Anda di halaman 1dari 8

Nama : Sunenah Nelvy Arianti

Npm : 210107018P
Mata Kuliah : Kebidanan Berbasis Bukti
Dosen : Yuni Sulistiawati, S ST, M. tr. Keb

Tiga Masalah terbesar terjadi di tempat kerja.


1. Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah keluarnya darah dari jalan
lahir segera setelah melahirkan. Kondisi ini terjadi ketika kehilangan darah yang sangat
banyak hingga lebih dari 500cc dalam 24 jam setelah melahirkan merupakan suatu kondisi
yang abnormal.

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian perdarahan postpartum, yaitu:

 Persalinan lama.
 Bayi dalam janin lebih dari satu.
 Episiotomi (tindakan membuka jalan lahir dengan memberikan potongan di sekitar jalan
lahir).
 Bayi besar lebih dari 4000 gr.
 Riwayat perdarahan sebelumnya.
 Anemia saat hamil.
 Usia kehamilan terlalu tua (lebih dari 38 tahun).

Penyebab perdarahan postpartum secara umum dibagi menjadi 4 penyebab, yaitu:

 Tonus/kekuatan otot, keadaan ketika uterus tidak dapat berkontraksi atau disebut atonia
uteri, menyebabkan darah yang keluar dari uterus tidak dapat berhenti secara alamiah.
Hal ini menyebabkan darah yang keluar semakin banyak dan harus mendapatkan
pertolongan.
 Trauma/cedera, adanya robekan jalan lahir karena bayi terlalu besar, atau karena
penggunaan obat pacu persalinan yang tidak sesuai dengan aturan dapat menyebabkan
kontraksi terlalu kuat dan robeknya jalan lahir.
 Jaringan, sisa jaringan plasenta yang masih menempel pada uterus dapat menyebabkan
sumber perdarahan dari jalan lahir.
 Faktor pembekuan darah, perdarahan yang banyak dapat menyebabkan hilangnya
faktor-faktor yang dibutuhkan darah untuk membantu penutupan luka. Selain itu,
pengidap kelainan hemofilia, yaitu ketika darah sukar membeku menyebabkan kelainan
perdarahan pasca melahirkan.

Gejala yang timbul berupa perdarahan dari jalan lahir yang keluar segera setelah persalinan.
Di dalam darah yang keluar biasanya mengandung darah, beberapa bagian dari jaringan otot
uterus, mukus atau lendir, dan sel darah putih.
Pada keadaan yang normal darah yang keluar segera setelah melahirkan kurang dari 500cc.
Namun, pada keadaan ketika perdarahan postpartum merupakan sebuah kelainan, darah yang
muncul lebih dari 500cc. Keadaan tersebut disertai gejala lain: 

 Darah berwarna merah segar.


 Nyeri pada perut bawah.
 Demam.
 Pernapasan cepat.
 Keringat dingin.
 Penurunan kesadaran, mengantuk atau pingsan.

Menentukan Diagnosa Pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter meliputi :

 USG, untuk melihat bagian dalam uterus apakah ada sisa plasenta yang tertinggal
 Pemeriksaan faktor pembekuan, untuk melihat adanya kelainan pembekuan atau tidak.

pengobatan dilakukan dengan memperbaiki penyebab dari perdarahan postpartum, seperti:

 Memberikan cairan infus.


 Pemberian obat-obatan untuk memperkuat kontraksi uterus, seperti oksitosin.
 Melakukan tindakan kuret apabila terdapat sisa jaringan plasenta yang tertinggal di dalam
uterus.
 Pemberian transfusi darah dan komponen darah apabila terdapat perdarahan masif pada
pengidap.
 Pencegahan

Beberapa Pencegahan strategi yang dapat dilakukan meliputi:

 Identifikasi dan koreksi anemia pada ibu hamil sebelum persalinan.


 Pemeriksaan tanda vital sebelum persalinan juga penting untuk mengidentifikasi
kemungkinan perdarahan yang  terjadi.
 Untuk petugas kesehatan, manajemen aktif saat persalinan dan tindakan persalinan yang
menghindarkan dari terjadinya perdarahan pascapersalinan.

Masalah selanjutnya hubungin dokter jika terdapat perdarahan yang sangat banyak keluar dari
jalan lahir dalam 24 jam setelah melahirkan.

2. Hipertensi dalam kehamilan.

Ada beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan, antara lain hipertensi kronik, hipertensi
kronik dengan preeklamsia, hipertensi gestasional, preeklamsia dan eklamsia. Hipertensi
kronik. Didapatkan sebelum kehamilan, usia kehamilan < 20 minggu, dan tidak menghilang
setelah 12 minggu pasca persalinan.
Saat hamil, jumlah darah di dalam tubuh Moms akan meningkat sebanyak 45 persen dari
biasanya. Hal ini membuat jantung harus kerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh
tubuh. Hal ini yang kemudian dapat memicu darah tinggi saat hamil. Dalam medis, kondisi ini
disebut dengan hipertensi gestasional.

Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) adalah salah satu penyebab kesakitan dan
kematian ibu mau  pun janin. Kira-kira 15-25% wanita yang didiagnosis awal dengan hipertensi
dalam kehamilan akan mengalami Pre-Eklamsia Berat (PEB). Sulit memprediksi yang mana
akan mengalami PEB.

Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan

Ada beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan, antara lain hipertensi kronik, hipertensi kronik
dengan preeklamsia, hipertensi gestasional, preeklamsia dan eklamsia.

 Hipertensi kronik. Didapatkan sebelum kehamilan, usia kehamilan < 20 minggu, dan
tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.
 Preeklamsia-eklamsia. Hipertensi dan proteinuria yang didapat setelah usia kehamilan
20 minggu.
 Hipertensi kronik dengan preeklamsia. Hipertensi kronik ditambah proteinuria.
 Hipertensi gestational. Timbulnya hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai
proteinuria hingga 12 minggu pasca persalinan.

Gejala Hipertensi Dalam Kehamilan

Berikut adalah tanda-tanda hipertensi dalam kehamilan. Konsultasikan pada dokter kandungan
Anda apabila Anda mengalami gejala-gejala berikut:

1. Ditemukannya kelebihan protein dalam urin (proteinuria) atau tanda-tanda tambahan


masalah ginjal.
2. Sakit kepala yang parah.
3. Perubahan penglihatan, penglihatan menjadi kabur atau sensitivitas cahaya.
4. Nyeri pada perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk Anda di sisi kanan.
5. Mual atau muntah.
6. Urin dari buang air kecil menurun.
7. Penurunan kadar trombosit dalam darah.
8. Gangguan pada fungsi hati.
9. Sesak napas, hal ini disebabkan oleh cairan di paru-paru.
10. Kenaikan tiba-tiba pada berat badan dan pembengkakan (edema), khususnya di wajah
dan tangan, sering menyertai preeklampsia. Tapi hal-hal ini juga terjadi di banyak
kehamilan normal, sehingga kadang tidak dianggap sebagai tanda-tanda preeklampsia.

Hipertensi dan Pre Eklampsia


Hipertensi adalah timbulnya desakan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg,
diukur 2x selang 4 jam setelah penderita istirahat. Sedangkan Pre Eklampsia Ringan adalah
sindrom spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan
aktivasi endotel. Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan:

 Desakan darah ≥140/90 mmHg – < 160/110 mmHg


 Proteinuria +1 atau 300 mg/24 jam jumlah urine

Pre Eklamsia Berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ³160 mmHg dan tekanan
darah diastolic ³ 110 mmHg disertai proteinuria yang diukur secara kualitatif sebesar +2 persisten
atau lebih (gr/liter).

Gejala dan tanda:

 Sistolik ≥ 160 mmHg, diastolik ≥ 90 mmHg


 Proteinuria : ≥ 5 gr/jumlah urine 24 jam atau +4
 Oliguria (< 400-500cc/24 jam)
 Kreatinin serum meningkat
 Edema paru & cyanosis
 Nyeri epigastrium & nyeri kuadran atas kanan abdomen
 Gangguan otak & visus
 Gangguan fungsi hepar
 Hemolisis mikroangiopatik
 Trombositopenia

Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang tonik-klonik disusul dengan koma.
Sebagian kecil wanita dengan eklamsia memiliki tekanan darah yang normal/pre-eklamsia
ringan.

Terjadi Hipertensi Dalam Kehamilan – Pre eclampsia, karena :

 Terjadi perubahan pada end organ (spasme vaskuler, perdarahan dan nekrosis)
 Perfusi plasenta berkurang hingga janin mengalami kekurangan nutrisi dan hipoksia
hingga terjadi PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat)
 Peningkatan curah jantung
 Peningkatan volume cairan ekstraseluler
 Hemokonsentrasi
 Filtrasi glomeruli berkurang  oligouria –anuria
 Terganggunya faktor pembekuan Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC)
 Gangguan keseimbangan elektrolit

Komplikasi Hipertensi Dalam Kehamilan

 Edema serebri hingga Kejang (eklamsia)


 Perdarahan serebral hingga Koma lama
 Sindroma HELLP hingga DIC
 Abruptio placentae hingga Syok hemoragik
 Edema pulmonum hingga Gagal napas
 Oligouria, anuria – Kegagalan ginjal akut
 Edema kapsula glisoni, ruptur hepar – Perdarahan Intra Abdominal
 Ketidakseimbangan elektrolit
 Edema sampai perdarahan retina
 Gangguan penglihatan sampai kebutaan

3. Anemia pada Ibu hamil


Anemia pada ibu hamil biasanya terjadi karena kekurangan beberapa zat gizi tertentu
seperti zat besi, asam folat, atau vitamin B12. Kondisi ini umumnya terjadi pada ibu yang
hamil lebih dari satu bayi, sering muntah atau morning sickness, dan punya siklus haid
yang cukup berat sebelum masa kehamilan.

Beberapa jenis anemia pada ibu hamil


1. Anemia Selama Kehamilan

Selama kehamilan, volume darah akan terus meningkat. Ini berarti lebih banyak zat besi dan
vitamin dibutuhkan untuk membuat lebih banyak sel darah merah.

Jika Moms tidak memiliki cukup zat besi, dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil. Itu tidak
dianggap abnormal kecuali jumlah sel darah merah kita turun terlalu rendah.

2. Anemia Defisiensi Zat Besi

Jenis anemia pada ibu hamil satu ini, sesuai namanya, terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup
zat besi untuk memproduksi hemoglobin dalam jumlah yang cukup.

Ini adalah protein dalam sel darah merah, yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh.

Pada anemia defisiensi besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup ke jaringan di
seluruh tubuh. Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia pada ibu hamil.

3. Anemia Defisiensi Folat

Folat adalah vitamin yang ditemukan secara alami dalam makanan tertentu seperti sayuran
berdaun hijau.

Suatu jenis vitamin B, tubuh membutuhkan folat untuk menghasilkan sel-sel baru, termasuk sel
darah merah yang sehat.
Selama kehamilan, wanita membutuhkan folat lebih banyak. Tetapi terkadang mereka tidak
mendapatkan cukup asupan ini dari makanan yang dikonsumsi.

Ketika hal ini terjadi, tubuh tidak dapat menghasilkan cukup sel darah merah normal untuk
memasak makanan juga bisa membantu tubuh dalam mencegah anemia. Salah satunya dengan
menggunakan perlengkapan masak dari besi. memasak makanan juga bisa membantu tubuh
dalam mencegah anemia. Salah satunya dengan menggunakan perlengkapan masak dari
besi.mengangkut oksigen ke jaringan di seluruh tubuh. Suplemen folat buatan manusia disebut
asam folat.

Kekurangan folat secara langsung tidak hanya menyebabkan anemia pada ibu hamil, tetapi dapat
menyebabkan beberapa jenis cacat lahir, seperti kelainan tabung saraf (spina bifida) dan berat
badan lahir rendah.

4. Anemia karena Kekurangan Vitamin B12

Tubuh kita membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat. Ketika
seorang ibu hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan yang dikonsumsi, maka
tubuhnya tidak dapat menghasilkan cukup sel darah merah yang sehat.

Wanita yang tidak makan daging, unggas, produk susu, dan telur memiliki risiko lebih besar
mengalami kekurangan vitamin B12, yang dapat menyebabkan cacat lahir, seperti kelainan
tabung saraf, dan dapat menyebabkan persalinan prematur.

Kehilangan darah selama dan setelah melahirkan juga dapat menyebabkan anemia pada ibu
hamil.

Kenapa terjadi anemia ? Melansir Womenhealth.gov, hampir 50 persen dari semua perempuan
mengalami anemia saat hamil, karena :

 Volume darah: Wanita hamil memiliki 25-40 persen lebih banyak cairan yang mengalir
melalui pembuluh darah mereka. Tubuh kita mengalirkan darah ke bayi untuk
memberinya nutrisi yang diperlukan. Proses ini membutuhkan lebih banyak sel darah
merah dan lebih banyak nutrisi, yaitu zat besi, untuk mendukung perkembangannya.
 Cairan tubuh: Peningkatan cairan dalam tubuh ini akan semakin mengencerkan jumlah
sel darah merah.
 Vegetarian: Protein hewani adalah salah satu sumber zat besi terbaik untuk ibu hamil.
Dan meskipun Moms bukan seorang vegetarian, beberapa ibu enggan makan daging
selama kehamilan karena suatu alasan.
 Hamil ganda: Moms berisiko lebih tinggi mengalami anemia selama kehamilan jika
Moms mengandung anak kembar, atau jarak kehamilan terakhir kita sangat dekat dengan
kehamilan baru saat ini.
 Mengalami morning sickness: Sering muntah akibat morning sickness membuat Moms
berisiko lebih besar terkena anemia.
 Menstruasi berat: Jika kita mengalami menstruasi yang berat sebelum hamil, maka akan
cenderung mengalami anemia juga. Perdarahan hebat berasal dari polip, bisul, atau
bahkan darah donor juga menguras jumlah sel darah merah.

Berikut adalah tanda dan gejala anemia saat hamil yang mesti ditangani dengan cepat dilansir
dari WebMD:

 Merasa lelah dan lemas setiap saat


 Pusing dan sakit kepala
 Napas pendek dan terengah-engah
 Wajah, bibir, dan kuku, terlihat pucat
 Detak jantung cepat
 Dada terasa sakit
 Sulit untuk konsentrasi
 Tangan dan kaki dingin

cara mengatasi Anemia adalah :


1.Pemenuhan zat besi

Anemia adalah kondisi yang umum dialami wanita, terutama ibu hamil. Menurut National Center
for Biotechnology Information, suplemen zat besi harus diminum tanpa konsumsi makanan
terlebih dahulu agar lebih mudah menyerap. Suplemen zat besi harus dikonsumsi setidaknya satu
bulan, bahkan setelah haemoglobin kembali ke kadar normal. Zat besi diperlukan untuk
memproduksi haemoglobin, zat pembentuk sel darah merah. Makanan yang kaya zat besi antara
lain daging merah, makanan laut, sayuran berdaun hijau, hati, dan telur.

2. Asupan vitamin C

Vitamin C berfungsi membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh, baik yang berasal dari
makanan ataupun suplemen. Jadi, selain memilih makanan yang kaya zat besi, pastikan juga
makanan yang Moms santap kaya akan vitamin C, misalnya melon, pepaya, jeruk, brokoli, dan
tomat.

3. Kecukupan kebutuhan kalsium


kalsium berfungsi untuk memaksimalkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Kalsium bisa
Moms dapatkan dari susu dan aneka produk olahannya, ikan yang dimakan bersama tulangnya,
serta telur

4. Stop merokok.
rokok merupakan radikal bebas yang bersifat racun di dalam darah yang menyebabkan
penyerapan nutrisi terganggu, termasuk penyerapan zat besi.

5. Hindari Alkohol atau obat- obatan terlarang.


Ginjal bertanggung jawab untuk memproduksi zat kimia yang digunakan sumsum tulang
untuk menghasilkan sel darah merah. Ketika ginjal rusak, produksi zat kimia melambat, dan
berakibat menurunnya produksi sel darah di sumsum.

6. batasi kafein.
Kafein ternyata juga dapat mengganggu proses penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Kafein biasanya terkandung di dalam teh, kopi, minuman berenergi, dan minuman cokelat.

7. Memasak dengan alat masak dari bahan besi.


memasak makanan juga bisa membantu tubuh dalam mencegah anemia. Salah satunya
dengan menggunakan perlengkapan masak dari besi.

Referensi :
1. https://www.alodokter.com/penyebab-penyebab-umum-perdarahan-saat-hamil
2. https://primayahospital.com/kebidanan-dan-kandungan/hipertensi-dalam-kehamilan/
3. https://www.orami.co.id/magazine/cara-mengatasi-anemia-pada-ibu-hamil/
4. https://www.orami.co.id/magazine/cara-mencegah-anemia/

Anda mungkin juga menyukai