pada
berbahaya. Pendarahan
kehamilan harus
selalu
dianggap
disebut
sebagai
keguguran
atau
suatu
kelainan
abortus,
yang
sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada
perdarahan jalan-lahir setelah kehamilan 22 minggu. Penyebabnya antara lain placenta previa, solusio placenta,
dan perdarahan yang belum jelas sumbernya. Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu
pada segmen-bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Gejala
klinis yang khas adalah perdarahan yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya rasa sakit. Diagnosis dapat
ditegakan dengan pemeriksaan penunjang Pemeriksaan inspekulo, amniocentesis, pemeriksaan radio
isotopic, ultrasonografi, dan pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
penyakit ini terdiri dari terapi ekspektatif dan terapi aktif. Prognosis pasien dengan penyakit ini
tergantung dari kecepatan penanganannya.
Kata kunci: perdarahan antepartum, plcenta previa, solusio placenta
Abstract
Bleeding in pregnancy should always be considered as a dangerous disorder. Bleeding in early
pregnancy is called a miscarriage or abortion, while late pregnancy is called antepartum
haemorrhage. Antepartum bleeding is usually limited to street-birth bleeding after 22 weeks of
pregnancy. Causes include placenta previa, placental abruption, and bleeding unclear source.
Placenta previa is abnormal placental location, ie at the lower uterine segment that partially or
completely cover the opening of the birth canal. The typical clinical symptoms are bleeding that
occurs suddenly without any pain. Diagnosis can be established with investigations inspekulo
examination, amniocentesis, radio isotopic examination, ultrasound, and laboratory tests.
Management can be done on this disease consists of ekspektatif therapy and active treatment. The
prognosis
of
patients
with
this
disease
depends
on
the
Pendahuluan
speed
of
handling.
Perdarahan pada
berbahaya. Pendarahan
disebut
keguguran
atau
abortus,
sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada
perdarahan jalan-lahir setelah kehamilan 22 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu,
biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu; oleh karena itu,
memerlukan penangan yang berbeda.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umumnya kelainan servik,
biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikir
bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta
Definisi
Plasenta Previa adalah keadaan dengan pembuluh-pembuluh janin berjalan melewati
selaput ketuban dan terdapat di os interna. Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen-bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan-lahir. Plasenta Previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.1
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu bentuk wawancara dokter dan pasien guna memperoleh informasi
sebanyak-banyaknya sehingga dapat membantu dalam penegakkan diagnosa. Beberapa hal
yang perlu ditanyakan diantaranya:1
Kontrasepsi : disangkal
Tentang Menstruasi
Kapan hari pertama haid terakhir (sesuai 37 minggu)
Menarche umur berapa? (-)
Apakah haid teratur? (-)
Berapa lama (-)
Nyeri haid (-)
Perdarahan antara haid (-)
Tentang Kehamilan
Berapa kali hamil (G5)
Tentang persalinan
Berapa kali bersalin? (P2)
Bagaimana persalinan terdahulu, komplikasi?
Riwayat Perkawinan
Berapa kali menikah (-)
Pernikahan sekarang sudah berapa lama (-)
Riwayat pengobatan: pasien tdk berobat krn masih merasakan gerakan janin
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan obstetri1,2,3
1. Pemeriksaan umum
Pada pemeriksaan umum akan diperiksa keadaan umum, sikap,dan kesadaran pasien.
Selanjutnya dilakukan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu
tubuh, denyut nadi, serta frekuensi pernapasan.
Kesadaran: komposmentis
TTV:
TD: 110/70 mmhg
HR: 94x/menit
RR: 20x/menit
Temp: 36,5 C
2. Pemeriksaan obstetri
Pemeriksaan ini terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
a. Inspeksi
b. Palpasi abdomen
1. Leopold 1
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan tinggi fundus serta menentukan bagian
tubuh anak apa yang terletak dibagian atas. Cara pemeriksaannya adalah pasien tidur
terlentang dengan lutut ditekuk dan pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien
menghadap kearah kepala pasien, dengan kedua tangan menentukan bagian apa dari
anak yang terletak dalam fundus. Apabila kepala maka akan didapatkan bentuk bulat,
keras dan ada ballottement. Sedangkan apabila bokong maka akan didapatkan bentuk
yang tidak begitu bulat, konsistensinya lunak, dan tidak ada ballottement. Pada letak
lintang, fundus kosong.
2. Leopold 2
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan letak punggung anak. Cara
pemeriksaannya adalah posisi pemeriksa sama halnya dengan Leopold 1, lalu dengan
kedua belah jari-jari uterus ditekan ketengah untuk menentukan dimana letak
punggung anak : kanan atu kiri. Punggung anak memberikan tahanan besar. Pada
letak lintang dipinggir kanan kiri uterus terdapat kepala atau bokong.
3. Leopold 3
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bagian terendah anak apakah sudah
masuk ke pintu atas panggul atau tidak. Cara pemeriksaannya adalah posisi pemeriksa
tetap sama seperti leopold 1, pemeriksa memakai satu tangan menentukan apa yang
menjadi bagian bawah (kepala atau bokong), bagian bawah coba digoyangkan apabila
masih bisa, berarti bagian tersebut belum terpegang oleh panggul.
4. Leopold 4
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan seberapa jauh bagian tubuh anak sudah
memasuki rongga panggul. Cara pemeriksaan adalah posisi pasien tetap, pemeriksa
menghadap kearah kaki pasien, dengan kedua belah tangan ditentukan seberapa jauh
bagian tubuh anak yang paling bawah sudah memasuki rongga panggul. Hal ini
ditentukan dengan cara, apabila posisi tangan konvergen, berarti baru sebagian kecil
kepala masuk panggul, apabila posisi tangan sejajar, berarti separuh dari kepala
masuk kedalam rongga panggul, sedangkan apabila posisi tangan divergen, berarti
sebagian besar kepala sudah masuk panggul.3
c. Auskultasi
Auskultasi bisa dilakukan dengan stetoskop kebidanan atau dengan fetal heart
detector (Doppler). Pada auskultasi bisa didengar bermacam bunyi dari anak akan
terdengar bunyi jantung, bising tali pusat, gerakan anak selain itu juga dapat didengar
bermacam bunyi dari ibu diantaranya bising arteri uterina, bising aorta, bising usus.
Bunyi jantung anak dengan Doppler dapat didengar sejak umur kehamilan 12 minggu
sedang dengan stetoskop baru didengar pada umur kehamilan 26 minggu. Frekuensi
bunyi jantung anak antara 120 -140 per menit. Karena letak janin normal dalam posisi
kyphose, dan didepan dada terdapat tangan, maka bunyi jantung janin paling jelas
terdengar didaerah punggung anak dekat kepala. Pada presentasi kepala, tempatnya ialah
di kiri atau kanan sedikit dibawah pusat. Bila janin masih kecil, bunyi jantung anak dicari
dengan Doppler digaris tengah diatas symphisis . Bunyi jantung anak dihitung
frekuensinya dan keteraturannya.1,3
Hasil pemeriksaan fisik:
TFU: 31cm
Kontraksi : (-)
DJJ: 148
Leopold:
letak janin memanjang (II)
bagian terbawah janin bokong(I)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:4
Pemeriksaan inspekulo
amniocentesis
Pemeriksaan radio isotopic
Ultrasonografi
Tingkat akurasinya adalah sekitar 96-98%. Hasil positif palsu sering disebabkan oleh
distensi kandung kemih. Karena itu, ultrasonografi pada kasus yang tampaknya positif
harus diulang setelah kandung kemih dikosongkan. Sumber kesalahan yang jarang
adalah identifiaksi plasenta yang sebagian besar berimplantasi di fundus tetapi tidak
6
disadari bahwa plasenta tersebut besar dan meluas ke bawah sampai ke os interna
serviks.Pemakaian ultrasonografi transvaginal telah secara nyata menyempurnakan
tingkat ketepatan diagnosis plasenta previa.4
Pemeriksaan laboratorium juga dibutuhkan, terutama pemeriksaan darah lengkap, yang
diukur adalah Hb, Ht, trombosit, waktu tromboplastin, leukosit.4,5
Keterangan
Untuk mendapatkan gambaran keasaman darah dan persiapan untuk
Albumin
memberikan transfuse
Untuk menentukan jumlah absolute albumin yang mencerminkan
keadaan osmotic darah. Jika terlalu rendah dapat terjadi ekstravassasi
Trombosit darah
Waktu pembekuan
Waktu pendarahan
Urine lengkap
atau fibrinogen
- Perhatikan jumlah urine setiap jam karena perdarahan banyak akan
menimbulkan oligouria bahan anuria
- Hasil lainnya akan menunjukkan kemungkinan sudah terjadinya
gangguan ginjal
USG transabdominal:
janin presentasi bokong tunggal hidup,
7
TBJ 297gram
plasenta korpus depan berjalan melewati OUI (overlying the internal os of the
cervix) grade III
tidak tampak adanya adhesi/invasi ke myometrium/serosa/bladder,
tidak tampak adanya hematoma retroplasenta
Indeks cairanamnion : 12
Lab:
Hb: 13,7 g/dl
Ht: 40%
Leukosit: 9500/ul
Trombosit: 250.000/ul
MCV: 90 fl, MCH: 33pg, MCHC: 34g/dl
Rh: +
Deferential Diagnosis
Solusio Plasenta
Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir.4
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum
janin lahir.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi
diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.
Etiologi
Solusio plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan perhatian karena
penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin.4,5
Penyebab solusio plasenta adalah:
-
Working Diagnosis
Plasenta previa ialah plansenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen-bawah uterus
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal
plasenta terletak di bagian atas uterus. Plasenta previa dapat mengakibatkan pendarahan pada
kehamilan di atas 22 minggu.2,3,7
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
jalan lahir pada waktu tertentu. Pembagiannya sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan beratnya dan juga penatalaksanaan yang tepat, yaitu
grade I sampai grade IV. Grade I dan II termasuk kriteria minor dan masih memungkinkan
persalinan pervaginam. Sementara itu Grade III dan IV termasuk kriteria major yang tidak
memungkinkan untuk persalinan pervaginam sehingga dibutuhkan tindakan operasi..
Pembagian plasenta previa berdasarkan grade ini adalah sebagai berikut (Hamilton-Fairley D.
2004):
10
Grade
I
Mino
r
II
Deskriksi
Plasenta berada pada segmen bawah
Mayo
r
II
uteri
III
IV
pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang
lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat. Plasenta previa terjadi pada umur
muda karena endometrium masih belum sempurna.7
2. Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko meningkat seiring
peningkatan jumlah seksio sesarea).
Seksio sesarea yaitu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus.3Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan risiko terjadinya plasenta
previa yaitu (3,9 %) lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka (1,9 %) untuk keseluruhan
populasi obstetric. Kejadian plasenta previa meningkat pada ibu dengan riwayat seksio
sesarea di sebabkan karena endometrium yang cacat akibat bekas luka sayatan.
4. Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar).
Kehamilan kembar yaitu Kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Pada kehamilan kembar
ukuran plasenta lebih besar dari ukuran normal dan tempat implantasinya membutuhkan
ruang yang luas, untuk mendapatkan aliran darah yang lebih kuat.8
Patofisiologi
Implantasi plasenta diprakarsai (initiate) oleh embrio (embryonic plate) menempel
diuterus (cauda) bagian bawah. Dengan pertumbuhan dan penambahan plasenta,
perkembangan plasenta dapat menutupi mulut rahim (cervical os). Bagaimanapun juga,
diperkirakan bahwa suatu vaskularisasi decidua (jaringan epitel endometrium) defective
terjadi di atas (over) serviks, mungkin ini sekunder terhadap inflamasi atau perubahan atrofik.
Sebagian plasenta yang sedang mengalami perubahan atrofik dapat berlanjut sebagai vasa
previa.
Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, plasenta previa memberikan
gambaran sebagai perdarahan tanpa disetai rasa nyeri (painless bleeding). Perdarahan ini
dipercaya memiliki hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (the lower uterine
segmen) pada trimester ketiga. Tambahan (attachment) plasenta terganggu (distrupted) karena
daerah ini (segmen bawah rahim) menipis secara bertahap dalam rangka persiapan untuk
permulaan kelahiran (the onset of labor). Saat ini berlangsung, maka perdarahan terjadi pada
daerah implantasi/nidasi darah dari pembuluh darah yang terbuka. Thrombin yang dilepaskan
dari area perdarahan memacu (promotes) kontraksi uterus dan timbulnya lingkaran setan
(vicious cycle) : perdarahan-kontraksi-pemisahan plasenta-perdarahan.1,2,5
12
Manifestasi klinis
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dari plasenta
previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Pendarahan pertama
biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi, pendarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah
dilakukan pemeriksaan dalam.
triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena
sejak itu segmen-segmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen-bawah uterus akan melebar lagi, dan
serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat
di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi
pendarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh
solution plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber pendarahan ialah sinus uterus
yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Pendarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan pendarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan pedarahan pada kala III dengan plasenta yang
letaknya normal. Makin rendah plasenta, makin dini pendarahan terjadi.
Oleh karena itu, pendarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
daripada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.7
Turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan terhalang karena adanya
plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presetasi kepala, kepalanya akan
didapatkan belum masuk ke dalam pintu atas panggul yang mungkin karena plasenta previa
sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa parsialis; menonjol di atas simfisis
karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta
previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.
Nasib janin tergantung dari banyaknya pendarahan, dan tuanya kehamilan pada waktu
persalinan. Pendarahan mungkin masih dapat diatasi dengan transfuse darah, akan tetapi
persalinan yang terpaksa diselesaikan dengan janin yang masih premature tidak selalu dapat
dihindarkan.
Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan karena sering
mengadakan perlekatan yang erat dengan dinding uterus. Apabila plasenta telah lahir,
13
pendarahan post partum sering kali terjadi karena kekurangmampuan serabut-serabut otot
segmen-bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan pendarahan dari bekas insersio
plasenta; atau, karena perlukaan serviks dan segmen-bawah uterus yang rapuh dan
mengandung banyak pembuluh darah besar, yang dapat terjadi bila persalinan berlangsung
per vaginam.7
Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif (pasif)7,8
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara
non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit kemudian
berhenti di maksudkan dapat memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan
berkembang dalam kandungan sampai janin matur. Dengan demikian angka kesakitan dan
kematian neonatal karena kasus preterm dapat ditekan.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada kasus plasenta previa bila tidak
terdapat tanda-tanda inpartu ditujukkan untuk mempertahankan janin dalam kandungan.
Hal ini memberikan peluang janin untuk tetap berkembang dalam kandungan lebih lama
sampai aterm, dan dengan demikian pula kemungkinan janin hidup di luar kandungan
lebih besar lagi.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
Selama ibu tidak memiliki riwayat anemia, terapi pasif dapat dilakukan karena
kemungkinan perdarahan berkelanjutan kecil terjadi karena kadar Hb normal bila
sebelumnya tidak dilakukan pemeriksan dalam.
d. Janin masih hidup.
Bila janin masih hidup, berarti besar kemungkinan janin masih dapat bertahan dalam
kandungan sampai janin matur. Sehingga tidak perlu mengakhiri kehamilan dengan
segera karena hanya akan memperkecil kesempatan hidup janin bila sudah berada di luar
kandungan.
2. Terapi aktif
14
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa :.
a.
Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini
b.
tetap dilakukan.
Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1)
2)
3)
dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.8,9
Menurut Manuaba , Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat
kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta
previa adalah :
1) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak
untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut.
3)
Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.7,8
15
Komplikasi
Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa :1,6,8
1. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi. Adanya atrofi
pada desidua dan vaskularisasi yang berkurang menyebabkan suplai darah dari ibu ke
janin berkurang. Dalam darah terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan
tubuh janin untuk berkembang. Kekurangan suplai darah menyebabkan suplai makanan
berkurang.
2. Anemia janin
Tekanan yang ditimbulkan terus menerus pada plasenta akan mengurangi sirkulasi darah
antara uterus dan plasenta sehingga suplai darah ke janin berkurang.
3. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan.
Pada kasus yang terbengkalai, bila ibu tidak mendapatkan pertolongan transfuse darah
akibat banyak kehilangan darah akibat perdarahan hebat dapat menyebabkan shock
bahkan kematian pada ibu.
4. Infeksi dan pembentukan bekuan darah
Luka pada sisa robekan plasenta rentan menimbulkan infeksi intrauterine. Ibu dengan
anemia berat karena perdarahan dan infeksi intrauterine, baik seksio sesarea maupun
persalinan pervaginam sama-sama tidak mengamankan ibu maupun janinnya.
Prognosis
Plasenta Previa
Ibu
Dengan adanya fasilitas diagnosa dini (USG), transfusi darah, teknik anestesi dan operasi
yang baik dengan indikasi SC yang lebih liberal, prognosis ibu cukup baik. Prognosis
kurang baik jika penolong melakukan VT di luar Rumah Sakit dan mengirim pasien
sangat terlambat dan tanpa infus.
Janin
Kematian janin umumnya disebabkan prematuritas.2,6
Kesimpulan
16
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa perdarahan antepartum adalah perdarahan
yang terjadi pada kehamilan berumur diatas 22 minggu. Penyebabnya antara lain placenta previa,
solusio placenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya. Plasenta previa ialah plasenta yang
letaknya abnormal, yaitu pada segmen-bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir. Gejala klinis yang khas adalah perdarahan yang terjadi tibatiba tanpa adanya rasa sakit. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penyakit ini terdiri
dari terapi ekspektatif dan terapi aktif. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya anemia,
pertumbuhan janin lambat, shock, serta infeksi. Prognosis penyakit ini tergantung dari
kecepatan penanganan terhadap penyakit ini.
Daftar Pustaka
1. Ariani DW, Astari MA, Anita H. Pengetahuan Sikap dan Perilaku tentang Kehamilan,
Persalinan, serta Komplikasinya pada Ibu Hamil Nonprimigravida di RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Majalah Kedokteran Indonesia, vol 55, Jakarta,2005
2. Chalik TMA. Plasenta Previa. Dalam : Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi, Ed I.
Widya Medika, Jakara,2005
3. Pritchard
JA,
MacDonald
PC,
Gant
NF.
Obstetri
Williams,
edisi
21.
Airlangga,Surabaya,2001
4. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. lmuKebidanan edisi ketiga cetakan kesembilan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Oxorn, H. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia
Medika. 2003
6. Rachimhadi T, Wibowa B. Perdarahan Antepartum. Dalam: Ilmu Kebidanan
Prawirohardjo S., Winkjosastro H., Saifudin A B., Rachimhadi T., eds, edisi ketiga.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2005
7. Winkjsosastro, Hanifa dkk. Perdarahan Antepartum. Dalam : Sinopsis Obstetri, Edisi 1.
EGC,Jakarta,2005
8. Datta, Misha. Rujukan Cepat Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC. 2010
17