BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah hal yang patut disyukuri. Tak heran, bila Ibu seringkali menjalani tahapan demi
tahapan kehamilan dengan antusias. Namun saking antusiasnya, tak jarang Ibu salah kiprah dalam
menyikapinya.
Karena beranggapan harus memberi makan dua orang (ibu dan janin), Ibu seringkali menambah porsi
makan Ibu secara berlebihan, tanpa terlalu memperhatikan kualitas dari makanan itu sendiri. Padahal
makan rasional dengan kuantitas dan kualitas yang sama seimbangnya lebih dianjurkan.
Apa yang dimaksud dengan makanan yang seimbang kuantitas dan kualitasnya? Makanan yang
seimbang kuantitas maupun kualitasnya adalah makanan yang mencakup semua zat gizi yang
dibutuhkan (karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, serta air) dalam jumlah kalori yang
sesuai dengan kebutuhan Ibu selama kehamilan.
Maka dari itu, sebelum menentukan pola makan, Ibu perlu memahami dan mengenali terlebih dahulu
kondisi tubuh Ibu, serta kebutuhan-kebutuhan Ibu maupun janin dalam kandungan.
Pada kehamilan trimester pertama Ibu masih menyesuaikan diri dengan kehamilannya. Namun
sekalipun Ibu mengalami muntah-muntah, sebaiknya Ibu tidak mengurangi porsi dan kualitas
makanan, karena apabila pada masa trimester pertama ini Ibu hamil mengalami kekurangan zat gizi
tertentu, bukan tak mungkin akan menyebabkan gagalnya pembentukan otak dan organ-organ penting
lainnya pada janin, yang bisa menyebabkan cacat bawaan.
Mengingat pentingnya gizi di awal kehamilan, Ibu perlu memasukkan gizi seimbang, seperti kalori,
protein, serat, kalsium, zat besi dan air dalam menu sehari-hari. Selain itu, Ibu perlu menambahkan
beberapa vitamin dan mineral penting yang sangat dibutuhkan janin di awal kehidupannya.
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada ibu hamil (maternitas) memerlukan sebuah pengetahuan
mendasar untuk hal tersebut. Termasuk salah satunya adalah pengkajian nutrisi bagi ibu hamil.
Pembuatan makalah ini pun bertujuan, agar mahasiswa mampu memahami pentingnya nutrisi pada
ibu hamil khususnya dengan berbagai gangguan tertentu.
Mengetahui pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil dengan gangguan eklampsia dan pre eklampsia.
Apa yang dimaksud dengan eklampsia dan preeklamsia, dan hiperemesis gravidarum?
Bagaimana diit pada kasus eklamsia dan preeklampsia dan hiperemesis gravidarum?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Fisiologis Dan Kebutuhan Nutsiri Ibu Hamil Pada Trimester Pertama
Kenaikan berat badan (BB) selama kehamilan akan memengaruhi kenaikan berat janin. Namun bukan
berarti ibu hamil lantas harus makan secara berlebihan. Jelas tidak. Sebagai informasi, kebutuhan
energi pada kehamilan trimester I hanya memerlukan tambahan 100 Kal per hari (menjadi 1.900 Kal
2.000 Kal per hari). Ini berarti sama dengan menambah 1 potong (50 g) daging sapi atau 2 buah apel
dalam menu sehari. Selanjutnya saat trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat
menjadi 300 Kal per hari, atau sama dengan mengonsumsi tambahan 100 g daging ayam atau minum
2 gelas susu sapi cair.
Jadi idealnya kenaikan BB ibu hamil sekitar 500 gram per minggu. Angka ini tentu bukan patokan
mati sebab pedoman ini hanya berlaku bagi ibu yang memiliki BB normal (tinggi badan 110). Bagi
yang BB-nya di atas/di bawah rata-rata normal, tabel di bawah ini dapat membantu mengetahui
kenaikan berat badan yang dianjurkan selama 9 bulan usia kehamilan.
Namun, ibu dengan BB berlebih dan obesitas dianjurkan untuk tidak berdiet. Diet yang tiba-tiba dapat
menghambat pertumbuhan janin karena pertambahan beratnya terganggu. Yang disarankan adalah
pengaturan makan yang pas selama kehamilan. Itulah makanya BB berlebih dan obesitas pada masa
kehamilan patut diwaspadai karena dapat menimbulkan komplikasi yakni diabetes gestasional atau
preeklamsia (peningkatan tekanan darah). Risiko kedua komplikasi ini adalah ibu dapat mengalami
masa persalinan yang lebih panjang sehingga meningkatkan kemungkinan dilakukannya tindakan.
I.
Selama kehamilan ada beberapa zat gizi yang kebutuhannya meningkat dan patut mendapatkan
perhatian karena amat bermanfaat bagi pertumbuhan janin. Di antaranya asam folat, kalsium, dan zat
besi.
* Asam Folat
Asam folat termasuk kelompok vitamin B yang bermanfaat untuk mengurangi NTD(Neural Tubes
Defects) atau kelainan susunan saraf pusat. Disarankan dikonsumsi semenjak masa persiapan atau
sebelum kehamilan karena pembentukan susunan saraf pusat akan dimulai di awal kehamilan. Tak
perlu khawatir, karena kelebihan asupan ini akan dibuang secara otomatis. Jumlah asam folat yang
dibutuhkan selama kehamilan adalah 600 mikrogram per hari per orang. Jadi ada tambahan sebanyak
200 mikrogram per hari per orang dibanding manusia dewasa yang tidak hamil. Sumber asam folat
antara lain brokoli, gandum, kacang-kacangan, jeruk, stroberi, dan bayam. Namun, karena
mengonsumsi makanan tersebut belum menjamin terpenuhinya kebutuhan ini maka ibu hamil tetap
dianjurkan mendapat asupan suplemen asam folat.
* Kalsium
Kalsium semakin dibutuhkan ibu hamil saat memasuki trimester kedua dan ketiga kehamilan. Pada
masa inilah janin mulai tumbuh dengan pesat, terutama pembentukan tulang dan giginya.
Kebutuhannya sekitar 1.200 mg per hari (sama dengan mengonsumsi 2 gelas susu atau 125 g keju),
jauh lebih banyak dibanding kebutuhan kalsium selama tidak hamil yang hanya 1.000 mg per hari.
Ada banyak sumber kalsium, di antaranya, telur, susu, ikan teri, ikan salmon, sardin, sayuran
berwarna hijau, kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang tanah) dan wijen. Namun, waspadai
makanan sumber kalsium yang berserat. Perlu diketahui serat yang berlebihan akan menurunkan
waktu transit makanan di dalam sel cerna sehingga mengurangi kesempatan tubuh mengabsorpsi
kalsium dengan maksimal.
Bila kebutuhan akan kalsium tidak terpenuhi, janin akan mengambil cadangan kalsium dari tulang
ibu. Akibatnya, rangka tulang akan cepat rapuh karena terjadi demineralisasi dan ibu akan mengalami
keropos tulang dini. Sedangkan dampak kekurangan kalsium secara langsung pada janin tak ada.
* Zat Besi
Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh. Buntut-buntutnya dapat
memengaruhi perkembangan janin. Kekurangan zat besi umumnya ditandai dengan wajah pucat, rasa
lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kekebalan dan
gangguan penyembuhan luka.
Mengapa banyak ibu hamil kekurangan zat besi? Sebab, memasuki trimester kedua dan ketiga ibu
mengalami "hemodilusi" (pengenceran). Hal ini terjadi karena ibu hamil memproduksi cairan lebih
banyak sehingga kebutuhan akan sel darah merahnya juga bertambah. Kondisi ini bisa dianalogikan
sebagai sirop dan air. Sirop ibarat sel darah merah dan air ibarat cairan dalam tubuh ibu. Bila dalam
keadaan normal, untuk membuat sirop dibutuhkan satu gelas air putih dan dua sendok makan sirop.
Namun dalam keadaan hamil karena airnya bertambah banyak maka siropnya (sel-sel darah) pun
mestinya ditambah.
Jadi tak perlu heran bila banyak ibu hamil pada trimester kedua dan ketiga membutuhkan lebih
banyak zat besi. Banyak wanita di Indonesia mengalami kekurangan zat besi, sehingga kadar
hemoglobinnya rendah. Hal ini tentu berpengaruh pada kualitas kesehatan ibu dan janin.
Jumlah zat besi yang dibutuhkan semasa kehamilan berbeda per trimesternya. Pada trimester pertama,
tambahan akan zat besi belum dibutuhkan. Kondisi ini menguntungkan bagi ibu hamil yang
mengalami mual dan muntah karena mengonsumsi zat besi biasanya dapat memperparah kondisi ini.
Namun memasuki trimester II, kebutuhan akan zat besi menjadi 35 mg per hari per berat badan (sama
dengan mengonsumsi segenggam kacang hijau, atau setengah genggam daun ubi). Kemudian
bertambah menjadi 39 mikrogram per hari per berat badan pada trimester ketiga (sama dengan
mengonsumsi 1 potong tempe). Untuk memenuhi kebutuhan itu makanlah bahan makanan yang kaya
akan zat besi, seperti, daging, hati, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.
Tabel 1.1 kenaikan berat badan yang dianjurkan pada saat kehamilan
Kategori berat badan (BB)
Jumlah
kenaikan
dianjurkan
BB kurang
12-18 kg
Normal
11,3-15, 75 kg
BB berlebih
6,75-11, 25 kg
Obesitas
6,75 kg
berat
yang
Dari segi Ilmu Gizi memang Ibu hamil memerlukan makanan yang lebih dalam hal mutu (kualitas)
dan jumlahnya (kuantitas), mengingat makanan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan ibu
yang bersangkutan, juga untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Perlu diketahui bahwa penanganan gizi yang baik selama hamil bertujuan untuk :
Ada beberapa kondisi khusus yang mempengaruhi keadaan ibu hamil dengan resiko tinggi terhadap
keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan yaitu :
-
2.
Hiperemesis gravidarum
3.
Anemia
4.
Gestational diabetes
5.
Abortus
2.3
1.
Kekurangan Karbohidrat
Defisiensi karbohidrat pada ibu hamil akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin, placenta dan jaringan payudara serta proses metabolisme yang mengalami
perubahan selama masa kehamilan. Akibat kekurangan karbohidrat lainnya pada janin akan
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lebih ringan, pertumbuhan yang lambat, kemampuan otak
kurang, gangguan psikologis, kekurangan gizi, bahkan kekurangan karbohidrat yang berat akan
menyebabkan bayi marasmus.
2.
Kekurangan Protein
Apabila ibu hamil kurang mengkonsumsi protein maka produksi air susu pun akan berkurang.
Cadangan protein dalam tubuh juga akan berkurang. Akibatnya anak yang lahir mengalami gizi
kurang dan tumbuh dengan tidak normal serta kurang cerdas.
Akibat kekurangan protein semasa kehamilan dapat berpengaruh pada bayi, bayi akan mengalami
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), dan perkembangan otak bayi
tidak optimal.
Bagi ibu hamil yang kekurangan protein, proses konsepsi pun bisa gagal. Karena protein yang
fungsinya membangun sel-sel ini, gagal membentuk sel. Selain itu, Bumil bisa mengalami anemia
akibat janin yang kekurangan protein, karena janin mengambil protein ibunya. Bahkan,
jika bumil kekurangan protein bisa menimbulkan terjadinyapreeklampsia (keracunan kehamilan).
3.
Kekurangan Lemak
Pada ibu hamil lemak dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam
kandungan sebagai kalori utama. Kekurangan lemak dapat menyebabkan dampak negative pada
pertumbuhan jaringan placenta. Pada kehamilan yang normal, kadar lemak dalam aliran darah akan
meningkat pada akhir trimester III. Tubuh wanita hamil juga menyimpan lemak yang akan
mendukung persiapannya untuk menyusui setelah bayi lahir.
4.
Kekurangan Vitamin
a)
Kekurangan vitamin A.
Ibu hamil berisiko mengalami kekurangan vitamin A terutama selama trimester terakhir ketika
permintaan vitamin A untuk janin yang dikandung dan ibu hamil sendiri meningkat. Asupan vitamin A
yang kurang selama hamil bisa mempengaruhi kemampuan penglihatan dan juga perkembangan paruparu janin.
b)
Dampak kekurangan vitamin ini akan menimbulkan efek yang sama baik pada ibu hamil maupun
orang biasa yaitu diantaranya : B1 akan menyebabkan berbagai gangguan seperti kulit kering dan
bersisik, beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung dan system saraf, B2 akan menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh, kulit bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah dan sariawan, B3 akan
menyebabkan kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah dan mual, B5
atau B6 akan menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik, keram otot dan kesulitan untuk tidur.
c)
Hampir semua kalangan tentunya mengenal vitamin B9 sebagai Asam folat. Asam Folat atau Vitamin
B9 membantu sel tubuh membentuk dan menjaga DNA. Asam folat sangat penting untuk kesehatan
salah satunya kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandung. Menurut salah satu hasil riset di
Amerika, trimester pertama kehamilan merupakan fase pembentukan system saraf pusat janin,
termasuk otak dan sumsum tulang belakang. Dan pada masa kehamilan, kebutuhan tubuh akan asam
folat meningkat. Hal ini karena asam folat berguna dalam proses metabolism tubuh, produksi heme
untuk menghasilkan hemoglobin. Namun, faktanya di masa-masa awal pertumbuhan janin ini
(trimester pertama) banyak wanita yang belum menyadari bahwa dirinya sedang hamil (biasanya
kehamilan baru disadari setelah minggu ke-5 atau ke-6).
Kekurangan (deficiency) asam folat selama kehamilan dapat menyebabkan bayi /janin
mengalami spina bifida , suatu Neural Tube Defects (NTDs) yaitu adanya celah pada tulang belakang
karena gagal tertutupnya tabung saraf tulang belakang pada hari ke-38 pasca konsepsi (pembuahan).
Resiko NTDs dapat dikurangi hingga 80 % dengan konsumsi asam folat yang cukup sebelum dan
selama kehamilan. Spina Bifida merupakan suatu masalah tulang belakang, dimana saraf-saraf yang
mengontrol fungsi gerak dan fungsi-fungsi tubuh lainnya tidak berjalan dengan sempurna. Anak-anak
yang mengalami spina bifida ini akan memiliki kecacatan seumur hidup, dan mereka juga
membutuhkan banyak tindakan operasi selama hidupnya.
Agar janin tidak mengalami Spina bifida, Ibu Hamil sangat dianjurkan untuk memenuhi asupan
vitamin B9 atau Asam Folat. Sumber alami dari Vitamin B9 adalah sayuran hijau, gandum, buncis,
kelapa, daging, ikan, hati, jeruk, jamur, kacang, dan ragi.
d)
Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membentuk DNA, RNA, lemak dan beberapa hormon serta
protein yang berperan penting untuk membentuk sel darah merah dan menjaga saraf tetap bekerja
dengan baik.
Selama hamil cadangan vitamin B12 dalam tubuh kemungkinan habis yang membuatnya berisiko
mengalami defisiensi. Kekurangan vitamin B12 bisa menyebabkan komplikasi pada kehamilannya.
e)
Kekurangan Vitamin C
Jika kekurangan / defisiensi vitamin C dapat mengakibatkan keracunan kehamilan, ketuban pecah dini
(KPD). Vitamin C berguna untuk mencegah terjadinya ruptur membran, sebagai bahan semen jaringan
ikat dan pembuluh darah. Fungsi lain dapat mengakibatkan absorbsi zat besi non hem, meningkatkan
absorbsi suplemen besi dan profilaksis perdarahan post partum. Kebutuhannya 10 mg/hari lebih tinggi
dari ibu tidak hamil.
f)
Kebutuhan kalsium dan vitamin D akan meningkat selama kehamilan untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan tulang serta gigi bayi. Jika asupan kalsium dan vitamin D tidak mencukupi, maka
bayi akan mengambilnya dari tulang ibu. Hal ini meningkatkan risiko osteoporosis pada ibu dan
infeksi pernapasan pada bayi.
g)
Kekurangan Vitamin E
Kekurangan vitamin E akan menyeabkan sel darah merah terbelah. Proses ini disebut hemolisis
eritrodit dan dapat dihindari dengan vitamin E. Akibat lain kekurangan vitamin E adalah : perubahan
degeneratif pada sistem saraf dan otot, kelemahan dan kesulitan berjalan, nyeri pada otot betis,
gangguan penglihatan, anemia, retensi cairan (odem), kelainan kulit.
Pada bayi, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan kelainan yang mengganggu
penyerapan lemak pada bayi yang prematur dan kekurangan gizi. Namun kekurangan vitamin E
sesungguhnya sangat jarang terjadi karena vitamin ini banyak terdapat dalam makanan, terutama
dalam minyak sayur. Pada manusia kekurangan vitamin E bisa disebabkan karena diet yang sangat
buruk dalam jangka waktu lama.
h)
Kekurangan Vitamin K
Kecenderungan terjadinya perdarahan akibat gangguan proses koagulasi yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin K atau dikenal dengan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB). PDVK adalah
terjadinya perdarahan spontan atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena atau
operasi yang disebabkan karena berkurangnya aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K
(faktor II, VII, IX dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi yang tidak bergantung pada vitamin K,
kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam batas normal.
5.
Kekurangan Mineral
Kekurangan mineral pada ibu hamil dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Tak Cuma itu tambahan zat gizi lain yang penting
juga dibutuhkan nuntuk membantu proses metabolism energy menjadi terganggu .
2.4 Eklampsia Dan Preeklampsia
Gejala-gejala subjektif yang dapat timbul berupa sakit kepala didaerah prontal, diplopia, penglihatan
kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual dan muntah. Hal ini menunjukkan akan terjadinya eklampsia.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan adanya trias yaitu hipertensi, edema dan proteinuria. Diagnosis diperensial
antara preeklamsia dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan
kesukaran. Pada hipertensi menahun ditemukan adanya tekanan darah yang tinggi sebelum hamil,
pada kehamilan muda atau 6 bulan postpartum. Pada pemeriksaan funduskopi
ditemukan perdarahan dan eksudet pada hipertensi menahun. Untuk penyakit ginjal proteinuria
timbul sebelum hamil sedang pada preeclampsi jarang timbul sebelum trimester 3.
Pencegahan
Perlu diwaspadai adanya kemungkinan preeclampsia pada wanita hamil yang mempunyai faktor
yang predisposisi. Walaupun timbul preeclampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun
frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan dan pelaksanaan pengawasan yang baik
pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat, mengurangi pekerjaan sehari-hari seperti diet tinggi protein, rendah lemak, karbohidrat,
garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan.
1) Preeklampsia Ringan
-
Definisi
Timbulnya hifertensi yang khas untuk kehamilan merupakan penyakit hifertensip yang akut pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas akan timbulnya hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat
kehamilan setelah umur kehamilan 20 mmg.
Diagnosis
1. Tekanan sistolis 140 mmHg tekanan kenaikan diatas 30 mm bahkan tekananya beda dari
biasanya. Tekanan diastolis 90 mmHg bahkan kenaikannya mencapai 15 mm diatas tekanan yang
biasa. Tekanan darah yang meninggi ini sekurangnya diukur 2 kali dengan antara 6 jam.
2. Proteinuria ialah protein lebih dari 0,3 g/1 dalam urine 24 jam atau lebih dari 1 g/1 pada urine
yang sembarangan. Urin yang diambil untuk pemeriksaan harus urine yang bersih atau urine yang
diperoleh dengan penyadapan.
3.
2) Preeklampsi Berat
Timbulnya hipertensi >106/>110 mmHg disertai proteinuri dan edema setelah umur kehamilan 20
minggu, dan paling sering terjadi pada primigravida yang muda penyakit ini timbul pada seorang
primigravida dan biasanya ada factor-faktor predisposisi seperti hipertensi, diabetes ( DM ) atau
kehamilan ganda.
Gejala-gejala pada preeklampsi diantaranya:
a. Hipertensi: Gejala yang paling dulu timbul ialah hypertensi sebagai batas diambil tekanan darah
140 mm sistolis dan 90 mm diastolis tapi juga kenaikan sistolis 30 mm atau diastolis 15 mm diatas
tekanan yang biasa merupakan pertanda diambilnya darah.
b. Oedema: Timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan, penambahan
berat badan pada seorang yang hamil itu dianggap normal, tapi kalau mencapai 1 kg seminggu atau
3 kg dalam sebulan preeklampsi harus dicurigai karena pertambahan berat badan yang sekonyongkonyong ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian baru oedema nampak dan oedema
ini tidak hilang dengan istirahat.
c. Proteinuria: Proteinuria sering ditemukan pada preeklampsi bentuknya rupa-rupa karena
vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal, proteinuria biasnya timbul lebih lambat dari
hypertensi dan tambah berat.
Eklampsia
Eklampsia adalah terjadinya konfulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeclampsia
konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis. Ibu yang mengalami
hipertensi kronis bisa mengalami preeklampsia atau eklampsia pada ibu hipertensi kronis
meningkatkan morbiditas dan motalitas maternal dan perinatal. ACOG merekomendasikan supaya
diagnosis preeklampsia pada hipertensi kronis ini dibuat berdasarkan peningkatan tekanan darah yang
disertai proteinuria atau edema umum ( Consensus Report, 1990 ).
Perkembangan hipertensi selama masa hamil selama 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklampsia
atau hipertensi sementara kemungkinan bisa menjadi hipertensi esensial dikemudian hari.
Secara etiologi preeclampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia tanda
dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta
lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentipikasi wanita yang akan menderita preeclampsia.
Faktor endokrin lainnya yaitu hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
C. Patologi
Pada otopsi wanita meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadinya
kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai berikut:
a)
Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis.
b)
Hepar jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan subendokardial.
c)
Jantung terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada ensepalopati
Wirnicke.
d)
Otak ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.
e)
Ginjal
D. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I.
Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah.
Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran
darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma
mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
E. Tanda dan Gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan.
Ada yang mengatakan, bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi, apabila keadaan umum ibu
terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat
ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Tingkatan I (Ringan)
a. Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
b. Ibu merasa lemah.
c. Nafsu makan tidak ada.
d. Berat badan menurun.
e. Merasa nyeri pada epigastrium.
f. Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
g. Tekanan darah menurun.
h. Turgor kulit berkurang.
i. Lidah mengering.
j. Mata cekung.
2) Tingkatan II (sedang)
a. Penderita tampak lebih lemah dan apatis.
b. Turgor kulit mulai jelek.
c. Lidah mengering dan tampak kotor.
d. Nadi kecil dan cepat.
e. Suhu badan naik (dehidrasi).
f. Mata mulai ikteris.
g. Berat badan turun dan mata cekung.
Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas ataupun terlalu ingin.
f.
2)
Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak berkurang diperlukan pengobatan.
a. Tidak memberikan obat yang teratogen.
b. Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
c. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
d. Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
e. Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.
3) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.
Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak
perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan
masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c.
Terapi parental
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam
cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula
asam amino secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan. Berikan
pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas.
d.
Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterius, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan
untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel
pada organ vital.
G. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat mamuaskan. Penyakit ini
biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit in dapat
mengancam jiwa ibu dan janin.
2.6 Kehamilan Kembar
Seperti juga semua kehamilan baik kehamilan tunggal atau kembar mempunyai resiko, dan memang
untuk kehamilan kembar resiko menjadi lebih tinggi. Tapi tentu saja bukan saatnya untuk menjadi
kuatir setiap waktu, kehamilan kembar ini juga adalah Anugerah dan anda tidak dapat mencegah
untuk mendapatkan kehamilan kembar ini. Tetapi anda dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik
untuk menghadapi kehamilan kembar anda dan resikonya.
Nutrisi yang mencukupi: BBLR atau berat badan lahir rendah adalah salah satu dari
kebanyakan permasalahan dengan kelahiran kembar. Dengan memberikan nutrisi makanan yang
cukup dan sehat dengan diet yang seimbang, akan membantu menurunkan kemungkinan komplikasi.
Makan dengan nutrisi yang mencukupi, dalam kehamilan ini anda memerlukan tambahan 300 - 500
kalori perhari, makan dengan variasi makanan seimbang.
Istirahat Yang Cukup: Pada kehamilan kembar tubuh anda bekerja dua kali lebih keras, untuk
itu anda juga memerlukan istirahat dua kali lebih banyak. Cobalah untuk mencari waktu untuk
beristirahat selama aktivitas anda sehari-hari. Carilah bantuan untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga anda. Dokter anda mungkin akan menganjurkan anda untuk mengambil cuti kerja lebih awal
bila anda bekerja, dan bahkan mungkin untuk melakukan istirahat tidur dirumah
2.7 Diit Pre Eklamsia Dan Diit Hiperemesis
I.
Diet Preeklamsia
Tujuan Diet:
Mencapai & mempertahankan status gizi normal, mencapai & mempertahankan tekanan darah
normal, mencegah & mengurangi retensi garam/air, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar
penambahan berat badan tdk melebihi normal, mengurangi & mencegah timbulnya factor resiko lain
pd saat hamil/ setelah melahirkan.
-
Syarat diet:
1.
2.
3.
Garam diberikan rendah sesuai berat ringannya retensi garam/air. Pertambahanan BB
diusahakan seimbang.
4.
5.
Lemak & KH cukup. Vitamin cukup terutama vit.c & B6 sedikit lebih tinggi, mineral cukup
terutama kalium & kalsium.
6.
7.
Cairan 2500 ml/hr. pada keadaan oliguria, cairan dibatasi & disesuaikan dengan cairan yang
keluar melalui urin, muntah, keringat & pernapasan.
Diet Preeklampsia I
Makanan diberikan dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari buah
Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan kekurangannya diberikan
secara parental
Makanan ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 2 hari
Diet Preeklampsia II
Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang
penyakitnya tdk begitu besar
Sebagai makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada pasien dengan preeklampsia
ringan.
Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg per
bulan .
Tabel 2.2 contoh menu makan sehari ibu hamil diit preeklampsia
Makan pagi
Makan siang
Makan malam
Nasi tim
Nasi Tim
Nasi Tim
Telur ceplok
Daging bb Terik
Ikan bb Kuning
Tempe bacem
Gadon Tahu
Taoge
Buah
Tumis Kangkung
Buah
Rasa yang kurang enak bisa diperbaiki dengan penggunaan bumbu alami seperti bawang, lengkuas
dan lain-lain yang memberikan rasa sedap pada makanan atau dengan cara pengolahan seperti
dipanggang dan sebagainya
Diet Hiperemesis Gravidarum
1)
Tujuan
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan
mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
2) Syarat
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranyan adalah:
a)
Karbohidrat tinggi
b)
Lemak rendah
c)
Protein sedang
d) Makanan
diberikan
dalam
bentuk
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
kering;
pemberian
cairan
disesuaikan
e)
Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi
kecil
f)
Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan
malam dan selingan malam
g)
Makanan secara berangsur ditingkatkan
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
dalam
porsi
dan
nilai
gizi
sesuai
3) Macam-macam Diet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum,yaitu:
1.
Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya
terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung
di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
2.
Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan
dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
3.
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai
kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini
mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
a)
Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
5) Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya
merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol,
kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak
dianjurkan.
Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum
a. Gravida
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum lebih
sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan
dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama (Nining, 2009).
Hiperemesis gravidarum terjadi 60-80% pada primigravida dan 40-60% pada multigravida
(Arief.B, 2009).
Anemia
Anemia juga biasa dialami oleh ibu hamil. Hal ini umumnya disebabkan adanya kekurangan zat
besi. Pada kehamilan awal, disarankan untuk memeriksa darah, apakah ibu mengidap anemia atau
tidak.
Gejala:
Cepat lelah
Wajah pucat
Sulit bernafas
Faktor resiko:
Kehamilan kembar
Vit B12 dengan asam folat sangat penting untuk metabolisme intra sel Dibutuhkan untuk
sintesis DNA yang normal
Folat terdapat pada setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau
yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan) makanan
Mengkonsumsi vitamin zat besi yang disarankan dokter SpOG untuk mengatasinya.
Bantu dengan makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, bayam dan buah-buahan
kering
2.
Gestational diabetes
yaitu kehamilan dimana ibu hamil mengalami kadar gula darah yang tinggi karena tubuh tidak cukup
memproduksi cukup insulin. Insulin adalah sebuah hormon yang dibuat oleh pankreas yang membuat
sel merubah gula menjadi energi atau bahan bakar yang berguna. Apabila diabetes saat hamil tidak
diobati, akan mempengaruhi janin. Bayi akan lahir dengan berat berlebih atau besar.
Faktor resiko:
Kegemukan
Gejala:
Kelelahan
Cara mengatasi:
Caranya dengan diet ketat untuk mengurangi berat badan, olah raga teratur dan kontrol gula darah
secara teratur
2.9 Menu Keseharian Ibu Hamil
Makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat
tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineralsebagai zat pengatur.
Kebutuhan nutrien akan meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat
secara proporsional.
Hal yang perlu diperhatikan ibu hamil dalam mengatur menu makanan selama hamil, antara lain:
1.
Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, susu berlemak
dan makanan yang sudah tidak segar.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas, seperti sawi, kool, kubis dan lainlain.
7.
8.
Pada dasarnya menu makanan untuk ibu hamil, tidak banyak berbeda dari menusebelum hamil. Oleh
karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengaturan menuselama hamil.
Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi dalam sehari, antara lain:
Kelompok Bahan Makanan
Porsi
6 piring/porsi
Sayuran
3 mangkuk
Buah
4 potong
2 gelas
3 potong
Lemak, minyak
5 sendok teh
Gula
2 sendok makan
Kebutuhan makanan ibu hamil per hari (sumber: Widya Karya Pangan dan Zat GiziIndonesia)
Jenis Makanan
Jumlah
Dibutuhkan
yang
Jenis Zat Gizi
Sumber zat
tenaga(karbohidrat)
10 porsi nasi/pengganti
2
sdm
gulaKarbohidrat
4 sdm minyak goreng
Sumber zat
7 porsi terdiri dari:Protein, vitamin
pembangun danmineral 2 ptg ikan/daging, @ 50
gr
3 ptg tempe/tahu, @50-75
gr
1
porsi
kacang
hijau/merah
Susu
2-3 gelas
Nasi
5 + 1 porsi
Sayuran
3 mangkuk
Buah
4 potong
Tempe
3 potong
Daging
3 potong
Susu
2 gelas
Minyak
2 gelas
Gula
2 sendok makan
Menu di atas dapat divariasikan dengan bahan makanan penggantinya, sebagai berikut:
Jenis
1 potong buah
4 sendok makan susu skim (20 gram), 2/3 gelas yogurt non
fat (120 gram), 1 potong kecil keju (35 gram), dan lainnya.
BAB III
PENUTUP
2.6
Kesimpulan
1.
Masa kehamilan adalah sesuatu yang sangat ditunggu oleh banyak pasangan yang telah
menikah, sehingga kadang kala mereka melakukan apa saja demi kesehatan ibu dan janin, namun
kadang kala apa yang mereka lakukan terlalu berlebihan dan terlihat salah kaprah.
2.
Preeklampsia, eklampsia, dan hiperemesis gravidarum adalah komplikasi yang dapat terjadi
pada saat kehamilan. Ketiga gangguan ini sangat berpengaruh pada asupan nutrisi klien. Di mana
perlu diatur diit seimbang bagi pasien-pasien dengan gangguan tersebut.
3.
Lemak, karbohidrat dan protein adalah sumber energi utama bagi ibu hamil. Kemudian tiga zat
gizi penting yang terkandung dalam makanan, seperti asam folat, zat besi dan kalsium sangat berperan
penting bagi kehamilan baik bagi ibu maupun bagi kehidupan awal janin.
2.7
Saran
Pengetahuan tentang gangguan pada masa kehamilan sangatlah penting, baik bagi para perempuan
yang kelak menjadi calon ibu, dan bagi para mahasiswa laki-laki yang akan menjadi seorang bapak.
Pemahaman kita tidak hanya dituntut karena sebatas profesi saja yang mengaruskan, namun lebih
kepada kita sebagai calon orang tua, yang mampu peduli pada kesehatan pasangan dan buah hati kita.
Semoga makalah ini menjadi salah satu pegangan untuk hal itu, dan menjadi salah satu referensi
dalam mata ajar Ilmu Gizi dan referensi bagi calon orang tua yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Francin,
Reproduksi.
Wiryo,
H.
2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu
Bahan Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto.
EGC,
Jakarta,
2005.