Anda di halaman 1dari 30

BUDAYA

ANTI KORUPSI
(PBAK)
Korupsi

PENGERTIAN

Korupsi berasal dari Bahasa Latin


CORRUPTIO
CORRUPTUS.

Korupsi

dalam

disebut
CORRUPT.

Korupsi

atau

Bahasa Inggris
CORRUPTION,

dalam Bahasa
disebut CORRUPTION.

Prancis

lanjutan

Korupsi

adalah sesuatu yang


busuk, jahat, & merusakkan
(Ditjen Dikti Kemendikbud,
2011).

Korupsi

adalah
penyelewengan
atau
penyalahgunaan uang negara
(perusahaan,
organisasi,

lanjutan

Istilah
KORUPTIF
BERSIFAT KORUPSI.

Pelaku korupsi disebut dengan istilah


KORUPTOR.

Korupsi
adalah
perbuatan
yang
dilakukan
dengan
maksud
untuk
memberikan suatu keuntungan yang
tidak resmi dengan hak-hak dari pihak
lain
secara
salah,
menggunakan
jabatannya atau karakternya untuk
mendapatkan suatu keuntungan untuk

artinya

adalah

lanjutan
Korupsi

adalah tindakan setiap


orang
dengan
tujuan
menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan
kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada
padanya karana jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan
keuangan
negara
atau

CIRI-CIRI
Suatu

pengkhianatan
kepercayaan.

terhadap

Penipuan

terhadap
badan
pemerintah, lembaga swasta, atau
masyarakat umumnya.

Dengan

sengaja
kepentingan
umum
kepentingan khusus.

melalaikan
untuk

lanjutan
Melibatkan

atau pihak.

lebih dari satu orang

Adanya

kewajiban dan keuntungan


bersama dalam bentuk uang atau
yang lain.

Terpusatnya

kegiatan korupsi pada


mereka
yang
menghendaki
keputusan yang pasti dan mereka

lanjutan

Istilah
lainnya
dengan korupsi
NEPOTISME.

Kolusi adalah sikap dan perbuatan tidak


jujur dengan membuat kesepakatan
secara tersembunyi dalam melakukan
kesepakatan perjanjian yang diwarnai
dengan pemberian uang atau fasilitas
tertentu sebagai pelicin agar segala
urusannya menjadi lancar.

Nepotisme

yang
adalah

adalah

berhubungan
KOLUSI dan

setiap

perbuatan

lanjutan

Pengertian
PELAKU
TIPIKOR adalah:

1.

Orang perseorangan adalah siapa saja, setiap


orang, pribadi kodrati.

2.

Korporasi adalah kumpulan orang atau kekayaan


yang berorganisasi, baik merupakan badan
hukum maupun bukan badan hukum.

3.

Pegawai
negeri
adalah
pegawai
negeri
sebagaimana dimaksud dalam UU ASN, KUHP,
orang yang menerima gaji dari keuangan negara
atau daerah, orang yang menerima gaji dari

KORUPSI

menurut

UU

lanjutan
7 Jenis korupsi terdiri dari:
1.Korupsi transaktif.
Kesepakatan
timbal
balik
pemberi
dan
penerima
keuntungan kedua belah pihak.

antara
demi

2.Korupsi yang memeras.


Pemberi dipaksa untuk menyuap guna
mencegah
kerugian
yang
sedang
mengancam
dirinya
atau
kepentingannya.

lanjutan
3.Korupsi investif.
Pemberian barang atau jasa tanpa ada
pertalian langsung dari kentungan tertentu,
selain keuntungan yang dibayangkan akan
diperoleh di masa yang akan datang.
4.Korupsi perkerabatan.
Penunjukan yang tidak sah terhadap teman
atau sanak saudara untuk memegang
jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan
yang
memberikan
perlakuan
yang
mengutamakan dalam bentuk uang atau
bentuk-bentuk lainnya, kepada mereka
secara bertentangan dengan hukum.

lanjutan
5.Korupsi defensif.
Perilaku korban korupsi dengan pemerasan,
dalam hal ini terjadi korupsi dalam rangka
mempertahankan diri.
6.Korupsi otogenik.
Korupsi yang dilakukan oleh satu orang.
7.Korupsi dukungan.
Korupsi tidak secara langsung menyangkut
uang atau imbalan langsung dalam bentuk lain.

POLA

Pemalsuan.
Penyuapan .
Penggelapan.
Komisi.
Pemerasan.
Sistem pilih kasih.
Penyalahgunaan wewenang.
Bisnis orang dalam.
Nepotisme.
Sumbangan ilegal.
Pemalsuan.
Dll.

MODUS
DIBIDANG KESEHATAN.
1. Penyelewengan
APBN/APBD sektor
kesehatan, Jamkesmas, Jampersal,
dan Jamkesda.
2. Intervensi politik dalam anggaran
kesehatan, jaminan kesehatan, dan
ASKESKIN.

lanjutan
4. Kecurangan
dalam
pengadaan
barang/jasa, terutama alkes.
5. Penyalahgunaan keuangan RSUD.
6. Klaim palsu dan penggelapan dana
asuransi
kesehatan
oleh
oknum
puskesmas dan RSUD.
7. Penyalahgunaan fasilitas kesehatan

lanjutan

SECARA UMUM.

1. Pengusaha menggunakan pejabat pusat


untuk
membujuk
kepala
daerah
mengintervensi
proses
pengadaan
barang/jasa
dalam
rangka
memenangkan pengusaha tertentu dan
meninggikan
harga
ataupun
nilai
kontrak.
2. Pengusaha memengaruhi kepala daerah
untuk mengintervensi proses pengadaan
barang/jasa
agar
rekanan
tertentu
dimenangkan
dalam
tender
atau

lanjutan
3. Panitia pengadaan yang dibentuk pemda
membuat
spesifikasi
barang
yang
mengarah pada merek produk atau
spesifikasi
tertentu
untuk
memenangkan rekanan tertentu serta
melakukan mark up harga barang dan
nilai kontrak.
4. Kepala daerah atau pejabat daerah
memerintahkan
bawahannya
untuk
mencairkan
dan
menggunakan

lanjutan
5.

Kepala daerah menetapkan perda sebagai


dasar pemberian upah pungut atau honor
dengan menggunakan dasar peraturan
yang lebih tinggi namun sudah tidak
berlaku.

6.

Kepala daerah memerintahkan bawahannya


menggunakan dana untuk kepentingan
pribadinya
atau
kelompok
tertentu
kemudian membuat pertanggungjawaban
fiktif.

7.

Pengusaha, pejabat eksekutif, dan DPRD


membuat
kesepakatan
melakukan

lanjutan
8. Kepala daerah meminta uang jasa
dibayar
dimuka
kepada
pemenang
tender sebelum melaksanakan proyek.
9. Kepala daerah menerima sejumlah uang
dari rekanan dengan menjanjikan akan
diberikan proyek pengadaan.
10. Kepala daerah membuka rekenis atas
nama Kas Daerah dengan spesimen
pribadi (bukan pejabat atau bendahara
yang ditunjuk), untuk memudahkan
pencairan dana tanpa melalui prosedur.

lanjutan
11. Kepala daerah meminta atau menerima
jasa giro/tabungan dana pemerintah
yang ditempatkan di bank.
12. Kepala
daerah
memberikan
izin
pengelolaan sumber daya alam kepada
perusahaan
yang
tidak
memiliki
kemampuan teknis dan finansial untuk
kepentingan pribadi atau kelompoknya.
13. Kepala daerah menerima uang/barang
yang
berhubungan
dengan
proses

lanjutan
14. Kepala
daerah,
keluarga
kelompoknya membeli lebih
barang dengan harga murah
kemudian dijual kembali kepada
dengan harga yang sudah dimark

atau
dahulu
untuk
Pemda
up.

15. Kepala daerah meminta bawahannya


untuk mencicilkan barang pribadinya
menggunakan anggaran daerah.
16. Kepala daerah memberikan dana kepada
pejabat tertentu dengan beban pada

lanjutan
17.Kepala
daerah
memberikan
dana
kepada
DPRD
dalam
proses
penyusunan
APBD.
18.Kepala
mengeluarkan

daerah
dana

PERSPEKTIF

BUDAYA.

Beberapa KEBIASAAN DIBIDANG KESEHATAN adalah:


1.

Memberikan uang pelicin atau tips kepada petugas


kesehatan
untuk
memperoleh
kemudahan
dalam
pelayanan kesehatan.

2.

Petugas kesehatan merekomendasikan obat pesanan


sponsor karena ia telah menerima gratifikasi dari
produsen obat tersebut.

3.

Penyalahgunaan
kartu
miskin/jamkesmas/jamkesda
untuk mendapatkan fasilitas kesehatan gratis yang
dilakukan masyarakat golongan mampu.

lanjutan
Beberapa KEBIASAAN DIBIDANG PENDIDIKAN adalah:
1.

Orang tua siswa memberikan uang atau hadiah


kepada guru sebagai ucapan terma kasih saat
menerima rapor kenaikan kelas anaknya.

2.

Mahasiswa memberikan parsel atau uang kepada


dosen pembimbing dan dosen penguji sebagai
ucapan terima kasih menjelang dilaksanakannya
seminar proposal atau ujian KTI.

3.

Orang tua mahasiswa memberikan sejumlah uang


kepada panitia penerima mahasiswa baru agar
anaknya dapat diterima di perguruan tinggi.

lanjutan

AGAMA.

1. Ajaran agama melarang korupsi karena


merupakan
bentuk
pencurian
dan
sangat merugikan.
2. Ajaran agama tidak dilaksanakan secara
sungguhsungguh,
sehingga
korupsi
masih terus terjadi.
3. Ajaran
agama
tidak
gagal
mendidik
umatnya,
namun

dalam
agama

lanjutan

HUKUM.

Korupsi merupakan kejahatan luar biasa


ordinary crime), dengan pertimbangan:

(extra

1.

Kejahatan korupsi di Indoensia bersifat trans


nasional, yang artinya adalah para koruptor
menyimpan uangnya diluar negeri.

2.

Kejahatan korupsi sulit dibuktikan, dengan


pertimbangan bahwa korupsi dilakukan dengan
cara
penyuapan,
yang
mana
dalam
pelaksanaannya tidak ada bukti transaksi.

3.

Dampak korupsi lur biasa, yang antara lain


adalah hutang luar negeri Indonesia yang cukup

lanjutan
Peraturan perundang-undangan tentang
TIPIKOR:
1. UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaran Negara yang Bersih
dan Bebas dari KKN.
2. UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan TIPIKOR.
3. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun

lanjutan
5. UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan TIPIKOR.
6. UU Nomor 46 Tahun 2009 tentang
Pengadilan TIPIKOR.
7. UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Tindak
Pidana
Pencucian
Uang
(TPPU).

lanjutan

UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang


Keimigrasian.

Perpres Nomor 55 Tahun 2012 tentag


Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi dalam Jangka
Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka
Menengah Tahun 2012-2014.

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan
Budaya
Korupsi
Buku
Pusdiklat

dan
Anti
(PBAK)
Ajar,
Nakes

Anda mungkin juga menyukai