Anda di halaman 1dari 49

IMUNISASI

Disusun oleh: Stepvani


Dr Pembimbing: DR JULIANA, SpA
Imunisasi

 suatu upaya untuk


menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi dan Vaksinasi

 Tujuan utama dari pemberian vaksinasi adalah untuk memberi


kekebalan atau imunitas tubuh terhadap ancaman penyakit
 Imunisasi pasif
 adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif
 Vaksinasi
 adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat
merangsang pembentukan imunitas (antibodi) oleh sistem imun
dalam tubuh
 Keuntungan vaksinasi:
 Pertahanan tubuh dimiliki seumur hidup
 Cost-effective
 tidak berbahaya
Imunisasi Program
• Imunisasi Rutin • Imunisasi dasar
Terus-menerus

• Imunisasi lanjutan
• Imunisasi Tambahan
a. hepatitis B
Ulangan imunisasi
• Imunisasi Khusus
Imunisasi tertentu yang dasar untuk
b. poliomyelitis
c. tuberkulosis
diberikan pada kelompok mempertahankan
d. difteri
umur tertentu yang paling tingkat kekebalan
e. pertusis
beresiko terkena penyakit dan untuk
f. tetanus
sesuai dengan kajian memperpanjang
g. pneumonia dan
epidemiologi pada periode masa perlindungan
meningitis yang
tertentu anak.
disebabkan oleh
Hemophilus
Influenza tipe b
Melindungi seseorang (Hib)
terhadap penyakit tertentu h. campak.
pada situasi tertentu
Tujuan
 Mendapatkan atau meningkatkan imunitas
Hilang Bertahan
tubuh beberapa jangka
minggu/ Imunitas panjang/
bulan menetap

Pasif Aktif

Alami Didapat Alami Didapat

1-2 bulan
Pasca sakit
terakhir Imunisasi /
kehamilan Dari Ibu ATS, ADS Campak, cacar vaksinasi
air
MANFAAT IMUNISASI

 Imunisasi Hepatitis B
 untuk mencegah  virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan
merusak hati, bila berlangsung sampai dewasa dapat menjadi
kanker hati
 Imunisasi Polio
 untuk mencegah serangan virus polio yang dapat menyebabkan
kelumpuhan
 Imunisasi BCG
 untuk mencegah tuberkulosis paru, kelenjar, tulang dan radang otak
yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan
 Imunisasi Campak
 untuk mencegah radang paru, diare, dan radang otak karena virus
campak.
MANFAAT IMUNISASI

 Imunisasi DPT
 untuk mencegah 3 penyakit, yaitu  Difteri, Pertusis dan
Tetanus.
 Penyakit Difteri
 Dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan
nafas, serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan
otot jantung
 Penyakit Pertusis berat
 dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat (pneumonia)
 Kuman Tetanus
 mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh,
sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas
Penyakit yg Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I)
Polio Difteri Tetanus

Tuberculosis
Hepatitis B
Pertusis

Campak
Vaksin Hidup VAKSIN MATI
 dapat menghasilkan  dapat berupa mikroorganism
utuh atau komponennya
kadar antibodi yang
 komponen yang dipilih
lebih tinggi (antigen) bersifat imunogen
 bertahan lebih lama  tidak memberi reaksi simpang
(sistemik) yang berat
 reaksi simpang yang
 tetapi memberi reaksi
berat, sesuai dengan simpang lokal (tempat
infeksi alami suntikan) biasa disebabkan
oleh zat lain dalam vaksin
seperti:
 adjuvant
 preservations
 buffer
 antibiotik
 zat pelarut
JENIS VAKSIN

VAKSIN HIDUP VAKSIN INAKTIF


 tidak mengandung mikroba hidup
 bersifat labil  tidak bereplikasi
 mudah rusak oleh paparan suhu  tidak berpotensi menimbulkan penyakit
 memerlukan dosis penguatan (karena antibodi
panas dan cahaya yang terbentuk menurun seiring dengan
 harus dibawa dan disimpan dengan perjalanan waktu) (sebagian besar respon imun
yang terbentuk bersifat humoral dan hanya
cara aman sedikit merangsang respon imun selular)
 cukup diberikan dalam dosis relatif  contoh vaksin inaktif sel utuh
 influenza
kecil  rabies
 campak  hepatitis A
 polio (suntikan)
 rubela  pertusis
 varisela  kolera

 demam kuning  contoh vaksin inaktif fraksional dan subunit


 hepatitis B
 polio (oral)  influenza
 BCG  pertusis aselular
 toksoid (difteri, tetanus)
Jenis-jenis Vaksin

Vaksin Bakteri Vaksin Virus

•Campak
• BCG • Parotitis
Vaksin • OPV
• Rubela
Hidup • Yellow
• Varisela
Fever

• Difteria • Meningo • Influenza


Vaksin • Tetanus • Pneumo • IPV
Inaktif • Pertusis • Hib • Rabies
• Kolera • Typhoid Vi • Hepatitis B
• Hepatitis A
Jadwal Imunisasi Menurut IDAI
Hepatitis B
Inaktif
Virus
0, 5 mL, IM

1  12 jam setelah lahir


2  1 bulan setelah ke-1
3  2-4 bulan setelah ke-2 Isi:
4  Booster setelah 5 tahun Purified HBsAg Aluminum
Hydroxide Gel Thimerosal

KIPI:
• Reaksi lokal ringan dan KI:
sementara • Reaksi anafilaktik vaksin
• Demam ringan 1-2 hari Hep B sebelumnya (yeast)
Polio (OPV)
Hidup
Dilemahkan
2 tetes, PO Virus

1  Lahir / kunjungan pertama (Polio 0)

Calon Jemaah haji dan umroh usia <15 tahun


Isi:
Poliomyelitis tipe 1,2,3
KI: strain sabin
Demam, Muntah, Diare, Radioterapi,
Obat penurun daya tahan tubuh, Kanker, KIPI:
Diare ringan
HIV, Alergi pada vaksin polio
Polio (IPV)

Inaktif
Virus

Salk 0,5mL, IM
1  Usia 2 bulan
KIPI:
2  Usia 4 bulan
Syok anafilaktik
3  Usia 6 bulan
4  Usia 18-24 bulan
5  Usia 5-6 tahun (Saat masuk sekolah)
OPV VS IPV

OPV IPV
Pemberian mudah dan murah Disuntikan

Menimbulkan kekebalan Efektif untuk pencegahan


humoral dan lokal pada usus

Tidak tahan lama Vaksin lebih tahan lama


BCG Hidup
Bakteri

Dilemahkan

Bacillus Calmette Guerin


Isi:
Mycobacterium Bovis
0,05 mL, IK- Pangkal
lengan atas kanan
1  0-3 bulan
Uji Mantoux -
KIPI:
KI: Immunocompromised, Jaringan parut
Pengobatan steroid, HIV Limfadenitis
DTP Bakteri
Inaktif
Difteri, Tetanus,
Pertusis
1  Usia 2 bulan (6 minggu)
2  Usia 4 bulan 0,5 mL, IM
3  Usia 6 bulan
4  1 tahun setelah ke-3
5  Booster usia 5 tahun (maksimal 6 tahun
KIPI: Demam ringan dan reaksi lokal
KI:
• Riwayat alergi berat
• Encephalopati
• Demam tinggi
Hib Bakteri
Inaktif

PRP-T, 0,5 mL, IM


KI:
Usia 2, 4, 6 bulan Demam, Infeksi akut,
Diulang usia 15-18 bulan Riwayat alergi
Usia 1-5 tahun  1x
Usia >6 tahun  2x KIPI:
Demam, bengkak
kemerahan, nyeri di tempat
suntik 1-3 hari
•Mencegah infeksi Hemophilus influenzae tipe B
(meningitis, septisemia, selulitis, artritis)
Pneumococcus
Inaktif
PCV-13 dan PPV-23,
5mL, IM

PCV23:
• Usia 2, 4, 6 bulan, dan diulang usia 12-15 bulan
• Bayi BBLR, diberikan setelah usia kronologik 6-8
minggu, tanpa memperhatikan umur kehamilan

KIPI:
Eritema, nyeri tempat suntik (<48 jam), Demam,
Gelisah, Pusing
Rotavirus Virus
Hidup
Dilemahkan

Monovalen P(8)G1, oral


1  Usia 6-14 minggu
2  interval min 4 minggu

Pentavalen, oral
1  Usia 6-12 minggu
2 dan 3 interval 4-10 minggu

KIPI:
Diare, Muntah, Demam
Influenza Inaktif

Virus
IM
<3 tahun 0,25 ml
≥3 tahun0,5 ml
Usia <9 tahun  2x, interval min 4 minggu
Usia ≥9 tahun  1x, diulang tiap tahun
Usia ≥ 65 tahun

KIPI:
Bengkak, Nyeri dan kemerahan di
tempat suntikan, Demam, dan Pegal
KI:
Riwayat anafilaksis, respon alergi, demam akut berat
Campak Hidup
Virus
Dilemahkan
0,5 mL, SK
1  9 bulan
2  24 bulan
3  6 tahun

KI:
Demam tinggi, Pengobatan imunosupresif, Hamil,
Riwayat alergi

KIPI:
Demam (>39,5°C), Kejang demam, Ruam
MMR Virus
Hidup
Dilemahkan

0,5 mL, SK (lengan kiri atas)

Usia 12-18 bulan (min interval 6 bulan dengan


imunisasi campak)

Diulang pada usia 5 tahun


KI:
Alergi gelatin atau Neomycin, Pengobatan imunosupresif,
Alergi berat, Demam akut, sudah mendapat vaksin
hidupdalam 4 minggu terakhir.
KIPI:
Malaise, Demam, Ruam (1 minggu setelah imunisasi)
THYPOID
Bakteri
Inaktif

Capsular Vi Polysacharide 0,5 mL, IM

Usia >2 tahun, diulang setiap 2-3 tahun

KI: KIPI:
Demam, Riwayat alergi, Demam, Pusing, Sakit kepala,
Penyakit akut, penyakit Nyeri sendi dan otot tempat
kronik progresif. suntikan
Varisela
Virus
Hidup
Dilemahkan
0,5 mL, SK
≥ 1 tahun  1x
≥ 13 tahun 2x, interval 1-2 bulan
KIPI:
Bengkak dan kemerahan, Demam, papula-vesikel dan
lenting ringan

KI:
Demam tinggi, defisiensi imun seluler, Alergi
neomisin, pasien ang mendapat pengobatan dosis
tinggi koertikosteroid.
HPV (HUMAN PAPILOMA VIRUS)

Usia 10-13 tahun (interval 6-


12 bulan)
Bivalen: 0,1, dan 6 bulan
Tetravalen: 0,2,6 bulan
0.5 mL, IM deltoid
KIPI:
Nyeri pada lokasi penyuntikan, Sakit kepala, Mual, dan
Demam
dengue

Usia 9-16 tahun (interval 0,6 dan 12


bulan)
Dipilih 9 tahun karena mencegah
terjadinya perdarahan
0.5 mL, IM deltoid
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI)

Klasifikasi
KIPI

Provokasi
Induksi vaksin Kesalahan Koinsidensi
vaksin

Contoh: Contoh: Contoh:


Contoh:
Kejang demam pasca Indurasi pada bekas Bayi yang menderita
Seorang anak
imunisasi yang terjadi suntikan disebabkan penyakit jantung
menderita poliomielitis vaksin yang seharusnya
pada anak yang bawaan mendadak
setelah mendapat mempunyai predisposisi diberikan secara i.m sianosis setelah
vaksin polio oral kejang diberikan secara s.k diimunisasi
Jenis Vaksin Gejala Klinis KIPI Saat timbul KIPI

Toxoid (DPT, DT, TT) a. Syok anafilaksis 4 jam


b. Neuritis brakial 2-28 hari
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Pertusis whole-cell (DPT, DTP-HB) a. Syok anafilaksis 4 jam


b. Ensefalopati 72 jam
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Campak, gondongan, rubella a. Syok anafilaksis 4 jam


(MMR atau salah satu komponen) b. Ensefalopati 5-15 hari
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Rubella a. Artritis 7-42 hari


b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Campak a. Trombositopenia 7-30 hari


b. Klinis campak pada resipien imunokompromais 6 bulan
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Polio hidup (OPV) a. Polio paralisis 30 hari


b. Polio paralisis pada resipien imunokompromais 6 bulan
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Vaksin berisi polio yang diinaktifasi (IPV) a. Syok anafilaksis 4 jam


b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Hepatitis B a. Syok anafilaksis 4 jam


b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Hib (unconjugated, PRP) a. Klinis infeksi Hib 7 hari


b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
Penyimpanan vaksin
• Di Tingkat Propinsi : kamar dingin dan kamar beku
– Suhu kamar dingin: +2 s/d +8 Cº
– Suhu kamar beku: -15 s/d -25 Cº
• Di Kabupaten dan Pelayanan Primer
– Jarak lemari es dengan dinding belakang 15 cm
– Lemari es tidak terkena sinar matahari langsung
– Sirkulasi ruangan cukup
• Penyusunan vaksin
– Jarak menyusun dos vaksin 1-2 cm atau
– satu jari antar dos vaksin
Masa simpan vaksin belum dipakai
Vademicum Bio Farma Jan.2002

Jenis Vaksin Suhu Penyimpanan Umur Vaksin


BCG +2 s/d +8°C 1 tahun
-15°s/d -25°C 1 tahun
DPT +2° s/d +8°C 2 tahun
Hepatitis B +2° s/d +8°C 26 bulan
TT +2° s/d +8°C 2 tahun
DT +2° s/d +8°C 2 tahun
OPV +2° s/d +8°C 6 bulan
-15° s/d -25°C 2 tahun
Campak +2° s/d +8°C 2 tahun
-15° s/d -25°C 2 tahun
Uji Kocok (Shake Test)

Setelah dikocok

Setelah 15 menit

Setelah 30 menit

Setelah 60 menit
Vaksin Vial Monitor
 Pemantau vaksin berupa label bergambar
yang dilekatkan pada botol vaksin untuk
mencatat paparan panas kumulatif yang
berlebihan.
 Pengaruh gabungan dari waktu dan suhu
A  vaksin ini dapat digunakan
menyebabkan monitor berubah warna
B  vaksin ini harus segera digunakan
secara berangsur-angsur dan tidak akan
berubah lagi pada suhu tinggi.
C vaksin ini jangan digunakan lagi

D  vaksin ini jangan digunakan lagi

 Batch Number  Dicatat dibuku imunisasi anak


Masa Pemakaian Vaksin

IPV
Ukuran jarum
Intramuskular di paha mid-anterolateral
 Neonatus
 kurang bulan / BBLR : 5/8 inch (15,8 mm)
 cukup bulan : 7/8 inch (22,2 mm)
 1 – 24 bulan : 7/8 – 1 inch
(22,2-25,4 mm)

Intramuskular di deltoid
 > 2 thn (tergantung ketebalan otot)
7/8 – 1,25 inch (22,2 -31,75 mm)
 Usia sekolah dan remaja : 1,5 inch
(38,1mm)
Teknik dan posisi penyuntikan

 Bayi digendong pengasuh,


 Anak dipeluk menghadap pengasuh (chest to
chest)
 Otot yang akan disuntik : lemas (relaks)
 Tungkai : sedikit rotasi ke dalam
 Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku
 Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan
 Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan geser
kulit dan subkutis ke samping, setelah disuntik
kemudian lepaskan
 Jarum disuntikan dengan cepat
 Bila suntikan lebih dari 1 kali, disuntikan
bersamaan
Posisi anak ketika divaksinasi

Lengan yg satu Tangan yg lain


dijepit ketiak ibu dipegang ibu,
Kemudian anak
dipeluk

Tungkai anak
dijepit paha ibu
Posisi anak ketika di vaksinasi

Tangan kiri
Dijepit ketiak ibu
Tangan dipegang

suntik
Posisi Anak kurang aman

Tangan bebas
Bisa meraih jarum suntik

suntik

Kaki bebas
Bisa berontak
Posisi bayi dalam
pelukan ibu pada
penyuntikan BCG
Penetesan vaksin polio
Teknik Penyuntikan dan Penetesan

Intramuscular
e.g. hepatitis A and B,
Subcutaneous DTP
e.g. measles, mumps,
rubella, varicella

Intradermal
Oral BCG
e.g. polio
Tidak aman bagi yang disuntik
(1)
 Vaksin
 Suhu > 8° C, atau VVM telah terpapar panas
 Botol vaksin bocor, retak, atau terpasang
jarum
 Ada partikel dalam larutan
 Telah dilarutkan lebih dari 6 jam
 Beku : DPT, DT, TT, HepB, Hib (tidak boleh
beku)
 Uji kocok tetap menggumpal (kecuali HepB
atau Hib)
Tidak aman bagi yang disuntik
(2)

 Alat suntik
 Spuit disposable dipakai ulang
 Hanya mengganti jarum
 Tidak dibersihkan dulu langsung disterilkan
 Hanya dengan desinfektan
 Membakar jarum di api
 Merebus dalam panci terbuka
 Menyentuh ujung jarum
Tidak aman bagi yang disuntik
(3)
 Cara melarutkan / pengambilan vaksin
 Cairan pelarut untuk vaksin lain atau > 8°C
 1 spuit diisi beberapa dosis sekaligus
 jarum ditinggalkan menancap di vial
 Mencampur isi 2 vial

 Lokasi, posisi , kedalaman penyuntikan

 Tidak ada alat / obat gawat - kedaruratan


Tempat Pembuangan Limbah
Kesimpulan

 Imunisasi adalah penting dalam menurunkan angka


kejadian penyakit-penyakit yang mudah terjadi pada
bayi dan anak seperti polio, hepatitis B, tuberkulosis,
campak dan sebagainya.
 Ibu dan anak haruslah sentiasa mengikuti program
imunisasi yang dianjurkan oleh Departmen Kesehatan
agar anak terlindung daripada berbagai penyakit.
 Masyarakat juga harus memahami tujuan dan
keuntungan program imunisasi ini untuk kesehatan
bersama dan untuk membentuk lingkungan yang
lebih sehat.
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai