Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi secara
berlebihan selama hamil. Mual dan muntah (morning sickness) pada
kehamilan trimester awal sebenarnya normal. Namun, pada hiperemesis
gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi sepanjang hari dan berisiko
menyebabkan dehidrasi.
Tidak hanya dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu hamil
mengalami gangguan elektrolit dan penurunan berat badan. Kondisi ini perlu segera
ditangani untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada ibu hamil dan
janinnya.
Sakit kepala
Konstipasi
Sangat sensitif terhadap bau
Inkontinensia urine
Produksi air liur berlebihan
Jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4–6 minggu dan
mulai mereda pada usia kehamilan 14–20 minggu.
Jika hiperemesis gravidarum menyebabkan ibu hamil tidak mampu menelan cairan
atau makanan sama sekali, dokter akan memberikan obat dan nutrisi melalui infus.
Selain melalui infus, ibu hamil juga dapat menerima asupan makanan melalui selang
makan.
Preeklamsia
Penyebab Preeklamsia
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini
diduga terjadi akibat kelainan perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu organ yang
berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.
Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan muncul reaksi
yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, terjadi
gangguan pada ibu hamil dan janin.
Meski penyebabnya belum diketahui, ada beberapa faktor yang diduga memicu
preeklamsia, yaitu:
Gejala Preeklamsia
Gejala utama preeklamsia adalah tekanan darah tinggi (hipertensi) dan adanya
protein dalam urine (proteinuria). Gejala tersebut umumnya bisa terdeteksi saat
pemeriksaan kehamilan rutin.
Gejala lain preeklamsia yang umum terjadi adalah:
Sakit-kepala berat
Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya
Nyeri di ulu hati atau perut kanan atas
Pusing dan lemas
Sesak napas
Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
Mual dan muntah
Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain
Berat badan naik secara tiba-tiba
Pengobatan Preeklamsia
Preeklamsia dapat teratasi jika janin dilahirkan atau dengan menangani gejala yang
dialami ibu hamil sampai kondisinya siap untuk melahirkan. Beberapa penanganan
yang dapat dilakukan yaitu:
Pemberian obat-obatan
Sejumlah obat-obatan yang dapat diresepkan untuk menangani preeklamsia adalah:
Eklamsia
Penyebab Eklamsia
Sampai saat ini, penyebab terjadinya preeklamsia dan eklamsia belum diketahui
secara pasti. Akan tetapi, kondisi ini diduga disebabkan oleh kelainan bentuk dan
fungsi plasenta.
Meski penyebabnya belum diketahui, ada beberapa faktor yang diduga memicu
preeklamsia dan eklamsia, yaitu:
Gejala Eklamsia
Gejala utama eklamsia adalah kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah
persalinan. Eklamsia selalu terjadi setelah preeklamsia. Sementara preeklamsia
sendiri dapat timbul sejak kehamilan mencapai usia 20 minggu.
Preeklamsia ditandai dengan tekanan darah yang lebih dari 140/90 mm Hg, adanya
protein dalam urine, dan dapat disertai dengan pembengkakan di tungkai. Jika tidak
mendapatkan penanganan, preeklamsia bisa menyebabkan eklamsia.
Pada beberapa kasus, bisa terjadi impending eclampsia yang ditandai dengan:
Jika terus berlanjut, penderitanya dapat mengalami kejang. Kejang ini bisa terjadi
sebelum, selama, atau setelah persalinan.
Kejang eklamsia dapat terjadi satu kali atau berulang kali. Namun, ada dua fase
kejang yang bisa terjadi saat mengalami eklamsia, yaitu:
Fase pertama
Pada fase ini, kejang berlangsung selama 15–20 detik, yang disertai dengan kedutan
di wajah, kemudian terjadi kontraksi otot di seluruh tubuh.
Fase kedua
Kejang fase kedua berlangsung selama 60 detik, yang dimulai dari rahang, kemudian
menjalar ke otot muka, kelopak mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh.
Pada fase ini, kejang eklamsia menyebabkan otot berkontraksi dan rileks secara
berulang-ulang dalam waktu yang cepat.
Pengobatan Eklamsia
Satu-satunya cara untuk menangani eklamsia adalah dengan melahirkan bayi yang
dikandung. Pada ibu hamil dengan preeklamsia yang berisiko mengalami eklamsia,
dokter akan melakukan beberapa penanganan, seperti:
Pada ibu hamil yang mengalami eklamsia, dokter akan memberikan obat antikejang.
Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) melalui infus menjadi pilihan pertama untuk
menangani kejang pada eklamsia.
Namun, bila kejang tidak membaik dengan pemberian magnesium sulfat, dokter
dapat memberikan obat golongan benzodiazepin dan phenytoin.
Kehamilan Ektopik: Gejala, Penyebab,
Penanganan
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kandungan
(rahim), hal ini terjadi ketika sel telur yang dibuahi malah menempel pada
organ-organ di luar rahim, biasanya di salah satu saluran tuba. Dengan
demikian kehamilan tidak bisa berkembang menjadi janin, dan tentunya
akan menimbulkan masalah pada kebanyakan kasus.
Gejala Kehamilan Ektopik?
Mual dan nyeri payudara adalah gejala umum pada kehamilan ektopik
ataupun kehamilan dalam rahim. Pada awalnya sama persis dengan hamil
normal. Namun, gejala berikut ini lebih sering terjadi pada hamil di luar
kandungan apabila mengalami gangguan sehingga lebih sering disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu (KET), kondisi ini dapat menunjukkan
keadaan darurat medis:
Keadaan kehamilan ektopik dengan perdarahan merupakan keadaan gawat darurat yang harus
dilakukan tindakan secepat mungkin. Kehamilan ektopik dapat diobati dalam beberapa cara
sebagai berikut:
Penggunaan metotreksat, dapat diberikan pada kehamilan ektopik yang telah dideteksi secara
dini sehingga tidak menimbulkan gangguan lainnya. Metotreksat dapat membantu penyerapan
kantung kehamilan dan menyelamatkan saluran indung telur. Terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter dengan pertimbangan usia dan progresivitas kehamilan.
Jika saluran indung telur telah meregang atau bahkan robek dan mengalami perdarahan,
sebagian atau seluruh jaringan tersebut harus segera diangkat untuk menghentikan
perdarahan. Seluruh akibat perdarahan yang dihasilkan karena kehamilan ektopik merupakan
keadaan gawat darurat dan harus ditangani segera dengan pembedahan.
Bedah laparaskopi, prosedur ini merupakan tindakan untuk mengevakuasi perdarahan yang
terjadi di dalam rongga perut atau rongga panggul dengan sayatan kecil untuk memasukkan
kamera dan alat laparaskopi. Penyembuhan cenderung lebih cepat dibandingkan prosedur
bedah konvensional
Gejal-gejala
Mual, enek , pusing dan lain-lain yang lebih hebat.
Uterus lebih besar dari umur kehamilan.
Perdarahan pervaginam, terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh, rata-rata 12-14 minggu,
bersifat intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
Anemia.
Bisa disertai preeklampsia (eklampsia), terjadi lebih muda dari kehamilan biasa.
Bisa terjadi tirotoksikosis, emboli sel trofoblas ke paru-paru
Dapat dilakukan histerektomi, dengan dilanjutkan sitostatika pad kasus dengan pendarahan yang
hebat atau uterus yang besar.
Prognosis.
Dengan pengawasan yang ketat dan pengobatan yang adekuat, derajat kesembuhan 100%,
kecuali stadium IV ( di Negara maju).
Angka kematian di negara berkembang tahun 1985 : 18,5%
Bila seorang telah sembuh dari koriokarsinoma, kemudian hamil, maka hasil kehamilannya tidak
akan terpengaruh oleh pemberian sitostati