Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nopianti

Kelas : 2A Alih Jenjang Kebidanan


NPM : 6221081
Tugas : Keselamatan Pasien
Dosen : Maria A.D Barbara,S.S.T.,M.Kes

Carilah Contoh clinical case management di tempat kerja masing-masing dan


uraikan Kenapa kasus tersebut bisa terjadi ?
Judul clinical Case : Anemia Pada Ibu hamil di PMB

1. Diagnosis

Untuk mengetahui diagnosis Anemia pada ibu hamil, kita harus mengetahui
penyebab dan gejala dari anemia dahulu yaitu :

 Penyebab

Anemia disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pasokan
darah dan asam folat yang lebih banyak dari biasanya semasa kehamilan. Ibu
hamil membutuhkan pasokan darah segar dua kali lipat lebih banyak dari
sebelumnya. Apabila kebutuhan darah tidak tercukupi, ibu hamil akan rentan
terkena anemia. Anemia pada ibu hamil tidak boleh diabaikan karena bisa
membahayakan diri sendiri dan juga janin dalam kandungan. Selain itu, anemia
juga bisa disebabkan karena kurangnya asupan gizi, terutama zat besi. Penyebab
utama dari defisiensi zat besi adalah kuirang makan makanan kaya zat besi,
seperti protein hewani sejak dari sebelum dan semasa hamil. Kebutuhan zat besi
pada tubuh ibu hamil terus menerus meningkat sesuai dengan usia kehamilan. Zat
besi diperlukan untuk membantu tubuh memproduksi sel darah merah segar yang
kaya oksigen dan nutrisi. Aliran darah, oksigen, serta nutrisi sangat penting untuk
mendukung proses tumbuh kembang janin dan memelihara kondisi plasenta tetap
optimal.

 Gejala

 Tubuh terasa lemah, letih, dan lesu terus menerus

 Pusing
 Sesak napas

 Detak jantung cepat atau tidak teratur

 Sakit atau nyeri dada

 Warna kulit, bibir, dan kuku memucat

 Tangan dan kaki dingin

 Sulit berkonsentrasi

Risiko anemia dalam kehamilan dapat diketahui melalui tes darah saat cek
kandungan di trimester pertama. Tes ini juga sangat disarankan bagi setiap ibu hamil
yang berisiko atau tidak pernah menunjukkan gejala anemia pada awal kehamilannya.

Tes darah biasanya meliputi tes haemoglobin (mengukur jumlah Hb dalam


darah) dan tes hematokrit (mengukur persentase sel darah merah per sampel).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC di Amerika Serikat mengatakan ibu
hamil dikatakan memiliki anemia jika kadar haemoglobinnya (Hb) pada trimester
pertama dan ketiga kurang dari 11 gr/dL atau hematokritnya (Hct) kurang dari 33
persen. Sementara anemia di trimester kedua terjadi ketika kadar Hb kurang dari 10,5
g/dL atau Hct kurang 32 persen setelah dites.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan setiap ibu hamil


menjalani tes darah, termasuk cek kadar Hb. Idealnya satu kali saat pemeriksaan
kandungan pertama di trimester kedua dan sekali lagi pada trimester ketiga. Hal ini
untuk mengetahui apakah seseorang mengalami anemia, yang kerap terjadi pada ibu
hamil.

2. Treatment

Untuk mengatasi anemia dalam kehamilan, berikut beberapa hal yang perlu
dilakukan, yaitu:

1. Makan makanan bernutrisi khusus

Mengonsumsi makanan bernutrisi dan bergizi tinggi, khususnya yang kaya zat
besi dan asam folat setiap hari. Ibu hamil membutuhkan tambahan 0,8 mg zat besi per
hari di trimester pertama, hingga 7,5 mg per hari pada trimester ketiga. Sementara itu,
peningkatan asupan asam folat per trimeser biasanya berkisar dari 400 – 600 mcg per
hari, tergantung kebutuhan ibu. Selain itu, pencegahan anemia saat hamil dapat mulai
dilakukan dengan mengatur pola makan menjadi lebih baik, seperti:

 Mengkonsumsi suplemen asam folat dan zat besi (60 mg zat besi dan 400 mcg
asam folat).

 Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi (daging, ayam,


ikan, telur, dan gandum).

 Memakan makanan yang kaya akan asam folat (kacang kering, gandum, jus
jeruk, dan sayuran hijau).

 Mengkonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung vitamin C (buah


dan sayur yang segar).

Perhatikan juga bahwa zat besi dari sumber makanan hewani, seperti daging,
dapat terserap tubuh lebih baik dibanding zat besi dari sayuran atau buah.

2. Mengkonsumsi vitamin C lebih banyak

Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi dari makanan secara lebih
efisien. Kebutuhan vitamin C harian juga dapat dipenuhi dengan minum suplemen
vitamin C, tetapi sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter agar pengobatan terkontrol
dengan baik. Namun, mencukupi asupan gizi dari makanan saja mungkin tidak akan
cukup buat ibu hamil.

3. Minum suplemen

Sebagai langkah awal pengobatan anemia pada ibu hamil, ibu disarankan
untuk mulai minum suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat sebagai tambahan
vitamin prenatal. Minum dosis pertama suplemen sebaiknya di pagi hari agar tidak
memperparah sensasi mual muntah karena morning sickness, ditambah akibat anemia
pada ibu hamil. Jika harus diminum setelah makan, tunggu satu jam dulu baru telan
vitamin agar tidak merasa mual.

Ibu hamil juga bisa minum suplemen sebelum tidur untuk mengurangi risiko
mual setelahnya. Jangan lupa minum banyak air setelah menelan vitamin untuk
mengurangi anemia pada wanita hamil. CDC merekomendasikan, ibu hamil yang
memiliki anemia untuk mengkonsumsi suplemen besi sebanyak 30 mg per hari sejak
cek kandungan pertama kali untuk mencegah anemia defisiensi besi.
Sementara untuk suplemen folat anemia pada wanita hamil, WHO dan
Kemenkes RI merekomendasikan minum dosisnya sebanyak 400 mcg/hari. Sebaiknya
hal ini dilakukan sesegera mungkin begitu akan merencanakan kehamilan dan terus
dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan.

3. Prognosis

a. Faktor yang meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil

Anemia juga paling berisiko pada ibu yang memiliki kondisi berikut:

 Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung, semakin banyak
darah yang dibutuhkan.

 Dua kali hamil dalam waktu berdekatan.

 Muntah dan mual di pagi hari (morning sickness).

 Hamil di usia remaja.

 Kurang mengkonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat.

 Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil.

b. Bahaya anemia pada ibu hamil dan janin

Anemia ini adalah salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi pada ibu
hamil, tetapi tidak boleh disepelekan. Penyakit yang sering disebut dengan istilah
kurang darah ini bukanlah kondisi yang bisa sembuh dengan sendirinya. Apabila
jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu sedikit, ibu dan janin dapat
kekurangan gizi dan oksigen yang akan membahayakan keselamatan mereka.
Anemia yang parah di trimester pertama dilaporkan dapat meningkatkan berbagai
masalah seperti:

 Risiko janin lambat atau janin tidak berkembang dalam kandungan

 Bayi lahir prematur

 Memiliki berat badan rendah saat lahir (BBLR)

 Nilai APGAR score yang rendah


Anemia pada ibu hamil yang parah juga bisa menyebabkan kerusakan organ
vital seperti otak dan jantung hingga kematian. Selain itu, anemia juga dikaitkan
dengan risiko keguguran meski belum benar-benar ada penelitian valid yang bisa
memastikannya. Kondisi anemia yang dibiarkan terus berlanjut tanpa pengobatan
akan memperbesar risiko ibu kehilangan banyak darah selama melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai