Anda di halaman 1dari 21

Ensefalopati Hepaticum ec Sirosis

Hepatis

Thangke Margonda Tanduk


(102014044)
Chrissela Michelle Kainama
(102014255)
Kevin Aldriano syahputra
(102015053)
Gianina Ivelyn Missy
(102015080)
Skenario 10
Seorang Laki-laki 50 tahun dibawa oleh keluarganya
ke poliklinik dengan keluhan tidur terus pada siang
hari, tetapi sulit tidur serta gelisah pada malam hari.
Rumusan Masalah
Laki-laki 50tahun dengan keluhan tidur terus pada
siang hari, tetapi sulit tidur pada malam hari.
Analisis Masalah

Anamnesis
Pemeriksaa
Prognosis
n Fisik

Pemeriksaa
Penatalaks
n
anaan
penunjang

Komplikasi
RM Working
diagnosis

Manifestasi Differential
klinis diagnosis

Patofisiolog
Etiologi
i
Epidemiolo
gi
Hasil anamnesis
 Pasien : Laki-laki 50 tahun
Keluhan Utama : Tidur terus saat siang, tetapi sulit
tidur serta gelisah pada malam hari.
Keluhan Penyerta : tidak ada riwayat alkohol dan
hepatitis B, berat badan turun, tidak ada riwayat
penyakit keluarga, tidak ada riwayat trauma kepala,
tidak ada riwayat sakit kepala terus menerus, tidak ada
riwayat penyakit ginjal
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : sakit berat dan apatis
 Pemeriksaan fisik : TD 110/70 mmHg, Nadi 72x/menit, RR
24x/menit, t 36,5oC, konjungtiva pucat, sclera ikterik, jantung
paru normal, abdomen: buncit (+) spider naevi(+) caput
medussa(+). Shifting dullness (+), hepar teraba 4 jari dibawah
arcus costae dextra 3 jari dibawah processus xyphoideus tepi
tumpul permukaan berbenjol-benjol tidak rata, konsistensi
keras, nyeri tekan (+), pekak berpindah. Ekstremitas palmar
eritem (+), kaki edema.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TES PSIKOMETRI
- untuk menilai tingkat kemampuan intelektual pasien

Hasil Uji Hubung


Tingkat
Angka (detik)

Normal 15-30

Tingkal I 31-50

Tingkat II 51-80

Tingkat III 81-120

Tingkat IV >120
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)
 Pada EEG terlihat peninggian amplitudo dan menurunnya
jumlah sklus gelombang periodik. Terjadi penurunan frekuensi
dari gelombang normal alfa ( 8-12Hz) Frekuensi
Tingkat
gelombang EEG
Frekuensi alfa
Tingkat 0
(8,5-12 siklus/detik)

Tingkat 1 7-8 siklus/detik

Tingkat 2 5-7 siklus/detik

Tingkat 3 3-5 siklus/detik


3 siklus/detik atau
Tingkat 4
negative
Pemeriksaan amonia darah

Pada kerusakan sel hati terjadi peningkatan


konsentrasi amonia darah karena gangguan fungsi hati
mendetoksifikasi amonia

Tingkat Ensefalopati Kadar Amonia Darah (µg/dl)

Tingkat 0 < 150

Tingkat 1 151-200

Tingkat 2 201-250

Tingkat 3 251-300
• Pemeriksaapemeriksaann Amonia Darah

Tingkat 4 >300
Tumor otak Trauma kepala Enselopati
uremikum
Pengertian pertumbuhan sel-sel cedera pada otak Kelaian otak
abnormal di dalam yang umumnya organik yang
atau di sekitar otak disebabkan oleh terjadi pada
benturan pada kepala, pasien dengan
misalnya karena gagal ginjal akut
terjatuh, pukulan, maupun kronik
atau kecelakaan.
Gejala klinis Nyeri kepala, mual mual atau muntah, Penurun
dan muntah, pusing atau sakit an
papiledema kepala ringan, kesadara
pandangan kabur, n
terlihat bengong, sedang
mudah marah atau sampai
kesal, perubahan pola berat.
tidur, telinga Ganggua
berdenging, merasa n
lemas atau lelah, neuropsi
mengalami gangguan kiatrik :
keseimbangan tubuh kejang
Penatalaksa Kemoterapi Evakuasi hematoma Dialisis dan
naan atau kraniotomi, transplantasi
debridemen dan ginjal
INTOKSIKASI OBAT-OBATAN & ALKOHOL
 Merupakan konsekuensi yang bisa diprediksi bila seseorang mengkonsumsi obat-obatan
dan alkohol dalam vol besar dalam jangka waktu pendek
 Manifestasi Klinis
 Tingkat I - penderita ngantuk tapi mudah diajak bicara;
 Tingkat II - penderita dalam keadaaan sopor, dapat dibangunkan
dengan rangsang minimal, misalnya bicara keras-keras atau menggoyang lengan;
 Tingkat III-penderita dalam keadaan soporokoma , hanya dapat bereaksi dengan
rangsang maksimal, yaitu dengan menggosok sternum dengan kepalan tangan;
 Tingkat IV - penderita dalam keadaan koma, tidak ada reaksi sedikitpun terhadap
rangsang maksimal.
 Penatalaksanaan intoksikasi obat
 Memeriksa dan menjaga pernapasan serta sirkulasi
 Drainase lambung
Sirosis hati

 Sirosis hati adalah bentuk akhir kerusakan hati ditandai dengan fibrosis dan
pembentukan nodul.
 Gejala klinik : awal : lemas, mudah lelah, nafsu makan berkurang
lanjut : gangguan tidur, demam, asites, hematemesis melena
 Penatalaksaan: Sebaiknya aktivitas fisik dibatas, dan dianjurkan untuk
istirahat ditempat tidur sekurang-kurangnya setengah hari setiap harinya,
makanan yang cukup dan seimbang. Diberikan interferon alfa dan
limivudin apabila disebabkan oleh hep B.
Hepatoma

 Tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit (karena sudah gagal hati).
 Gejala tersering: nyeri dikuadran kanan atas, mual dan muntah, perut terasa penuh,
nafsu makan berkurang dan berat badan menurun dengan cepat
 PP : Rentang normal AFP serum adalah 0-20 ng/ml, kadar AFP
meningkat pada 60%-70% pada penderita kanker hati.
 Penatalaksanaan
1 HCC < 2cm: injeksi etanol, reseksi
2 HCC> 2cm, tdk ada invasi vascular: ablasi, reseksi dan translantasi
3 HCC : Sorafenib (1-2 × 200 mg tablet)
Enselopati Hepatikum
Epidemiologi
 RSCM dan RSUD Koja menunjukan angka
Enselopati hepatikum sebesar 75,5% dan 94,4%.
 EH sering terjadi pada laki-laki dengan usia 60
tahun.
Etiologi

- Faktor endogen: fibrosis hati yang meluas karena adanya zat racun yg
tidak dpt dimetabolisme oleh hati.
- Faktor eksogen: ada faktor pencetus yang telah mempunyai kelainan hati.
Patogenesis sirosis hati
Hati : urea
amonia otot & ginjal Tergantung pH
& glutamin

Amonia Glutamin
Shunting darah masuk ke
Pasien sirosis
Portosistemik meningkat otak

Disfungsi neuronal Pembengkakan


Disfungsi astrosit
astrosit

Gejala enselopati
hepatikum
Manifestasi klinis
Tabel 4. Tingkat Derajat Koma Hepatik

Tingkat Gejala Tanda-tanda

Prodromal Afektif hilang, eufori depresi, apati, Asteriksis, kesulitan bicara, kesulitan menulis
kelakuan tak wajar, perubahan kebiasaan
tidur

Koma Kebingungan, disorientasi, mengantuk Asteriksis, fetor hepatik


mengancam

Koma ringan Kebingungan nyata, dapat bangun dari Asteriksis, fetor hepatik, lengan kaku, hipereflek,
tidur, bereaksi terhadap rangsangan klonus, reflek menggenggam, mengisap

Koma dalam Tidak sadar, hilang reaksi rangsangan Fetor hepatik, tonus otot hilang
Gradasi gejala/gradasi keparahan, status mental
penderita EH

 Derajat EH I : Bingung ringan, senang/euforiam murung/depresi, kurang


perhatian, bingung, gangguan bicara, gangguan siklus tidur (tidur siang,
malam tidak).
 Derajat EH II : Mengantuk, lesu/sangat bingung, letargi, pengurangan
kemampuan untuk melaksanakan tugas mental, perubahan kepribadianyang
nyata, perilaku yang tidak sesuai
 Derajat EH III : Sangat bingung, bicara ngawur/tidak karuan, ngantuk berat,
pingsan, bisa bangun, tidak anggup melaksanakan tugan mental,
disorientasi waktu dan tempat, bingung, amnesia.
 Derajat EH IV : Koma awalnya berespon terhadap rangsangan dan akhirnya
tidak merespons.
Penatalaksanan
Penatalaksanaan:
1. diet hati 1
2.  laktulosa 10-30ml 3x1
3. Neomisin 4x1-2gr perhari peroral
4. L-Ornitin L-Aspartat (↓ kadar amonia darah): drip iv 20
gram
Pencegahan
hindari obat-obatan yang mensupresi Sistem
Saraf Pusat
hindari penyebab seperti alkohol yang dpat
merusak sel hati
Prognosis
Perbaikan atau kesembuhan sempurna
dapat terjadi bila dilakukan pengelolaan
yang cepat dan tepat. Prognosis
ensefalopati hepatikum tergantung
penyakit hati yang mendasarinya, faktor
pencetus, usia, keadaan gizi, derajat
kerusakan parenkim hati, dan kemampuan
regenerasi hati.
Kesimpulan
Ensefalopati Hepatikum merupakan salah satu
komplikasi yangsering dijumpai pada pasien dengan
sirosis hati. Tatalaksana optimal EH akan memperbaiki
kualitas hidup pasien sirosis. Prinsip tatalaksana EH
adalah mengidentifikasi dan mengatasi pencetus serta
terapi medikamentosa.

Anda mungkin juga menyukai