Anda di halaman 1dari 4

Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung eristrosit lebih rendah dari harga
normal (Arif Mansjoer, 2001).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%
(Winkjosastro, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel
darah merah (Hematokrit per 100 ml darah).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11g/dl pada trimester 1 dan 3 atau
kadar <10,5g% pada trimester 2 (Sarwono Prawirohardjo, 1998)
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr
% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Anemia adalah suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 5
minggu dalam kondisi pucat, lemah dan kurang bertenaga (Sarwono, 2000 : 188-189).

2. Fisiologi Hemoglobin
Berwarna merah, mrupakan pigmen pembawa oksigen dalam sel darah merah. Hemoglobin
merupakan protein dengan berat molekul 64.450. hemoglobin terdiri dari 4 subunit. Tiap subunit
mengandung heme yang berikatan dengan koyugat polipeptida. Heme mengandung besi yang
merupakan derivate porvirin. Sedangkan polipeptida disebut dengan globin.
Ada dua bagian polipetida tiap molekul hemoglobin. Pada orang dewasa normal (hemoglobin A),
terdapat dua tipe polipeptida yang disebut dengan rantai α yang mengandung 141 asam amino
residu. Kemudian hemoglobin A disebut juga α2β2, tidak semua hemoglobin pada darah normal
orang dewasa adalah hemoglobin A. Sekitar 2.5 % hemoglobin A2 dimana rantai βdiganti dengan
rantai δ (α2δ2) rantai δ juga mengandung 146 asam amino residu, ttapi 10 residu tunggal berbeda
pada asam amino pada rantai β.
Hemoglobin membawa oksigen dalam bentuk oxihemoglobin, oksigen berikatan dengan Fe2+
didalam heme. Afinitas hemoglobin didalam O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan konsentrasi 2,3
diphosphogliserat (2,3 DPG). 2,3 DPG dan H+ bersaing dengan O2 untuk membentuk
deoxihemoglobin, dengan menurunkan afinitas hemoglobin terhadap O2 dengan menempati
tempatnya pada keempat rantai.
Karbonmonoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk monoxihemoglobin
(carboxihemoglobin). Afinitas hemoglobin pada O2 jauh lebih rendah dibandingkan dengan CO,
dengan dampak digantikannya O2 yang berikatan dengan hemoglobin, sehingga terjadi penurunan
kapasitas pembawa oksigen oleh darah.
Rata-rata kandungan hemoglobin normal dalam darah adalah 16 g/dl pada laki-laki dan 14
g/dlpada perempuan. Pada tubuh laki-laki dengan berat badan 70 kg, terdapat sekitar 900 g
hemoglobin dan 0,3 g globin dihancurkan dan disintesis kembali setiap jam. Heme dari
hemoglobin diseintesis dari glycine dan succinyl-CoA.
Ketika sel darah merah dihancurkan oleh jaringansistem makrofag. Globin dari molekul
hemoglobin dihancurkan dan heme diubah menjadi biliverdin. Biliverdin kemudian dikonversi
menjadi bilirubin dan diekskrsikan melalui empedu. Besi yang berasal dari heme digunakan
kembali untuk sintesis hemoglobin. Besi merupakan zat esensial untuk sintesis hemoglobin, jika
tubuh kehilangan darah dan defisiensi besi tidak dikoreksi, akan terjadi anemia defisiensi besi.

3. Etiologi
· Adanya perdarahan sewaktu / sehabis melahirkan.
· Adanya anemia sejak dalam kehamilan yang disebabkan oleh factor nutrisi dan hipervolemi.
· Adanya gangguan pembekuan darah.
· Kurangnya intake zat besi ke dalam tubuh
· kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan
· adanya gagguan absorbsi di usus
· pendarahan akut maupun kronis
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia postpartum yang
disebabkan oleh intake zat besi yang tidak cukup serta kehilangan darah selama kehamilan dan
persalinan. Anemia postpartum behubungan dengan lamanya perawatan dirumah sakit, depresi,
kecemasan, dan pertumbuhan janin terhambat.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kurangnya defisiensi zat besi dalam
tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (serum iron), dan jenuh
transferin menurun, kapasitas besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta
ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Rukiyah, 2010).
Kehilanga darah adalah penyebab lain dari anemia. Kehilangan darah yang signifikan setelah
melahirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia postpartum. Banyaknya cadangan
hemoglobin dan besi selama persalinan dapat menurunkan risiko terjadinya anemia berat dan
mempercepat pemulihan.
Patofisiologi
· Perdarahan sehingga kekurangan banyak unsur zat besi
· Kebutuhan zat besi meningkat, dengan adanya perdarahan, gemeli, multiparitas, makin
tuanya kehamilan
· Absorbsi tidak normal / saluran cerna terganggu, misal defisiensi vitamin C sehingga
absorbsi Fe terganggu.
· Intake kurang misalnya kualitas menu jelek atau muntah terus.

5. Gejala Klinis
· Anemia ringan Hb : 8 – 10gr%
· Anemia sedang Hb : 6 – 8 gr%
· Anemia berat Hb : Kurang dari 6 gr%
Tergantung dari derajat berat atau tidaknya anemia, hal ini dapat berdampak negative bagi ibu
selama masa nifas, kemampuan untuk menyusui, masa perawatan di rumah sakit bertambah,dan
perasaan sehat dari ibu. Masalah yang muncul kemudian seperti pusing, lemas, tidak mampu
menjaga dan merawat bayinya selama masa nifas umumnya terjadi.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan anemia postpartum memiliki gejala yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan meningkatkan risiko terjadinya anemia postpartum jika
dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Dampak buruk dari perubahan emosi dan perilaku
ibu dangat mengkhawatirkan karena interaksi ibu dan bayi akan terganggu selama periode ini dan
akhirnya akan berdampak negative terhadap perkembangan bayinya.
Kebanyakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara defisiensi besi dengan kognitif yang
difokuskan pada bayi dan anak-anak, dimana ditemukan fakta yang kuat bahwa defisiensi besi
berisiko terjadinya gangguan perkembangan kognitif sekarang dan yang akan datang. Namun data
terbaru menunjukkan defisiensi bsi juga berdampa buruk pada otak orang dewasa. Berbeda
dengan penurunan hemoglobin, defisiensi besi berpengaruh pada kognitif melalui penurunan
aktifitas enzim yang mengandung besi diotak. Hal ini kemudian mempengaruhi fungsi
neurotransmitter, sel, dan proses oksidatif, juga metabolism hormone tyroid.
Para ibu yang masih menderita kekurangan zat besi sepuluh minggu setelah melahirkan kurang
responsive dalam mengasuh bayinya sehingga berdampak pada keterlambatan perkembangan bayi
yang dapat bersifat ireversibel. Untungnya, anemia postpartum bersifat dapat diobati dan dapat
dicegah.
Defisiensi besi dapat menurunkan fungsi limfosit, netrofil, dan fungsi makrofag. Hal ini kemudian
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi yang merupakan akibat fungsional defisiensi
besi. Memperbaiki status besi tubuh dengan adekuat akan memperbaiki system imun. Meskipun
demikian, keseimbangan besi tubuh penting. Meskipun besi yang dibutuhkan untuk respon imun
yang efektif, jika suplai besi terlalu banyak daripada yang dibutuhkan, invasi mikroba dapat
terjadi karena mikroba dapat menggunakan besi untuk tubuh dan menyebabkan eksaserbasi
infeksi.

6. Diagnosis
Besi merupakan salah satu komponen kunci dari hemoglobin, oleh karena itu tubuh yang
kekurangan besi akan berdampak pada system transformasi oksigen yang akan mengakibatkan
gejala sepert nafas pendek dan lemas yang merupakan dua gejala klasik dari anemia.
Normal kadar hemoglobin pada hari keempat postpartum adalah lebih dari 10 g/dl dengan kadar
eritrosit paling sedikit 3,5 juta/ml. ketika kadar hemoglobin di bawah 10g/dl dan akadar eritrosit
kurang dari 3,5 juta/ml maka dapat didiagnosis anemia, jika kadar hemoglobin diatas 8 g/dl
disebut anemia ringan dan jika berada pada level dibawahnya maka disebut anemia berat.

7. Pencegahan
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, anda dapat membantu menghindari anemia
kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat, variasi makanan,
termasuk:
Ø Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain yang kaya
zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah
kering, selai kacang.
Ø Folat dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang
polong ,roti, sereal dan pasta.
Ø Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
Ø Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri, membantu
meningkatkan penyerapan zat besi.
Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang yang
memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan selama ledakan
pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.

8. Penanganan
Pada anemia ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari dikombinasi dengan asam folat /
B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan. Bila anemi berat
dengan Hb kurang dari 6 gr % perlu tranfusi disamping obat-obatan diatas.
Pengobatan terhadap anemia postpartum tergantung dari derajat anemia dan faktor risiko maternal
atau faktor komorbiditas. Wanita muda yang sehat dapat mengkompensasi kehilangan darah yang
banyak lebih baik dibandingkan wanita nifas dengan gangguan jantung meskipun dengan
kehilangan darah yang tidak terlalu banyak.
Sebagai tambahan, kehilangan darah perlu dilihat dalam hubungannya dengan IMT dan estimasi
total blood volume (TBV). Pertimbangan yang lain yaitu kesalahan yang dilakukan ketika
melakukan estimasi jumlah kehilangan darah. Kehilangan darah selalu sulit untuk diprediksi, yang
mana bisa dibuktikan dengan membandingkan Hb pre-partum dan Hb postpartum.
Pengobatan terhadap anemia meliputi pemberian preparat besi secara oral, besi parenteral,
transfusi darah, dan pilihan lain yaitu rHuEPO (rekombinan human erythropoietin).
Prinsip penatalaksanaan anemia adalah jika di dapatkan hemoglobin kurang dari 10
pertimbangkan adanya defisiensi zat pembentuk hemoglobin, periksa sepintas apakah ada
hemoglobinopati sebelum disingkirkan. Pemberian preparat besi oral sebagai pengobatan lini
pertama untuk anemia akibat defisiensi besi. Besi parenteral diindikasikan jika preparat besi oral
tidak dapat ditolerransi, gangguan absorbsi, dan kebutuhan besi pasien tidak dapat terpenuhi
dengan preparat besi oral.
Penggunaan terapi parenteral biasanya lebih cepat mendapatkan respon dibandingkan dengan
terapi oral. Namun, bagaimanapun hal ini bersifat lebih invasive dan lebih mahal. Rekombinan
Human Eritropoietin (rHuEPO) paling banyak digunakan untuk anemia dengan penyakit gagal
ginjal kronis. Namun rHuEPO tetap dapat diberikan pada anemia dalam kehamilan maupun
postpartum tanpa adanya penyakit gagal ginjal kronis tanpa ada efek samping pada maternal, fetal
ataupun neonatus.
Anemia yang terjadi bukan karena defisiensi (misalnya akibat hemoglobinopati dan sindrom
kegagalan sum-sum tulang) harus diatasi dengan transfusi darah secara tepat dan bekerja sama
dengan seorang ahli hematologi.

9. Pengaruh anemia terhadap ibu nifas


Pengaruh anemia pada ibu nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah
terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005). Praktik ASI tidak eksklusif diperkirakan menjadi
salah satu prediktor kejadian anemia setelah melahirkan (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2008).

Anda mungkin juga menyukai