Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2.500 gram. Rata-rata bayi baru lahir memiliki berat sekitar 2,5
kg sampai 4 kg.
WHO mendefinisikan berat badan lahir rendah ke dalam tiga kategori, yaitu:
Berat badan lahir rendah: kurang dari 2.500 gram (hingga dan termasuk 2.499 gram).
Berat lahir sangat rendah: kurang dari 1.500 gram (hingga dan termasuk 1.499
gram),
Berat lahir amat sangat rendah: kurang dari 1.000 gram (hingga dan termasuk 999
gram)
Beberapa bayi dengan berat badan lahir rendah meskipun kecil, bisa tetap sehat.
Tetapi memiliki berat badan rendah saat lahir juga dapat menyebabkan masalah
kesehatan yang serius bagi beberapa bayi dan meningkatkan risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami stunting.
Meski saat ini banyak teknologi canggih untuk membantu menangani bayi dengan
BBLR, namun tentu pencegahan tetaplah jalan yang terbaik. Berikut ini
adalah beberapa tips untuk mencegah BBLR:
1. Merencanakan kehamilan dengan matang
Merencanakan kehamilan dengan matang akan mendorong kita dan pasangan
untuk lebih siap fisik dan mental dalam menjalani kehamilan yang lebih sehat.
Contoh, ibu lebih memerhatikan nutrisi dan mengusahakan berat badan yang
lebih ideal sebelum hamil. Menurut penelitian, ibu yang terlalu kurus akan
lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
2. Periksa kehamilan secara teratur
Pada saat kontrol kehamilan, dokter kandungan akan memantau tekanan darah
ibu, penambahan berat badan, dan pertumbuhan serta detak jantung bayi dengan
cermat.
Kontrol kehamilan secara teratur juga bisa membantu mendeteksi dini masalah
medis seperti preeklamsia, yaitu suatu kondisi di mana aliran darah ke plasenta
berkurang. Kondisi ini bisa membatasi suplai nutrisi ke janin dan menyebabkan
BBLR.
Baca Juga: Pentingnya Vaksinasi Sebelum Merencanakan Kehamilan
3. Konsultasikan penyakit bawaan
Ceritakan pada dokter kandungan dengan jujur mengenai penyakit bawaan bumil,
seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Kedua penyakit ini dapat
meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, namun bisa
dikendalikan dengan pemantauan kesehatan yang baik sehingga bayi lahir dengan
sehat.
4. Pertahankan kenaikan berat badan yang sehat
Kenaikan berat badan ibu hamil berkisar antara 5 kg hingga 18 kg yang
disesuaikan dengan status gizi ibu sebelum hamil. Tugas bumil adalah
memerhatikan asupan nutrisi dengan berusaha makan makanan yang beragam
dan bergizi seimbang.
Baca juga: Begini Cara Jaga Asupan Nutrisi Ibu Hamil yang Sibuk Bekerja
5. Hindari stres
Stres sebenarnya wajar, namun stres tingkat tinggi yang berlangsung lama dalam
kehamilan dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi
dan penyakit jantung, serta bisa meningkatkan kemungkinan kelahiran prematur
dan bayi dengan berat badan lahir rendah.
BBLR atau bayi berat lahir rendah dapat terjadi karena berbagai faktor yang terjadi di masa
kehamilan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR, antara lain:
Jika terdapat masalah pada plasenta Ibu maka ini dapat mengurangi aliran darah kepada si
Kecil, ini akan menghambat perkembangan bayi karena ia tidak mendapatkan cukup oksigen
dan nutrisi
Tekanan darah tinggi yang Ibu alami juga dapat menjadi penyebab BBLR, karena tekanan
darah tinggi di masa kehamilan dapat mempengaruhi asupan darah ke plasenta.
Jika Ibu mengandung bayi kembar, ini juga dapat mempengaruhi perkembangan bayi,
karena ruang tumbuhnya jadi lebih kecil serta asupan makan yang dibagi.
Jika bayi memiliki gangguan kesehatan bawaan
Selain itu, masalah kesehatan dan emosional Ibu juga dapat menghambat perkembangan bayi.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh:
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil trimester pertama dan kedua dapat membahayakan janin,
karena meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) sebesar tiga kali lipat.
Pentingnya zat besi sering kali dilupakan oleh ibu hamil. Padahal, dengan asupan suplemen
zat besi yang tepat, anemia defisiensi besi dan risiko saat persalinan (termasuk perdarahan
paska persalinan) akan semakin berkurang. Masa depan generasi muda di masa mendatang
pun akan jadi lebih baik.
Memilih kandungan nutrisi di dalam makanan yang baik untuk si Kecil merupakan salah satu
hal yang paling sering diperhatikan oleh ibu hamil. Mineral adalah nutrisi yang tidak boleh
lupa dikonsumsi oleh Ibu. Salah satu mineral yang penting untuk Ibu adalah zat besi. Zat besi
berfungsi untuk membentuk sel darah merah (eritrosit) yang dibuat di sumsum tulang
belakang, dan menghasilkan hemoglobin, yakni protein di sel darah merah yang berfungsi
untuk membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Kekurangan zat besi merupakan salah satu gejala defisiensi nutrisi yang paling sering terjadi.
Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan hemoglobin, yang disebut dengan anemia.1 Data
WHO tahun 1993-2005 menunjukkan bahwa 48,2% wanita hamil di Asia Tenggara
mengalami anemia. Pada ibu hamil, kebutuhan zat besi meningkat hingga 2-3 kali lipat
karena meningkatnya volume darah hingga mencapai 35%. Kebutuhan zat besi juga
meningkat untuk pertumbuhan bayi, plasenta, dan lainnya. Meski penyerapan zat besi
meningkat selama masa kehamilan, kebanyakan ibu hamil tidak mengonsumsi suplemen zat
besi yang dapat memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut, terutama pada trimester dua dan
ketiga.
Defisiensi zat besi dapat membahayakan kondisi Ibu, karena gejala tersebut akan
memengaruhi fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi,
menurunkan kualitas hidup, berisiko menyebabkan gangguan mental dan emosi setelah
melahirkan, serta meningkatkan risiko perdarahan ketika melahirkan. Anemia defisiensi besi
pada wanita hamil trimester pertama dan kedua dapat membahayakan janin, karena
meningkatkan risiko lahir prematur (sebelum waktunya) sebesar dua kali lipat, dan risiko
bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) sebesar tiga kali lipat. Penelitian di Nigeria
menunjukkan bahwa pemberian suplemen zat besi dan asam folat ternyata dapat menurunkan
BBLR dari 50% menjadi 7%.
Konsentrasi zat besi yang rendah pada si Kecil yang baru lahir dapat bertahan hingga 1 tahun dan
menimbulkan terjadinya anemia defisiensi besi pada si Kecil. Zat besi berperan penting untuk
metabolisme dan fungsi saraf, sehingga defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan pada
psikomotor atau mental, emosi, serta perilaku si Kecil. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
anemia defisiensi besi pada si Kecil bisa memengaruhi perkembangan mental dan mengganggu
kapasitas belajarnya di masa depan.
Tanda dan Gejala Zat Besi pada Ibu Hamil
Wanita hamil yang kekurangan zat besi memiliki beberapa tanda dan gejala sebagai berikut:
Salah satu makanan yang mengandung zat besi paling tinggi adalah hati ayam dan kacang-
kacangan. Suplemen zat besi dibutuhkan jika kebutuhan Ibu tidak dapat terpenuhi dari
makanan yang dikonsumsi. Dosis yang direkomendasikan untuk defisiensi besi adalah 100-
200mg/hari. Ibu tidak disarankan untuk mengonsumsi zat besi dengan dosis yang terlalu
tinggi, karena dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping.
Vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi. Sehingga, Ibu disarankan untuk makan
makanan yang kaya akan zat besi dengan makanan dengan kandungan vitamin C, seperti
jeruk. Suplemen sebaiknya diminum saat perut kosong, satu jam sebelum makan. Lebih baik
lagi, kombinasikan suplemen zat besi dengan sumber vitamin C (seperti jus jeruk) untuk
meningkatkan penyerapannya. Ketika Ibu sedang mengonsumsi zat besi, hindari minuman
atau makanan yang mengandung teh atau kopi, karena kedua zat tersebut dapat mengurangi
proses penyerapan zat besi.
Ada beberapa langkah positif yang bisa Ibu lakukan untuk awal yang sehat bagi pertumbuhan
si Kecil, antara lain:
Jika Ibu memiliki gangguan kesehatan seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, maka
Ibu harus selalu mengontrol kondisi kesehatan Ibu dan rajin berkonsultasi dengan
dokter.
Berhenti merokok dan meminum alkohol
Mengonsumsi makanan yang sehat dengan nutrisi seimbang
Menaikkan berat badan secara bertahap
Memonitor kondisi kehamilan secara rutin
Mengonsumsi vitamin dan mineral yang penting untuk perkembangan si Kecil.