Anda di halaman 1dari 6

Anemia Dalam Kehamilan

A. Pengertian
Anemia merupakan kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin (Hb) sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya
sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Menurut WHO anemia adalah suatu
keadaan yang ditunjukkan dengan kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk orang
yang bersangkutan. Anemia juga didefinisikan sebagai suatu penurunan massa sel darah
merah atau total Hb, secara lebih tepat dikatakan kadar Hb normal pada Wanita yang
sudah menstruasi adalah 12, 0 dan untuk ibu hamil 11,0 g/dl1.
Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5g% (Ikhsan, 2009). Penyebab
anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Sering kali defisiensinya bersifat
multiple dengan manifestasi yang disertai infeksi, gizi buruk atau kelainan herediter.
Pola makan yang baik selama kehamilan dapat membantu tubuh mengatasi permintaan
khusus karena hamil, serta memiliki pengaruh positif pada kesehatan bayi. Pola makan
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kebiasaan, kesenangan, budaya, agama, taraf
ekonomi dan alam 2.

B. Etiologi
Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada kehamilan
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan eritropoietin. Akibatnya
volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan
eritrosit sehingga penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi 1. Etiologi dan
factor resiko dari anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh:
1. Kekurangan asupan zat besi
a. Vegetarian ( asupan besi yang rendah)
b. Pemberian susu sapi daripada ASI pada bayi( susu sapi mempunyai jumlah zat
besi yang sama dengan ASI, tetapi biovaliditasnya rendah).
2. Gangguan pada absorbsi besi
a. Gastric bypass surgery
b. Gastric atrophy
c. Irritable bowl disease
d. Achlorhyda
e. Celiac deasease
f. Obat-obatan yang mengganggu absorbs zat besi
g. Susu dan the
3. Peningkatan kebutuhan zat besi
a. Bayi premature
b. Postnatal dan masa pertumbuhan remaja
c. Kehamilan
d. Menyusui
4. Peningkatan kehilangan zat besi
a. Perdarahan gastrointestinal
b. Perdarahan urogenital
c. Proses melahirkan.

C. Patogenesis
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan, antara lain adalah oleh
karena peningkatan oksigen, perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap
plasenta dan janin, serta kebutuhan suplai darah untuk pembesaran uterus, sehingga
terjadi peningkatan volume darah yaitu peningkatan volume plasma dan sel darah merah.
Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin akibat hemodilusi. Volume plasma meningkat 45-65 % dimulai pada
trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 yaitu meningkat sekitar
1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm, serta kembali normal tiga bulan setelah
partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang
menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron3.
Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit, konsentrasi
hemoglobin darah, dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau
eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung
eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai ke-8 kehamilan, dan terus menurun
sampai minggu ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai. Sebab itu,
apabila ekspansi volume plasma yang terus-menerus tidak diimbangi dengan
peningkatan produksi eritropoetin sehingga menurunkan kadar Ht, konsentrasi Hb, atau
hitung eritrosit di bawah batas “normal”, timbulah anemia 3. Kehamilan membutuhkan
tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan yang terdiri dari:
a. Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan
mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan.
b. Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg.
c. Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg. d. Sekitar 190 mg hilang
selama melahirkan. Selama periode setelah melahirkan 0,5-1 mg besi perhari
dibutuhkan untuk laktasi, dengan demikian jika cadangan pada awalnya direduksi,
maka pasien hamil dengan mudah bisa mengalami kekurangan besi.

D. Tanda dan Gejala


anemia dapat menyebabkan tanda dan gejal sebagai berikut:
a. Letih dan sering mengantuk
b. Pusing, lemah
c. Sering sakit kepala
d. Kulit dan membran mukosa mucat (konjuntiva, lidah)
e. Bantalan kuku pucat
f. Tidak ada nafsu makan, kadang mual dan muntah
E. Derajat anemia pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang
dari 11 gr%. Menurut Word Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu hamil adalah
kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat
bervariasi, yaitu: Tidak anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%, Anemia
sedang : Hb 7-8.9 gr%, Anemia berat : Hb < 7 gr% (Kusumah, 2009 ). 21 Pengukuran
Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara oxyhaemoglobin
dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet. Sampai saat ini baik di
Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih menggunakan alat Sahli. Dan pemeriksaan
darah dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I
dan trimester III4.
F. Macam- macam anemia dalam kehamilan
a. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan
zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalamlaktasi yang dianjurkan. Untuk
menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese.
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

b. Anemia Megaloblastik
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid)
dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono
(2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh
defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram sehari, baik per os
maupun parenteral.

c. Anemia Hipoplastik dan Aplastik


Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru.

d. Anemia Hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia
paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan
viamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada
dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi
(Fe), asam folat, dan vitamin B12.
G. Deteksi Anemia dalam Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia dapat dilihat dari tanda dan gejala yang
muncul serta diperlukan metode pemeriksaan yang akurat dan kriteria diagnosis yang
tegas. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta
telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama
pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku. Penegakkan diagnosa anemia dapat
dilakukan dengan memeriksa kadar hemoglobin dengan menggunakan alat sederhana
seperti Hb Sahli.
H. Penatalaksanaan Anemia pada Kehamilan
Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan
darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah. Bila pemeriksaan apusan darah
tepi tidak tersedia, berikan suplementasi besi dan asam folat. UNICEF
merekomendasikan suplemen zat besi yang sudah diformulasikan dengan asam folat
(60 mg iron + 400µ folic acid). Asam folat diperlukan dalam pembentukan sel darah
merah. Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah
yang berisi 60 mg besi elemental dan 250μg asam folat. Pada ibu hamil dengan
anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul
perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin. Apabila setelah 90
hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk
pasien ke pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia3.
Penatalaksanaan anemia defisiensi besi berfokus pada untuk meningkatkan zat
besi dan juga meningkatkan kadar Hb agar bisa kembali pada kadar normal sehinggga
dapat kembali menyuplai oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Pada wanita hamil,
pengobatan tidak hanya untuk meningkatkan zat besi dan kadar Hb, tetapi tujuan
akhirnya adalah untuk mendapatkan hasil keluaran ibu dan bayi yang baik, yaitu
persalinan premature, ibu tidak gagal jantung, perdarahan post partum, dan bahkan
kematian. Pada bayi yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), asfiksia berat, APGAR
score rendah, dll.
Berdasarkan International Nutrinational Anemia Consultative Group (INACG)
terdapat beberapa jenis makanan yang secara alami mengandung zat besi. Ada yang
berasal dari hewani seperti daging merah, dan yang berasal dari nabati seperti
kecambah dan kacang-kacangan. Terdapat juga beberapa makanan yang sudah
difortifikasi dengan zat besi, seperti susu bubuk/cair, yoghurt, tepung terigu, ikan
kalengan, garam, gula. Jumlah zat besi yang diserap dari makanan sangat tergantung
pada komposisi makanan, yaitu jumlah zat yang dapat meningkatkan atau
menghambat penyerapan zat besi. Teh dan kopi menghambat penyerapan zat besi bila
dikonsumsi dengan makan atau segera setelah makan. Daging merah mengandung zat
besi yang mudah diserap tubuh dan juga dapat membantu penyerapan zat besi dari
sumber makanan yang lain tidak dapat diserap tubuh. Vitamin C (asam askorbat) juga
dapat membantu penyerapan zat besi dari makanan nonmeat bila dikonsumsi dalam
makanan. Semakin banyak kandungan vitamin C dalam makanan, maka penyerapan
zat besi oleh tubuh juga akan semakin meningkat. Pesan lainnya adalah untuk tidak
memasak makanan terlalu matang, karena dapat merusak vitamin C yang terkandung
dalam makanan tersebut. Jumlah zat besi yang dapat diabsorpsi dari makanan kadang
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Terutama pada wanita hamil dan
juga menyusui, yang memang terjadi perubahan secara fisilologis pada tubuhnya
sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih. Oleh karena itu dibutuhkan
suplemen zat besi tambahan agar kebutuhan tercukupi3.
I. Penanganan anemia dalam kehamilan
Berikut penanganan anemia dalam kehamilan menurut tingkat pelayanan:
1. Pondok bersalin desa (polindes)
Anemia pada ibu hamil idealnya harus dideteksi dan ditangani sejak
pelayanan Kesehatan dasar. Ibu hamil perlu berkunjung ke polindes untuk
mengetahui kondisi kehamilannya. Penanganan anemia di Polindes meliputi:
a. Membuat diagnosis klinik dan rujukan pemeriksaan laboratorium ke
tingkat pelayanan yang lebih lengkap
b. Memberikan terapi oral pada ibu hamil yang berupa pemberian
tablet besi 90 mg/hari
c. Penyuluhan ibu hamil dan menyusui

2. Puskesmas
Wewenang puskesmas untuk menangani kasus anemia pada ibu hamil
diantaranya dengan cara:
a. Membuat diagnosis dan terapi
b. Menentukan penyakit kronik (malaria, TBC) dan penanganannya.

3. Rumah sakit
Rumah sakit merupakan layanan Kesehatan tingkat lanjutan,
wewenang rumah sakit dalam menangani kasus anemia pada ibu hamil
meliputi:
a. Membuat diagnosis dan terapi
b. Diagnosis thalassemia dengan elektrofoises Hb, bila ibu ternyata
pembawa sifat, perlu tes pada suami untuk menentukan resiko pada
bayi
Daftar Pustaka

1. Astuti RY, Ertina D. anemia dalam kehamilan [Internet]. 1st ed. Jawa Timur: CV.
Pustaka Abadi; 2018. 118 p. Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/Anemia_dalam_Kehamilan/6tisDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&printsec=frontcover
2. Priyanti S, Kes M, Irawati D, Kes M, Syalfina ADWI, Kes M. ANEMIA DALAM
KEHAMILAN Penerbit STIKes Majapahit Mojokerto. 2020. 289 p.
3. Patimah S, Widi Astuti E, Alif T. Praktik Klinik Kebidanan III. 2016;1:677. Available
from: http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Praktik-
Klinik-Kebidanan-3-Komprehensif.pdf
4. Putri N. STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.K DENGAN ANEMIA
DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS JATISAMPURNA BEKASI TAHUN
2016 [Internet]. Vol. 17, Carbohydrate Polymers. 2016. 1–13 p. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.carbpol.2016.12.050%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.indcro
p.2016.04.064%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.carbpol.2016.05.028%0Ahttp://xlink.rsc
.org/?DOI=C6NR09494E
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.carbpol.2014.12.064%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/

Anda mungkin juga menyukai