Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH PENGANTAR MEDIA PROMOSI KESEHATAN

“Anemia pada Remaja Putri dan Dampakya di Masa Depan ”

Disusun Oleh :

Nur Frisma Oktavia

P3.73.24.3.21.077

Pembimbing :

Dr. Abdul Aziz, BE,SKM.MM.

JURUSAN KEBIDANAN

DIV PROMOSI KESEHATAN


1. Situasi Masalah

Selama masa remaja, kebutuhan zat besi meningkat untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan otot. Saat menstruasi tiba, anak perempuan membutuhkan lebih banyak zat
besi daripada anak laki-laki untuk anak perempuan mengkonsumsi sebesar 14,8 mg
menggantikan darah yang hilang saat menstruasi,sedangkan remaja laki-laki mengkonsumsi
11,3 mg. Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan kekurangan zat besi dan
meningkatkan risiko anemia defisiensi besi yang dapat memicu konsekuensi kesehatan serius.
Kekurangan zat besi yang parah dapat meningkatkan risiko pengembangan komplikasi
jantung dan paru-paru. Kekurangan zat besi dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada remaja.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa anak perempuan yang memiliki kadar
feritin serum yang lebih tinggi memiliki peningkatan yang signifikan secara statistik pada tes
kognitif pembelajaran verbal dan memori.
WHO menyebut, kebutuhan zat besi berdasarkan berat badan sebanding dengan kecepatan
pertumbuhan. Oleh karena itu, selain terjadi pada wanita dalam masa reproduksinya,
defisiensi besi paling umum terjadi pada tahun-tahun prasekolah dan selama masa pubertas.
Puncak lain defisiensi besi terjadi pada usia tua, ketika pola makan memburuk, dalam hal
kualitas dan kuantitas. Biasanya setelah menarche (haid pertama), remaja putri sering tidak
mengonsumsi zat besi yang cukup untuk mengimbangi kehilangan darah di masa menstruasi.
Akibatnya, puncak prevalensi defisiensi besi sering terjadi di kalangan remaja putri.
Menurut WHO, anemia defisiensi besi pada kehamilan memliki dampak serius, yaitu
meningkatkan risiko perinatal untuk ibu dan anak baru lahir; serta meningkatkan angka
kematian anak. Sejumlah besar zat besi disimpan dalam plasenta dan janin selama kehamilan.
Situasi ini membuat kebutuhan zat besi meningkat sekitar 700-850 mg selama kehamilan.
Penyerapan zat besi meningkat selama kehamilan. Saat haid berhenti, wanita hamil masih
belum menyerap zat besi tambahan dalam jumlah cukup sehingga risiko kekurangan zat besi
meningkat. Laktasi atau menyusui juga mengakibatkan hilangnya zat besi melalui ASI.
Akibatnya, bagi wanita yang selama hamil kekurangan zat besi akan berlanjut hingga masa
menyusui.
2. Materi Tentang Anemia

Pengertian Anemia

Anemia adalah kondisi ketika tubuh mengalami penurunan atau jumlah sel darah merah
berada di bawah kisaran normal.Hal ini terjadi karena kurangnya hemoglobin (protein kaya
zat besi) sehingga memengaruhi produksi sel darah merah. Maka dari itu, oksigen juga sulit
untuk mencapai sel dan jaringan di dalam tubuh.Masalah kesehatan atau penyakit pada
remaja termasuk anemia seringkali membuat orangtua khawatir. Apalagi, saat mengalami
anemia, anak terlihat lebih mudah lelah dan lesu.Namun, dikutip dari Healthy Children,
“Dikatakan bahwa pertumbuhan yang cepat merupakan penyebab utama anemia pada remaja.
Ini merupakan usia dimana anak sangat rentan mengalami anemia.”
Apa saja tanda dan gejala anemia pada remaja?

Sebagian orang yang mengalami anemia tidak memperlihatkan gejala atau tanda apa pun.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan anak dapat mengalami gejala anemia seperti di
bawah ini:

 Kulit yang terlihat pucat.


 Mengalami perubahan suasana hati.
 Terlihat sangat lelah.
 Kepala terasa sangat pusing.
 Detak jantung lebih cepat dari biasanya.
 Mengalami jaundice (kulit dan mata menjadi kuning).
Saat mengalami anemia berat, anak remaja juga bisa mengalami tanda dan gejala lainnya,
seperti :

1. Mengalami sesak napas.


2. Tangan dan kaki bengkak.
3. Pusing disertai sakit kepala.
4. Mengalami sindrom kaki gelisah.
5. Apabila anak mengalami kekurangan zat besi yang sangat parah, ada kemungkinan
pula ia mengalami gejala lainnya seperti pica.
6. Pica adalah keinginan untuk makan benda atau barang yag seharusnya tidak dimakan.
Namun, ini merupakan kasus yang sangat jarang terjadi.

Penyebab Anemia

 Kurang asupan zat besi

Penyebab paling umum dari anemia adalah ketika anak kekurangan zat besi baik dari
makanan atau asupan suplemen.Apalagi ketika anemia lebih banyak terjadi pada remaja putri
karena di masa puber ia merasakan permulaan siklus menstruasi.Perlu diketahui bahwa
kebutuhan zat besi di masa remaja adalah sekitar 8 mg hingga 15 mg setiap harinya.
Oleh karena itu, Anda juga perlu memperhatikan ketika remaja mulai melakukan diet.
Perhatikan asupan gizi serta nutrisinya dengan baik karena hal ini juga bisa memicu anemia.

 Anemia karena perdarahan

Hal ini bisa terjadi karena pendarahan yang diakibatkan oleh cedera, menstruasi yang cukup
berat, gangguan pencernaan, hingga masalah kesehatan lainnya.Maka dari itu, anemia pada
remaja lebih sering dialami anak perempuan karena setiap bulannya ia mengalami menstruasi.

 Sel darah merah rusak

Ini merupakan kondisi yang juga bisa disebut sebagai anemia hemolitik. Kondisi ini termasuk
saat sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel darah merah dengan sendirinya.
Perlu diketahui bahwa ini juga merupakan jenis yang disebabkan adanya kelainan sel darah
merah karena faktor keturunan. Sebagai contoh, anemia sel sabit juga thalasemia.

 Produksi sel darah merah terlalu lambat

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab anemia pada remaja yang satu ini, seperti:

 Anemia aplastik, saat tubuh berhenti membuat sel darah merah karena infeksi atau penyakit.
 Kekurangan vitamin B12 dari makanan, suplemen, hingga tubuh yang tidak bisa menyerap
vitamin ini.
Oleh karena itu, pengobatan anemia sangat didasarkan pada penyebabnya

Pencegahan Anemia

 Minum Suplemen Zat Besi

Pada kasus anemia defisiensi zat besi dan B12, anemia bisa dihindari memenuhi kebutuhan
kedua nutrisi tersebut. Ibu mungkin bisa memberi remaja putri ibu suplemen zat besi di
antara waktu makan, misalnya di antara jam makan pagi dan makan siang, atau pertengahan
sore, yaitu antara makan siang dan makan malam. Hal ini karena zat besi paling baik diserap
saat diberikan di antara waktu makan.

Vitamin C dapat membantu tubuh menyerap zat besi, tapi kalsium dapat menghambat
penyerapan tersebut. Jadi, beritahu anak remaja ibu untuk mengonsumsi suplemen zat besi
dengan makanan atau minuman yang kaya akan vitamin C, seperti buah-buahan, sayuran, dan
jus jeruk. Dan hindari mengonsumsi suplemen tersebut dengan susu. Hindari juga
mengonsumsi suplemen zat besi lebih banyak dari yang disarankan, karena bisa berbahaya
bagi kesehatan.

 Dorong Anak Remaja untuk Memperbanyak Makanan yang Kaya akan Zat
Besi

Dorong anak-anak remaja untuk lebih banyak mengonsumsi makanan yang kaya akan zat
besi, seperti :

 Daging tanpa lemak, unggas, dan ikan.

 Sereal, roti, dan pasta yang diperkaya zat besi.

 Buah-buahan kering, seperti aprikot, kismis, dan prem.

 Sayuran hijau, seperti bayam dan kale.

 Biji-bijian utuh, seperti beras merah.

 Kacang-kacangan, seperti kacang polong.

 Telur.
 Suplemen Penambah Darah

Bagi remaja putri yang sudah mulai menstruasi, ibu bisa membantu mencegah anemia
defisiensi besi dengan memberikannya multivitamin zat besi atau penambah
darah. Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk zat besi adalah 8 miligram per hari
untuk wanita usia 9–13 tahun, dan 15 miligram per hari untuk wanita usia 14–18 tahun.

“ Contoh analisis data tentang penyakit anemia pada REMAJA DI SEKOLAH


MENENGAH KEJURUAN TIRTAYASA JAKARTA.”

Berdasarkan hasil pemeriksaan IMT didapatkan 45,71% status gizi responden berada pada
rentang gizi kurang. Berat badan kurus merupakan indikasi rendahnya asupan
mikronutrien yang berhubungan dengan anemia. Dalam penelitian ini ditemukan status
gizi sebagian responden kurang. Hal ini bisa disebabkan karena responden tinggal di
wilayah padat penduduk, pendapatan ekonomi orang tua responden sebagian besar dalam
kategori menengah kebawah sehingga bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas
makanan. Menurut Proverawati dan Asfuah yang menjelaskan bahwa kelompok rentan
gizi dan masalah gizi pada remaja terjadi pada usia 13 – 20 tahun. Pada umur tersebut
berada pada suatu siklus pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan zat gizi
dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Oleh karena itu apabila
terjadi kekurangan gizi akan menyebabkan remaja menjadi kurus atau mengalami
gangguan gizi dan kesehatan lainnya.

Remaja yang kekurangan gizi akan mempengaruhi proses reproduksi. Bagi remaja putri
akan berdampak mengalami gangguan pertumbuhan, badan menjadi pendek dan tulang
panggul tidak sempurna sehingga beresiko pada saat persalinan nanti . Pendapatan orang
tua yang tinggi akan mempengaruhi status gizi anak menjadi baik. Pendapatan merupakan
faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan terlalu sedikit dan sedang
menjalankan program diet dikarenakan remaja pada umur 13- 20 tahun lebih
memperhatikan bentuk tubuhnya. Gambaran bentuk tubuh mempengaruhi citra tubuh
remaja. Citra tubuh berhubungan secara tidak langsung dengan kejadian anemia pada
remaja. Citra tubuh remaja dapat mempengaruhi perilaku makan dan pemilihan makanan.
Remaja yang memiliki gizi kurang akan menyebabkan tubuhnya menjadi kurus dan
mengalami kekurangan energi kronis. Hal ini dikarenakan makan yang terlalu sedikit dan
sedang menjalankan program diet dikarenakan remaja pada umur 13- 20 tahun lebih
memperhatikan bentuk tubuhnya. Gambaran bentuk tubuh mempengaruhi citra tubuh
remaja. Citra tubuh berhubungan secara tidak langsung dengan kejadian anemia pada
remaja. Citra tubuh remaja dapat mempengaruhi perilaku makan dan pemilihan makanan.
Remaja yang memiliki gizi lebih dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan.
Pada kondisi tubuh kelebihan kadar lemak akan berakumulasi di hepar sehingga memicu
pembentukan peroksida lipid yang mempengaruhi proses metabolisme besi. Proses
metabolism besi yang terganggu dapat menimbulkan kejadian anemia dikemudian hari.
Penelitian di Amerika Latin dan Caribbean didapatkan bahwa remaja putri yang tinggal di
daerah perkotaan mempunyai kebiasaan konsumsi makanan tinggi kalori namun miskin
akan zat gizi seperti junk food dan fast food. Remaja putri seperti ini rentan mengalami
defisiensi zat gizi, akses yang terbatas untuk pelayanan kesehatan/gizi atau jarang
terpapar atau mendapatkan edukasi/penyuluhan gizi khususnya mengenai anemia.
Pengetahuan anemia yang kurang akan mempengaruhi pemilihan makanan yang bersifat
membantu dan menghambat penyerapan besi dalam tubuh. Semakin sering mengonsumsi
makanan yang menghambat (inhibitor) Fe maka akan mempengaruhi status besi dalam
tubuh seseorang. Status besi dalam tubuh yang cukup pada saat awal masa remaja dapat
mengurangi kecepatan pertumbuhan remaja, karena defisiensi besi dapat mengurangi
selera makan, asupan makan dan energi. Pola makan remaja yang masih belum baik yaitu
makanan instan dan junk food, makanan-makanan jajanan yang kurang bergizi seperto
goreng-gorengan, coklat, permen dan es. Sehingga makanan yang beraneka ragam tidak
dikomsumsi sedangkan pada kelompok usia ini sangat disibukkan dengan berbagai
macam aktivitas fisik membuat status gizi remaja kurang. Remaja putri pada umumnya
mempunyai karakteristik kebiasaan pola makan tidak sehat antara lain tidak sarapan, diet
tidak sehat dan malas minum air putih. Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah
gizi pada usia remaja antara lain adalah kebiasaan makan yang buruk. Faktor lain adalah
pemahaman gizi yang keliru, kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu,
promosi yang berlebihan melalui media massa, masuknya produk-produk makanan baru
(fast food) yang berasal dari negara lain secara bebas mempengaruhi kebiasaan makan
para remaja. “DIKUTIP DARI JURNAL “Journal Community Service and Health
Science DOI:www.ejournal.stikes-pertamedika.ac.id/index.php/jcshs.”

3. Menggunakan jenis media leaflet

Alasan menggunakan media leaflet yaitu,masyarakat akan lebih mudah memahami dengan
menggunakan gambar dan tulisan,sehingga akan menarik perhatian untuk para remaja
memperbaikki gizi seimbang nya dan hidup sehat dan mengurangi resiko terkenannya
penyakit anemia.

Anda mungkin juga menyukai