Anda di halaman 1dari 2

Gejala Keracunan Kehamilan

Gejala keracunan kehamilan sangat bervariasi dan berbeda pada setiap ibu hamil.
Bahkan seorang wanita hamil bisa saja mengalami keracunan kehamilan tanpa
merasakan gejala apa pun.
Meski demikian, tanda umum preeklamsia adalah proteinuria atau protein tinggi
pada urine dan tekanan darah tinggi (hipertensi) pada ibu hamil. Tanda-tanda ini
biasanya baru terdeteksi saat menjalani pemeriksaan kehamilan rutin. Oleh
karenanya, ibu hamil perlu rutin memeriksakan kehamilan secara rutin ke dokter.
Selain itu, ibu hamil yang mengalami keracunan kehamilan dapat merasakan
beberapa gejala berikut:
 Gangguan penglihatan atau mata kabur.

 Rasa nyeri tepat di bawah rusuk.

 Sakit kepala parah.

 Nyeri perut.

 Sesak napas.

 Jumlah urine berkurang saat BAK.

 Edema atau pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki.

Penyebab pasti munculnya keracunan kehamilan masih menjadi misteri. Namun


sejauh ini, para ahli menduga preeklamsia terjadi akibat plasenta yang tidak
berkembang dengan baik karena gangguan pada pembuluh darah. Saat
terjadi gangguan pada plasenta, aliran darah di antara ibu dan bayi menjadi
terganggu. Kelainan inilah yang diduga menjadi faktor penyebab preeklamsia.
Orang-orang yang Berisiko Mengalami Keracunan Kehamilan
Ada beberapa faktor yang membuat sebagian wanita lebih berisiko mengalami
keracunan kehamilan, yaitu:
 Hamil di atas usia 40 tahun atau di bawah 20 tahun.

 Jeda antara kehamilan sekarang dan yang sebelumnya lebih dari 10 tahun.

 Mengandung bayi kembar.

 Menderita penyakit tertentu, seperti hipertensi, penyakit ginjal, sindrom antifosfolipid,


lupus, atau diabetes sebelum hamil.

 Pernah mengalami preeklampsia di kehamilan sebelumnya.

 Obesitas.

 Hamil untuk pertama kalinya.

 Memiliki keluarga (saudara perempuan atau ibu) yang pernah mengalami


preeklampsia.
Jika Anda termasuk yang berisiko tinggi mengalami keracunan kehamilan, maka
Bunda perlu berkonsultasi ke dokter kandungan untuk mendapatkan pemeriksaan
lebih lanjut. Untuk mengurangi risiko terkena keracunan kehamilan, dokter mungkin
akan memberikan aspirin dosis rendah (75 mg) tiap hari, dimulai sejak usia tiga
bulan kehamilan hingga bayi lahir.
Perlu diingat, pemberian aspirin bertujuan sebagai upaya pencegahan, dan bukan
mengobati keracunan kehamilan. Jangan mengonsumsi aspirin bila tidak disarankan
dokter.
Apabila kondisi ini tidak ditangani sejak dini, maka dapat berkembang menjadi
komplikasi serius yang disebut dengan eklamsia. Jika telah berdampak kepada
organ-organ, seperti otak, hati, dan ginjal, keracunan kehamilan dapat
mendatangkan akibat serius dan mengancam nyawa

Anda mungkin juga menyukai