Anda di halaman 1dari 7

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Perubahan dalam tubuh ibu hamil akan berpengaruh pada kondisi kesehatan.
Anda akan membutuhkan pasokan darah segar dua kali lipat lebih banyak dari
sebelumnya. Apabila kebutuhan darah ini tidak tercukupi, ibu hamil akan rentan kena
anemia. Anemia pada ibu hamil tidak boleh diabaikan karena bisa membahayakan
diri sendiri dan juga janin dalam kandungan.
Penyebab anemia dalam kehamilan adalah sel darah merah tidak mengandung
cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan
darah merah dapat menyebabkan cepat merasa lelah atau lemah karena organ dalam
tubuh tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga mungkin mengalami
gejala lain, seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala. Kondisi ini umumnya
diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan dipengaruhi perubahan
hormon tubuh yang mengubah proses produksi sel-sel darah. Beberapa kondisi
kesehatan selain anemia seperti perdarahan, penyakit ginjal, dan gangguan sistem
imun tubuh juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah.
Jenis anemia yang sering terjadi pada ibu hamil anemia defisiensi zat besi,
anemia defisiensi asam folat dan anemia defisiensi vitamin B12. eperti yang telah
diuraikan di atas, anemia pada ibu hamil paling sering disebabkan oleh masalah
kekurangan zat besi. Anemia ini disebut dengan anemia defisiensi zat besi. Zat besi
diperlukan untuk membantu tubuh memproduksi sel darah merah segar yang kaya
oksigen dan nutrisi. Aliran darah, oksigen, serta nutrisi sangat penting untuk
mendukung proses tumbuh kembang janin dan memelihara kondisi plasenta tetap
optimal. Penyebab utama dari defisiensi zat besi adalah kurang makan makanan kaya
zat besi, seperti protein hewani sejak dari sebelum dan semasa hamil. Namun,
mendapatkan asupan zat besi dari makanan saja tidak akan cukup untuk memenuhi
kebutuhan Anda sepanjang kehamilan. Kenyataannya, ketika hamil volume darah
akan bertambah hingga 50 persen untuk bisa mencukupi keperluan diri sendiri dan
janin yang sedang tumbuh. Itu kenapa kebutuhan zat besi harian tubuh juga harus
dipenuhi lewat suplemen zat besi, agar terhindari dari kondisi kekurangan sel darah
merah.
Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam folat
(vitamin B9) dari makanan. Anemia jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi.
Malabsorpsi artinya tubuh tidak dapat menyerap asam folat secara efektif
sebagaimana mestinya. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan,
seperti penyakit celiac. Asam folat adalah vitamin yang penting untuk menjaga
kesehatan agar menghindari kondisi ini. Fungsi asam folat adalah untuk membentuk
protein baru di dalam tubuh yang menghasilkan sel darah merah dan membentuk
DNA pada janin. Mencukupi kebutuhan asam folat dapat mencegah risiko bayi
terlahir mengalami cacat tabung saraf seperti spina bifida dan anencephaly hingga 72
persen. Gangguan pencernaan seperti penyakit celiac dan Crohn juga dapat
mengganggu kerja tubuh menyerap vitamin B12 dengan baik. Selain itu, kebiasaan
minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil jenis
defisiensi vitamin B12.
Anemia yang parah di trimester pertama dilaporkan dapat meningkatkan berbagai
masalah seperti: Risiko janin lambat atau janin tidak berkembang dalam kandungan
Bayi lahir premature, Memiliki berat badan rendah saat lahir (BBLR), Nilai APGAR
score yang rendah. Anemia pada ibu hamil yang parah juga bisa menyebabkan
kerusakan organ vital seperti otak dan jantung hingga kematian. Selain itu, anemia
juga dikaitkan dengan risiko keguguran meski belum benar-benar ada penelitian valid
yang bisa memastikannya. Kondisi anemia yang dibiarkan terus berlanjut tanpa
pengobatan akan memperbesar risiko ibu kehilangan banyak darah selama
melahirkan.
WASPADAI HIPERTENSI DALAM LEHAMILAN

Tidak semua wanita menjalani masa kehamilan dengan lancar. Ada hal-hal
yang bisa mengganggu kondisi kesehatan ibu hamil. Salah satunya adalah terkena
hipertensi atau tekanan darah tinggi dalam kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan
sebenarnya hal yang cukup umum terjadi. Sekitar 10 persen ibu hamil mengalami
kondisi ini. Dengan penanganan yang baik, hipertensi tidak akan berkembang atau
membahayakan, dan dapat hilang setelah kelahiran. Namun jika dibiarkan, hipertensi
saat hamil bisa menyebabkan preeklamsia yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah disertai adanya protein dalam urine.
Seorang wanita hamil dikatakan mengalami hipertensi dalam kehamilan jika
tekanan darahnya di atas 140/90 mmHg. Ada beberapa jenis hipertensi dalam
kehamilan, antara lain hipertensi kronik, hipertensi kronik dengan preeklamsia,
hipertensi gestasional, preeklamsia dan eklamsia.
Dampak Negatif yang Timbul. Hipertensi dalam kehamilan yang tidak ditangani
dengan baik bisa membahayakan bayi dan diri Anda sendiri. Berikut ini adalah
berbagai dampak negatif hipertensi dalam kehamilan. Aliran darah ke plasenta
berkurang. Kondisi ini bisa membuat bayi dalam kandungan tidak mendapat cukup
oksigen dan nutrisi. Pertumbuhan janin terhambat. Kurangnya suplai oksigen dan
nutrisi ke janin bisa menghambat proses pertumbuhan janin, menyebabkan bayi lahir
dengan berat badan yang rendah, atau lahir secara prematur.
Dampak lain hipertensi dalam kehamilan adalah kelahiran prematur. Demi
menyelamatkan nyawa Anda dan si Kecil, kadang dokter akan
menyarankan kelahiran bayi secara prematur. Caranya dengan jalan induksi
atau operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk mencegah eklamsia dan komplikasi
lainnya. Abrupsio plasenta. Ini adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding
dalam rahim sebelum proses persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta Anda akan rusak.
Anda juga akan mengalami pendarahan yang hebat. Kedua hal ini bisa
membahayakan nyawa Anda dan si Kecil.
Bayi meninggal dalam kandungan. Kondisi ini bisa saja terjadi pada masa hamil
lima bulan atau lebih. Bayi meninggal dalam kandungan karena tidak mendapatkan
cukup oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan. Berkembangnya penyakit
kardiovaskular. Jika Anda sudah sampai pada tahap preeklamsia, maka Anda berisiko
terkena penyakit kardiovaskular setelah melahirkan, khususnya jika Anda melahirkan
bayi secara prematur. Bahkan, sebagian kecil ibu hamil dengan preeklampsia juga
bisa mengalami gejala gagal jantung. Namun Anda bisa meminimalisasi risiko ini
dengan menjalani gaya hidup sehat selama hamil dan usai melahirkan.
NYERI PERUT YANG PERLU DIWASPAI SAAH HAMIL

Hampir setiap orang pernah merasakan nyeri. Perasaan tidak nyaman yang bisa
menghinggapi bagian tubuh mana pun ini terkadang masih bisa ditoleransi, tapi
terkadang juga tidak. Bahkan pada beberapa kasus, nyeri dapat menyebabkan gejala
shock. Pada wanita yang tengah berbadan dua, nyeri bisa akrab dirasakan di
sepanjang kehamilan. Tentu, nyeri itu dengan tingkatan yang berbeda-beda. Lantaran
itulah, ibu hamil disarankan untuk mengenali bagaimana nyeri (terutama di bagian
perut) yang dirasakannya itu, dan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk
mengatasinya. Sekali lagi, pada prinsipnya, tidak semua nyeri perut berbahaya.
Namun, beberapa nyeri bisa menjadi pertanda adanya gangguan atau masalah yang
serius pada ibu. Untuk itu, mari mengenali beragam nyeri perut pada kehamilan

Trimester pertama
Nyeri pada bulan-bulan awal kehamilan umumnya tidak membahayakan. Biasanya
hal itu ditandai perasaan berat pada perut dan sedikit sakit seperti saat menjelang
haid. Penyebabnya adalah meningkatnya hormon progesteron dan relaksin yang
membuat sambungan-sambungan tulang di sekeliling rahim merenggang. Meski
tergolong normal, segera konsultasikan pada dokter bila nyeri ini terus berlanjut
setelah kehamilan berusia 10-12 minggu.

Trimester 2
Nyeri di trimester kedua yang kerap dirasakan adalah nyeri di bagian kiri atau kanan
perut bagian bawah atau berpindah-pindah dari kiri ke kanan maupun sebaliknya.
Kehamilan yang semakin membesar membuat ligamentum (struktur seperti tali yang
mempertahankan posisi rahim pada dinding perut) melar dan tertarik sehingga terasa
nyeri. Namun, penyebab nyeri ini tergolong tidak membahayakan. Untuk
menguranginya, beristirahatlah dengan posisi duduk atau berbaring. Gunakan bantal
yang agak tinggi. Mengubah posisi secara tiba-tiba, dari duduk atau tidur ke posisi
berdiri, terkadang juga menimbulkan rasa nyeri, tetapi tidak membahayakan. Untuk
itu perlahan-lahanlah saat mengubah posisi.
Trimester III
Nyeri masih kerap dirasakan di bagian bawah perut. Nyeri yang tergolong tidak
berbahaya ini disebabkan rahim yang membesar sehingga mengakibatkan adanya
tekanan pada kandung kemih yang berlokasi di bagian bawah perut

Nyeri yang perlu Diwaspadai


1. Kram seperti saat haid yang berlangsung lama (beberapa jam). Nyeri bersifat
ritmik, menjalar dari pinggang ke arah bagian atas kemaluan. Ini bisa jadi tanda-
tanda awal keguguran. Umumnya dibarengi dengan perdarahan berwarna merah
muda serta kontraksi yang kuat, teratur, dan terasa sakit. Segera hubungi dokter
atau bidan untuk meminta bantuan.
2. Nyeri dirasakan pada perut bagian atas atau ulu hati. Nyeri ini biasanya diikuti
sakit kepala dan gangguan pandangan mata (mata kabur). Penyebab umumnya
adalah preeklampsia yang ditandai pula dengan naiknya tekanan darah dan
disertai bengkak-bengkak terutama pada kaki serta bocornya protein dari ginjal.
3. Nyeri yang berasal dari kontraksi rahim sehingga menyebabkan persalinan kurang
bulan. Nyeri atau kram yang menyerang bagian perut ini menyerupai diare yang
melilit, dibarengi nyeri punggung dan kontraksi pada usia kehamilan 20 minggu
sampai 36 minggu. Persalinan kurang bulan sering diikuti keluarnya darah yang
banyak sehingga sering disalahartikan sebagai perdarahan pra-persalinan akibat
plasenta previa (plasenta tumbuh menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir).
4. Ada beberapa nyeri yang terjadi dalam kehamilan, tetapi tidak berkaitan dengan
kondisi kehamilan itu sendiri. Nyeri-nyeri itu antara lain pecahnya kista karena
tekanan yang besar pada rahim atau kasus peradangan usus buntu

Anda mungkin juga menyukai