Pengertian Preeklamsia
Preeklamsia bisa memengaruhi organ lain dalam tubuh dan berbahaya bagi ibu dan janin yang
sedang berkembang. Itulah mengapa masalah kesehatan ini perlu diatasi segera.
Penyebab Preeklamsia
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Namun, masalah kesehatan tersebut
dapat dihubungkan kepada beberapa faktor. Para ahli mempercayai bahwa preeklampsia
disebabkan oleh adanya masalah dengan perkembangan plasenta.
Ibu hamil dengan preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi dengan normal,
karena bentuknya yang lebih sempit dan merespons sinyal hormonal secara berbeda. Akibatnya,
aliran darah dapat masuk ke plasenta menjadi terbatas.
Terdapat beberapa penyebab dari pembuluh darah yang abnormal ini, antara lain:
Tidak cukupnya aliran darah menuju rahim.
Kerusakan pada pembuluh darah.
Masalah pada sistem imunitas.
Beberapa gen.
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seorang ibu hamil mengalami
preeklamsia, yaitu:
Gejala Preeklamsia
Preeklampsia dapat muncul dengan gejala maupun tanpa gejala. Tekanan darah tinggi biasanya
berkembang secara perlahan. ibu hamil biasanya tidak sadar dan tidak mengetahuinya hingga ia
memeriksakan dirinya dalam kontrol rutin antenatal care, baik ke bidan maupun ke dokter.
Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada ibu hamil dengan preeklamsia, antara lain:
Nyeri kepala.
Gangguan penglihatan (menjadi buram).
Nyeri perut kanan atas.
Mual dan muntah.
Produksi urine menurun.
Penurunan jumlah trombosit pada pemeriksaan darah.
Gangguan fungsi hati.
Sesak napas.
Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.
Diagnosis Preeklamsia
Preeklamsia sering kali ditemukan saat janji prenatal rutin ketika dokter kandungan memeriksa
kenaikan berat badan, tekanan darah, dan urine ibu.
SDKI;
Terapeutik
Sediakan peralatan yang sesuai, termasuk monitor janin, ultrasound, mesin anestesi,
persediaan resusitasi neonatal, forceps, dan penghangat bayi ekstra
Dukung orang terdekat mendampingi pasien
Gunakan Tindakan pencegahan universal
Lakukan perineal scrub
Fasilitasi rotasi manual kepala janin dari oksiput posterior ke posisi anterior
Lakukan amniotomy selaput ketuban
Fasilitasi Tindakan forceps atau ekstraksi vakum, jika perlu
Lakukan resusitasi neonatal, jika perlu
Fasilitasi ibu pulih dari anestesi, jika perlu
Motivasi interaksi orang tua dengan bayi baru lahir segera setelah persalinan
Dokumentasikan prosedur (mis: anestesi, forsep, ekstraksi vakum, tekanan suprapubic,
manuver McRobert, resusitasi neonatal)
Edukasi
Jelaskan
prosedur Tindakan yang akan dilakukan
Jelaskan
karakteristik bayi baru lahir yang terkait dengan kelahiran berisiko tinggi (mis:
memar dan tanda forceps)
Kolaborasi
Koordinasi dengan tim untuk standby (mis: neonatologis, perawat intensif neonatal,
anetesiologis)
Kolaborasi pemberian anestesi maternal, sesuai kebutuhan
Intervensi perawatan kehamilan risiko tinggi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) diberi kode (I.14560).
Perawatan kehamilan risiko tinggi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
mengidentifikasi dan merawat ibu yang berisiko selama kehamilan sesuai standar
pelayanan yang telah ditetapkan.