Anda di halaman 1dari 17

Penatalaksanaan Preeklamsia pada Ibu Hamil

Stepvani 102015118

102015118 / B6

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Email : stepvanilohanatha1330@gmail.com

Abstrak : Preeklamsia dan eklamsia merupakan komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang
dapat meningkatkan angka kesakitan, kematian ibu dan janin. Tingginya angka kejadian pada
umumnya disebabkan oleh dugaan faktor kemiskinan. Diagnosis dini dan pengobatan sangat
penting untuk dilakukan dalam menurunkan angka kematian ibu dan janin. Sekitar 10-15%
kehamilan disertai komplikasi hipertensi yang berkontribusi besar dalam morbiditas dan
mortalitas neonatal dan maternal. Wanita yang hipertensi saat hamil cenderung mengalami
penyakit kardiovaskuler di kemudian hari.
Kata kunci : kehamilan, preeklampsia-eklampsia

Abstract : Preeclampsia and eclampsia is a complication in pregnancies and deliveries which


increased mother and fetal morbidity and motality rate. The high incidence and large amount of
risk factors caused poor prognostic. Early diagnosis and treatment is very important to be done
mother and fetal mortality rate. Approximately 10% to 15% of all pregnancies are complicated
by hypertension and largely contribute to maternal and neonatal morbidity and mortality.
Hypertensive disorders in pregnancy may contribute to the development of future cardiovascular
disease.
Keywords : kehamilan, preeclampsia/eclampsia
Skenario 7

Seorang Perempuan berusia 18 tahun, primigravida, usia kehamilan 37 minggu dibawa ke


IGD karena pusing dan pandangan kabur. Gerakan janin dirasakan aktif, tidak ada rasa kencang-
kencang diperut.

Anamnesis

Dalam anamnesis, pasien perlu diberi kesempatan untuk menyampaikan keluhan-


keluhannya secara spontan, lalu kemudian ditanyakan mengenai gejala-gejala tertentu yang
mengarah ke suatu diagnosis. Beberapa hal yang perlu ditanyakan pada anamnesis antara lain :1

- Identitas pasien ; nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, status perkawinan
(sudah atau belum menikah)
- Keluhan utama ; keluhan tersering yang menyebabkan pasien datang ke poliklinik
kandungan adalah perdarahan, amenorea, nyeri panggul, keputihan, benjolan,
infertile, sakit kepala
- Riwayat obstetric ; paritas, riwayat persalinan (normal, SC, bantuan alat)
- Riwayat ginekologi ; riwayat penyakit pada saluran reproduksi sebelumnya, riwayat
operasi
- Riwayat haid ; riwayat haid pertama kali, HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir),
jumlah darah haid, lama haid berlangsung, nyeri haid
- Riwayat penggunaan obat-obatan dan kontrasepsi ; riwayat penggunaan obat untuk
mengobati penyakit, riwayat penggunaan obat hormonal, riwayat penggunaan obat
antikoagulan, riwayat penggunaan AKDR
- Riwayat penyakit umum ; apakah pasien menderita penyakit berat (tuberculosis,
jantung), riwayat kelainan darah, riwayat menjalani operasi struma, payudara, dan
appendiktomi.
- Riwayat keluarga ; riwayat penyakit yang sama dalam keluarga, riwayat penyakit
menular seksual

Pemeriksaan Fisik2

Pemeriksaan fisik penting dilakukan untuk menegakkan diagnosis bersama dengan


anamnesis dan pemeriksaan penunjang. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
kesadaran, dan keadaan umum pasien. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan obstetri, perlu
juga diperhatikan apakah ada bengkak/edema pada pasien, dengan cara menekan di tempat yang
edema untuk mengetahui adakah pitting edema pada kaki, tangan, dan muka pasien.3,4
 Inspeksi: menilai bentuk abdomen, warna kulit, adakah lesi (striae, benjolan), bekas luka
operasi.
 Palpasi: pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk
mengetahui presentasi (kedudukan) bagian tubuh janin dalam uterus (rahim).
 Leopold I: bertujuan untuk menentukan tinggi fundus dan juga untuk mengetahui bagian
janin apa yang menepati fundus uteri (bagian atas perut ibu). Teknik pemeriksaan yaitu
pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan kedua tangan untuk meraba fundus.
Mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri:
- Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bulat,
ada balotemen, mudah digerakkan.
- Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, tidak
begitu bulat, dan tidak ada balotemen.
- Fundus kosong apabila posisi janin melintang pada rahim.
 Leopold II: bertujuan untuk menentukan dimana letak punggung ataupun kaki janin pada
kedua sisi perut ibu. Teknik pemeriksaan, menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua
tangan pada kedua sisi perut ibu, raba (palpasi) kedua bagian sisi perut ibu.
Menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada kedua sisi perut ibu
- Bagian punggung akan teraba jelas, rata, keras, kaku/tidak dapat digerakkan.
- Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan
menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
 Leopold III: bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang
terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah menyentuh
pintu atas panggul. Teknik pemeriksaan, pemeriksa hanya menggunakan satu tangan.
Bagian yang teraba, bisa kepala ataupun bokong. Apabila tidak dapat digerakkan, maka
janin sudah menyentuh pintu atas panggul.
 Leopold IV: bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di
bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah
memasuki pintu atas panggul. Teknik pemeriksaan, pemeriksa menghadap kaki pasien
dengan kedua tangan ditentukan bagian janin apakah bokong atau kepala yang terletak di
bagian bawah perut ibu. Apabila konvergen (jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru
sedikit janin memasuki pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara kedua jari
pemeriksa jauh), janin (kepala janin) telah banyak memasuki pintu atas panggul.
 Auskultasi: dilakukan umumnya dengan fetalphone untuk mendengarkan bunyi
denyut jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising arteri doppler, bising
aorta, serta bising usus. Bunyi jantung janin dapat didengar dengan doppler sejak
umur kehamilan 12 minggu, sedangkan dengan stetoskop baru terdengar pada umur
kehamilan 26 minggu. Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-160 kali per
menit. Bila kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per menit,
kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung janin, dapat
didengar bising tali pusat seperti meniup.
- Tekanan darah

Pada skenario ini didapati ; KU tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. TD
180/120mmHg, HR 90x/menit, RR 20x/menit, Temp 36,60C, urin +4, DJJ 155.

Pemeriksaan Penunjang Obstetri

- Tes kehamilan

Untuk mengetahui apakah pasien benar hamil atau tidak.Kadar βHCG diukur dengan
melakukan pengetesan melalui urin dan darah.Selain itu dapat dilakukan USG untuk melihat
apakah ada janin atau tidak.

- Hitung darah lengkap

Pada ibu hamil, tes hitung darah lengkap selain untuk memantau kadah Hb, juga
digunakan untuk melihat kadar trombosit dan hemokonsentrasi.

- Urinalisis

Penting untuk mengetahui apakah terdapat proteinuri.Yang baik, tidak ditemukan


proteinuri pada pasien hamil.

- Tes fungsi dan enzim hati


Pengecekan dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi komplikasi ke hati atau tidak.
Dilakukan pengecekan kadar SGOT, SGPT, serta kadar laktat dehidrogenase apakah
meningkat atau tidak.

- Tes asam urat

Umumnya asam urat akan sedikit meningkat.

Pada pemeriksaan laboratorium skenario ini didapati ; Hb 11 g/dL, Ht 30%, Leukosit


9000/uL, trombosit 100000/uL, SGOT/SGPT >70, LDH 600,protein +4.

Diagnosis Banding

Eklampsia
Eklampsia merupakan suatu kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia adalah kejang yang dialami wanita hamil
dalam persalinan atau masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklampsia (hipertensi, edema,
dan proteinuria). Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, dan meningitis).5

Working diagnosis

Pre eklamsia3

Jika pasien hamil dengan keluhan hipertensi, proteinuria, dan edema dapat disimpulkan bahwa
pasien tersebut mengalami pre-eclampsia.Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi
menjadi ringan dan berat.

Preeklamsia ringan
Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang
berakibat vasopasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. Diagnosis preeklamsia ringan
ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema setelah
kehamilan 20 minggu, dengan gejala sebagai berikut :
 Hipertensi : sisatolik/diastolic ≥ 140/90 mmHg, kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan
kenaikan diastolic ≥ 1 mmHg tidak dipakai lagi sebgai kriteria preeklamsia.
 Proteinuria: ≥ 300mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstick
 Edema local tidak dimasukkan dalam kriteria preeklamsia kecuali edema pada
lengan, muka, dan perut, atau edema generalisata.

Preeklamsia berat

Ialah pereeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHG dan tekanan darah
diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.Diagonisis ditegakan
berdasarkan kriteria preeklamsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini. Preeklamsia
digolongkan berat bila ditemukan satu atau lebih gejala berikut :

 Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg,
tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah
sakit dan sudah menjalani tirah baring.
 Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
 Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
 Kenaikan kadar kreatinin plasma
 Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
 Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson)
 Edema paru-paru dan sianosis
 Hemolysis mikroangiopatik
 Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat
 Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase
 Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
 Sindrom HELLP

Pembagian preeklamsia berta dibagi menjadi 2 yaitu preeklamsia berat tanpa


impending eklamsia dan preeklamsia dengan impending eklamsia. Disebut impending
eklamsia bila preeklamsia berat disertai gejala-gejala subyektif berupa nyeri kepala hebat,
ganggguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan
darah.

Klasifikasi Pembagian Hipertensi6

1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertrnsi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2. Pre eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu disertai dengan
proteinuria.
3. Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang atau koma.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah hipertensi kronik disertai
tanda-tanda preeklamsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional (transient hypertension) adalah hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi tanpa proteinuria.

Etiologi Hipertensi pada Kehamilan

Banyak terjadi pada primigravida, ibu hamil dengan usia terlalu muda atau terlalu tua
(<20 tahun atau >35 tahun), keturunan Afrika-Amerika, riwayat pre-eclampsia sebelumnya,
riwayat keluarga dengan pre-eclampsia, hipertensi kronis, penyakit ginjal kronik,
antiphospholipid syndrome (APS), diabetes, dan kehamilan kembar.2 Etiologi dari pre-eclampsia
hingga sekarang belum diketahui pasti, diduga karena adanya inasi trofoblastik yang terganggu,
vasokonstriksi arteri spiralis, rasio tromboksan/prostasiklin yang meningkat. Eclampsia terjadi
25% antepartum, 25% intrapartum, dan 50% pascapartum.7

Epidemiologi

Hipertensi, termasuk pre eklamsia, mempengaruhi 10% dari kehamilan di seluruh


dunia.Kondisi ini juga merupakan penyumbang mortalitas serta morbiditas maternal dan
perinatal terbesar.Preeklamsia diperkirakan sebagai penyebab kematian 50.000-60.00 ibu hamil
setiap tahunnya.Selain itu, hipertensi dalam kehamilan merupakan kontribusi utama
prematuritas.Preeklamsia di ketahui merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler dan
metabolic pada perempuan.Insidens eklamsia adalah 1-3 dari 1000 pasien preeklamsia.
Patofisologi Hipertensi pada Kehamilan

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.Banyak
teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak satupun
tersebut yang dianggap mutlak benar.

Gambar 13
Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta

Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas
ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi arterialis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri
spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri
spiralis mengalami distensi dan dilatasi.Hal ini memberi dampak penururnan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada daerah
uteroplasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Pada hipertensi
dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan
jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Teori Iskemia plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
(radikal bebas).Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh
darah. Radikal ini akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain dapat merusak membran
sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel.Jika sel endotel terpapar terhadap
peroksida lemak maka akan terjadi disfungsi endotel, yang akan berakibat:

 Gangguan metabolisme prostaglandin

 Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.


Agregasi trombosit memproduksi tromboksan suatu vasokonstriktor kuat.
Pada hipertensi kehamilan kadar tromboksan lebih tinggi sehingga terjadi
vasokontriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah

 Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus

 Peningkatan permeabilitas kapilar

 Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin

 Peningkatan faktor koagulasi

 HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel NK
ibu, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta).

 HLA-G mempermudah invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu.

 Nulipara.

 Usia ibu pada saat hamil <20 tahun atau >35 tahun.

 Riwayat keluarga preeklampsia

 Konsumsi asam lemak jenuh


 Merokok

 Konsumsi alkohol

 Penyakit metabolik seperti DM

 Hipertensi kronik

 Kehamilan multipel

Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin


Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi
bersifat asing.Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G),
yang berperan penting dalam modulasi respons imun, sehingga si ibu tidak hasil konsepsi
(plasenta).Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh
sel NK (Natural Killer) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu. pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan
ekspresi HLA-G. berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi
trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi
lunak dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis.HLA-G juga
merangsang terjadi Immune-Maladaptation pada preeklamsia.
Teori adaptasi kardiovaskuler
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopressor.
Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan bahan vasopresor atau
dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon vasokontriksi.
Terjadinya refrakter pembuluh darah karena adanya sintesis PG pada sel endotel
pembuluh darah.Akan tetapi, pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kehilangan daya
refrakter terhadap bahan vasokonstriktor dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap
bahan vasopresor.

Teori Genetik
Genotipe ibu lebih menenukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa ibu yang
mengalami preeklamsia , 26 % anak perempuannya akan mengalami preeklamsia juga.

Teori Defisiensi Besi

Beberapa hasil penetilian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi


berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan, seperti defisiensi kalsium pada
wanita hamil dapat mengakibatkan risiko terjadinya preeklampsia/eklampsia.

Teori Stimulus Inflamasi

Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar ,
sehingga reaksi inflamasi juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses
apoptosis pada preeklamsia, di mana pada preeklamsia terjadi peningkatan stress
oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat.
Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda,
maka reaksi stress oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas
juga makinmeningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respon
Inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih
besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala
preeklamsia pada ibu.

Sindrom HELLP

Istilah sindrom HELLP digunakan untuk menjelaskan preeklampsia yang berhubungan


dengan hemolisis, peningkatan kadar enzim hati, dan hitung platelet yang rendah. Sindrom ini
dapat ditemukan pada 10% kehamilan dengan komplikasi preeklampsia berat.Diagnosisnya tidak
selalu jelas dan sindrom ini dapat disalah artikan sebagai keadaan medis lainnya.8Tiap pasien
yang didiagnosa dengan sindrom HELLP harus dipertimbangkan memiliki preeklampsia berat
juga.
Pada beberapa kasus terjadi komplikasi yang lebih berat disertai mikroangiopatik destruksi
sel darah merah dan trombosit mikroangiopatik (platelet) dan disebutkan sindrom HELLP yang
terdiri dari:
1. Hemolisis eritrosit sehingga menimbulkan sisa hasilnya:
a. Meningkatnya retikulosit
b. Hemoglonemia
c. Hemoglobinuria
d. Schizositosis
e. Spherositosis
2. EL-elevated enzyme liver diantaranya:
a. Aspartate amniotransferase dalam serum darah.
3. LP-low platelet menurunnya sel platelet sehingga terjadi:
a. Makin meningkatnya tromboksan A2 yang menimbulkan vasokonstriksi
pembuluh darah.
b. Terdapat makin meningkatnya kemungkinan perdarahan.
Diagnosis sindrom HELLP

1. Didahului tanda dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala, mual, muntah
(mirip tanda dan gejala infeksi virus).
2. Adanya tanda dan gejala preeklemsia
3. Tanda-tanda hemolisis intravaskuler, khususna kenaikan LDH, AST dan bilirubin indirek
4. Tanda kerusakan/difungsi sel hepatosit hepar : kenaikan ALT, AST, LDH
5. Trombositopenia (Trombosit ≤150.000/ml). Semua perempuan hamil dengan keluhan
nYeri pada kuadran atas abdomen, tanpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala
preeklamsia, harus di pertimbangkan sindrom help.

Kriteria sindrom HELLP adalah:


1. Hemolisisnya dalam bentuk:
a. Apus darah perifer yang abnormal.
b. Bilirubin total lebih dari 1,2 mg/dl.
c. Lactic dehydrogenase (LDH) lebih dari 600 U/L
2. Elevated liver functions.
a. Serum aspartate amniotransferase (AST) lebih 40IU/L.
b. Lactic dehydrogenase (LDH) lebih dari 600 IU/L.
3. Low platelets.
a. Sel trombosit kurang dari 100.00/ml
Manifestasi klinis

- Hipertensi tipe II

- Proteinuria8

 >100mg/dL pada uji celup yang terpisah 6 jam

 >300mg/24 jam

 10% tanpa proteinuria

- Tes asam urat meningkat, >6,0mg/dL

- Tes antitrombin III menurun, <70%

- Edema anasarka

- Sakit kepala terutama bagian frontal

- Gangguan penglihatan (buram dan fotofobia)

- Sakit di kuadran kanan atas disertai nausea

- Amnesia atau perubahan status mental

- Takikardi

Pre-eclampsia sering disertai dengan sindrom HELLP, yaitu:

- Hemolisis

Bilirubin >1,2mg/dL

- Elevated liver enzyme

SGOT >72 IU/L

LDH >600IU/L
- Low Platelet

<100.000/mm3

Penatalaksanaan Hipertensi pada Kehamilan

Terapi medikamentosa

Obat antihipertensi mulai diberikan pada preeklampsia berat dengan tekanan darah ≥160/100 mm
Hg. Obat hipertensi yang dapat digunakan pada kasus preeklampsia adalah hidralazin, labetalol, nifedipin,
dan sodium nitroprusside. Di Indonesia, karena tidak tersedia hidralazin dan labetalol IV, obat
antihipertensi yang menjadi lini pertama adalah nifedipin.

Dosis awal nifedipin adalah 10-20 mg per oral, diulangi setiap 30 menit bila perlu (maksimal 120
mg dalam 24 jam). Nifedipin tidak boleh diberikan secara sublingual karena efek vasodilatasi yang sangat
cepat.

Non medikamentosa

Penatalaksanaan preeklampsia tergantung dari usia gestasi dan tingkat keparahan penyakit.
Persalinan/terminasi adalah satu-satunya terapi definitif untuk preeklampsia. Tujuan utama
penatalaksanaan preeklampsia adalah kondisi ibu yang aman dan persalinan bayi yang sehat. Pada pasien
dengan preeklampsia tanpa tanda-tanda preeklampsia berat, induksi sering dilakukan setelah usia gestasi
37 minggu. Sebelumnya, pemberian kortikosteroid dilakukan untuk mempercepat pematangan paru janin.
Pada preeklampsia berat, induksi dipertimbangkan setelah usia gestasi di atas 34 minggu. Pada kondisi
seperti ini, beratnya penyakit pada ibu lebih dipertimbangkan dari risiko prematuritas bayi. Pada situasi
gawat darurat, pengontrolan terhadap tekanan darah dan kejang harus menjadi prioritas.

Tatalaksana mayoritas pasien dengan preeklampsia tanpa tanda bahaya (bukan preeklampsia
berat) dapat dilakukan dengan cara berobat jalan, tetapi tetap dibutuhkan observasi yang ketat terhadap
terjadinya perburukan. Namun, pada beberapa kasus pasien juga dapat dirawat di rumah sakit. Tirah
baring total sudah tidak direkomendasikan lagi pada pasien dengan preeklampsia. Selain karena
efektivitasnya yang rendah, tirah baring justru menjadi faktor risiko terjadinya tromboembolisme.
Sebaiknya lebih dianjurkan untuk melakukan tirah baring dengan posisi miring ke kiri ketika pasien
sedang tidur guna menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inferior sehingga meningkatkan aliran
darah ke jantung
Komplikasi

A. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:

Pada janin

- Komplikasi intrapartum yaitu:

 Retardasi pertumbuhan janin (30%)

 Nonreassuring pola irama jantung janin (30%)

 Abruptio plasenta (23%)

- Kelahiran prematur

Pada ibu

- Kerusakan neurologis yang permanen

- Renal insufisiensi dan gagal ginjal akut

- Kerusakan, ruptur hepar

- DIC

- Kematian

Prognosis

- Sekitar > 25% dari wanita dengan eklamsia memiliki kemungkinan hipertensi padakehamilan
berikutnya.6

- Pada wanita penderita eklampsia multipara mempunyai resiko tinggi untuk hipertensi esensial

- Pada wanita penderita eklampsia multipara mempunyai resiko mortalitas yang lebih
tinggipada kehamilan berikutnya dibandingkan dengan primipara

- Mortalitas maternal 1% dan mortalitas perinatal 10%


- Jika dengan sindrom HELLP, maka mortalitas maternal 1% dan mortalitas perinatal 20%
Pencegahan

Pada umumnya timbulnya eklamsia dapat dicegah, atau frekuensinya dikurangi. Usaha - usaha
untuk menurunkan frekuensi eklamsia terdiri atas :
1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua
wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda (peningkatan antenatal care)
2. Mencari pada setiap pemeriksaan tanda - tanda pre-eklamsia dan mengobatinya
segera ditemukan.
3. Mengakhiri kehamilan sedapat - dapatnyapada kehamilan 37 minggu ke atas setelah
dirawat tanda - tanda pre-eklamsi tidak juga dapat dihilangkan.
Kesimpulan

Pre-eclampsia merupakan salah satu dari hipertensi pada kehamilan yang sering terjadi pada
kehamilan di dunia tanpa etiologi yang pasti. Faktor risiko dari pre-eclampsia ialah usia ibu hamil <20
tahun atau >35 tahun, kehamilan kembar, mola hidatidosa, primigravida, dan ibu hamil dengan penyakit
kronik seperti diabetes melitus, gagal ginjal kronis, hipertensi kronis, dan lain sebagainya. Tanda dari pre-
eclampsia adalah adanya hipertensi tipe II dan proteinuria (sering disertai edema anasarka).hal Hipotesis
diterima

Daftar Pustaka

1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta : EGC. 2010

2. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011.h.116-21.
3. Young BC, Levine RJ, Karumanchi A. Pathogenesis of preeclampsia. Annu Rev Pathol
Mech Dis. 2010;5:173-92

4. Suhardjono. Hipertensi pada kehamilan. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K


Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta :
Interna Publishing. 2009. Hal.1100-2

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku pelayanan kesehatan di fasilitas


kesehatan dasar dan rujukan. Edisi ke-1. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ;2013.h.109-15, 216.
6. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2016.h.548-54.
7. Tanto C, Kayika IPG. Kapita selekta. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.h.416-9.
8. Suhardjono. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Interna Publishing;
2014.h.4007-9.

Anda mungkin juga menyukai