gastrointestinal
yang harus diwaspada. Efek samping tersebut berkaitan dengan dosis yang tinggi dan
meliputi mual, nyeri epigastrik, dan konstipasi. Hal ini dapat dikurangi dengan
meminum suplemen zat besi setelah makan dan menunda pengobatan hingga usia
kehamilan 16 minggu.

Zat besi dapat juga diberikan secara intramuskular atau intravena sehingga tidak
melewati saluran gastrointestinal. Hal ini bermanfaat bagi ibu yang tidak dapat
meminum, mentoleransi, atau mengabsobsi sediaan zat besi oral. Zat besi intramuskular
diberikan dalam bentuk zat besi sorbitol. Injeksi dilakukan dengan teknik “Z” masuk ke
dalam otot untuk mencegah noda dan iritasi pada area penyuntikkan. Injeksi tidak boleh
digabungkan dengan pemberian zat besi oral karena akan meningkatkan efek toksik,
misalnya sakit kepala, pusing, mual, dan muntah.
V. Sumber Pustaka

Fraser, Dyane. 2009. Buku Ajar Bidan Myles, Ed.14. Penerbit Buku Kedokteran

EGC:Jakarta

Sumber : Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Ed.4, Vol 1. Buku

Kedokteran EGC : Jakarta

Fraser, Dyane. 2009. Buku Ajar Bidan Myles, Ed.14. Penerbit Buku Kedokteran

EGC:Jakarta

Manuaba,dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC :

Jakarta

VI. Evaluasi :
1. Apa itu anemia ?
2. Berapa kadar Hemoglobin normal?
3. Apa bahaya Anemia?
4. Bagaimana cara mengatasi anemia?
VII. Rincian Kegiatan :

No Materi Kegiatan Penyuluhan Keterangan


1. Pembukaan 1. Perkenalan
(......Menit) 2. Menyampaikan
tujuan
3. Kontrak waktu
2. Proses Penyampaian materi
(......Menit)
3. Evaluasi Melakukan evaluasi
(......Menit) materi yang diberikan
4. Penutup 1. Membuat
(......Menit) Kesimpulan
2. Kontrak waktu
selanjutnya
3. Salam penutup

Anda mungkin juga menyukai